Pengertian Sosiologi
Asuhan keperawatan adalah factor penting dalam survival klien dan dalam aspek-aspek
pemeliharaan, rehabilitasi, preventif perawatan kesehatan.
Dalam pemecahan masalah perawat mengindentifikasi sebagai berikut;
1. Data dasar pasien
2. Prioritas diagnosis keperawatan
3. Pemulangan klien sesuai dengan kondisi kesehatan yang diharapkan.
Suatu interaksi sosial tidak akan terjadi apabila tidak memenuhi dua syarat, yaitu adanya
kontak sosial (social-contact) dan komunikasi.
Perlu di catat bahwa terjadinya suatu kontak tidak semata-mata tergantung dari tindakan,
tetapi juga tanggapan terhadapan tindakan tersebut. Seseorang dapat saja bersalaman dengan
sebuah patung dan bermain mata dengan seorang buta sampai berjam-jam lamanya, tanpa
menghasilkan suatu kontak.
Kontak sosial tersebut dapat bersifat positif dan mengarah pada suatu kerja sama,
sedangkan yang bersifat negative mengarah pada suatu pertentangan atau bahkan sama sekali
tidak menghasilkan suatu interaksi sosial. Misalnya, pedagang sayur menawarkan dagangannya
kepada seorang nyoya rumah dan diterima dengan baik, sehingga terjadi jual beli, kontak
tersebut di artikan bersifat positif. Hal itu mungkin terjadi karena pedagang tersebut bersifat
sopan dan dagangannya adalah sayur mayur yang masih segar. Lain halnya apabila nyoya rumah
bersungguh-sungguh sewaktu di tawari sayuran, kemungkinan besar tidak akan terjadi jual beli.
Dalam hal ini, terjadi kontak negative yang dapat menyebabkan berlangsungnya suatu interaksi
sosial.
Bentuk interaksi sosial dapat berupa;
kerja sama (cooperation),
persaingan ( competition),
Dan bahkan dapat juga berbentuk pertentangan atau pertikaian (comflict).
Suatu keadaan dapat di anggap sebagai bentuk keempat dari interaksi sosial dan interaksi
itu dimulai dengan kerja sama yang kemudian menjadi persaingan serta memuncak menjadi
pertikaian untuk akhirnya sampai pada akomodasi. Sebagai contoh, apabila suatu kelompok baru
(mis, kaum transmigran dari Madura) datang untuk menetap di suatu daerah yang telah ada
penduduknya dan merupakan masyarakat asli daerah tersebut (mis, di Kalimantan). Mula-mula
tampak terjadinya persaingan antara kaum pendatang dengan masyarakat asli. Pokok perselisihan
sebenarnya adalah mengenai hak milih atas tanah dan persangkaan bahwa pemerintah terlalu
memanjakan kaum transmigran. Persaingan tersebut di beberapa tempat sampai memuncak
menjadi suatu pertikaian, contohnya, di sampit. Pemerintah setempat berusaha dan berhasil
mengatasi masalah tersebut dan tercapainya keadaan akomodasi yang kemudian menjadi dasar
dari suatu kerja sama.
Gillin dan gilin mengadakanpengelompokan proses sosial yang timbul sebagai akibat
adanya interaksi sosial me njadi dua, yaitu sebagai berikut :
1. Proses asosiatif (processes of association). Terbagi dalam tiga bentuk khusus, yakni
akomodasi, asimilasi, dan akulturasi.
2. Proses disosiatif ( processes of dissociation), mencakup persaingan dan persaingan yang
meliputi kontrapensi dan pertentangan atau pertikaian.
Sistematika lain pernah pula di kemukakan oleh Kimball young, menurutnya bentuk
proses sosia adalah sebagai berikut:
1. Oposisi, yang mencakup persaingan dan pertentangan atau pertikaian.
2. Kerja sama yang menghasilkan akomodasi.
3. Diperensiasi yang merupakan suatu proses ketika seseorang dalam masyarakat memperoleh
hak dan kewajiban yang berbeda dengan orang lain dalam masyarakat atas dasar perbedaan usia,
seks dan pekerjaan.Diperensiasi tersebut menghasilkan system berlapis-lapis dalam masyarakat.
Tomatsu shibutantani mengusulkan pola innteraksi yaitu sebagai berikut :
1. Akomodasi dalam situasi rutin.
2. Ekpresi pertemuan dan anjuran.
3. Interaksi strategis dalam pertentangan.
4. Pengembangan prilaku massa.
AGENS SOSIALISASI
1. Keluarga
Proses sosialisasi dimulai di dalam keluarga dan melibatkan peran orang tua, terutama
ibu yang sangat penting dalam proses ini. Keluarga adalah kelompok prantara pertama yang
memperkenalkan nilai kebudayaan kepada anak dan di dalam keluarga anak, mengalami antar
aksi dan disiplin pertama yang dikenakan kepadanya dalam kehidupan sosial.
Ada banyak sekali jenis keluarga, seperti keluarga kecil atau besar, miskin atau kaya,
tinggal didusun atau di kota, dan bersama orang tua yang rukun atau bertengkar. Semua ini
mempengaruhi perkembangan kepribadian selanjutnya. Oleh karena itu, sering pula
dinyatakan bahwa seorang criminal biasanya berasal dari keluarga yang berantakan dan anak
yang berasala dari suatu perkawinan yang bahagia mendapat kesempatan besar untuk bahagia
pula dalam perkawinan di kemudian hari.
Terdapat tiga syarat yang harus di penuhi oleh keluarga dalam pertumbuhan harga diri,
ketaatan, dan kebebasan pada anak-anaknya, yaitu menerima anak dengan kasih saying penuh
menegakan beberapa batas tegas kelakuan yang tidak boleh di langgar dan memberi sebanyak
mungkin kebebasan selam batasan tidak dilanggar anak.
2. TEMAN
Proses sosialisasi pada anak di awali dengan ketidak mauan anak untuk bermain dengan
orang lain, ia hanya bermain sendirian dan pikirannya masih bersifat egosentris,egosentris tidak
sama dengan egoitis. Egoitis berarti hanya mementingkan kepentingan diri sendiri, sedangakan
egosentris berarti memikirkan atau ,membayangkan pendirian orang lain. Tahap selanjutnya,
anak mulai bergabung dan bermain dengan teman-teman sebayanya dari umur yang sama peers.
Dalam antar aksi tersebut, khususnya dalam pertengkaran dan perselisihan dengan teman
sebaya anak terpaks harus meninjau kembali pikiran dan anggapannya yang mendapat sorotan
atau berbeda dari pihak lain. Hal ini membebaskananak dari cara berpikir egosentrisv( cognitive
egosentrism).
Sesudah umur 7-8 tahun Nampak adanya kemajuan dalam kooperasi proses ini berjalan
sejajar dengan kemajuan intelektual dan penguasaan logika dengan bertambahnya umur
bertambah pula pengaruh kelompok teman seumur ( peer groups). Awalnya, pendapat orang tua
sangat penting bagi anak. Tetapi kini pendapat teman menjadi penting pula.
BAB II
KEBUDAYAAN
A.PENGERTIAN KEBUDAYAAN
Kata Kebudayaan berasal dari kata sangsekerta buddhayah, yaitu bentuk jamak dari
buddhi (budi Atau akal). Dengan demikian, Kebudayaan berarti hal-hal yang bersangkutan
dengan akal. Budaya adalah ”daya dari budi” yang berupa cipta karsa dan rasa, sedangkan
”Kebudayaan” adalah hasil dari cipta karsa dan rasa itu sendiri.
