Anda di halaman 1dari 24

BAB I

Pengertian Sosiologi

I.1 Pengertian Sosiologi


Sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari masyarakat  sebagai
keseluruhan ,yakni antar_hubungan  di antara manusia dan manusia dan kelompok , baik
normal maupun materi, statis maupun dinamis.
Beberapa pendapat mengenai sosiologi, antaranya:
1. Auguste Conye (1498-1853). Terdapat tiga tahap perkembangan intelektual, yaitu tahap
pertama yang disebut tahap teologis atauu tahap fiktif, tahap kedua merupakan
perkembangan dari tahap pertama, yaitu tahap metafisik, tahap terakhir yaitu tahap
positif.
2. Max Weber (1864-1920). Ia menyatakan bahwa semua bentuk organisasi social harus
diteliti menurut perilaku warganya.
3. Jhon Locke. Manusia pada dasarnya mempunyai hak asasi yang berupa hak untuk hidup,
kebebasan, dan hak atas harta benda.

ARTI PENTING PENERAPAN SOSIOLOGI DI BIDANG KEPERAWATAN

Asuhan keperawatan adalah factor penting dalam survival klien dan dalam aspek-aspek
pemeliharaan, rehabilitasi, preventif perawatan kesehatan.
Dalam pemecahan masalah perawat mengindentifikasi  sebagai berikut;
1. Data dasar  pasien
2. Prioritas diagnosis keperawatan
3. Pemulangan klien sesuai dengan kondisi kesehatan yang diharapkan.

PROSES DAN INTERAKSI SOSIAL


            Proses sosial adalah langkah awal untuk mempelajari sosiologi.Bentuk umum proses
sosial adalah interaksi sosial yang juga merupakan syarat utama terjadinya aktifitas-aktifitas
sosial.Bentuk lain dari proses sosial hanya merupakan bentuk-bentuk khusus dari interaksi sosial
karena interaksi aksi sosial merupakan hubungan sosial yang dinamis yang terkait hubungan
sosial yang dinamis yang terkait hubungan antara perorangan, antara kelompok manusia,
maupun antara perorangan dengan kelompok manusia.Berlangsungnya suatu proses interaksi
didasarkan pada berbagai factor, antara lain:
1. Imitasi. Salah satu segi positifnya, yaitu imitasi dapat mendorong seseorang untuk
mamatuhi kaidah dan nilai yang berlaku.Hal-hal negative, misalnya, yang ditiru adalah
tindakan yang menyimpang.
2. Sugesti. Proses sugesti dapat pula terjadi jika orang yang memberikan pandangan adalah
orang berwibawa atau orang yang sifatnya otoriter.
3. Identifikasi. Identifikasi sebenarnya merupakan kencenderungan atau keinginan dalam
diri seseorang untuk menjadi sama dengan pihak lain.
4. Simpati. Proses simpati sebenarnya merupakan suatu proses ketika seseorang merasa
tertarik pada pihak lain.

Suatu interaksi sosial tidak akan terjadi apabila tidak memenuhi dua syarat, yaitu adanya
kontak sosial (social-contact) dan komunikasi.

Kontak sosial dapat berlangsung dalam tiga bentuk, yaitu:


1. Antara perorangan
2. Antara perorangan dan suatu kelompok manusia atau sebaliknya.
3. Antara kelompok manusia dan kelompok manusia lainnya.

Perlu di catat bahwa terjadinya suatu kontak tidak semata-mata tergantung dari tindakan,
tetapi juga tanggapan terhadapan tindakan tersebut. Seseorang dapat saja bersalaman dengan
sebuah patung dan bermain mata dengan seorang buta sampai berjam-jam lamanya, tanpa
menghasilkan suatu kontak.
Kontak sosial tersebut dapat bersifat positif dan mengarah pada suatu kerja sama,
sedangkan yang bersifat negative mengarah pada suatu pertentangan atau bahkan sama sekali
tidak menghasilkan suatu interaksi sosial. Misalnya, pedagang sayur menawarkan dagangannya
kepada seorang nyoya rumah dan diterima dengan baik, sehingga terjadi jual beli, kontak
tersebut di artikan bersifat positif. Hal itu mungkin terjadi karena pedagang tersebut bersifat
sopan dan dagangannya adalah sayur mayur yang masih segar. Lain halnya apabila nyoya rumah
bersungguh-sungguh sewaktu di tawari sayuran, kemungkinan besar tidak akan terjadi jual beli.
Dalam hal ini, terjadi kontak negative yang dapat menyebabkan berlangsungnya suatu  interaksi 
sosial.
Bentuk interaksi sosial dapat berupa;
 kerja sama (cooperation),
 persaingan ( competition),
 Dan bahkan dapat juga berbentuk pertentangan atau pertikaian (comflict).

 Suatu pertikaian mungkin  mendapatkan suatu penyelesaian tersebut mungkin hanya


dapat di terima sementara waktu. Proses penyelesaian tersebut dinamakan akomodasi
(accommodation) dan dalam proses ini kedua belah pihak belum tentu puas sepenuhnya.

 Suatu keadaan dapat di anggap sebagai bentuk keempat dari interaksi sosial dan interaksi
itu dimulai dengan kerja sama yang kemudian menjadi persaingan serta memuncak menjadi
pertikaian untuk akhirnya sampai pada akomodasi. Sebagai contoh, apabila suatu kelompok baru
(mis, kaum transmigran dari Madura) datang untuk menetap di suatu daerah yang telah ada
penduduknya dan merupakan masyarakat asli daerah tersebut (mis, di Kalimantan). Mula-mula
tampak terjadinya persaingan antara kaum pendatang dengan masyarakat asli. Pokok perselisihan
sebenarnya adalah mengenai hak milih atas tanah dan persangkaan bahwa pemerintah terlalu
memanjakan kaum transmigran. Persaingan tersebut di beberapa tempat sampai memuncak
menjadi suatu pertikaian, contohnya, di sampit. Pemerintah setempat berusaha dan berhasil
mengatasi masalah tersebut dan tercapainya keadaan akomodasi yang kemudian menjadi dasar
dari suatu kerja sama.

Gillin dan gilin mengadakanpengelompokan proses sosial yang timbul sebagai akibat
adanya interaksi sosial me njadi dua, yaitu sebagai berikut :
1. Proses asosiatif (processes of association). Terbagi dalam tiga bentuk khusus, yakni
akomodasi, asimilasi, dan akulturasi.
2. Proses disosiatif ( processes of dissociation), mencakup persaingan dan persaingan yang
meliputi kontrapensi dan pertentangan atau pertikaian.

Sistematika lain pernah pula di kemukakan oleh Kimball young, menurutnya bentuk
proses sosia adalah sebagai berikut:
1.   Oposisi, yang mencakup persaingan dan pertentangan atau pertikaian.
2.   Kerja sama yang menghasilkan akomodasi.
3.   Diperensiasi yang merupakan suatu proses ketika seseorang dalam masyarakat memperoleh
hak dan kewajiban yang berbeda dengan orang lain dalam masyarakat atas dasar perbedaan usia,
seks dan pekerjaan.Diperensiasi tersebut menghasilkan system berlapis-lapis dalam masyarakat.
Tomatsu shibutantani mengusulkan pola innteraksi yaitu sebagai berikut :
1.      Akomodasi dalam situasi rutin.
2.      Ekpresi pertemuan dan anjuran.
3.      Interaksi strategis dalam pertentangan.
4.      Pengembangan prilaku massa.

AGENS SOSIALISASI

1. Keluarga

Proses sosialisasi dimulai di dalam keluarga dan melibatkan peran orang tua, terutama
ibu yang sangat penting dalam proses ini. Keluarga adalah kelompok prantara pertama yang
memperkenalkan nilai kebudayaan kepada anak dan di dalam keluarga anak, mengalami antar
aksi dan disiplin pertama yang dikenakan kepadanya dalam kehidupan sosial.
Ada banyak sekali jenis keluarga, seperti keluarga kecil atau besar, miskin atau kaya,
tinggal didusun atau di kota, dan bersama orang tua yang rukun atau bertengkar. Semua ini
mempengaruhi perkembangan kepribadian selanjutnya.      Oleh karena itu, sering pula
dinyatakan bahwa seorang criminal biasanya berasal dari keluarga yang berantakan dan anak
yang berasala dari suatu perkawinan yang bahagia mendapat kesempatan besar untuk bahagia
pula dalam perkawinan di kemudian hari.
Terdapat tiga syarat yang harus di penuhi oleh keluarga dalam pertumbuhan harga diri,
ketaatan, dan kebebasan pada anak-anaknya, yaitu menerima anak dengan kasih saying penuh
menegakan beberapa batas tegas kelakuan yang tidak boleh di langgar dan memberi sebanyak
mungkin   kebebasan selam batasan tidak dilanggar anak.

2. TEMAN
Proses sosialisasi pada anak di awali dengan ketidak mauan anak untuk bermain dengan
orang lain, ia hanya bermain sendirian dan pikirannya masih bersifat egosentris,egosentris tidak
sama dengan egoitis. Egoitis berarti hanya mementingkan kepentingan diri sendiri, sedangakan
egosentris berarti memikirkan atau ,membayangkan pendirian orang lain. Tahap selanjutnya,
anak mulai bergabung dan bermain dengan teman-teman sebayanya dari umur yang sama peers.
Dalam antar aksi tersebut, khususnya dalam pertengkaran dan perselisihan dengan teman
sebaya anak terpaks harus meninjau kembali pikiran dan anggapannya yang mendapat sorotan
atau berbeda dari pihak lain. Hal ini membebaskananak dari cara berpikir egosentrisv( cognitive
egosentrism).

Sesudah umur 7-8 tahun Nampak adanya kemajuan dalam kooperasi proses ini berjalan
sejajar dengan kemajuan intelektual dan penguasaan logika dengan bertambahnya umur
bertambah pula pengaruh kelompok teman seumur ( peer groups). Awalnya, pendapat orang tua
sangat penting bagi anak. Tetapi kini pendapat teman menjadi penting pula.
BAB II
KEBUDAYAAN

A.PENGERTIAN KEBUDAYAAN

            Kata Kebudayaan berasal dari kata sangsekerta buddhayah, yaitu bentuk jamak dari
buddhi (budi Atau akal). Dengan demikian, Kebudayaan berarti hal-hal yang bersangkutan
dengan akal. Budaya adalah ”daya dari budi” yang berupa cipta karsa dan rasa, sedangkan
”Kebudayaan” adalah hasil dari cipta karsa dan rasa itu sendiri.
Beberapa pendapat ahli mengenai kebudayaan itu sendiri:
1. Ki Hajar Dewantara
Kebudayaan berarti buah budi manusia yang merupakan hasil perjuangan manusia terhadap dua
pengaruh kuat, yakni alam dan zaman ( kodrat dan masyarakat).
2. Alisyahbana  Sutan Taakdir
Kebudayaan adalah manisfestasi dari cara berfikir sehingga pola kebudayaan itu sangat luas
karena semua tingkah laku dan perbuatan tercakup di dalamnya dan dapat di ungkap pada basis
dan cara berfikir, termasuk perasaan juga merupakan maksud dari pikiran.
3. Koentjaraningrat
Kebudayaan berasal dari keluhuran gagasan dan karya manusia yang harus dibinasakan dengan
belajar beserta keseluruhan dari hasil budi pekertinya.
4. A.L. Kroeber dan C. Kluckhohn
Dalam bukunya Culture, A Critcal Review of concept and Definition (1952) mengatakan
kebudayaan adalah manisfestasi atau penjelmaan kerja jiwa manusia dalam arti seluas-luasnya.
5. Malinowski
Kebudayaan pada perinsipnya berdasarkan atas berbagai sistem kebutuhan manusia. Tiap tingkat
kebutuhan itu menghadirkan corak budaya yang khas.
6. C. A Van Peursen
Kebudayaan di artikan sebagai manisfestasi keidupan setiap orang dan kehidupan setiap
kelompok orang dapat kelainan dengan hewan.

