Sebagai salah satu tokoh yang berjasa terhadap perkembangan Ilmu Sosiologi, yang
mana Emile Durkheim memisahkan Sosiologi dan Filsafat Sosial, dan menguatkan Sosiologi
sebagai cabang ilmu pengetahuan yang mandiri. Menurut Durkheim, fakta sosial adalah
semua cara bertindak, berpikir, dan merasa yang ada diluar individu, bersifat memaksa, dan
umum
Menurut pandangan Durkheim, kepentingan dan motif individu tidak termasuk kedalam
fakta sosial, karena kepentingan dan motif merupakan sesuatu yang bersifat internal dari
seorang individu. Coba kita pahami salah satu contoh berikut ini, misalnya kita ingin
melakukan kajian tentang konsumsi, dengan menggunakan fakta sosial. Maka, kita akan
membatinkan pemikiran kita, bahwa konsumsi dipandang sebagai fakta sosial, seperti pola
busana, pola konsumsi, atau cara makan. Itu merupakan kenyataan yang bersifat eksternal,
umum, dan memaksa. Kenapa bisa ? Coba deh, kita perhatikan perihal busana, seandainya
anda ingin tampil beda dalam berbusana saat hendak menghadiri acara resmi atau acara
nikahan. Pastinya anda akan mengikuti bagaimana etika busana ketika hendak datang keacara
tersebut, atau dalam berpakaian sehari-harinya, pasti kita akan memakai pakaian yang
normal. Beda dong, ketika ingin tampil ekstrem, dengan memakai baju renang datang keacara
formal, atau aktivitas sehari-hari, bisa kacau kita dibilang, eh orang gila tuh, eh orang gak
waras nih, ke pesta pakai baju renang, ditempat umum kok pakai baju renang
Asumsi dalam Fakta Sosial
Fakta sosial dirasakan keberadaannya oleh anggota masyarakat, dan menjadi tuntunan
bagi individu dalam merasa, bersikap, dan berperilaku. Fakta sosial merupakan sesuatu yang
dianut dan dipakai secara bersama. Kedua, oleh karena gejala sosial adalah fakta yang rill,
maka gejala tersebut dapat diamati/dipelajari dengan metode emperik. Seperti kita jelaskan
diatas tadi, bahwa fakta sosial dapat dipahami sebagai suatu kenyataan yang dapat dirasakan
melalui indrawi manusia. Oleh karena itu, secara indrawi manusia juga bisa menangkap dan
merasakan kehadiran fakta sosial, maka ia dapat diamati atau dipelajari.
Konflik
Konflik berasal dari bahasa Latin “configure” yang berarti saling memukul. Secara
sosiologis, konflik adalah suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga
kelompok) di mana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan
menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya. Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan
ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu interaksi. Perbedaan-perbedaan tersebut
diantaranya adalah menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan,
dan lain sebagainya. Konflik bertentangan dengan integrasi. Konflik dan Integrasi berjalan
sebagai sebuah siklus di masyarakat. Konflik yang terkontrol akan menghasilkan integrasi.
Sebaliknya, integrasi yang tidak sempurna dapat menciptakan konflik.
Stephen P. Robbins : konflik (conflict) adalah sebuah proses yang dimulai ketika suatu
pihak memiliki persepsi bahwa pihak lain telah mempengaruhi secara negatif, sesuatu yang
menjadi kepedulian atau kepentingan pihak pertama.
Nurdjana (1994) : mendefinisikan konflik sebagai akibat situasi dimana keinginan atau
kehendak yang berbeda atau berlawanan antara satu dengan yang lain, sehingga salah satu
atau keduanya saling terganggu.
Kilman dan Thomas (1978) : konflik merupakan kondisi terjadinya ketidakcocokan antar
nilai atau tujuan-tujuan yang ingin dicapai, baik yang ada dalam diri individu maupun dalam
hubungannya dengan orang lain. Kondisi yang telah dikemukakan tersebut dapat
mengganggu bahkan menghambat tercapainya emosi atau stres yang mempengaruhi efisiensi
dan produktivitas kerja.
Wood, Walace, Zeffane, Schermerhom, Hunt dan Osbon (1998:580) : konflik (dalam
ruang lingkup organisasi) adalah suatu situasi dimana dua atau banyak orang saling tidak
setuju terhadap suatu permasalahan yang menyangkut kepentingan organisasi dan / atau
dengan timbulnya perasaan permusuhan satu dengan yang lainnya.
Stoner : konflik organisasi adalah mencakup ketidaksepakatan soal alokasi sumber daya
yang langka atau perselisihan soal tujuan, status, nilai, persepsi, atau kepribadian.
Daniel Webster : mendefinisikan konflik sebagai persaingan atau pertentangan antara pihak-
pihak yang tidak cocok satu sama lain dan keadaan atau perilaku yang bertentangan
(Pickering, 2001).