Beberapa pendapat ahli mengenai kebudayaan itu sendiri:
1. Ki Hajar Dewantara
Kebudayaan berarti buah budi manusia yang merupakan hasil perjuangan manusia terhadap dua
pengaruh kuat, yakni alam dan zaman ( kodrat dan masyarakat).
2. Alisyahbana Sutan Taakdir
Kebudayaan adalah manisfestasi dari cara berfikir sehingga pola kebudayaan itu sangat luas
karena semua tingkah laku dan perbuatan tercakup di dalamnya dan dapat di ungkap pada basis
dan cara berfikir, termasuk perasaan juga merupakan maksud dari pikiran.
3. Koentjaraningrat
Kebudayaan berasal dari keluhuran gagasan dan karya manusia yang harus dibinasakan dengan
belajar beserta keseluruhan dari hasil budi pekertinya.
4. A.L. Kroeber dan C. Kluckhohn
Dalam bukunya Culture, A Critcal Review of concept and Definition (1952) mengatakan
kebudayaan adalah manisfestasi atau penjelmaan kerja jiwa manusia dalam arti seluas-luasnya.
5. Malinowski
Kebudayaan pada perinsipnya berdasarkan atas berbagai sistem kebutuhan manusia. Tiap tingkat
kebutuhan itu menghadirkan corak budaya yang khas.
6. C. A Van Peursen
Kebudayaan di artikan sebagai manisfestasi keidupan setiap orang dan kehidupan setiap
kelompok orang dapat kelainan dengan hewan.
B. WUJUD KEBUDAYAAN
J.J Honigmann yang dalam buku pelajaran antropologinya berjudul The World Of Man (1959)
membedakan tiga gejala kebudayaan yaitu ide, aktifitas dan artifak. Terdapat tiga wujud
kebudayaan yaitu sbb:
1. Wujud kebudayaan sebagai suatu ompleks dari ide, gagasan, nilai, norma, peraturan. Ide dan
gagasan manusia banyak yang hidup bersama dalam suatu masyarakat dan memberi jiwa
kepada masyarakat itu. Gagasan itu tidak lepas dari satu yang lainnya, tetapi selalu berkaitan
menjadi suatu sistem.
2. Wujud kebudayaan sebagai suatu komplek aktifitas serta tindakan berpola dari manusia
dalam masyarakat.system social ini terdiri dari aktifitas-aktifitas manusia yang berinteraksi,
berhubungan serta bergaul satu dengan yang lainnya dari detik ke detik, dari hari ke hari, dan
dari tahun ke tahun selalu menurut pada pola-pola tertentu yang berdasarkan adat, tata
kelakuan.
3. wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia disebut kebudayaan fisik dam
tidak memerlukan banyak penjelasan.kebudayaan fisik merupakan semua hasil fisik dari
aktifitas,perbuatan dan karya semua manusia dalam masyarakat sehingga bersifat nyata dan
berupa benda-benda atau hal –hal yang dapat diraba dilihat dan di foto.
C. Unsur-unsur kebudayaan
Menurut Kluckhohn dalam karyanya universal categoris of culture. Ada tujuh unsur kebudayaan
a) system religi dan upacara keagamaan merupakan produk manusia sebagai homo religius
b) system organisasi kemasyarakatan merupakan produk dari manusia sebagai homo socius.
c) System pengetahuan merupakan produk dari manusia sebagai homo sapiens
d) System mata pencarian hidup yang merupakan produk dari manusia sebagai homo
economicus.
e) System teknologi dan peralatan merupakan produk dari manusia sebagai homo faber.
D. sifat kebudayaan
a.Konsep manusia
Menurut teori Darwin manusia berasal dari hewan moyet yang setelah ,melewati
beberapa ratus tahun secara perlahan berubah menjadi wujud manusia.
Dalam keluarga , manusia termasuk hominidae . Manusia sudah merupakan kelompok
sendiri . Menurut jenisnya manusia merupakan homo sapiens yang berarti makhluk cerdas
atau bijaksana yang mampu menciptakan kebudayan . Bedasarkan fisiknya , homo sapiens
dapat dibedakan menjadi tiga ras .
a. Negroid ,ciri khasnya adalah berkulit hitam dan berambut keriting .
b. Mongoloid ,ciri khasnya adalah berkulit kuning dan rambutnya lajur ( lurus )
c. aucasoid , ciri khasnya adalah berkulit putih dan rambutnya berombak
Perkawinan campuran membuat suatu kebudayaan emakin kecil . Perubahan cirri khas
dari bentuk tubuh akibat perkawinan campuran ras tidak jauh berbeda , tetapi terjadi
perubahan yang sangat nyata pada kebudayaan .
a) Manusia biologis atau herediter . Dengan meninjau warisan biologis , dapat dikatakan
bahwa manusia biologis meliputi bakat manusia untuk belajar dan menjadi dasar utama
untuk pertumbuhan kebudayaaan hasil pengajaran dan pelajaran.
b) Keadaan disekatar manusia atau lingkungan alamiah. Manusia harus menyesuaikan
kepekaan alam sebagai makhluk manapun juga.
c) Manusia sosial yang dilahirkan melalui keluarga .
d) Kelompok manusia dpengaruhi oleh jiwa dan sifat manusia yang membentuk kepribadian
seseorang .
c.KONSEP KELUARGA
Sejak awal , manusia lahirsebagai individu yang hidup dalam kelompok.hal ini merupakan
awal kehidupan dalam keluaga . kelompok penting yang dimiliki oleh individu baru lahir ialah
keluarga. Onggota keluaga yang baru lahir berinteraksi dengan ibu,ayah,dan saudaranya. Makin
bertambahnya umur, pergaulan anak makin luas, jumlah hubungan bertambah, begitu pula
keanggotaan dalam berbagai kelompok(mis,kelompok hubungan teman sepermainan , tetangga,
sekolah, dan asosiasi). Tiap individu memiliki kedudukan dan menjalankan fungsi dan atau
peranan tertentu didalm kelompoknya. Seiring dengan bertambahnya usia , jumlah
antarhubungan mulai berkurang hingga akhirnya , berhenti karena individu meninggal Namun
, bagi orang yang ditinggalkan , antarhubungan dengan yang meninggal belum berhenti karena
masih harus menyelesaikan upacara pemakaman menurut agama dan adat istiadat .
Dalam segenap proses kehidupannya , individu mengalami berbagai situasi sosial yang
berubah terus menerus mrenurut umurnya (dari anak-anak menjadi dewasa, lalu tua) Dan
menurut setatusnya dalam pelbagai lembaga pandidikan dan pengajaran , pelbagai jenis
pekerjaan dan jabatan , perkawinan,dsb.
d.KONSEP MASYARAKAT
Istilah masyarakat berasal dari akar bahasa Arab “ yang berarti ikut serta
berpatisipasi . Dalam bahasa inggris dipakai istilah society yang berasal dari kata latin socius
yang berarti kawan .Ada beberapa sarjana yang memberikan definisi tentang masyarakat ,
antara lain sebagi berikut :
1) Koentjaraningrat menyatakan masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang
berinteraksi menurut kesatuan sistem adapt istiadat tertentu yang bersifat kontinu , dan
yang terikat oleh suatu identitas bersama
2) Selo soemardjan mengatakan bahwa masyarakat adalah orang – orang yang hidup
bersama , yang menghasilkan kebudayaan .