B. WUJUD KEBUDAYAAN

J.J Honigmann yang dalam buku pelajaran antropologinya berjudul The World Of Man (1959)
membedakan tiga gejala kebudayaan yaitu ide, aktifitas dan artifak. Terdapat tiga wujud
kebudayaan yaitu sbb:
1. Wujud kebudayaan  sebagai suatu ompleks dari ide, gagasan, nilai, norma, peraturan. Ide dan
gagasan manusia banyak yang hidup bersama dalam suatu masyarakat dan memberi jiwa
kepada masyarakat itu. Gagasan itu tidak lepas dari satu yang lainnya, tetapi selalu berkaitan
menjadi suatu sistem.
2. Wujud kebudayaan sebagai suatu komplek aktifitas serta tindakan berpola dari manusia
dalam masyarakat.system social ini terdiri dari aktifitas-aktifitas manusia yang berinteraksi,
berhubungan serta bergaul satu dengan yang lainnya dari detik ke detik, dari hari ke hari, dan
dari tahun ke tahun selalu menurut pada pola-pola tertentu yang berdasarkan adat, tata
kelakuan.
3. wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia disebut kebudayaan fisik dam
tidak memerlukan banyak penjelasan.kebudayaan fisik merupakan semua hasil fisik dari
aktifitas,perbuatan dan karya semua manusia dalam masyarakat sehingga bersifat nyata dan
berupa benda-benda atau hal –hal yang dapat diraba dilihat dan di foto.

C. Unsur-unsur kebudayaan

Menurut Kluckhohn dalam karyanya universal categoris of culture. Ada tujuh unsur kebudayaan
a) system religi dan upacara keagamaan merupakan produk manusia sebagai homo religius
b) system organisasi kemasyarakatan merupakan produk dari manusia sebagai homo socius.
c) System pengetahuan merupakan produk dari manusia sebagai homo sapiens
d) System mata pencarian hidup yang merupakan produk dari manusia sebagai homo
economicus.
e) System teknologi dan peralatan merupakan produk dari manusia sebagai homo  faber.
D. sifat kebudayaan

Selain memiliki unsur dan wujud,kebudayaan memiliki sifat.


Secara umum,terdapat tujuh sifat kebudayaan di antaranya :
a) kebudayaan beranekaragam, keanekaragaman kebudayaan disebab kan beberapa
faktor,antara lain karena manusia tidak memiliki struktur anatomi secara khusus pada
tubuhnya.
b) kebudayaan dapat diterustan secara sosial dan belajar penerusan kebudayaan dapat dilakukan
secara horizontal dan vertical.dengan daya ingat yang tinggi,manusia mampu menyimpan
pengalaman sendiri maupun yang diperoleh dari orang lain.
c) Kebudayaan dijabarkan dalam komponen biologi,psikologi dan sosiologi.
d) Kebudayaan mempunyai struktur
e) Kebudayaan mempunyai nilai. Nilai kebudayaan adalah relatif,bergantung pada sapa yang
memberi nilai dan alat ukur apa yang dipergunakan.
f) kebudayaan mempunyai sifat statis dan dinamis. Kebudayaan dikatakan statis apabila suatu
kebudayaan sangat sedikit perubahannya dalam tempo yang lama,begitu pula sebaliknya.
g) kebudayaan dapat dibagi dalam bermacam-macam bidang atau ospek.
 
BAB III
MANUSIA DAN MASYARAKAT

a.Konsep manusia

Menurut teori Darwin manusia berasal dari hewan moyet yang setelah ,melewati
beberapa ratus tahun secara perlahan berubah menjadi wujud manusia. 
Dalam   keluarga  , manusia termasuk  hominidae . Manusia sudah merupakan kelompok
sendiri  . Menurut jenisnya  manusia merupakan  homo sapiens  yang berarti makhluk cerdas 
atau bijaksana yang mampu menciptakan kebudayan . Bedasarkan fisiknya ,  homo sapiens 
dapat dibedakan menjadi tiga ras .
a. Negroid  ,ciri khasnya adalah berkulit hitam dan berambut  keriting .
b. Mongoloid ,ciri  khasnya adalah berkulit kuning dan rambutnya  lajur              (   lurus )
c. aucasoid , ciri khasnya adalah berkulit putih dan rambutnya berombak

Perkawinan campuran  membuat suatu kebudayaan  emakin kecil . Perubahan cirri khas
dari bentuk tubuh akibat perkawinan  campuran  ras  tidak jauh berbeda , tetapi terjadi
perubahan  yang sangat nyata pada kebudayaan .

 Faktor- faktor  dalam kehidupan manusia adalah sebagai berikut .

a) Manusia biologis atau herediter . Dengan meninjau  warisan biologis , dapat dikatakan 
bahwa manusia biologis  meliputi bakat manusia untuk belajar dan  menjadi dasar utama
untuk pertumbuhan  kebudayaaan  hasil pengajaran  dan  pelajaran.
b) Keadaan disekatar manusia atau lingkungan alamiah. Manusia harus menyesuaikan 
kepekaan alam  sebagai makhluk   manapun juga.
c) Manusia sosial yang dilahirkan melalui keluarga .
d) Kelompok manusia dpengaruhi oleh jiwa dan sifat  manusia  yang membentuk   kepribadian
seseorang .

b.MANUSIA  MAKHLUK BUDAYA

Semakin manusia bertambah ,  semakin kebudayaan bertambah ,  dan pengaruhnya


semakin bertambh penting . kehidupan manusia di suatu daerah , misalnya  kota cibinong
 Yang terletak di di dekat kota Jakarta,sagat berbedah dengan perubahan dimaros yang
tereatak pinggir kota makasar.masyarakat di daerah cibinong yang awalnya sebagai pejkerja
petani, kini bekerja di pabrik semen dengan pengasilan hasil kerjanya .jika di dengan zaman dulu
, perubahan ini tidak dapat di tafsirkan dari sudut keadaan alam maupu dari sudut biologis
manusia karna keduanya tidak berubah , yang berubah adalah kebudayaan dan masyarakat .
kebudayaan menjadi bertambah luas dan sifat serta coraknya beraneka warna . masyarakat
semakin maju mengikuti perkembangan zaman. Peranan kebudayaan material menjadi makin
penting

c.KONSEP   KELUARGA

          Sejak awal , manusia lahirsebagai individu yang hidup dalam kelompok.hal ini merupakan
awal kehidupan dalam keluaga . kelompok penting yang dimiliki oleh individu baru lahir  ialah
keluarga. Onggota keluaga yang baru lahir berinteraksi dengan ibu,ayah,dan saudaranya. Makin
bertambahnya umur, pergaulan anak makin luas, jumlah hubungan bertambah, begitu pula
keanggotaan dalam berbagai kelompok(mis,kelompok hubungan teman sepermainan , tetangga,
sekolah, dan asosiasi). Tiap individu  memiliki  kedudukan  dan menjalankan  fungsi dan  atau
peranan tertentu  didalm kelompoknya. Seiring dengan  bertambahnya usia , jumlah 
antarhubungan  mulai berkurang  hingga akhirnya , berhenti  karena individu  meninggal Namun 
, bagi  orang yang ditinggalkan , antarhubungan  dengan yang meninggal  belum berhenti karena
masih harus  menyelesaikan  upacara  pemakaman  menurut agama dan adat istiadat .
      Dalam segenap proses kehidupannya , individu mengalami berbagai situasi sosial yang
berubah terus menerus mrenurut umurnya (dari anak-anak menjadi dewasa, lalu tua) Dan
menurut setatusnya dalam pelbagai lembaga pandidikan dan pengajaran , pelbagai jenis
pekerjaan dan jabatan , perkawinan,dsb.

d.KONSEP    MASYARAKAT
Istilah masyarakat   berasal  dari  akar bahasa  Arab “ yang berarti  ikut serta     
berpatisipasi . Dalam  bahasa inggris  dipakai  istilah  society yang berasal  dari kata latin  socius 
yang berarti kawan .Ada beberapa  sarjana  yang  memberikan  definisi  tentang masyarakat ,
antara lain   sebagi berikut :          
1) Koentjaraningrat  menyatakan  masyarakat  adalah kesatuan  hidup manusia  yang
berinteraksi  menurut kesatuan  sistem  adapt istiadat  tertentu yang bersifat  kontinu , dan 
yang terikat  oleh suatu identitas  bersama
2)  Selo soemardjan  mengatakan  bahwa masyarakat  adalah orang – orang  yang hidup
bersama , yang menghasilkan  kebudayaan .
3) J.L  Gillin  dan J.P  Gillin mengatakan  bahwa masyarakat  adalah kelompok  manusia
terbesar   dan mempunyai kebiasaan , tradisi , sikap , dan perasaan  persatuan yang sama .
4) Ralph Linton  menyebutkan  bahwa masyarakat  adalah setiap  kelompok  manusia  yang
telah  hidup dan bekerja  bersama  cukup lama  sehingga  mereka  dapat mengatur  diri
sendiri  dan menganggap  diri mereka  sebagai suatu  kesatuan  sosial  dengan batas- batas 
yang dirumuskan degan jelas .
5) Mac Iver  dan Page  mengatakan bahwa  masyarakat adalah  suatu sistem  dari kebiasaan  dan
tata cara ,  dari wewenang  dan kerjasama  antara  berbagai kelompok  dan penggolongan ,
dari pengawasan  tingkah laku  serta kebebasan- kebebasan manusia .
6) M.J .Herskovits mengemukakan  bahwa masyarakat  adalah  kelompok individu  yang 
diorganisasikan  dan mengikuti  satu cara  hidup tertentu

          Masyarakat  dalam arti luas  adalah keseluruhan  hubungan  dalam hidup  bersama  dengan
tidak dibatasi  oleh lingkungan , bangsa , atau keseluruhan  darisemua hubungan  dalam hidup
masyarakat  . Masyarakat dalam arti sempit  adalah   sekelompok  manusia yang dibatasi  oleh
aspek-aspek tertentu, misalnya territorial,bangsa , dan golongan  . Hal ini  menciptakan  adanya 
masyarakat  Dayak . , masyarakat  Bugis  dan masyarakat  Sunda .
        Unsur  untuk terbentuknya  suatu masyarakat  adalah  kelompok manusia  dan berjumlah
banyak , telah berjalan  dalam waktu yang lama , bertempat tinggal  dalam daerah  tertentu . dan
memiliki  aturan  ( undang- undang)  yang mengatur  mereka  untuk  satu cita- cita yang sama .  
Dinamika  masyarakat  adalah kelompok  gerak  atau kekuatan   yang dimiliki  sekumpulan 
orang di masyarakat  yang dapat menimbulkan  perubahan  pada tata hidup  masyarakat yang 
bersangkutan .

BAB IV
PERUBAHAN PERILAKU

5.1  TEORI AKSI

Teori aksi pada mulanya dikembangkan oleh Max Weber, seorang ahli sosiologi dan
ekonomi yang tenama. Waber berpendapat bahwa individu melakukan suatu tindakan
berdasarkan pengalaman, persepsi, pemahaman, penafsiran, objek stimulus, atau situasi tertentu.
Tindakan individu ini merupakan tindakan social yang rasional, yaitu mencapai tujuan atau
sasaran dengan menggunakan sasaran yang paling tepat (Ritzat, 1983).
            Teori Waber dikembangkan lebih lanjut oleh Talcott Parsons, yamg dimulai dengan
mengritik Waber, menyatakan bahwa aksi bukanlah prilaku. Aksi merupakan tanggapan respons
mekanis terhadap suatu stimulus, sedangkan perilaku adalah suatu proses mental yang aktif dan
kereatif. Menurut Parsons, yang utama bukanlah tindakan individual melainkan norma dan nilai
sosial yang menuntun dan mengatur prilaku (Polonma, 1987) Parsons melihat bahwa tindakan
individu dan kelompok di pengaruhi tiga system, yaitu system sosial, system budaya dan, system
kepribadian masing-masing individu. Kita dapat mengaitkan individu dengan system sosial nya
melalui status dan perannya. Dalam setiap sistem sosial, individu menduduki suatu tempat
( status ) tertentu dan bertindak ( berperan ) sesuai dengan norma atau aturan yang di buat oleh
sistem tersebut dan prilaku individu di tentukan pula oleh tipe kepribadiannya. Contohnya,
keputusan seseorang untuk ikut atau menolak program KB tidak hanya bergantung pada
kedudukannya dalam komunitas itu ( seorang guru atau seorang petani ) atau jenis metode
kontrasepsi (pencegahan kehamilan ) itu sesuai atau tidak dengan agama yang di anutnya. Selain
itu, kepatuhan atau keberaniannya menolak KB akan menimbulkan rasa tidak enak terhadap
tetangga dan tokoh masyarakat.