Penyebab Konflik
1. Konflik bersifat universal. Itu terjadi di semua waktu dan tempat. Tidak pernah ada
masyarakat di mana beberapa individu atau kelompok tidak terlibat konflik. Menurut
Malthus, berkurangnya pasokan sarana penghidupan merupakan penyebab
konflik. Menurut Darwin, prinsip perjuangan untuk eksistensi dan bertahan hidup adalah
penyebab utama konflik.
2. Menurut Freud dan beberapa psikolog lain, naluri bawaan untuk agresi dalam diri
manusia adalah penyebab utama konflik. Jadi, berbagai penyebab telah disebutkan yang
mengarah pada konflik. Ini muncul terutama dari benturan kepentingan dalam kelompok
dan masyarakat dan antara kelompok dan masyarakat. Konflik juga terjadi sebagai akibat
perbedaan antara laju perubahan norma moral suatu masyarakat dan keinginan, harapan,
ketidakpuasan, dan tuntutan.
3. Norma moral bahwa anak-anak harus mematuhi orang tua mereka telah bertahan di
negara kita sejak jaman dahulu tetapi sekarang generasi muda ingin berjalan dengan
caranya sendiri. Akibatnya, ada lebih banyak orang tua, konflik pemuda daripada
sebelumnya. Kadang-kadang norma moral begitu luas cakupannya sehingga pihak yang
berkonflik sering kali dapat mengklaim norma serupa untuk membenarkan tuntutan
mereka yang terpisah. Misalnya, karyawan akan membenarkan pemogokan mereka atas
permohonan upah tinggi di era inflasi, sedangkan manajemen akan membenarkan
pendiriannya untuk mengurangi mereka dengan mengedepankan alasan defisit di era
persaingan.
Macam-macam konflik
1. Konflik Interpersonal
Konflik yang ada di antara dua orang disebut konflik interpersonal. Konflik berada di
luar setiap orang (karena itu menjadi awalan 'inter-') dan hanya ada di antara dua
orang. Konflik antar pribadi dapat dilihat setiap kali dua orang tidak setuju pada suatu
topik. Contohnya yaitu anak balita ketika mereka memperebutkan satu mainan atau dua
pasien panti jompo ketika mereka berdebat tentang politik. Karena kita memiliki suka
dan tidak suka yang berbeda, menikmati hal yang berbeda, dan melihat dunia dari
perspektif yang berbeda, konflik antar pribadi pasti akan terjadi.
2. Konflik Intrapersonal
Mengingat awalan 'intra-' berarti berasal dari dalam, Anda dapat melihat bahwa konflik
intrapersonal adalah ketika Anda merasa berkonflik tentang pikiran atau tindakan Anda
sendiri. Mungkin Anda selalu memberi tahu orang-orang bahwa mereka harus membantu
tunawisma dan kemudian, ketika Anda melihat seorang tunawisma di jalan, Anda
menjadi takut dan berbalik. Putusnya kata-kata dan tindakan Anda dapat menyebabkan
kekacauan internal. Konflik intrapersonal selalu merupakan pertarungan psikologis bagi
orang yang mengalaminya. Meskipun konflik intrapersonal bisa jadi sulit,
penyelesaiannya menghasilkan pemahaman yang lebih kuat tentang diri Anda.
3. Konflik Antarkelompok
Konflik antar kelompok berkaitan dengan konflik yang terjadi di antara kelompok-
kelompok orang yang terkonsolidasi. Jenis konflik ini terjadi terus-menerus selama
kampanye politik yang memanas. Bukan hanya dua kandidat yang berkonflik, tetapi
individu yang sangat mengidentifikasi dengan satu atau yang lain mungkin terlibat dalam
benturan ide dan ideologi.
4. Konflik Antar Kelas
Konflik antar kelas terjadi saat individu maupun kelompok berada pada tingkatan kelas
masyarakat secara vertikal yang berbeda. Misalnya seperti antara buruh pabrik dengan
pendiri pabrik yang menuntut kenaikan upah dan sebaliknya.
5. Konflik Ras
Konflik ras / etnis adalah proses dasar dalam kehidupan sosial dan dapat bersifat
merusak dan kohesif. Dalam beberapa situasi, ini dapat merusak bagi beberapa kelompok
dan bertindak sebagai kekuatan kohesif bagi yang lain. Kelompok ras dan etnis dapat
menjadi sumber dan hasil dari dua wajah konflik sosial, bertindak sebagai penanda batas
antara kelompok yang melihat diri mereka berbeda dalam kepentingan dan nilai mereka
dari kelompok lain. Contoh konflik ras adalah ras kulit putih dan kulit berwarna yang
masih banyak menjadi pemantik berbagai konflik masa kini.
6. Konflik Keluarga
Konflik ini terjadi di dalam internal keluarga yang disebabkan karena beberapa faktor
seperti kecemburuan, maupun faktor ekonomi. Contohnya saja beberapa anggota
keluarga memperebutkan harta waris yang merasa bahwa bagian yang didapat tidak
sesuai dengan apa yang diharapkan. Akibatnya konflik dalam keluarga tidak dapat
dihindari.