3) J.L Gillin dan J.P Gillin mengatakan bahwa masyarakat adalah kelompok manusia
terbesar dan mempunyai kebiasaan , tradisi , sikap , dan perasaan persatuan yang sama .
4) Ralph Linton menyebutkan bahwa masyarakat adalah setiap kelompok manusia yang
telah hidup dan bekerja bersama cukup lama sehingga mereka dapat mengatur diri
sendiri dan menganggap diri mereka sebagai suatu kesatuan sosial dengan batas- batas
yang dirumuskan degan jelas .
5) Mac Iver dan Page mengatakan bahwa masyarakat adalah suatu sistem dari kebiasaan dan
tata cara , dari wewenang dan kerjasama antara berbagai kelompok dan penggolongan ,
dari pengawasan tingkah laku serta kebebasan- kebebasan manusia .
6) M.J .Herskovits mengemukakan bahwa masyarakat adalah kelompok individu yang
diorganisasikan dan mengikuti satu cara hidup tertentu
Masyarakat dalam arti luas adalah keseluruhan hubungan dalam hidup bersama dengan
tidak dibatasi oleh lingkungan , bangsa , atau keseluruhan darisemua hubungan dalam hidup
masyarakat . Masyarakat dalam arti sempit adalah sekelompok manusia yang dibatasi oleh
aspek-aspek tertentu, misalnya territorial,bangsa , dan golongan . Hal ini menciptakan adanya
masyarakat Dayak . , masyarakat Bugis dan masyarakat Sunda .
Unsur untuk terbentuknya suatu masyarakat adalah kelompok manusia dan berjumlah
banyak , telah berjalan dalam waktu yang lama , bertempat tinggal dalam daerah tertentu . dan
memiliki aturan ( undang- undang) yang mengatur mereka untuk satu cita- cita yang sama .
Dinamika masyarakat adalah kelompok gerak atau kekuatan yang dimiliki sekumpulan
orang di masyarakat yang dapat menimbulkan perubahan pada tata hidup masyarakat yang
bersangkutan .
BAB IV
PERUBAHAN PERILAKU
Teori aksi pada mulanya dikembangkan oleh Max Weber, seorang ahli sosiologi dan
ekonomi yang tenama. Waber berpendapat bahwa individu melakukan suatu tindakan
berdasarkan pengalaman, persepsi, pemahaman, penafsiran, objek stimulus, atau situasi tertentu.
Tindakan individu ini merupakan tindakan social yang rasional, yaitu mencapai tujuan atau
sasaran dengan menggunakan sasaran yang paling tepat (Ritzat, 1983).
Teori Waber dikembangkan lebih lanjut oleh Talcott Parsons, yamg dimulai dengan
mengritik Waber, menyatakan bahwa aksi bukanlah prilaku. Aksi merupakan tanggapan respons
mekanis terhadap suatu stimulus, sedangkan perilaku adalah suatu proses mental yang aktif dan
kereatif. Menurut Parsons, yang utama bukanlah tindakan individual melainkan norma dan nilai
sosial yang menuntun dan mengatur prilaku (Polonma, 1987) Parsons melihat bahwa tindakan
individu dan kelompok di pengaruhi tiga system, yaitu system sosial, system budaya dan, system
kepribadian masing-masing individu. Kita dapat mengaitkan individu dengan system sosial nya
melalui status dan perannya. Dalam setiap sistem sosial, individu menduduki suatu tempat
( status ) tertentu dan bertindak ( berperan ) sesuai dengan norma atau aturan yang di buat oleh
sistem tersebut dan prilaku individu di tentukan pula oleh tipe kepribadiannya. Contohnya,
keputusan seseorang untuk ikut atau menolak program KB tidak hanya bergantung pada
kedudukannya dalam komunitas itu ( seorang guru atau seorang petani ) atau jenis metode
kontrasepsi (pencegahan kehamilan ) itu sesuai atau tidak dengan agama yang di anutnya. Selain
itu, kepatuhan atau keberaniannya menolak KB akan menimbulkan rasa tidak enak terhadap
tetangga dan tokoh masyarakat.
Proposisi yang di ajukan oleh Homans tersebut berkaitan dan merupakan suatu kesatuan.
Artinya setiap individu menentukan tindakannya dengan mempertimbangkan semua faktor yang
di kemukakan dalam proposisi tersebut. Hubungan dan kedudukan manusia dalam masyarakat
harus terjalin dengan adil. Dalam proses aksi sosial, manusia mengharapkan untuk memperoleh
imbalan yang sesuai dengan pengorbanan atau biaya yang telah di keluarkannya. Umumnya,
manusia cendrung membandingkan diri nya dengan orang lain yang sejajar dengannya, bukan
membandingkan dirinya dengan orang yang sangat berbeda dengannya. Ia juga membandingkan
dirinya dengan orang yang terlibat dalam proses pertukaran dengannya
Model Green ini dapat di gunakan untuk menganalisis program imunisasi di indonesia.
Pemerintah menyediakan sarana obat dan petugas imunisasi memberikan penyuluhan
(pendidikan kesehatan) dan mendekati para ibu yang anaknya memerlukan imunisasi (faktor
pendorong) sehingga ibu-ibu tersebut menjadi paham mengenai pentingnya mencegah penyakit
melalui imunisasi tersebut (faktor predisposisi). Ini semua di arahkan untuk mencapai perilaku
positif, yaitu membawa anak ke posyandu, puskesmas atau praktik dokter swasta untuk
imunisasi. Selain perilaku, ada pula aspek non-perilaku dapat mempengaruhi pencapaian
kesehatan individu / masyarakat, misalnya sulitnya mendapatkan sarana kesehatan, mahalnya
biaya transportasi dan pengobatan
Berkaitan dengan teori Green, di kembangkan teori lain yang di namakan health belief
model oleh Rosenstock (1982). Ia percaya bahwa perilaku individu di tentukan oleh motif dan
kepercayaannya. Tanpa memperdulikan apakah motif dan kepercayaan tersebut sesuai atau tidak
dengan realitas atau pandangan orang lain tentang apa yang baik untuk individu tersebut. Sangat
penting untuk membedakan antara kebutuhan kebutuhan kesehatan yang objektif dan yang
subjektif. Kebutuhan kesehatan yang ojektif ialah kebutuhan yang diidentifikasi oleh petugas
kesehatan berdasarkan penilaiannya yang profesional, yaitu adanya gejala yang dapat
mengganggu / membahayakan kesehatan individu. Sebaliknya, individu menentukan sendiri
apakah dirinya mengalami suatu penyakit berdasarkan perasaan dan penilaiannya sendiri.
Pendapat / kepercayaan ini dapat sesuai dengan realitas, tetapi dapat pula berbeda kenyataan
yang di lihat orang lain. Meskipun berbeda dengan realitas, menurut rosenstock, pendapat
subjektif inilah yang merupakan kunci dari di lakukannya atau di hindarinya suatu tindakan
kesehatan. Artinya, individu akan melakukan suatu tindakan untuk menyembuhkan penyakitnya
jika ia merasa terancam oleh penyakit tersebut. Jika tidak, ia tidak akan melakukan tindakan apa
pun.
Model kepercayaan kesehatan ini mencakup lima unsur utama (Rosenstock, 1982).
Pertama adalah persepsi individu tentang kemungkinannya terkena suatu penyakit (perceived
susceptibility). Mereka yang merasa dapat terkena penyakit akan lebih cepat merasa terancam.