5.2  TEORI PERILAKU PERTUKARAN


Dalam upaya menjelaskan fenomena sosial, George Homans mengembangkan teori
pertukaran berdasarkan prinsip – prinsip transaksi ekonomi, yaitu manusia menawarka jasa /
barang tertentu dengan harapan memperoleh imbalan jasa / barang lain. Interaksi sosialpun
menggunakan prinsip resiprositas seperti dalam transaksi ekonomi. Artinya, individu melakukan
suatu tindakan demi mendapatkan imbalan atau justru untuk menghindari hukuman. Perilaku
individu di arahkan oleh norma sosial. Konformitas terhadap norma kelompok akan
mendapatkan imbalan / hadiah, sedangkan penyelewengan apalagi pemberontakan terhadap
norma kelompok akan menerima hukuman. Teori Homans ini di nama kan teori prilaku
pertukaran ( Poloma, 1987). Bagi Homans, tujuan memperbesar keuntungan atau imbalan dan
seluruh fenomena sosial dapat di analisis sebagai bentuk – bentuk pertukaran.
Homans menggunakan teori behaviorism dari ahli psikologi Skinner dalam usaha
menjelaskan proses pertukaran dalam perilaku individu dan kelompok. Ia meminjam istilah-
istilah yang di gunakan oleh Skinner sehubungan dengan perubahan perilaku, yaitu sukses,
stimulus, nilai, kekurangan versus kejenuhan, dan persetujuan versus agresi, dan di buatnya
proposisi sebagai berikut.
a)      Sukses. Makin sering suatu tindakan menghasilkan imbalan / hadiah, akan makin kuat
kecendrungan individu untuk melakukan tindakan tersebut. Keberhasilan memperkuat suatu
tindakan. Murid/mahasiswa yang mendapat nilai baik dalam ulangan / ujiannya, jika ia belajar
dengan baik akan lebih semangat dalam belajar sebelum menghadapi ulangan / ujian berikutnya.
b)      Stimulus. Jika di masa lalu tindakan individu sebagai tanggapan dari suatu stimulus tertentu
mendapat imbalan posistif, ketika stimilis serupa timbul lagi, individu cendrung mengulangi
tindakan yang sama. Pengalaman masa lalu penting bagi penentuan perilaku individu. Anak yang
di beri hadiah karena ia mau di periksa giginya oleh dokter gigi, akan bersedia pergi lagi ke
dokter gigi.
c)      Nilai. Makin tinggi harga / nilai suatu hasil tindakan bagi individu, makin besar kemungkinan
individu tersebut melakukannya . makin tinngi nilai gelar dokter bagi seorang individu, makin
besar pula motifasi untuk study dan mencapai gelar dokter.
d)      Kekurangan-kejenuhan. Makin sering individu menerima imbalan tertentu makin kecil makna
imbalan tersebut baginya. Sebaiknya, makin jarang imbalan di peroleh, makin besar makna
imbalan itu. Proposisi ini menunjukan relatifitas nilai suatu imbalan sehubungan dengan
kemudahan untuk mencapai imbalan tersebut.
e)      Persetujuan-agresi. Apabila seseorang tidak menerima imbalan yang di harapkan atau ia
menerima hukuman di luar harapannya, ia cendrung bertindak agresif. Jika tindakan individu di
beri imbalan seperti yang di harapkan atau ia tidak di hukum karenanya, ia akan setuju untuk
melakukan tindakan tersebut. Unsur emosi akan terlihat jelas saat individu marah karena merasa
di perlakukan tidak adil dan akan senang bila harapannya terpenuhi.

Proposisi yang di ajukan oleh Homans tersebut berkaitan dan merupakan suatu kesatuan.
Artinya setiap individu menentukan tindakannya  dengan mempertimbangkan semua faktor yang
di kemukakan dalam proposisi tersebut. Hubungan dan kedudukan manusia dalam masyarakat 
harus terjalin dengan adil. Dalam proses aksi sosial, manusia mengharapkan untuk memperoleh
imbalan yang sesuai dengan pengorbanan atau biaya yang telah di keluarkannya. Umumnya,
manusia cendrung membandingkan diri nya dengan orang lain yang sejajar dengannya, bukan
membandingkan dirinya dengan orang yang sangat berbeda dengannya. Ia juga membandingkan
dirinya dengan orang yang terlibat dalam proses pertukaran dengannya

5.3  MODEL PERUBAHAN PERILAKU DARI GREEN


Suatu teori lai yang di kembangkan oleh Lawrence Green mengatakan bahwa kesehatan
individu / masyarakat di pengaruhi oleh dua faktor pokok, yaitu faktor prilaku dan faktor di luar
prilaku (non-perilaku). Faktor perilaku di tentukan oleh tiga kelompok faktor,yaitu faktor
predisposisi, pendukung dan pendorong. Faktor predisposisi (predidposing factors) mencakup
pengetahuan individu, sikap, kepercayaan, tradisi, norma sosial, dan unsur-unsur lain yang
terdapat dalam diri individu dan masyarakat. Faktor pendukung (enabling factors) ialah
tersedianya sarana pelayanan kesehatan dan kemudahan untuk mencapainya, sedangkan faktor
pendorong (reinforcing factors) adalah sikap dan prilaku petugas kesehatan.Green menyatakan
bahwa pendidikan kesehatan mempunyai peranan penting dalam mengubah dan menguatkan
ketiga kelompok faktor itu agar searah dengan tujuan kegiatan sehingga menimbulkan prilaku
positif dari masyarakat terhadap program tersebut dan terhadap kesehatan pada umumnya. 

Model Green ini dapat di gunakan untuk menganalisis program imunisasi di indonesia.
Pemerintah menyediakan sarana obat dan petugas imunisasi memberikan penyuluhan
(pendidikan kesehatan) dan mendekati para ibu yang anaknya memerlukan imunisasi (faktor
pendorong) sehingga ibu-ibu tersebut menjadi paham mengenai pentingnya mencegah penyakit
melalui imunisasi tersebut (faktor predisposisi). Ini semua di arahkan untuk mencapai perilaku
positif, yaitu membawa anak ke posyandu, puskesmas atau praktik dokter swasta untuk
imunisasi. Selain perilaku, ada pula aspek non-perilaku dapat mempengaruhi pencapaian
kesehatan individu / masyarakat, misalnya sulitnya mendapatkan sarana kesehatan, mahalnya
biaya transportasi dan pengobatan

Berkaitan dengan teori Green, di kembangkan teori lain yang di namakan health belief
model oleh Rosenstock (1982). Ia percaya bahwa perilaku individu di tentukan oleh motif dan
kepercayaannya. Tanpa memperdulikan apakah motif dan kepercayaan tersebut sesuai atau tidak
dengan realitas atau pandangan orang lain tentang apa yang baik untuk individu tersebut. Sangat
penting untuk membedakan antara kebutuhan kebutuhan kesehatan yang objektif dan yang
subjektif. Kebutuhan kesehatan yang ojektif ialah kebutuhan yang diidentifikasi oleh petugas
kesehatan berdasarkan penilaiannya yang profesional, yaitu adanya gejala yang dapat
mengganggu / membahayakan kesehatan individu. Sebaliknya, individu menentukan sendiri
apakah dirinya mengalami suatu penyakit berdasarkan perasaan dan penilaiannya sendiri.
Pendapat / kepercayaan ini dapat sesuai dengan realitas, tetapi dapat pula berbeda kenyataan
yang di lihat orang lain. Meskipun berbeda dengan realitas, menurut rosenstock, pendapat
subjektif inilah yang merupakan kunci dari di lakukannya atau di hindarinya suatu tindakan
kesehatan. Artinya, individu akan melakukan suatu tindakan untuk menyembuhkan penyakitnya
jika ia merasa terancam oleh penyakit tersebut. Jika tidak, ia tidak akan melakukan tindakan apa
pun.
            Model kepercayaan kesehatan ini mencakup lima unsur utama (Rosenstock, 1982).
Pertama adalah persepsi individu tentang kemungkinannya terkena suatu penyakit (perceived
susceptibility). Mereka yang merasa dapat terkena penyakit akan lebih cepat merasa terancam.
Unsusr yang ke dua adalah pandangan individu bahwa makin berat penyakit tersebut, makin
besar ancamannya. Ancaman ini mendorong individu melakukan tindakan pencegahan atau
penyembuhan penyakit. Namun, ancaman yang terlalu besar akan menimbulkan rasa takut dalam
diri individu yang justru akan menghambat dalam melakukan tindakan karena individu tersebut
merasa tidak berdaya melawan setiap ancaman. Untuk mengurangi rasa terancam, ditawarkan
suatu alternatif tindakan oleh petugas kesehatan. Setuju atau tidaknya tentang manfaat dan
hambatan pelaksanaan alternatif tersebut individu akan mempertimbangkan, apakah alternatif itu
memang dapat mengurangi ancaman penyakit dan akibatnya yang merugikan. Namun sebainya,
akan konsekuensi negativ dari tindakan yang di anjurkan itu (biaya yang mahal, rasa malu, takut
akan rasa takut, dsb) seringkali menimbulkan keinginan individu untuk menghindari alternatif
yang di anjurkan oleh petugas kesehatan. Hal ini menunjukan perceived benefits and
barriers dari tindakan yang di anjurkan. Untuk memutuskan menerima tau menolak alternative
tindakan tersebut di perlukan satu unsur lagi, yaitu faktor pencetus (cues to action).

5.4  SIFAT SISTEM LAPISAN MASYARAKAT

            Sistem lapisan di dalam suatu masyarakat dapat bersifat tertutup (closed soosial
strafication) dan terbuka (open social strafication) system lapisan yang bersifat tertutup
membatasi kemungkinan pindahnya seseorang dari suatu lapisan ke lapisan yang lain. Dalam
system yang demikian, satu-satunya jalan untuk menjadi anggota suatu lapisan masyarakat
adalah kelahiran. Sebaliknya di dalam system terbuka , setiap anggota masyarakat mempunyai
kesempatan untuk naik lapisan dengan kemampuan sendiri untuk naik lapisan, atau bagi mereka
yang tidak beruntung, turun dari lapisan atas ke lapisan bawahnya. Umumnya system terbuka
memberi perangsang yang lebih besar kepada setiap anggota masyarakat dan di jadikan landasan
pembangunan masyarakat, tidak demikian dengan system yang tertutup.
            System tertutup jelas terlihat pada masyarakat India yang berkasta, didalam masyarakat
yang feodal, atau masyarakat yang lapisannya bergantung pada perbedaan rasial. Pada
masyarakat India, system lapisannya sangat kaku dan menjelma dalam kasta-kasta. Kasta di
India mempunyai ciri-ciri tertentu, yaitu sbb.
1. Keanggotaan pada kasta di peroleh karena warisan / kelahiran. Anak yang lahir akan
memperoleh kedudukan orang tuanya.
2. Keanggotaan yang di wariskan berlaku seumur hidup karena seseorang tidak mungkin
mengubah kehidupannya, kecuali bila ia di keluarkan dari kasta nya.
3. Perkawinan bersifat endogam, artinya harus di pilih dari orang yang sekasta.
4. hubungan dengan kelompok-kelompok sosial lainnya bersifat terbatas.
5. Kesadaran pada keanggotaan suatu kasta tertentu, terutama nyata dari nama kasta,
identifikasi anggota pada kastanya pentesuaian dari yang ketat terhadap norma-norma kasta dsb.
6. Kasta di ikat oleh kedudukan yang secara tradisional telah di tetapkan.
7. Prestise suatu kasta benar-benar di perhatikan.

Sistem kasta di india telah ada sejak beberapa abad yang lalu.istilah kasta dalam bahasa india
adalah yati, sedangkan sistemnya di sebut varna. Menurut kitab Rig-Veda dan kitab-kitab
Brahmana, dalam masyarakat india kuno di jumpai empat varna yang tersusun dari atas ke
bawah. Masing-masing adalah kasta Brahmana, Ksatria, Vaicya, dan Sudra. Kasta Brahmana
merupakan kasta para pendeta, yang di pandang sebagai lapisan tertinggi. Ksatria merupakan
kasta orang-orang bangsawan dan tentara di pandang lapisan ke dua. Kasta Vaicya merupakan
kasta para pedagang yang di anggap sebagai lapisan menengah (ketiga), dan Sudra adalah kasta
orang-orang biasa (rakyat jelata), mereka yang tidak berkasta adalah golongan Paria. Susunan
kasta tersebut sangat kompleks dan hingga kini masih di pertahankan dengan kuat, walaupun
orang-orang india sendiri kadang kala tidak mengakuinya . sistem kasta di india, juga di jumpai
di Amerika Serikat. Terdapat pemisahan tajam antara golongan kulit putih dan golongan kulit
berwarna, terutama orang-orang negro.