Unsusr yang ke dua adalah pandangan individu bahwa makin berat penyakit tersebut, makin
besar ancamannya. Ancaman ini mendorong individu melakukan tindakan pencegahan atau
penyembuhan penyakit. Namun, ancaman yang terlalu besar akan menimbulkan rasa takut dalam
diri individu yang justru akan menghambat dalam melakukan tindakan karena individu tersebut
merasa tidak berdaya melawan setiap ancaman. Untuk mengurangi rasa terancam, ditawarkan
suatu alternatif tindakan oleh petugas kesehatan. Setuju atau tidaknya tentang manfaat dan
hambatan pelaksanaan alternatif tersebut individu akan mempertimbangkan, apakah alternatif itu
memang dapat mengurangi ancaman penyakit dan akibatnya yang merugikan. Namun sebainya,
akan konsekuensi negativ dari tindakan yang di anjurkan itu (biaya yang mahal, rasa malu, takut
akan rasa takut, dsb) seringkali menimbulkan keinginan individu untuk menghindari alternatif
yang di anjurkan oleh petugas kesehatan. Hal ini menunjukan perceived benefits and
barriers dari tindakan yang di anjurkan. Untuk memutuskan menerima tau menolak alternative
tindakan tersebut di perlukan satu unsur lagi, yaitu faktor pencetus (cues to action).
Sistem lapisan di dalam suatu masyarakat dapat bersifat tertutup (closed soosial
strafication) dan terbuka (open social strafication) system lapisan yang bersifat tertutup
membatasi kemungkinan pindahnya seseorang dari suatu lapisan ke lapisan yang lain. Dalam
system yang demikian, satu-satunya jalan untuk menjadi anggota suatu lapisan masyarakat
adalah kelahiran. Sebaliknya di dalam system terbuka , setiap anggota masyarakat mempunyai
kesempatan untuk naik lapisan dengan kemampuan sendiri untuk naik lapisan, atau bagi mereka
yang tidak beruntung, turun dari lapisan atas ke lapisan bawahnya. Umumnya system terbuka
memberi perangsang yang lebih besar kepada setiap anggota masyarakat dan di jadikan landasan
pembangunan masyarakat, tidak demikian dengan system yang tertutup.
System tertutup jelas terlihat pada masyarakat India yang berkasta, didalam masyarakat
yang feodal, atau masyarakat yang lapisannya bergantung pada perbedaan rasial. Pada
masyarakat India, system lapisannya sangat kaku dan menjelma dalam kasta-kasta. Kasta di
India mempunyai ciri-ciri tertentu, yaitu sbb.
1. Keanggotaan pada kasta di peroleh karena warisan / kelahiran. Anak yang lahir akan
memperoleh kedudukan orang tuanya.
2. Keanggotaan yang di wariskan berlaku seumur hidup karena seseorang tidak mungkin
mengubah kehidupannya, kecuali bila ia di keluarkan dari kasta nya.
3. Perkawinan bersifat endogam, artinya harus di pilih dari orang yang sekasta.
4. hubungan dengan kelompok-kelompok sosial lainnya bersifat terbatas.
5. Kesadaran pada keanggotaan suatu kasta tertentu, terutama nyata dari nama kasta,
identifikasi anggota pada kastanya pentesuaian dari yang ketat terhadap norma-norma kasta dsb.
6. Kasta di ikat oleh kedudukan yang secara tradisional telah di tetapkan.
7. Prestise suatu kasta benar-benar di perhatikan.
Sistem kasta di india telah ada sejak beberapa abad yang lalu.istilah kasta dalam bahasa india
adalah yati, sedangkan sistemnya di sebut varna. Menurut kitab Rig-Veda dan kitab-kitab
Brahmana, dalam masyarakat india kuno di jumpai empat varna yang tersusun dari atas ke
bawah. Masing-masing adalah kasta Brahmana, Ksatria, Vaicya, dan Sudra. Kasta Brahmana
merupakan kasta para pendeta, yang di pandang sebagai lapisan tertinggi. Ksatria merupakan
kasta orang-orang bangsawan dan tentara di pandang lapisan ke dua. Kasta Vaicya merupakan
kasta para pedagang yang di anggap sebagai lapisan menengah (ketiga), dan Sudra adalah kasta
orang-orang biasa (rakyat jelata), mereka yang tidak berkasta adalah golongan Paria. Susunan
kasta tersebut sangat kompleks dan hingga kini masih di pertahankan dengan kuat, walaupun
orang-orang india sendiri kadang kala tidak mengakuinya . sistem kasta di india, juga di jumpai
di Amerika Serikat. Terdapat pemisahan tajam antara golongan kulit putih dan golongan kulit
berwarna, terutama orang-orang negro.
Sistem lapisan yang tertutup, dalam batas-batas tertentu, juga di jumpai pada masyarakat
bali. Menurut kitab suci orang bali, masyarakat berbagi dalam empat lapisan, yaitu Brahmana,
Ksatria,Vaicya, dan Sudra. Ketiga lapisan pertama biasanya di sebuttriwangsa, sedangkan
lapisan terakhir di sebut jaba yang merupakan lapisan dengan jumlah warga terbanyak. Keempat
lapisan tersebut terbagi lagi dalam lapisan-lapisan khusus. Biasanya kita mengetahui asal
kastaseseorang dari gelarnya, gelar-gelar tersebut di wariskan menurut garis keturunan laki-laki
(patrilineal). Gelar ini meliputi Ida Bagus, Tjokorda, Dewa, Ngahan, Bagus, I Gusti, dan Gusti.
Gelar pertama adalah gelar bagi orang Brahmana, gelar kedua sampai dengan keempat adalah
gelar bagi orang-orang Satria, sedangkan yang kelima dan keenam berlaku bagi orang-orang
Vaicya. Orang-orang Sudra juga memakai gelar-gelar, seoerti Pande, Kbon, dan Pasek dahulu
kala, gelar tersebut berhubungan erat dengan pekerjaan orang-orang yang bersangkutan.
Walaupun gelar tersebut tidak memisahkan golongan-golongan secara ketat, hal ini sangat
penting dalam sopan santun pergaualan. Di samping itu, hukum adat juga menetapkan hak-hak
bagi pemakai gelar, misalnya dalam memakai tanda-tanda, perhiasan, atau pakaian tertentu.
Kehidupan sistem kasta di bali umumnya terlihat jelas dalam hubungan perkawinan. Seorang
gadis dari suatu kasta tertentu, umumnya di larang bersuamikan seseorang dari kasta yang lebih
rendah.
Secara visual sifat-sifat lapisan adalah sebagai berikut :
1. sistem lapisan tertutup: mobilitas sangat terbatas atau bahkan mungkin tidak ada.
BAB V
NORMA DAN NILAI
Menurut Munandar Soelaeman, nilai adalah sesuatu yang dipentingkan manusia sebagai
subjek, menyangkut sesuatu yang baik atau yang buruk, sebagai abstraksi,pandangan, atau
maksut dari berbagai pengalaman dengan seleksi perilaku yang ketat. Menurut Alo Liliweri, nilai
adalah sebuah kepercayaan yang didasarkanpada sebuah kode etik didalam masyarakat. Nilai
menunjukkan tentang apa yang benar dan salah ,baik dan dan buruk, juga menunjukan tentang
bagaimana pengalaman hidup di masa lalu.Nilai merupakan unsur penting dalam budaya karena
menentukan seseorang boleh atau tidak boleh melakukan sesuatu.
Dengan kata lain, nilai merupakan patokan atau standar perilaku sosial yang
melambangkan baik /buruk atau benar/salahnya suatu objek dalam hidup bermasyarakat
sehingga nilai dapat mempengaruhi perilaku seseorang.Menurut Abdulsani, nilai dapat dikatakan
sekumpulan perasaan mengenai apa yang diinginkan atau apa yang tidak diharapkan,mengenai
apa yang boleh dilakukan atau yang tabu dilakukan. Contohnya, Seorang Ibu memutuskan untuk
tidak bekerja ( diluar rumah tangga ) selama anak-anaknya berumur balita, ia ingin mengasuh
anaknya sendiri tanpa pengasuh karena ia melihat pendidikan anak belitanya sangat penting.Ada
pula seorang Ibu yang akan menyusui bayinya hingga berumur 2 tahun, ia menilai ASI-nya
sangat berharga bagi pertumuhan dan perkembangan bayinya.
Dalam kedua kasus di atas, tampak bahwa pendidikan anak balita dan pemberian ASI bagi
kedua Ibu tersebut merupakan nilai-nilai yang dipegang teguh seorang Ibu yang mengetahui arti
pendidikan balita dan arti ASI bagi bayinya.Kedua Ibu tersebut akan merasa bersalah bila tidak
melakukan hal tersebut, terutama bila dikemudian hari terjadi sesuatu yang dapat merugikan
kedua anaknya.
Nilai bagi oranglain dapat berbeda karena nilai bisa berlaku bagi individu, sekelompak
orang, atau satu suku bangsa.Nilai yang berlaku untuk satu suku atau ras, misalnya pada daerah
tertentu,nilai anak laki-laki lebih tinggi daripada nilai anak perempuan. Hal ini terjadi karena
liki-laki dapat dijadikan sebagai penrus keturunan, sedangkan perempuan tidak.
Tidak semua ras/daerah mempunyai pandangan lebih terhadap anak lelaki dibanding anak
perempuan. Pada daerah lainjustru sebaliknya karena anak perempuan dapat dijadikan invest
bila dapat dikawinkan dengan lelaki kaya atau berpangkat, atau dipekerjakan sehingga cepat
mendatangkan uang.Contoh lain: pada era sebelum tahun enam puluhan , wanita yang baik
adalah yang pandai memasak, menjahit, menyulam, dan mengurus rumah tangga ,sedangkan
dizaman ini, nilai seorang wanita tidak lagi diukur dari kepandaiannya dalam mengurus rumah
tangga, tetapi lebih utama yang terpelajar atau berpengetahuan luas.
Untuk memperoleh gambaran yang lebih rinci tentang nilai, dapat dilihat pendapat D.A.
Wila Huky dalam Abdulsani, nilai-nilai mempunyai ciri-ciri sebagai berikut,
a. Nilai tercipta secara sosial,bukan secara biologis ata bawaan sejak lahir. Artinya, nilai tercipta
melalui interaksi daripada anggota masyarakat.Nilai merupakan hasil interaksi yang dipelajari
berdasarkan pengalaman, nilai merupakan sesuatu yang timbul setelah ada proses sosial diantara
anggotanya.
b. Nilai-nilai ditularkan dari individu ke individu lain atau dari sekelompok masyarakat lain. Hal ini
memungkinkan setiap individu / kelompok mempelajari dan menyetujuinya untuk digunakan
secara bersama atau individu.
c. .Nilai dipelajari dan dicapai, bukan bawaan sejak lahir.Proses belajar dan pencapaian nilai-nilai
dimulaai sejak kanak-kanak dalam keluarga melalui sosialisasi.
d. Nilai memuaskan manusia dan mengambil bagian dalam usaha pemenuhan kebutuhan
sosial.Nilai yang disetujui dan yang telah diterima secara sosial menjadi dasar bagi tindakan dan
tingkah laku, baik secara pribadi atau group dan masyarakat secara keseluruhan. Nilai juga dapat
membantu masyarakat agar dapat berfungsi dengan baik.
e. Nilai merupakan asumsi abstrak dan terdapat konsensus sosial tentang harga relatif dari objek
dalam masyarakat.Seperti dalam contoh diatas, nilai merupakan konsensus yang abstrak dan
sangat bergantung pada setiap individu/kelompok.
f. Nilai cenderung berkaitan satudengan yang lain secara komunal untuk membentuk pola-pola dan
sistem nilai dalam masyarakat sehingga tidak menimbulkan problem sosial.Nilai memang dibuat
untuk mencegah timbulnya masalah sosial ddikemudian hari sehingga individu/masyarakat
cenderung mengikutinya menjadi pola dan sistem.
g. Sistem nilai bervariasi antara kebudayaan satu dengan yang lain, sesuai dengan hharga relatif
yang diperlihatkan oleh setiap kebudayaan terhadap pola-pola akktivitas dari tujuan serta
sasaranya.
h. Nilai selalu menggambarkan alternatif dan sistem nilai yang terdiri dari struktur rangking
alternatif itu sendiri sehingga dapat saling menyempurnakan dan mengisi.
i. Masing-masing nilai dapat mempunyai efek yang berbeda pada tiap individu dan masyarakat
sebagai keseluruhan.
j. Nilai juga melibatkan emosi, karena biasanya diciptakan berdasarkan kebbutuhan rasa aman
sehingga bila tidak sesuai dengan nilai-nilai yang diyakininya, akan mengakibatkan rasa
bersalah.Sering kali, nilai-nilai juga berasal dari keyakinan berag individu atau masyarakat yang
bersangkutan.
k. Nilai-nilai dapat mempengaruhi pengembangan pribadi dalam masyarakat secara positif maupun
secara negatif sehingga orang semakin tidak mau mengambil resiko dan mematuhi untuk
menjadikan rasa aman.
6.2. NORMA-NORMA SOSIAL
Nilai dan norma tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya, karna keduanya saling
berkaitan. Secara umum, norma merupakan nilai yang mengandung sanksi yang relatif tegas
terhadap pelanggarnya.Oleh karena itu, norma merupakan faktor pendorong bagi
individu/masyarakat untuk mematuhinya.
Menurut pandangan sosiologis, norma merupakan kekuatan dari serangkaian peraturan
umum, baik tertulis, mengenai tingkah laku manusia yang menurut kelompoknya baik atau
buruk, pantas atau tidak panntas.Norma dapat mengendalikan anggota kelompok untuk berbut
baik atau tidak baik menurut kelompok itu, membuat perasaan bersalah atau tidak bagi anggota
masyarakat tersebut.Norma dapat bersumber dari agama/kepercayaan suatu masyarakat.
Kekuatan norma menurut sosiologi dikenal dalam beberapa tingkatan, yaitu sebagai berikut.
a.Usage (cara berbuat).Pada tingka norma yang disebut cara, bila terjadi pelanggaran, hukumnya
sangat lemah.Misalnya, makan sambil berdiri atau berdecak.Pada tingkatan ini, lebih banyak
dinilai pelanggara antar-individu saja, tidak terkait dengan oranglain.
b.Folkways ( kebiasaan atau perbuatan yang berulang dalam bentuk yangg sama ).Karena banyak
orang setuju,perbuatan yang dianggap baik dapat menadi kebiasaan.Misalnya, berkata sopan
santun keada semua orang dan mengucapkan salam setiap bertemu orang.
c.Mores( tata-kelakuann ) adalah benntuk norma yang telah diakui oleh masyarakat sebagai
pengatur dalam setiap perilaku. Tata-kelakuan mempunyai kekuatan memaksa untuk berbuat
atau tidak berbuat sesuatu sehingga sanksinya adalah dikucilkan olehh masyarakat dari pergaulan
atau pengusiran dari linggkungannya.Ini biasa terjadi di daerah-daerah yang masih sangat kental
hukum adatnya,seperti di Bali,Sumatera Barat, dan Aceh..
d.Custom ( adat istiadat ) adalah tata kelakuan berupa aturan-aturan yang mempunyai
sanksi/hukuman yang lebih keras lagi, baik formal maupun non-formal.Misalnya, kasus
pemerkosaan, selain mendapat hukuman dari penegak hukum(formal ) sesuai undang-undang
tertulisnya, pemerkosa juga mendapat hukuman dari masyarakat ( non-formal ), bahkan lebih
berat, misalnya dipukuli atau diadili secara massal dan dikucilkan.