Sistem lapisan yang tertutup, dalam batas-batas tertentu, juga di jumpai pada masyarakat
bali. Menurut kitab suci orang bali, masyarakat berbagi dalam empat lapisan, yaitu Brahmana,
Ksatria,Vaicya, dan Sudra. Ketiga lapisan pertama biasanya di sebuttriwangsa, sedangkan
lapisan terakhir di sebut jaba yang merupakan lapisan dengan jumlah warga terbanyak. Keempat
lapisan tersebut terbagi lagi dalam lapisan-lapisan khusus. Biasanya kita mengetahui asal
kastaseseorang dari gelarnya, gelar-gelar tersebut di wariskan menurut garis keturunan laki-laki
(patrilineal). Gelar ini meliputi Ida Bagus, Tjokorda, Dewa, Ngahan, Bagus, I Gusti, dan Gusti.
Gelar pertama adalah gelar bagi orang Brahmana, gelar kedua sampai dengan keempat adalah
gelar bagi orang-orang Satria, sedangkan yang kelima dan keenam berlaku bagi orang-orang
Vaicya. Orang-orang Sudra juga memakai gelar-gelar, seoerti Pande, Kbon, dan Pasek dahulu
kala, gelar tersebut berhubungan erat dengan pekerjaan orang-orang yang bersangkutan.
Walaupun gelar tersebut tidak memisahkan golongan-golongan secara ketat, hal ini sangat
penting dalam sopan santun pergaualan. Di samping itu, hukum adat juga menetapkan hak-hak
bagi pemakai gelar, misalnya dalam memakai tanda-tanda, perhiasan, atau pakaian tertentu.
Kehidupan sistem kasta di bali umumnya terlihat jelas dalam hubungan perkawinan. Seorang
gadis dari suatu kasta tertentu, umumnya di larang bersuamikan seseorang dari kasta yang lebih
rendah.
Secara visual sifat-sifat lapisan adalah sebagai berikut :
1.      sistem lapisan tertutup: mobilitas sangat terbatas atau bahkan mungkin tidak ada.

2.      sistem lapisan terbuka: kemungkinan mengadakan


mobilitas sangat besar
 
 
3.     sistem lapisan campuran.

      Non-pribumi                                                                                      Pribumi

BAB V
NORMA DAN NILAI

6.1. nilai-nilai sosial

Menurut Munandar Soelaeman, nilai adalah sesuatu yang dipentingkan manusia sebagai
subjek, menyangkut sesuatu yang baik atau yang buruk, sebagai abstraksi,pandangan, atau
maksut dari berbagai pengalaman dengan seleksi perilaku yang ketat. Menurut Alo Liliweri, nilai
adalah sebuah kepercayaan yang didasarkanpada sebuah kode etik didalam masyarakat. Nilai
menunjukkan tentang apa yang benar dan salah ,baik dan dan buruk, juga menunjukan tentang
bagaimana pengalaman hidup di masa lalu.Nilai merupakan unsur penting dalam budaya karena
menentukan seseorang boleh atau tidak boleh melakukan sesuatu.
Dengan kata lain, nilai merupakan patokan atau standar perilaku sosial yang
melambangkan baik /buruk  atau benar/salahnya suatu objek dalam hidup bermasyarakat
sehingga nilai dapat mempengaruhi perilaku seseorang.Menurut Abdulsani, nilai dapat dikatakan
sekumpulan perasaan mengenai apa yang diinginkan atau apa yang tidak diharapkan,mengenai
apa yang boleh dilakukan atau yang tabu dilakukan. Contohnya, Seorang Ibu memutuskan untuk
tidak bekerja ( diluar rumah tangga ) selama anak-anaknya berumur balita, ia ingin mengasuh
anaknya sendiri tanpa pengasuh karena ia melihat pendidikan anak belitanya sangat penting.Ada
pula seorang Ibu yang akan menyusui bayinya hingga berumur 2 tahun, ia menilai ASI-nya
sangat berharga bagi pertumuhan dan perkembangan bayinya.

Dalam kedua kasus di atas, tampak bahwa pendidikan anak balita dan pemberian ASI bagi
kedua Ibu tersebut merupakan nilai-nilai yang dipegang teguh seorang Ibu yang mengetahui arti
pendidikan balita dan arti ASI bagi bayinya.Kedua Ibu tersebut  akan merasa bersalah bila tidak
melakukan hal tersebut, terutama bila dikemudian hari terjadi sesuatu yang dapat merugikan
kedua anaknya.
Nilai bagi oranglain dapat berbeda karena nilai bisa berlaku bagi individu, sekelompak
orang, atau satu suku bangsa.Nilai yang berlaku untuk satu suku atau ras, misalnya pada daerah
tertentu,nilai anak laki-laki lebih tinggi daripada nilai anak perempuan. Hal ini terjadi karena
liki-laki dapat dijadikan sebagai penrus keturunan, sedangkan perempuan tidak.
Tidak semua ras/daerah mempunyai pandangan lebih terhadap anak lelaki dibanding anak
perempuan. Pada daerah lainjustru sebaliknya karena anak perempuan dapat dijadikan invest
bila dapat dikawinkan dengan lelaki kaya atau berpangkat, atau dipekerjakan sehingga cepat
mendatangkan uang.Contoh lain: pada era sebelum tahun enam puluhan , wanita yang baik
adalah yang pandai memasak, menjahit, menyulam, dan mengurus rumah tangga ,sedangkan
dizaman ini, nilai seorang wanita tidak lagi diukur dari kepandaiannya dalam mengurus rumah
tangga, tetapi lebih utama yang terpelajar atau berpengetahuan luas.
Untuk memperoleh gambaran yang lebih rinci tentang nilai, dapat dilihat pendapat D.A.
Wila Huky dalam Abdulsani, nilai-nilai mempunyai ciri-ciri sebagai berikut,
a.   Nilai tercipta secara sosial,bukan secara biologis ata bawaan sejak lahir. Artinya, nilai tercipta
melalui interaksi daripada anggota masyarakat.Nilai merupakan hasil interaksi yang dipelajari
berdasarkan pengalaman, nilai merupakan sesuatu yang timbul setelah ada proses sosial diantara
anggotanya.
b. Nilai-nilai ditularkan dari individu ke individu lain atau dari sekelompok masyarakat lain. Hal ini
memungkinkan setiap individu / kelompok  mempelajari dan menyetujuinya untuk digunakan
secara bersama atau individu.
c.   .Nilai dipelajari dan dicapai, bukan bawaan sejak lahir.Proses belajar dan pencapaian nilai-nilai
dimulaai sejak kanak-kanak dalam keluarga melalui sosialisasi.
d.   Nilai memuaskan manusia dan mengambil  bagian dalam usaha pemenuhan kebutuhan
sosial.Nilai yang disetujui dan yang telah diterima secara sosial menjadi dasar bagi tindakan dan
tingkah laku, baik secara pribadi atau group dan masyarakat secara keseluruhan. Nilai juga dapat
membantu masyarakat agar dapat berfungsi dengan baik.
e.   Nilai merupakan asumsi abstrak dan terdapat konsensus sosial tentang harga relatif dari objek
dalam masyarakat.Seperti dalam contoh diatas, nilai merupakan konsensus yang abstrak dan
sangat bergantung pada setiap individu/kelompok.
f.    Nilai cenderung berkaitan satudengan yang lain secara komunal untuk membentuk pola-pola dan
sistem nilai dalam masyarakat sehingga tidak menimbulkan problem sosial.Nilai memang dibuat
untuk mencegah timbulnya masalah sosial ddikemudian hari sehingga individu/masyarakat
cenderung mengikutinya menjadi pola dan sistem.
g.   Sistem nilai bervariasi antara kebudayaan satu dengan yang lain, sesuai dengan hharga relatif
yang diperlihatkan oleh setiap kebudayaan terhadap pola-pola akktivitas dari tujuan serta
sasaranya.
h.   Nilai selalu menggambarkan alternatif dan sistem nilai yang terdiri dari struktur rangking
alternatif itu sendiri sehingga dapat saling menyempurnakan dan mengisi.
i.    Masing-masing nilai dapat mempunyai efek yang berbeda pada tiap individu dan masyarakat
sebagai keseluruhan.
j. Nilai juga melibatkan emosi, karena biasanya diciptakan berdasarkan kebbutuhan rasa aman
sehingga bila tidak sesuai dengan nilai-nilai yang diyakininya, akan mengakibatkan rasa
bersalah.Sering kali, nilai-nilai juga berasal dari keyakinan berag individu atau masyarakat yang
bersangkutan.
k.   Nilai-nilai dapat mempengaruhi pengembangan pribadi dalam masyarakat secara positif maupun
secara negatif sehingga orang semakin tidak mau mengambil resiko dan mematuhi untuk
menjadikan rasa aman.
6.2. NORMA-NORMA SOSIAL
Nilai dan norma tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya, karna keduanya saling
berkaitan. Secara umum, norma merupakan nilai yang mengandung sanksi yang relatif tegas
terhadap pelanggarnya.Oleh karena itu, norma merupakan faktor pendorong bagi
individu/masyarakat untuk mematuhinya.
Menurut pandangan sosiologis, norma merupakan kekuatan dari serangkaian peraturan
umum, baik tertulis, mengenai tingkah laku manusia yang menurut kelompoknya baik atau
buruk, pantas atau tidak panntas.Norma dapat mengendalikan anggota kelompok untuk berbut
baik atau tidak baik menurut kelompok itu, membuat perasaan bersalah atau tidak bagi anggota
masyarakat tersebut.Norma dapat bersumber dari agama/kepercayaan suatu masyarakat.
Kekuatan norma menurut sosiologi dikenal dalam beberapa tingkatan, yaitu sebagai berikut.
a.Usage (cara berbuat).Pada tingka norma yang disebut cara, bila terjadi pelanggaran, hukumnya
sangat lemah.Misalnya, makan sambil berdiri atau berdecak.Pada tingkatan ini, lebih banyak
dinilai pelanggara antar-individu saja, tidak terkait dengan oranglain.
b.Folkways ( kebiasaan atau perbuatan yang berulang dalam bentuk yangg sama ).Karena banyak
orang setuju,perbuatan yang dianggap baik dapat menadi kebiasaan.Misalnya, berkata sopan
santun keada semua orang dan mengucapkan salam setiap bertemu orang.
c.Mores( tata-kelakuann ) adalah benntuk norma yang telah diakui oleh masyarakat sebagai
pengatur dalam setiap perilaku. Tata-kelakuan mempunyai kekuatan memaksa untuk berbuat
atau tidak berbuat sesuatu sehingga sanksinya adalah dikucilkan olehh masyarakat dari pergaulan
atau pengusiran dari linggkungannya.Ini biasa terjadi di daerah-daerah yang masih sangat kental
hukum adatnya,seperti di Bali,Sumatera Barat, dan Aceh..
d.Custom ( adat istiadat ) adalah tata kelakuan berupa aturan-aturan yang mempunyai
sanksi/hukuman yang lebih keras lagi, baik formal maupun non-formal.Misalnya, kasus
pemerkosaan, selain mendapat hukuman dari penegak hukum(formal ) sesuai undang-undang
tertulisnya, pemerkosa juga mendapat hukuman dari masyarakat ( non-formal ), bahkan lebih
berat, misalnya dipukuli atau diadili secara massal dan dikucilkan.
63 Nilai-nilai budaya
   Nilai budaya merupakan suatu idealisme bangsa. Apakag pancasila juga merupakan nilai-
nilai budaya bangsa indonesia?Ya, karena pancasila digali dari nilai-nilai yang ada sejak zaman
dahulu kala atau nenek moyang bangsa Indonesia dan merupakan cita-cita luhur penduduk di
kepulauan nusantara ini.Nilai-nilai budaya merupakan tingkat yang paling tinggi dan paling
abstrak dari adat istiadat suatu bangsa.
   Nilai merupakan konsep mengenai apa yang hidup dalam pikiran sebagian besar warga
suatu masyarakat , mengenai apa yang mereka anggap berniat, berharga, dan penting dalam
hidup, berfungsi  sebagai pedoman kehidupan warganya(Koentjaraningrat, 1990).
BAB  VI
MASALAH SOSIAL DAN KESEHATAN WANITA

8.1 MASALAH SOSIAL DAN KESEHATAN WANITA

Beberapa masalah sosial yang terjadi di masyarayat berdampak pada kesehatan


wanita,baik masalah langsung maupun tidak langsung.Permasalahan bertambah berat karena
sosial-budaya masyarakat indonesia belum mendukung sepenuhya kesempatan wanita di banding
pria dlm berperan sehingga perbaikan taraf hidup dan status kesehatannya menjadi terhambat.