63 Nilai-nilai budaya
Nilai budaya merupakan suatu idealisme bangsa. Apakag pancasila juga merupakan nilai-
nilai budaya bangsa indonesia?Ya, karena pancasila digali dari nilai-nilai yang ada sejak zaman
dahulu kala atau nenek moyang bangsa Indonesia dan merupakan cita-cita luhur penduduk di
kepulauan nusantara ini.Nilai-nilai budaya merupakan tingkat yang paling tinggi dan paling
abstrak dari adat istiadat suatu bangsa.
Nilai merupakan konsep mengenai apa yang hidup dalam pikiran sebagian besar warga
suatu masyarakat , mengenai apa yang mereka anggap berniat, berharga, dan penting dalam
hidup, berfungsi sebagai pedoman kehidupan warganya(Koentjaraningrat, 1990).
BAB VI
MASALAH SOSIAL DAN KESEHATAN WANITA
Prilaku manusia merupakan hasil dari segala pengalaman serta interaksi manusia dengan
lingkunganya. Lingkungan yang dimaksud adalah nonbiologis atau sosial budaya prilaku
merupan respon atau reaksi seseorang terhadap sitimulus yang berasal dari luar maupun dari
dalam dirinya. Respon dapat bersifat pasif, yaitu berpikir, berpendapat, bersikap maupun bersifat
aktif yaitu melakukan tindakan. Respon individu atau masyarakat ada kaitan dengan sosial
budaya yang ada di sekitarnya, dan akan pengaruhi sikap dan prilaku individu dalam bertindak
selanjutnya.Untuk memudah kan prilaku sakit dan penyakit menurut soekijo notoatmodjo (1993)
prilaku dikelompokan menjadi beberapa kelompok yaitu sebagai berikut:
1. prilaku pemeliharaan kesehatan misalnya konsumsi makanan yang bergizi dan
berolahraga.
2. prikaku pencegahan penyakit misalnya menjaga kebersihan lingkunga tidur denga
kelambu, melakukan imunisai dan menjaga agar tidak menularkan penyakit terhadap orang lain.
3. prilaku mencari pengobatan misalnya pengobatan sendiri, kedukun, dokter, puskesmas
dll.
4. prilaku pemulihan kesehatan disebut pula sebagai upaya – upaya penyakit misalnya patuh
terhadap nasehat dokter, melakukan diet, dan minum obat sesuai aturan. Bila informasi yang
disampaikan pada pasien.
Berdasarkan teori – teori tersebut lingkungan sosial budaya seseorang atau masyarakat
sangat berpengaruh terhadap prilaku dan status kesehatannya. Beberapa penomena spsial budaya
yang dapat diketahui dengan status keehatan baik individu dan masyarakat dapat kita lihat pada
uraian berikut.
Menurut kamus bahasa indonesia ( departemen pendidikan nasional 2001), stigma adalah
ciri negatif yang menempel pada pribadi sesorang karena mempengaruhi lingkungan nya.
Misalnya karena disebut anak nakal, anak itu menjadi benar – anak nakal. Stigma sosial dan
kesehatan adalah ciri negatif yang menempel pada pribadi seseorang karena pengaruh
lingkungan dan akan mempengaruhi kesembuhan seseoran dari penyakitnya misalnya stigma
masyarakat tentang seorang yang pecandu napza, stigma sosialnya” sekali pencandu selama tetap
pecandu”. Sesungguhnya setiap orang dapat berubah jika dibantu dan di dukung serta di dorong
untuk berubah
2. pandangan kultur terhadap konsep sehat sakit
Dalam menentukan sehat atau sakit individu satu dengan yang lain sering tidak sama. Artinya
al ini sangat subjektif. Misalnya, ketika sesorang mengalami diare, ia tetap pergi
kekantor/bekerja karena merasa tidak terganggu Secara ilmiah penyakit ( disease) merupakan
gangguan fisiologis sebagai akibat dari adanya infeksi atau gangguan fungsi tubuh yaitu yang
terkait dengan ilmu kedokteran sakit (illnes) adalah penilaian individu terhadap penggalam
penderita suatu penyakit, di tandai rasa tidak enak pada tubuh, tetapi berdasarkan hasil
pemeriksaan medis tidak ada kelainan di nyatakan sehat. Pada masyarakat tertentu mereka
mempercayakan penyembuhan na dengan pengobat yang sering melakukan penyembuhan
dengan cara menyetuh spritual dan rohani yang tidak dapat di berikan oleh pengobat modern
misalnya pencandu nafza yang di obati di pondok pesantren suralaya, yaitu dengan
penyaembuhan zikir dan beribadah secara teratur. Menurut solitah dalam menganalisis tubuh nya
biasanya penyakit di bagi menjadi 2 tingkat sebagai berkut :
1. Sakit menurut orang lain, termasuk petugas medis.
2. Sakit menurut diri sendiri, termasuk keputusan untuk mencari pengobatan.
Misalnya, penduduk desa dengan golongan ekonomi kurang rasa sakit sering tidaak
dirasakan karena mereka harus bekerja. Apabila mereka tidak dapat bekerja ia tidak dapat makan
selain faktor ketidaktahuan, pada kenyataan mereka benar2 sakit menurut ilmu medis. Contoh
yang lain adalah penderita penyakit gondok.
Di negara – negara berkembang termasuk indonesia kondisi individu terhadap sakit ini
sering menjadikan kondisi pasien semakin parah ketika ia memutuskan untuk berobat ke
pelayanan kesahatan karena keterlambatan pada penangganan contohnya ketika akan
melahirkan, ibu – muda pada kelahiran pertama atau perdarahaan pada saat kehamilan sering di
anggap biasa, tidak segera mencari pertolonggan pada petugas kesehatan.
3.Aspek sosial budaya dalam status kesehatan
Menurut Hendrik. L. Blum tatus kesehatan individu atau masyarakat dikelompokan
beberapa faktor seperti lingkungan dan prilaku. Lingkungan ini termasuk lingkungan sosial
budaya, sementara prilaku adalah yang berasal dlm individu itu sendiri. Sosial budaya ini
termasuk bagaimana sistem pendidikan ( formal maupun non formal ). Oleh karena
prilaku sosial budaya adalah satu hal yang erat kaitan nya dan saling mempengaruhi.
4.Aspek sosial budaya terhadap status gizi
Status gizi yang buruk merupakan masuknya pintu gerbang penyakit menular dan
terganggunya perkembangan bayi maupun balita. Beberapa penyakit kurang gizi yang banyak di
jumpai oleh masyarakat adalah gizi buruk pada bayi dan balita, anemia zat besi pada ibu hamil,
gangguan akibat kurang yodium pada masyarakat di daerah tertentu, kurang vitamin A.Factor
social budaya yang mempengaruhi status gizi buruk adalah sosial ekonomi dan ketidak mampuan
ekonomi pada daerah tertentu banyak dipengaruhi ketidakmauan dan ketidaktahuan. Kebiasaan
tidak makan ikan pada daerah tertentu terjadi mahal harganya, rasa amis yang dirasa dapat
menggangu nafsu makan, bahkan mereka percaya bila balita makan daging atau ikan akan
menyebabkan cacingan
.Dengan adanya globalisasi dan modernnisasi, semakin banyak ibu yang berkerja diluar
rumah dan semakin berubah pola makan penduduk perkotaan. Mereka cenderung
mengkomsumsi makanan cepat saji, yang dianggap praktis, enak dan relatif murah. Meraka tidak
mempertimbangkan nilai gizi nya karena makanan jenis ini banyak mengandung lemak dan
serat.
Masalah lain yang timbul pada remaja putri yang berakibat persepsi yang salah mengenai
bentuk tubuh adalah anemia nurfosa dan bulimia. Upaya mendapatkan bentuk tubuh ideal sesuai
panangan masyarakat.Remaja tumbuh berbagai masyarakat dan keputusan terhadap dirinya.
Adanya tekanan dan keputusan remaja menyebabkan mereka memilih anoreksia sebagai cara
yang aman dalam berdiet.Anemia merupakan masalah gizi bagi wanita indonesia anemia dapat
disebabkan oleh kurangnya kecukupan makanan dan kurang nya mengkomsumsi makanan yang
mengandung zat besi. Penyebab konsumsi oleh makanan tsb, mengkonumsi teh merupan faktor
yang menghambat penyerapan zat besi dengan baik.
5.Aspek sosial budaya pada program KB
Tindakan medis di rumah sakit menjadi hal pengalaman yang menakutkan sebagian
masyarakat perdesaan selain itu perilaku petugas, terutama untuk alat kontra sepsi tertentu
partisipasi masyarakat masih sangat rendah dan kurang demokratis.Permasalahan lain adalah
sebagian besar kontrasepsi di tunjukan untuk wantia, sementara pria hanya sedikit pilihan nya.
Hal ini karena adanya pendapat bahwa pil KB untuk wanita bukan untuk pria karena yang
melahirkan wanita bukan pria sehinga semua orang menggangap yang tepat ber- KB wanita.
Hal ini di dasarkan kenyataan bahwa memang wanita sebagai tumpuhan program KB
program KB sesunggunya merupkan bentuk lain penindasan terhadap wanita karena seprang istri
ingin ber-KB dan menentukan jenis KB yang digunakan harus seizin suami. Jika wanita tsb tidak
mendapatkan seizin suami ia tidak akan melakukan pemasanggan KB. Situasi seperti memaksa
istri tidak sanggup hamil dan melahirkan lagi tetapi suami tidak mengizinkan ber-kb tidak
menentukan pilihan apapun.
7.3. MASALAH SOSIAL
Ciri – ciri atau gejala sosial yang dapat menjadi masalah sosial
1. terjadinya disorganisasi dalam masyarakat ketika terdapat perbedaan pendapat tenang ssuatu
hal diantara anggota masyarakat. Disorganisasi tersebut dapat diawali dengan pertengkaran kecil
antar kelompok dalam masyarakat atau sekelompok kecil dari anggota masyarakat.
2. ketidakmampuan menghadapin inovasi atau manguasai perkembangan ilmu pengetahian dan
teknologi dapat menyebabkan kecemburuan sosial dan frustrasi di antara lapisan masyarakat.
Masalah sosial biasanya menjadi meluas karena menyankut masalah ekonomi, interaksi
sosial, kesehatan dan lainnya. Menurut Daldjuni dalam tulisan Abdulsani (1994), sumber
penyebab masalah sosial antara lain sebagai berikut :
a. fakor alam ( ekologis – geografis ), yaitu gejala menipisnya sumber daya alam karena over-
eksploitasi oleh manusia dengan teknologi tinggai tanpa memperhatikan kelestarian linggungan.
b. Faktor biologis/ kepandudukan, yaitu semakin berrtambah pesatnya pertumbuhan penduduk.
1. faktor individu
a. perkembangan fisik, mental, dan sosial yang dialami seseorang makin cepat berkembang
an tersebut dialami, makin cepat pula berlangsungnya perkawinan usia muda.
b. Tingkat pendidikan yang dimiliki oleh remaja. Makin rendah tingkat pendidikan, makin
mendorong berlangsungnya perkawinan usia muda.
c. Sikap yang berhubungan dengan usia orang tua. Perkawinan usia berangsung karena
adanya sikap patuh dan/atau menentang yang dilakukan remaja terhadap perintah orang tua.
Hubungan dengan orang tua menentukan terjadinya perkawinan usia muda. Dalam kehidupan
sehari-hari sering di temukan perkawinan remaja karena ingin melepas menginginkan status
ekonomi yang lebih tinggi.
2. faktor keluarga. Peran orang tua dalam menentukan perkawinan anak-anak mereka
dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut:
a. sosial ekonomi keluarga. Akibat beban ekonomi yang dialami, orang tua mempunyai
keinginan untuk mengawinkan anak gadisnya. Perkawinan tersebut akan memperoleh dua
keuntungan, yaitu tanggung jawab terhadap anak gadisnya menjadi tanggung jawab suami atau
keluarga suami dan adanya tambahan tenaga kerja di keluarga yaitu menantu yang dengan
sukarela membantu keluarga istrinya.
b. Tingkat pendidikan keluarga. Makin rendah tingkat pendidikan keluarga, makin sering
ditemukan perkawinan di usia muda. Peran tingkat pendidika berhubungan erat dengan
pemahaman keluarga tentang kehidupan berkeluarga.
c. Kepercayaan atau adat istiadat yang berlaku dalam keluarga. Kepercayaan dan adat
istiadat yang berlaku dalam keluarga juga menentukan terjadinya perkawinan usia muda. Sering
ditemukan orang tua yang mengawin kan anaknya dalam usia sangatmudah karena keinginan
untuk meningkatkan status sosial keluarga, mempercepat hubungan antar keluarga, dan/atau
untuk menjaga garis keturunan keluarga.
d. Kemampuan yang dimiliki keluarga dalam menghadapi masalah remaja. Jika keluarga
kurang memiliki pilihan dalam menghadapi atau mengatasi masalah remaja, (mis.,anak gadisnya
melakukan perbuatan zina), anak gadis nya tersebut d nikahkan sebagai jalan keluarnya.
Tindakan ini dilakukan untuk menghadapi rasa malu atau rasa bersalah.
3. faktor masyarakat lingkungan
a. adat istiadat. Terdapat anggapan di berbagai daerah di indonesia bahwa anak gadis telah
dewasa, tapi belum bekeluarga, akan di pandang ”aib” bagi keluarganya. Upaya orang tua untuk
mengatasi hal tersebut menikahkan anak gadis yang dimilikinya secepat mungkin sehingga
mendorong terjadinya perkawinan usia muda.
b. Pandangan dan kepercayaan. Pandangan dn kepercayaan yang salah pada masyarakat
dapat pula mendorong terjadinya perkawinan di usia muda. Contoh pandangan yang salah dan
dipercayai oleh masyarakat, contoh pandangan yang salah di percayai oleh masyarakat, yaitu
anggapan bahwa kedewasaan seseorang di nilai dari status perkawinan, status janda lebih baik
dari pada perawan tua dan kejantanan seseorang dinilai dari seringnya melakukan perkawinan.