8.2. Kemiskinan, Gizi, dan Kesehatan Wanita


       Anak-anak wanita yg dilahirkan dari keluarga miskin dan mengalami kekurangan gizi akan
mengalami kekurangan gizi pula pada saat hamil,dan akan melahirkan bayi ( wanita) yang
kekurangan gizi pula,demikian seturusnya.Banyak wanita yg di lahir kan dari keluarga miskin
lebih memilih mencari kerja pada usia remaja(14-15 tahun), baik sebagai pembantu rumah
tangga maupun sbgai buruh untuk memperbaiki ekonomi keluarganya.
        Umumnya,remaja wanita telah melakukan perkawinan pada tingkat usia tersesebutkarena
telah mempunyai pengasilan sendiridan dianggap akan mengurangi beban ekonomi orang
tuaya.Sering kali,uang penghasilan mereka di serahkan kepada orang tua untuk membantu
menafkahi leluarga.Oleh karena itu,para buruh wanita tidak mampu memperbaiki gizinya
sendiri.
         Dalam keluarga miskin,wanita menempati kedudukan nomor dua tidak hanya dalam hal
nutrisi,tetapi juga dalam hal pendidikan.Hal ini menyebabkan wanita makin ketingalan informasi
kesehatan dan jangkauan pelayanan kesehatan.seorang wanita yg  kurang gizi sejak remaja dapat
mengalami anemia ketika ia hamil dan melahirkan.
8.3. Potensi Kejadian Kurang Gizi dalam Siklus Kehidupan
         Terdapat konteks sosial yang dapat mengurangi atau meningkatkan dampak kerentanan
biologis.Hal ini dapat menjadi sumber penyebab kerenrtanan gizi.Sebagai contoh,adanya tradisi
wanita untuk mengurangi aktifitas setelah melahirkan yg dapat mengurangi dampak biologis
kehilangan energi yang tinggi pada saat laktasi.
v     Masa kanak-kanak
Penyebab utama terjadinya kurang gizi pada anak-anak adalah angkah pertumbuhan yg
tinggi,kapasitas perot yg kecil, dan angka kesakitan yg lebih tinggi akibat kurang
berkembangnya sistem kekebalan tubuh terhadap penyakit.
    Fakta menunjukan bahwa angka kematian anak wanita lebih tinggi di bandingkan anak
pria.Jika mendapatkan lingkungan yang optimal,justru anak wanita yang mempunyai keuntungan
biologis 1,15 kali di banding dgn anak pria.Hal ini kemungkinan di sebabkan oleh banyaknya
perlakuan diskriminasi pada anak wanita.Sebagai contoh,durasi menyusui pada anak pria lebih
lama di bandingkan anak wanita di pakistan,india,dan filipina.
    Persamaan terhadap akses pelayanan kesehatan,pendidikan, dan defisiensi gizi merupakan
faktor yg memengaruhi status gizi dan kesehatan wanita.Masyarakat menganggap bahwa
makanan adalah kebutuhan utama dalam kelangsungan hidup,sedangkan pelayanan medik di
anggap kurang penting dan pendidikan dianggap tidak esensial,terutama bagi anak wanita.
  
v     Masa remaja
Periode ini merupakan masa yg berpengaruh terhadap perkembangan pola tingkah laku
dan masa transisi dari kontrol eksternal.pada masa ini remaja lebih mendengarkan informasi dari
luar keluarga,misalnya teman sebaya ataupun media massa.Massa ini pula merupakan massa yg
memerlukan energi yg cukup tinggi untuk pertumbuhan.Sayangnya,pada massa ini,banyak anak
wanita yg justru sudah harus memikul beban tugas orang dewasa.
Anoreksia nervosa merupakan salah satu masalah yg sering pula terjadi pada massa
remaja,terutama remaja wanita.Remaja wanita pada usia ini sangat peka terhadap tekanan sosial
mengenai bentuk tubuh sesuai dgn tuntutan sosial.Hal tersebut sering menyebabkan kelainan
makan,yaitu anoreksia nervosa.
v     Masa Reproduksi
            Selain mempunyai tugas untuk reproduksi,seorang wanita juga memiliki peran sosial yg
mengakibatkan beban kerja yg sangat berat dalam kehidupannya.Peran sosial seorang wanita,
antara lain bertanggung jawab atas keluarga, seperti merawat anggota keluarga lain, mengola
rumah tangga, menyediakan makanan, melakukan tugas2 kebersihan, mendatangi pelayanan
kesehatan, melakukan pendidikan, dan mengawasi anak.
v     Masa Akhir Kehidupan
      Beberapa budaya menempatkan wanita dengan kedudukan yg lebih tinggi,seiring dengan
semakin bertambahnya usia .banyak pula wanita lanjut usia justru semakin rentang secara sosial
saat beranjak tua.Masalah penting yg terjadi pada wanita lanjut usia yg hidup dalam kemiskinan
adalah defisiensi energi kronis.Jumlah konsumsi makanan yang makin berkurang serta makin
menurunya fungsi pencernaan seiring dengan bertambahnya usia,meyebabkan lansia lebih rentan
untuk mengalami defisiensi nutrisi tertentu(koblinsky m.,timyan j.,gay jil,1997).
8.4. Napza,Kekerasan, dan Kesehatan Wanita Napza
v     Napza
adalah singkatan dari narkotika,alkohol,psikotropika,dan zat adiktif lainnya.napza erat
kaitannyadengan masalah sosial yang terjadidi tiap negara.bahan-bahan napza tidak diboleh
digunakan secara bebas karena dapat mengakibatkan adiksi/kecanduan,yang ditandai dengan
melemahnya kemampuan individu untuk beraktivitas normal dan berpikir sehat.
v     Kekerasan
      Para pengguna napza biasanya menpunyai masalah sosial.sebagian besar adalah
pria,sementara wanita biasanya hanya peminum alkohol/bir saja.meskipun pengguna napza
adalah lelaki,justru dampaknya adalah kekerasan terhadap wanita.Jenis kekerasan yg lazim
terjadi pada wanita yg berada di lingkungan penguna napza(istri,anak,ibu,kerabat,atau
tetangga)adalah pemerkosaan dan kekerasan fisik atau psikis.Kekerasan fisik yaitu pukulan,
tendangan, dan lainnya yg langsung mengenai fisik korban.Kekerasan yg bersifat psikologis,
misalnya ucapan kasar, dan merusak benda-benda.
       Definisi kekerasan menurut KBBI(1995)adalah perbuatan seseorang atau sekelompok
orang yg menyebabkan cedera atau matinya orang lain atau penyebab kerusakan fisik atau
barang orang lain, kekerasan juga dapat berarti paksaan.Pengertian Kekerasan Dalam Rumah
Tangga menurut CEDAW (The Convention on The Elimination Of All Forms Discrimination
Againts Women)1993 adalah segala bentuk tindak kekerasan baik fisik maupun psikis yg terjadi
dalam rumah tangga, baik antara suami-istri maupun orang tua-anak.
      Beberapa jenis kekerasan dalam rumah tangga.
1.Penganiayaan fisik
    a.Penganiayaan fisik secara langsung.
    b.Penganiayaan fisik secara tidak langsung.
    c.Penganiayaan seksual.
2.Penganiayaan psikis.
     a.Ancaman.
     b.Isolasi
     c.Intimidasi
     d.Mempergunakan anak-anak.
     e.Mengunakan hak istimewn pria.
3.Penganiayaan ekonomi
4.Penganiayaan spiritual
Kekerasan ekologis kekerasan oleh pasangan meliputi masyarakat , lingkungan , 
hubungan, dan individu.
        Siklus kekerasan terjadi jika pukulan atau penganiayaan terjadi lebih dari dua kali dalam
suatu hubungan, sering kali akan terjadi pola siklus kekerasan yg mengikuti pola tertentu dan
bervariasi waktu berlangsungnya dan juga berbeda intensitasnya.Perlu di ketahui bahwa tidak
semua pasangan mengalami siklus yg di sebut di bawah ini.Ada pasangan yg hanya mengalami
siklus pertama saja.tanpa di ikuti oleh siklus kedua atau ketiga.Ada pula yg mengalami siklus
pertama dan kedua, tampa pernq mengalami masa bulan madu sebelumnya.
v     Pelaku Kekerasan
          Pelaku kekerasan terhadap wanita ternyata tidak hanya terbatas pada
usia,tingkatpendidikan,agama,status,sosial-ekonomi,suku,kondosi sikopatologi,keadaan yang
lain.Pada kekerasan rumah tangga terdapat cukup banyak persamaan latar belakang perilaku dan
kepribadian yg berkaitan dg tingkah laku agresif.
Terdapat beberapa mitos yg sering di yakini oleh klien keluarga,masyarakat yg dapat
terjebak di dalamnya di antar :
1.hanya pria yg mengalami penyakit mental yg melakukan kekerasan pada pasangannya
2.alkohol menyenbabkan pria memukul pasangannya
3.hanya wanita miskin yg di pukuli
4.pihak wanita yg menprovokasi terjadinya kekerasan sehingga mereka pantas      memperoleh
perlakuan kekerasan.
5.wanita menikmati kekerasan yg di terima dan mengangapi sbgai rangsangan seksual.
6.pria memukulin istrinya berbahaya bagi masyarakat
7.korban kekerasan dapat meninggalkan pasangannya bila mereka meginginkannya.
8.wanita hamil terlindungi dari kekerasan
8.5. Dampak KDRT
1.Dampak medis
2.Dampak kesehatan fisik
3.Dampak kesehatan reproduksi
4.Dampak emosional
5.Dampak prilaku
6.Dampak preposional
7.Dampak personal(keluarga)
8.Dampak masyarakat
9.Dampak psikologis
v     Alasan korban enggan meningalkan rumah
      Terdapat beberapa alasan mengapa korban enggan meningalkan rumah di antaranya
1.tidak ada dukungan sosial yg memahami kompleksitan situasi yg di hadapi wanita
2.citra diri yg negatif
3.keyakinan suami akan berubah
4.kesulitan ekonomi
5.kwatir tidak mampu membesarkan anak dg baik tampa kehadiran pasangannya
6.ada perasaan kwatir akan pembalasan dan kekerasan yg lebih kuat.

8.6 GENDER DAN KESEHATAN REPRODUKSI


v     Ketidakadilan dan Diskriminasi Gender
      Menurut WHO gender adalah perbedaan status antara peran wanita dan pria yg di bentuk
oleh masyarakat sesuai dg nilai budaya yg berlaku.Peran gender di ajarkan secara turun menurun
oleh orang tua kepada anaknya.
      Bentuk-bentuk kedidak adilan akibat diskriminasi gender antara lain sbg brkt:
1.Margina lisasi wanita
2.Suberdinasi
3.Pandangan stereotip
4.Kekerasan
5.Beban kerja
8.7. MASALAH GENDER
      Ketimpangan gender merupakan kendalah dalam pencapaian kesamaan kedudukan wanita
dan pria sebagai mitra sejajar.Permasalahan gender di bidang poleksosbud dapat di gsmbarkan
sebagai berikut:
1.bidang politik
2.bidang ekonomi
3.bidang sosial budaya
8.8 Pengarusutamaan Gender
            Pengarusutamaan gender menurut PBB yaitu suatu strategi pengintegrasian (menyatukan)
masalah-masalah kesenjangan gender kedalam analisis perumusan kebijakan dan pemantauan
dari pelaksanaan program dan kegiatan proyek pembangunan.
                Tujuan dari pengarusutamaan gender antara lain:
1. sebagai bagian dari pendekatan holistik dalam rangka orientasi berbagai metode untuk
lebih memantapkan upaya pemberdayaan dan kesejahteraan masyarakat
2. meningkatkan proses perubahan program pemberdayaan wanita
3. menyebarkan dan memproduksi gender maistreaming pada semua lingkup sektor, baik
pusat maupun daerah dalam semua aspek pembangunan
4. adanya satu pintu dalam kebijakan, program manajemem SDM, pembiayaan, dan
pengadministrasian program pemberdayaan wanita.
8.9. Pemberdayaan Wanita
v     Upaya pemberdayaan wanita
             Untuk tercipta lingkungan budaya yang lebih mendukung bagi kemajuan wanita,    
diperlukan upaya-upaya berikut ini:
1. penyesuaian sistem struktur pranata sosial budaya, ekonomi politik, hamkam dan
penyempurnaan persngkat hukum peraturan undang-undang dalam mengatur kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
2. peningkatan ketahan keluarga sebagai wahana utama dalam pembinaan sikap, perilaku,
dan pandangan masyarakat yang kurang menguntungkan bagi kehidupan dan peran wanita.
3. perwujudan kemitrasejajara yang harmonis dan seimbang antara pria dan wanita,baik
sektor demestik maupun publik sosial dan kemasyarakatan.
4. penciptaan kondisi yang mendukung terwujudnya kemitrasejajaran yang harmonis  dan
seimbang antara pria dan wanita, dengan membangun prilaku  saling menghargai,saling
menghormati,saling membutuhkan,s aling membantu, dan saling peduli.
5. terintegrasinya wawasan kemitrasejajaran ke dalam proses perencanaan dan pelaksanan
pembangunan(evaluasi,analisasi situasi,penyusunan proyek proposa,dan tercapainya setiap
perencanan pembangunan

8.10. Program pemberdayaan                


v     Bidang Pendidikan
Salah satu upaya pemberdayaan wanita yang strategis adalah melalui peningkatan pendidikan
sekolah(ps) dan luar sekolah (pls).untuk mengatasi  rendahnya kualitas sumber daya wanita dan
kualitas peranan wanita,diupayakan program-program berikut.
a.pengarusutamaan gender dalam pembangunan pendidikan dan pelatihan.               b.penyiapan
lingkungan yang kondusif untuk kesetaraan akses dan kesempatan                           mengikuti
pendidikan bagi anak wanita dan pria.
 c.pengembangan kebijakan pendidikan yang berperspektif gender.
 d.pengarusutamaan gender dalam tingkat partisipasi,kurikulum,materi  pelajaran,proses
pelajaran,dan perilaku pendidikan.
e.penyediaan sistem dukungan sosial bagi peningkatan kesempatan anak wanita untuk   
mengikuti pendidikan lanjutan,pendidikan pengetahuan,teknologi(iptek),
dankejujuran.                                                                                                                                       
                                       f.peningkatan pengetahuan wanita mengenai penerapan teknologi tepat
guna yang bepepektif gender.
2.Bidang kesehatan.
Sejalan dengan paradigmasehat,dikembangkan dan ditingkatkannya program-program
pemberdayaan wanita dalam bidang kesehatan,yaitu sebagai berikut.
a.pengurusutamaan gender dalam pembangunan kesehatan.
b.pemberdayaan wanita dalam menyukseskan Gerakan SayangIbu (GSI)
c.pemberdayaan wanita dalam penanggulangan infeksi menular seksual termasuk HIV/AIDS.
d.pemberdayaan wanita dalam pemahaman tentang kesehatan reproduksi.
e.pemberdayaan wanitadalam menyukseskan gerakan masyarakat peduli air susu ibu.
f.pemberdayaan wanita dalam penanggulangan permasalahan gizi.
g.pemberdayaan wanita dalam penanggulangan penyalahgunaan
narkotika,psikotropika,alkohol,dan zat-zat adiktif(napza).
h.pemberdayaan wanita dalam pemanfaatan obat asli indonesia.
i.pemberdayaan wanita dalam program sanitasi fdan prilaku hidup sehat.
J pemberdayaan wanita dalam mendapatkan akses pelayanan kesehatan
3.BidangKeluarga Berencana.
Aktualisasi kebijakan dilakukan melalui program-program sbb:
a.pengarusutamaan gender dalam pembangunan keluarga berencana.
b.pemberdayaan keluarga dalam pembangunan keluarga berencana.
c.pemberdayaan wanita dalam ketahanan keluarga.
d.program penunjang.
4.Bidang ekonomi dan ketenagakerjaan.
Program-program yang dapat dikembangkan guna mendukung pemberdayaan wanita di bidang
ekonomimketenagakerjaan,antara lain sebagai berikut:
a.pengarusutaman gender dalam pengembangan ekonomi  dan ketenagakerjaan.
b.pemberdayaaan wanita dalam pengembangan ekonomi kerakyatan.
c.peningkatan pengentasan kemiskinan bagi wanita dan keluarganya.
d.Peningkatan pelayanan kesejahteraan dan perlindungan hukum bagi tenagakereja wanita.
e.peningkatan kualitas,profesionalme,dan produktivitas pekerjaa wanita
5.Bidang politik dan hukum.
Untuk mengatasi rendahnya partisipasi dan peranan wanita dalam bidang politik dan
hukum, diupayakan program  program berikut:                                                     
a.Pengarusutamaan gendel dalam pembangunan  politik dan huum.
b.Bidang politik.
c.Bidang hukum dan HAM bagi wanita
6..Bidang kesejateraan sosial dan agama
Untuk mendukung upaya pemberdayaan wanita dibidang kesejateraan sosial dan
agama,dikembangkan program-program sebagai berikut;
a.pengarusutamaan gender dalam pembangunan kesejateran sosial dan agama.        b.pembinaan
dan perlindungananak serta remaja putri.
c.pemberdayaan  wanita lanjut usia.
d.pemberdayaanwanita penyandang cacat.
e.pemberdayaan wanita dalam kehidupan agama.
7.Bidang pertahanandan keamanan.
Upaya-upaya yang dapat dilakukan dalam mendukung peranan dan partisipasi wanita dalam
bidang pertahanan dan keaman melalui peningkatan kualitas sumber dayawanita adalah sebaagai
berikut:
a.pengarusutamaan gender dalam pembangunan pertahanan dan keamanan.
b.peningkatan sumber daya wanita dalam pertahanan dan keamanan.
8.Bidang lingkungan hidup
Program pemberdayaan wanita diarahkan untuk meningkatkan peranan wanita dan partisipasinya
dalam pemeliharan lingkungan,khususnya pencegahan pencemaran lingkungan agar terwujud
lingkungan sehat melalaui program-program berikut:
a.Pengarusutamaan gender dalam pembangunan lingkungan hidup.
b.pemberdayaan wanita dalam pengolahan lingkungan.
c.pemberdayaan wanita dalam pencegahan dan penanganan pencemaran lingkungan.
d. peningkatan pemahaman semua pihak tentang  kebijakan lingkungan hidup yang berperspektif
gender.
9.Bidang informasi dan komunikasi.
Untuk mengatasi kendala,dilakukan beberapa upaya sebagai berikut:
a.Pengarusutamaan gender dalam pembangunan informasi dan lingkungan hidup.
b.pengitegrasian materi kesetaraan dan keadilan gender kedalam jaringan informasi dan
komunikasi.
Peningkatan kualitas dan kuantitas peran kesetaraan  dan keadilan gender yang mendukung
keadilan pembangunan pemberdayaan wanita dalam media masa.
10.Bidang kelembagaan.
Hal-hal yang harus dilakukan sebagai berikut;
a.pemantapan kelembagaan  di pusat  dan daerah.
b.peningkatan kualitas dan kapasistas sumber daya manusia.
c.pemantapan kerja sama secara nasional dan internasional.
d.peningkatan peran serta masyarakat.
8.11. Gangguan Kesehatan Reproduksi Wanita
Kesehatan reproduksi wanita adalah keadaan kesejahtera fisik, mental,dan sosial yang
utuh dan bukan hanya bebas dari penyakit atau kelemahan, yang berhubungan dengan
sistem,fungsi,dan proses  reproduksi.
BAB VII
PENGARUH LINGKUNGAN SOSIAL BUDAYA
 TERHADAP PENYAKIT

7.1 PENGARUH LINGKUNGAN SOSIAL BUDAYA TERHADAP PRILAKU

Prilaku manusia merupakan hasil dari segala pengalaman serta interaksi manusia dengan
lingkunganya. Lingkungan yang dimaksud adalah nonbiologis atau sosial budaya prilaku
merupan respon atau reaksi seseorang terhadap sitimulus yang berasal dari luar maupun dari
dalam dirinya. Respon dapat bersifat pasif, yaitu berpikir, berpendapat, bersikap maupun bersifat
aktif yaitu melakukan tindakan. Respon individu atau masyarakat ada kaitan dengan sosial
budaya yang ada di sekitarnya, dan akan pengaruhi sikap dan prilaku individu dalam bertindak
selanjutnya.Untuk memudah  kan prilaku sakit dan penyakit menurut soekijo notoatmodjo (1993)
prilaku dikelompokan menjadi beberapa kelompok yaitu sebagai berikut:
1. prilaku pemeliharaan kesehatan misalnya konsumsi makanan yang bergizi dan
berolahraga.
2. prikaku pencegahan penyakit misalnya menjaga kebersihan lingkunga tidur denga
kelambu, melakukan imunisai dan menjaga agar tidak menularkan penyakit terhadap orang lain.
3. prilaku mencari pengobatan misalnya pengobatan sendiri, kedukun, dokter, puskesmas
dll.
4. prilaku pemulihan kesehatan disebut pula sebagai upaya – upaya penyakit misalnya patuh
terhadap nasehat dokter, melakukan diet, dan minum obat sesuai aturan. Bila informasi yang
disampaikan pada pasien.

7.2. PENGARUH SOSIAL BUDAYA TERHADAP STATUS KEEHATAN INDIVIDU ATAU


MASYARAKAT

Berdasarkan teori – teori tersebut lingkungan sosial budaya seseorang atau masyarakat
sangat berpengaruh terhadap prilaku dan status kesehatannya. Beberapa penomena spsial budaya
yang dapat diketahui dengan status keehatan baik individu dan masyarakat dapat kita lihat pada
uraian berikut.

1. Stigma sosial dan kesehatan individu

Menurut kamus bahasa indonesia ( departemen pendidikan nasional 2001), stigma adalah
ciri negatif yang menempel pada pribadi sesorang karena mempengaruhi lingkungan nya.
Misalnya karena disebut anak nakal, anak itu menjadi benar – anak nakal. Stigma sosial dan
kesehatan adalah ciri negatif yang menempel pada pribadi seseorang karena pengaruh
lingkungan dan akan mempengaruhi kesembuhan seseoran dari penyakitnya misalnya stigma
masyarakat tentang seorang yang pecandu napza, stigma sosialnya” sekali pencandu selama tetap
pecandu”. Sesungguhnya setiap orang dapat berubah jika dibantu dan di dukung serta di dorong
untuk berubah
           
2. pandangan kultur terhadap konsep sehat sakit

Dalam menentukan sehat atau sakit individu satu dengan yang lain sering tidak sama. Artinya
al ini sangat subjektif. Misalnya, ketika sesorang mengalami diare, ia tetap pergi
kekantor/bekerja karena merasa tidak terganggu Secara ilmiah penyakit ( disease) merupakan
gangguan fisiologis sebagai akibat dari adanya infeksi atau gangguan fungsi tubuh yaitu yang
terkait dengan ilmu kedokteran sakit (illnes) adalah penilaian individu terhadap penggalam
penderita suatu penyakit, di tandai rasa tidak enak pada tubuh, tetapi berdasarkan hasil
pemeriksaan medis tidak ada kelainan di nyatakan sehat. Pada masyarakat tertentu mereka
mempercayakan penyembuhan na dengan pengobat yang sering melakukan penyembuhan
dengan cara menyetuh spritual dan rohani yang tidak dapat di berikan oleh pengobat modern
misalnya pencandu nafza yang di obati di pondok pesantren suralaya, yaitu dengan
penyaembuhan zikir dan beribadah secara teratur. Menurut solitah dalam menganalisis tubuh nya
biasanya penyakit di bagi  menjadi 2 tingkat sebagai berkut :
1. Sakit menurut orang lain, termasuk petugas medis.
2.  Sakit menurut diri sendiri, termasuk keputusan untuk mencari pengobatan.

Misalnya, penduduk desa dengan golongan ekonomi kurang rasa sakit sering tidaak
dirasakan karena mereka harus bekerja. Apabila mereka tidak dapat bekerja ia tidak dapat makan
selain faktor ketidaktahuan, pada kenyataan mereka benar2 sakit menurut ilmu medis. Contoh
yang lain adalah penderita penyakit gondok.
Di negara – negara berkembang termasuk indonesia kondisi individu terhadap sakit ini
sering menjadikan kondisi pasien semakin parah ketika ia memutuskan untuk berobat ke
pelayanan kesahatan karena keterlambatan pada penangganan contohnya  ketika akan
melahirkan, ibu – muda pada kelahiran pertama atau perdarahaan pada saat kehamilan sering di
anggap biasa, tidak segera mencari pertolonggan pada petugas kesehatan.
                        