Interprestasi yang salah terhadap ajaran agama juga dapat menyebabkan terjadinya perkawinan
usia muda, misalnya sebagian besar masyarakat juga pemuka agama menganggap bahwa akil
baliq ialah ketika seorang anak wanita tersebut dapat dinikahkan, padahal akil baliq
sesungguhnya terjadi setelah seorang wanita melampaui mas remaja.
c. Penyalahgunaan wewenang atau kekuasaan. Sering ditemukan perkawinan muda karena
beberapa pemuka masyarakat tertentu menyalahgunakan wewenang atau kekuasaan yang
dimilikinya, yaitu dengan mempergunakan kedudukan untuk kawin lagi dan lebih memilih
menikahi wanita yang masih muda, bukan dengan wanita yang telah usia lanjut.
d. Tingkat pendidikan masyarakat. Perkawinan usia muda dipengaruhi pula oleh tingkat
pendidikan masyarakat secara keseluruhan. Masyarakat yang tingkat pendidikannya amat rendah
cenderung mengawinkan anaknya dalam usia muda.
e. Tingkat ekonomi masyarakat. Masyarakat yang tingkat ekonominya rendah kurang
memuaskan, sering memilih perkawinan sebagai jalan keluar dalam mengatasi kesulitan
ekonomi.
f. Tingkat kesehatan penduduk. Jika suatu daerah memiliki tingkat kesehatan yang belum
memuaskan dengan masih tingginya angka kematian, sering pula ditemukan usia perkawinan
muda di daerah tersebut. Tingginya angka kematian dan terjadinya bencana alam yang menelan
banyak korban jiwa, perkawinan usia mudah dianggap sebagai upaya maksimum untuk
mengatasi kemungkinan musnahnya suatu keluarga dan jaminan bahwa anak – anak mereka
yang masih remaja akan mencapai palina tidak satu bagian dari mas reproduktif sebelum
meninggal. Perkawinan usia muda tersebut juga bertujuan untuk menjamin garis keturunan dari
keluarga yang bersangkutan.
g. Perubahan nilai. Akibat pengaruh modernisasi, terjadi perubahan nilai, yaitu semakin
bebasnya hubungan antara pria dan wanita. Hasil survei tentang reproduksi remaja sejahtera di
indonesia tahun 1998/1999 menunjukan 35,5% remaja laki-laki dan33,7% remaja wanita
mempunyai teman yang telah melakukan hubungan seksual sebelum menikah dan89,5%
mengalami kehamilan ( Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas indonesia, 1997 )
Akibat yang timbul oleh perkawinan usia muda tidak hanya pada individu saja, tetepi juga
terhadap umum, lingkungan terbatas, dan keluarga.
1. Umum. Akibat yng dapat ditimbulkannya paa kelompok umum yaitu sebagai berikut.
a. menimbulkan hambatan pada program kependudukan dan selanjutnya, pelbagai masalah
kependudukan dan sebagai dampak negatif.’
b. Menghambat peningkatan peranan wanita, terutama dalam kaitannya dengan
pembangunan nasional.
c. Meningkatkan angka kawin cerai yang dapat menimbulkan keresahan keluarga atau
masyarakat secara keseluruhan.
2. lingkungan terbatas. Lingkungan terbatas yang dimaksud adalah masyarakat setempat.
Akibat perkawinan usia muda terhadap lingkungan terbatas adalah sebagai berikut.
a. langgengnya nilai-nilai tradisional yang tidak serasi yang dapat menghambat
pembangunan nasional.
b. Menghambat proses dinaminasi masyarakat sehingga masyarakat tidak pernah dapat
berorientasi kemas depan sehingga menghambat perkembangan lingkungan sekitarnya.
c. Mendorong meningkatnya peristiwa pengguguran kandungan.
3. keluarga. Bebberapa pengaruh perkawinan usia muda terhadap keluarga yaitu sebagai
berikut.
a. menimbulkan perkawinan yang tidak lestari dengan sebagai akibat selanjutnya.
b. Menyebabkan sulitnya peningkatan pendapatan keluarga
c. Menyebabkan tidak sempurnanya pendidikan daan pengasuhan anak atau keluarga yang
dimiliki.
4. individu. Akibat yang dapat timbulkan perkawinan usia muda pada individu sebagai
berikut.
a. terhambatnya perkembangan potensi pribadi
b. terhambatnya kemungkinan melanjutkan pendidikan
c. tidak sempurnanya fungsi sebagai ibu atau istri
d. timbul perasaan kurang aman, malu, atau frustasi
e. terganggunya status kesehatan atau bahkan kematian karena perkawinan usia muda
berhubungan erat dengan tingginya angka penyulit kehamilan, penyakit peralinan, penyulit masa
nifas, dan gangguan kesehatan janin, bayi, atau anak yang dimilikinya.tabel 6-2 menunjukan
beberapa hal yang di akibatkan oleh perkawinan
1. Upaya yang ditunjukan terhadap individu.
a. ditunjukan terhadap remaja yang belum berkeluarga. Kegiatan yang dapat dilakukan
untuk mencegah terjadinya perkawinan usia muda, teutama di tekankan pada kegiatan
pendidikan dalam arti dan peran perkawinan serta akibat negatif yang ditimbulkan perkawinan
pada usia yang sangat muda. Memberi kesibukan pada remaja merupakan usaha lain yang dapat
dilakukan sehingga remaja dapat di arahkan kepada kegiatan bersifat positif.
b. Ditujukan terhadap remaja yang telah berkeluarga. Kegiatan yang dapat di lakukan
adalah mencegah remaja yang berkeluarga agar tidak segera hamil.
2. Upaya yang ditunjukan kepada keluarga. Penyuluhan dan pencerahan terhadap keluarga
perlu perlu diberikan agar kebiasaan keluarga untuk mengawinkan anak-anak merka dalam usia
muda dapat dihilangkan.
3. Upaya yang ditunjukan kepada masyarakat secara keseluruhan. Kegiatan penyuluhan
pelu diberikan kepada masyarakat sehingga masyarakat dapat menghilangkan budaya menikah
muda. Hal ini dapat dilakukan dengan cara memperbanyak kesempatan kerja dan berprilaku
tegas dalam melaksanakan berbagai peraturan perundang-undangan mengenai perkawinan, yaitu
pemberian sanksi bagi yag melanggarnya.
Modernisasi adalah suatu proses tranformasi dan perubahan masyarakat dalam segala
aspek kehidupan yang menyeluruh dari masyarakat tradisional atau pramodern menjadi
masyarakat yang makmur dengan menggunakan perencanaan yang matang
(darsono, 2005). Teori modernisasi menganggap bahwa negara-negara terbelakang akan
menempuh jalan sama dengan negara industri maju di barat sehingga akan menjadi negara
berkembang pula melalui proses modernisasi (kamanto sunarto,2000). Teori ini berpandangan
bahwa masyarakat yang belum berkembang perlu mengatasi berbagai kekurangan dan
masalahnya sehingga dapat mencapi tahap ” tinggal landas” kearah perkembangan ekonomi.
Menurut teori sistem dunia, perekonomian kapitalis dunia kini tersusun atas tiga jejang
yaitu negara-negara inti,negara-negara semi perifer,dan negara-negara perifer.kini negara inti
semakin mendominasi dunia dengan menguasai pemanfaatan sumber daya negara lain untuk
kepentingan mereka sendiri sehingga kesejangan negara-negara perifer semakin jauh dan tidak
akan tersususul.
7.7. PROSES TENAGA KESEHATAN DAN STATUS KESEHATAN MASYARAKAT.