3.Aspek sosial budaya dalam status kesehatan
Menurut Hendrik. L. Blum tatus kesehatan individu atau masyarakat dikelompokan
beberapa faktor seperti lingkungan dan prilaku. Lingkungan ini termasuk lingkungan sosial
budaya, sementara prilaku adalah yang berasal dlm individu itu sendiri. Sosial budaya ini
termasuk bagaimana sistem pendidikan             ( formal maupun non formal ). Oleh karena
prilaku sosial budaya adalah satu hal yang erat kaitan nya dan saling mempengaruhi.
4.Aspek sosial budaya terhadap status gizi

Status gizi yang buruk merupakan masuknya pintu gerbang penyakit menular dan
terganggunya perkembangan bayi maupun balita. Beberapa penyakit kurang gizi yang banyak di
jumpai oleh masyarakat adalah gizi buruk pada bayi dan balita, anemia zat besi pada ibu hamil,
gangguan akibat kurang yodium pada masyarakat di daerah tertentu, kurang vitamin A.Factor
social budaya yang mempengaruhi status gizi buruk adalah sosial ekonomi dan ketidak mampuan
ekonomi pada daerah tertentu banyak dipengaruhi ketidakmauan dan ketidaktahuan. Kebiasaan
tidak makan ikan pada daerah tertentu terjadi mahal harganya, rasa amis yang dirasa dapat
menggangu nafsu makan, bahkan mereka percaya bila balita makan daging atau ikan akan
menyebabkan cacingan
.Dengan adanya globalisasi dan modernnisasi, semakin banyak ibu yang berkerja diluar
rumah dan semakin berubah pola makan penduduk perkotaan. Mereka cenderung
mengkomsumsi makanan cepat saji, yang dianggap praktis, enak dan relatif murah. Meraka tidak
mempertimbangkan nilai gizi nya karena makanan jenis ini banyak mengandung lemak dan
serat.
Masalah lain yang timbul pada remaja putri yang berakibat persepsi yang salah mengenai
bentuk tubuh adalah anemia nurfosa dan bulimia. Upaya mendapatkan bentuk tubuh ideal sesuai
panangan masyarakat.Remaja tumbuh berbagai masyarakat dan keputusan terhadap dirinya.
Adanya tekanan dan keputusan remaja menyebabkan mereka memilih anoreksia sebagai cara
yang aman dalam berdiet.Anemia merupakan masalah gizi  bagi wanita indonesia anemia dapat
disebabkan oleh kurangnya kecukupan makanan dan kurang nya mengkomsumsi makanan yang
mengandung zat besi. Penyebab konsumsi oleh makanan tsb, mengkonumsi teh merupan faktor
yang menghambat penyerapan zat besi dengan baik.
5.Aspek sosial budaya pada program KB

Tindakan medis di rumah sakit menjadi hal pengalaman yang menakutkan sebagian
masyarakat perdesaan selain itu perilaku petugas, terutama untuk alat kontra sepsi tertentu
partisipasi masyarakat masih sangat rendah dan kurang demokratis.Permasalahan lain adalah
sebagian besar kontrasepsi di tunjukan untuk wantia, sementara pria hanya sedikit pilihan nya.
Hal ini karena adanya pendapat bahwa pil KB untuk wanita bukan untuk pria karena yang
melahirkan wanita bukan pria sehinga semua orang menggangap yang tepat ber- KB wanita.
Hal ini di dasarkan kenyataan bahwa memang wanita sebagai tumpuhan program KB
program KB sesunggunya merupkan bentuk lain penindasan terhadap wanita karena seprang istri
ingin ber-KB dan menentukan jenis KB yang digunakan harus seizin suami. Jika wanita tsb tidak
mendapatkan seizin suami ia tidak akan melakukan pemasanggan KB. Situasi seperti memaksa
istri tidak sanggup hamil dan melahirkan lagi tetapi suami tidak mengizinkan ber-kb tidak
menentukan pilihan apapun.
7.3. MASALAH SOSIAL

Masalah sosial adalah suatu kondisi ketidakseimbangan prilaku,moral, dan nilai-nilai


sosial. Artinya, suatu kondisi/ kehidupan masyarakat yang sebelumnya normal menjadi
terganggu, akibat perubahan pada unsur – unsur dan kepentingan manusia dalam masyarakat
( abdulsani, 1994). Masalah sosial dapat disebabkan oleh ketidakseimbangan pergaulan dalam
masyarakat atau pun tidak terpanuhinya kebutuhan biologis.
Ada empat sumber timbulnya masalah sosial, yaitu sebagi berikut :

1. Berasal dari faktor ekonomi, antara lain kemiskinan dan pengangguran.


2.  Berasal dari faktor biologis, antara lain penyakit jasmani dan cacat.
3. di sebabkan oleh faktor fisiologis, antara lain sakit jiwa, lemah ingatan, mabuk, sukar
menyesuaikan diri, dan bunuh diri.
4. berasal dari faktor kebudayaan, seperti masalah umur tua, tidak punya tempat kediaman,
janda, perceraian, kejahatan, kenakalan, atau perselisihan agama, suku dan ras.

Ciri – ciri atau gejala sosial yang dapat menjadi masalah sosial
1.      terjadinya disorganisasi dalam masyarakat ketika terdapat perbedaan pendapat tenang ssuatu
hal diantara anggota masyarakat. Disorganisasi tersebut dapat diawali dengan pertengkaran kecil
antar kelompok dalam masyarakat atau sekelompok kecil dari anggota masyarakat.
2.      ketidakmampuan menghadapin inovasi atau manguasai perkembangan ilmu pengetahian  dan
teknologi dapat menyebabkan kecemburuan sosial dan frustrasi di antara lapisan masyarakat.
Masalah sosial biasanya menjadi  meluas karena menyankut masalah ekonomi, interaksi
sosial, kesehatan dan lainnya. Menurut Daldjuni dalam tulisan Abdulsani (1994), sumber
penyebab masalah sosial antara lain sebagai berikut :
a.       fakor alam ( ekologis – geografis ), yaitu gejala menipisnya sumber daya alam karena over-
eksploitasi oleh manusia dengan teknologi tinggai tanpa memperhatikan kelestarian linggungan.
b.      Faktor biologis/ kepandudukan, yaitu semakin berrtambah pesatnya pertumbuhan penduduk.

7.4. PENYALAHGUNAAN NAPZA


Secara umum, masalah – masalah sosial yang terjadi di masyarakat tertentu berdampak
pada status kesehataan, terutama di negara – negara berkembang seperti indonesia karena belum
ada jaminan kesehatan bagi penduduknya yang miskin dan mempunyai masalah sosial.  Baik
dikota maupun di desa terdpat individu/ kelompok yang mempunyai masalah sosial, dapat di
pastikan individu/kelompok tersebut juga mempunyai masalah dalam kesehatannya ( misalnya :
gizi buruk, higine sanitasi yang buruk, tinggal di lingkungan yang kumuh, dan prilaku hidup
kurang memperhatikan kesehatan  ( prilaku seksual, prositusi, alkohol, merokok, dan napza).
            Penyalahan napza bukanlah hal yang baru di indonesia. Letak indonesia yang strategis
serta geografis dengan ribuan pulau menyebabkan indonesia sebagai jalur perdaggangan napza .
dampak yang ditimbulkan akibat penyalahguaan napza tidak hanya pada individu yang
bersangkutan tetapi jg pada keluarga, kehidupan sosial, negara dan bangsa. Perubahan
keperibadian secara drastis bagi pengguna napza. Pengguna menjadi pemurung, pemarah,
bahkan berani melawan siapapun yang menghalanginya. Sifat masa bodoh dan kurang
memerhatikan lingkungan baik diri sendiri atau orang lain juga timbul pada pengguna , misalnya
tidak memerhatikan sekolah, rumah, pakaian, atau tempat tidur. Pengguna idak segan – segan
untuk mencuri uang dan menjual barang – barang dirumah untuk dapat membeli nafza.
Dampak sosial yang sering ditimbulkan akibat penyalahgunaan napza seperti perbuatan
yang tidak senonoh dengan orang lain. Mengambil barang orang lain demi mendapatkan uang
untuk membeli nafza, ganggu ketertiban umum karena mengendarain kendaraan dngan
kecepatan tinggi yang tidak hanya membahayakan diri sendiri, tetapi juga membahayayakan
ketertiban umum. Berdasarkan data mabes polri tahun 2003, usia tersangka pengguna nafza
paling tinggi di atas 30 tahun, bahkan terdapat pengguna nafza dengan usia kurang dari 15 tahun
(BBN, 2003). Hal ini tentunya akan mempengaruhi masa depan bangsa dan negara.
Proses terjadi penyalahgunaan dan ketergantungan nafza merupakan hasil interaksi faktor
predisosisi, faktor kontribusi, dan faktor pencetusseseorang yang memiliki kepribadian
( antisosial ) akan mengalami gangguan kepribadian , ditandai dengan perasaan tidak puas
terhadap prilaku orang lain serta tidak mampu disfungsi secara wajar dan efektif ,baik dirumah,
di sekolah, di tempat kerja, mampu dalam pergaulan sosial nya.
Berdasarkan teori pskososial prilaku interaksi negatif antara kutub keluarga,
sekolah/kampus, dan masyarakat merupakan faktor penentu dalam  penyalahgunaan nafza.
1. kutub keluarga :  lingkungan keluarga yang tidak konduksif  berdampak kurang baik bagi
perkembangan jiwa anak. Situasi keluarga  yang tidak koduksif, yaitu sebagai berikut.
a. hubungan yang buruk/ dingin antara ayah dan anak
b. terdapat gangguan fisisk atau mental dalam keluarga
c. cara mendidik anak yang berbeda antara kedua orang tua oleh kakek/nenek
d. sikap orang tua yang dingin atau tidak acuh terhadap anak
e. sikap orang tua yang kasar atau keras ( otoriter ) pada anak
f. campur tangan atau perhatian yang berlebihan pada orang tua terhadap anak (intervensi,
proteksi, dan kemanjaan anak berlebihan).
g. Orang tua jarang di rumah, terdapatnya pasangan lain atau perselingkuhan.
h. Sikap atau kontrol yang tidak cukup dan tidak konsisten (berubah- ubah)
i. Kurangnya stimulasi kognitif dan/ atau sosial yang berakibat pada kurang berkembang
kematangan mental/ kepribadian.
j. Lain – lain, misalnya menjadi anak angkat, di rawat rumah sakit, dan kehilangan orang
tua.
2. kutub sekolah. Kondisi sekolah yang kurang kondusif dan menggangu proses belajar
mengajar anak didik. Hal ini menyebabkan peluang anak berprilaku menyimpang. Kondisi
sekolah yang tidak kondusif, antara lain sebagai berikut :
a. sarana dan prasarana yang tidak memadai
b. jumlah dan kualitas tenaga pendidikan/pengajar (guru) yang tidak memadai.
c. Kesejahteraan guru yang tidak memadai.
d. Kurikulum sekolah sering berganti-ganti dan jumlah mata pelajaran yang berlebihan.
e. Pendidikan agama dan budi pekerti kurang memadai.
f. Lokasi sekolah yang tidak sesui dengan suasana belajar mengajar, misalnya di daerah
rawan, pusat pembelanjaan, dan hiburan
3. kutub masyarakat, lingkungan sosial yang dapat menjadi faktor terganggu perkembangan
jiwa/kepribadian anak kearah penyalahgunaan napzaadalah sebagai berikut.
a. tempat hiburan yang buka hinga tengah malam bahkan sehingga din hari, yang sering di
gunakan sebagai tempat transaksi napza dan pelacuran.
b. Semakin banyak pengangguran, anak putus sekolah, anak jalanan.
c. Terdapatnya tempat pelacuran, misalnya di warung remang-remang.
d. Bayak penerbitan, program tv, dan tontonan, dan sejenisnya yang bersikap pornografi dan
kekerasan.
e. Perumahan yang padat dan kumuh
f. Pencemaran lingkungan
g. Sering terjadi tindak kekerasan, kriminlisasi dan tawuran antara warga atau antar sekolah.
h. Kesenjanan sosial
i. Tindakan kebut-kebutan, coret-menyoret, pengerusakan dan tindakan vndalisme lainya.
j. Tempat transaksi napza baik secara terbuka maupun tersembunyi.

7.5 Perkawinan di usia muda


Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya perkawinan usia muda di indonesia. Yaitu
individu, keluarga, masyarakat lingkungan

1. faktor individu
a. perkembangan fisik, mental, dan sosial yang dialami seseorang makin cepat berkembang
an tersebut dialami, makin cepat pula berlangsungnya perkawinan usia muda.

b. Tingkat pendidikan yang dimiliki oleh remaja. Makin rendah tingkat pendidikan, makin
mendorong berlangsungnya perkawinan usia muda.

c. Sikap yang berhubungan dengan usia orang tua. Perkawinan usia berangsung karena
adanya sikap patuh dan/atau menentang yang dilakukan remaja terhadap perintah orang tua.
Hubungan dengan orang tua menentukan terjadinya perkawinan usia muda. Dalam kehidupan
sehari-hari sering di temukan perkawinan remaja karena ingin melepas menginginkan status
ekonomi yang lebih tinggi.
2. faktor keluarga. Peran orang tua dalam menentukan perkawinan anak-anak mereka
dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut:
a. sosial ekonomi keluarga. Akibat beban ekonomi yang dialami, orang tua mempunyai
keinginan untuk mengawinkan anak gadisnya. Perkawinan tersebut akan memperoleh dua
keuntungan, yaitu tanggung jawab terhadap anak gadisnya menjadi tanggung jawab suami atau
keluarga suami dan adanya tambahan tenaga kerja di keluarga yaitu menantu yang dengan
sukarela membantu keluarga istrinya.
b. Tingkat pendidikan keluarga. Makin rendah tingkat pendidikan keluarga, makin sering
ditemukan perkawinan di usia muda. Peran tingkat pendidika  berhubungan erat dengan
pemahaman keluarga tentang kehidupan berkeluarga.
c. Kepercayaan atau adat istiadat yang berlaku dalam keluarga. Kepercayaan dan adat
istiadat yang berlaku dalam keluarga juga menentukan terjadinya perkawinan usia muda. Sering
ditemukan orang tua yang mengawin kan anaknya  dalam usia sangatmudah karena keinginan
untuk meningkatkan status sosial keluarga, mempercepat hubungan antar keluarga, dan/atau
untuk menjaga garis keturunan keluarga.
d. Kemampuan yang dimiliki keluarga dalam menghadapi masalah remaja. Jika keluarga
kurang memiliki pilihan dalam menghadapi atau mengatasi masalah remaja, (mis.,anak gadisnya
melakukan perbuatan zina), anak gadis nya tersebut d nikahkan sebagai jalan keluarnya.
Tindakan ini dilakukan untuk menghadapi rasa malu atau rasa bersalah.
3. faktor masyarakat lingkungan
a. adat istiadat. Terdapat anggapan di berbagai daerah di indonesia bahwa anak gadis telah
dewasa, tapi belum bekeluarga, akan di pandang ”aib” bagi keluarganya. Upaya orang tua untuk
mengatasi hal tersebut menikahkan anak gadis yang dimilikinya secepat mungkin sehingga
mendorong terjadinya perkawinan usia muda.
b. Pandangan dan kepercayaan. Pandangan dn kepercayaan yang salah pada masyarakat
dapat pula mendorong terjadinya perkawinan di usia muda. Contoh pandangan yang salah dan
dipercayai oleh masyarakat, contoh pandangan yang salah di percayai oleh masyarakat, yaitu
anggapan bahwa kedewasaan seseorang di nilai dari status perkawinan, status janda lebih baik
dari pada perawan tua dan kejantanan seseorang dinilai dari seringnya melakukan perkawinan.
Interprestasi yang salah terhadap ajaran agama juga dapat menyebabkan terjadinya perkawinan
usia muda, misalnya sebagian besar masyarakat juga pemuka agama menganggap bahwa akil
baliq ialah ketika seorang anak wanita tersebut dapat dinikahkan, padahal akil baliq
sesungguhnya terjadi setelah seorang wanita melampaui mas remaja.
c. Penyalahgunaan wewenang atau kekuasaan. Sering ditemukan perkawinan muda karena
beberapa pemuka masyarakat tertentu menyalahgunakan wewenang atau kekuasaan yang
dimilikinya, yaitu dengan mempergunakan kedudukan untuk kawin lagi dan lebih memilih
menikahi wanita yang masih muda, bukan dengan wanita yang telah usia lanjut.
d. Tingkat pendidikan masyarakat. Perkawinan usia muda dipengaruhi pula oleh tingkat
pendidikan masyarakat secara keseluruhan. Masyarakat yang tingkat pendidikannya amat rendah
cenderung mengawinkan anaknya dalam usia muda.
e. Tingkat ekonomi masyarakat. Masyarakat yang tingkat ekonominya rendah kurang
memuaskan, sering memilih perkawinan sebagai jalan keluar dalam mengatasi kesulitan
ekonomi.
f. Tingkat kesehatan penduduk. Jika suatu daerah memiliki  tingkat kesehatan yang belum
memuaskan dengan masih tingginya angka kematian, sering pula ditemukan usia perkawinan
muda di daerah tersebut. Tingginya angka kematian dan terjadinya bencana alam yang menelan
banyak korban jiwa, perkawinan usia mudah dianggap sebagai upaya maksimum untuk
mengatasi kemungkinan musnahnya suatu keluarga dan jaminan bahwa anak – anak mereka
yang masih remaja akan mencapai palina tidak satu bagian dari mas reproduktif sebelum
meninggal. Perkawinan usia muda tersebut juga bertujuan untuk menjamin garis keturunan dari
keluarga yang bersangkutan.
g. Perubahan nilai. Akibat pengaruh modernisasi, terjadi perubahan nilai, yaitu semakin
bebasnya hubungan antara pria dan wanita. Hasil survei tentang reproduksi remaja sejahtera di
indonesia tahun 1998/1999 menunjukan 35,5% remaja laki-laki dan33,7% remaja wanita
mempunyai teman yang telah melakukan hubungan seksual sebelum menikah dan89,5%
mengalami kehamilan (  Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas indonesia, 1997 )
Akibat yang timbul oleh perkawinan usia muda tidak hanya pada individu saja, tetepi juga
terhadap umum, lingkungan terbatas, dan keluarga.
1. Umum. Akibat yng dapat ditimbulkannya paa kelompok umum yaitu sebagai berikut.
a. menimbulkan hambatan pada program kependudukan dan selanjutnya, pelbagai masalah
kependudukan dan sebagai dampak negatif.’
b. Menghambat peningkatan peranan wanita, terutama dalam kaitannya dengan
pembangunan nasional.
c. Meningkatkan angka kawin cerai yang dapat menimbulkan keresahan keluarga atau
masyarakat secara keseluruhan.
2. lingkungan terbatas. Lingkungan terbatas yang dimaksud adalah masyarakat setempat.
Akibat perkawinan usia muda terhadap lingkungan  terbatas adalah sebagai berikut.
a. langgengnya nilai-nilai tradisional yang tidak serasi yang dapat menghambat
pembangunan nasional.
b. Menghambat proses dinaminasi masyarakat sehingga masyarakat tidak pernah dapat
berorientasi kemas depan sehingga menghambat perkembangan lingkungan sekitarnya.
c. Mendorong meningkatnya peristiwa pengguguran kandungan.
3. keluarga. Bebberapa pengaruh perkawinan usia muda terhadap keluarga yaitu sebagai
berikut.
a. menimbulkan perkawinan yang tidak lestari dengan sebagai akibat selanjutnya.
b. Menyebabkan sulitnya peningkatan pendapatan keluarga
c. Menyebabkan tidak sempurnanya pendidikan daan pengasuhan anak atau keluarga yang
dimiliki.
4. individu. Akibat yang dapat timbulkan perkawinan usia muda pada individu sebagai
berikut.
a. terhambatnya perkembangan potensi pribadi
b. terhambatnya kemungkinan melanjutkan pendidikan
c. tidak sempurnanya fungsi sebagai ibu atau istri
d. timbul perasaan kurang aman, malu, atau frustasi
e. terganggunya status kesehatan atau bahkan kematian karena perkawinan usia muda
berhubungan erat dengan  tingginya angka penyulit kehamilan, penyakit peralinan, penyulit masa
nifas, dan gangguan kesehatan janin, bayi, atau anak yang dimilikinya.tabel 6-2 menunjukan
beberapa hal yang di akibatkan oleh perkawinan
1. Upaya yang ditunjukan terhadap individu.
a. ditunjukan terhadap remaja yang belum berkeluarga. Kegiatan yang dapat dilakukan
untuk mencegah terjadinya perkawinan usia muda, teutama di tekankan pada kegiatan
pendidikan dalam arti dan peran perkawinan serta akibat negatif yang ditimbulkan perkawinan
pada usia yang sangat muda. Memberi kesibukan  pada remaja merupakan usaha lain yang dapat
dilakukan sehingga remaja dapat di arahkan kepada kegiatan bersifat positif.
b. Ditujukan terhadap remaja yang telah berkeluarga. Kegiatan yang dapat di lakukan
adalah mencegah remaja yang berkeluarga agar tidak segera hamil.
2. Upaya yang ditunjukan kepada keluarga. Penyuluhan dan pencerahan terhadap keluarga
perlu perlu diberikan agar kebiasaan keluarga untuk mengawinkan anak-anak merka dalam usia
muda dapat dihilangkan.
3. Upaya yang ditunjukan kepada masyarakat secara keseluruhan. Kegiatan penyuluhan
pelu diberikan kepada masyarakat sehingga masyarakat dapat menghilangkan budaya menikah
muda. Hal ini dapat dilakukan dengan cara memperbanyak kesempatan kerja dan berprilaku
tegas dalam melaksanakan berbagai peraturan perundang-undangan mengenai perkawinan, yaitu
pemberian sanksi bagi yag melanggarnya.

7 .6. MODERNISASI, URBANISASI, DAN PENYAKIT

Modernisasi adalah suatu proses tranformasi dan perubahan masyarakat dalam segala
aspek kehidupan yang menyeluruh dari masyarakat tradisional atau pramodern menjadi
masyarakat yang makmur dengan menggunakan perencanaan yang matang
(darsono, 2005). Teori modernisasi menganggap bahwa negara-negara terbelakang akan
menempuh jalan sama dengan negara industri maju di barat sehingga akan menjadi negara
berkembang pula melalui proses modernisasi (kamanto sunarto,2000). Teori ini berpandangan
bahwa masyarakat yang belum berkembang perlu mengatasi berbagai kekurangan dan
masalahnya sehingga dapat mencapi tahap ” tinggal landas” kearah perkembangan ekonomi.
Menurut teori sistem dunia, perekonomian kapitalis dunia kini tersusun atas tiga jejang
yaitu negara-negara inti,negara-negara semi perifer,dan negara-negara perifer.kini negara inti
semakin mendominasi dunia dengan menguasai pemanfaatan sumber daya negara lain untuk
kepentingan mereka sendiri sehingga kesejangan negara-negara perifer semakin jauh dan tidak
akan tersususul.
7.7. PROSES TENAGA KESEHATAN DAN STATUS KESEHATAN MASYARAKAT.

Rosalia Sciortino(1999) mengatakan bahwa berdasarkan penelitiannya di jawa tengah


dan di daerah istimewa yogyakarta,peran perawat dalam meningkatkan status kesehatan
masyarakat signfikan.terutama karena perawat di panggil kapan saja dan di bayar berapa
saja.selain itu,sistem pelayanan kesehatan di puskesmas telah membuka peluang bagi perawat
agar lebih banyak berineraksi dengan pasien di banding dokter sehingga peran perawat yang
telah menggantikan peran petugas medis di masyarakat.
Selain fasilitas biomedis,pasien juga memiliki akses ke dukun dan terapi tradisional
jawa.namun demikian, Menurut penelitian tersebut para tenaga kesehatan tidak mengakui
keberadaan pengobatan tradisional tersebut.bahkan mereka berharap pengobatan tradisional di
larang berpraktek karena sering membahayakan pasin.Hal ini menyebabkan pasien datang ke
pelayanan kesehatan dalam kondisi sudah terlambat.meskipun pada kenyataannya,petugas
kasehatan juga mengunakan pengobatan tradisional ketika mereka mengalami sakit,misalnya
kerokan, pijat, atau minum jamu pegal linu.

Anda mungkin juga menyukai