Anda di halaman 1dari 6

Perspektif Fakta Sosial

Sebagai salah satu tokoh yang berjasa terhadap perkembangan Ilmu Sosiologi, yang
mana Emile Durkheim memisahkan Sosiologi dan Filsafat Sosial, dan menguatkan Sosiologi
sebagai cabang ilmu pengetahuan yang mandiri. Menurut Durkheim, fakta sosial adalah
semua cara bertindak, berpikir, dan merasa yang ada diluar individu, bersifat memaksa, dan
umum

Fakta sosial dalam perspektif Emile Durkheim


Kebanyakan orang dari kita, memandang bahwa fakta sosial merupakan hubungan yang
semuanya tampak dan bisa ditangkap oleh pancaindra. Menurut Durkheim, fakta sosial
adalah semua cara bertindak, berpikir, dan merasa yang ada diluar individu, bersifat
memaksa, dan umum.

Fakta sosial memiliki tiga karakteristik, yaitu :


1. Pertama, External, yaitu diluar individu. Artinya bahwa fakta sosial ada sebelum individu
ada dan akan tetap ada setelah individu tidak ada
2. Kedua, Determined Coercive, yaitu fakta sosial memaksa individu agar selalu sesuai
dengannya (fakta sosial).
3. Ketiga, General, yaitu tersebar luar dalam komunitas / masyarakat, milik bersama, dan
bukan milik individu.

Menurut pandangan Durkheim, kepentingan dan motif individu tidak termasuk kedalam
fakta sosial, karena kepentingan dan motif merupakan sesuatu yang bersifat internal dari
seorang individu. Coba kita pahami salah satu contoh berikut ini, misalnya kita ingin
melakukan kajian tentang konsumsi, dengan menggunakan fakta sosial. Maka, kita akan
membatinkan pemikiran kita, bahwa konsumsi dipandang sebagai fakta sosial, seperti pola
busana, pola konsumsi, atau cara makan. Itu merupakan kenyataan yang bersifat eksternal,
umum, dan memaksa. Kenapa bisa ? Coba deh, kita perhatikan perihal busana, seandainya
anda ingin tampil beda dalam berbusana saat hendak menghadiri acara resmi atau acara
nikahan. Pastinya anda akan mengikuti bagaimana etika busana ketika hendak datang keacara
tersebut, atau dalam berpakaian sehari-harinya, pasti kita akan memakai pakaian yang
normal. Beda dong, ketika ingin tampil ekstrem, dengan memakai baju renang datang keacara
formal, atau aktivitas sehari-hari, bisa kacau kita dibilang, eh orang gila tuh, eh orang gak
waras nih, ke pesta pakai baju renang, ditempat umum kok pakai baju renang
Asumsi dalam Fakta Sosial
Fakta sosial dirasakan keberadaannya oleh anggota masyarakat, dan menjadi tuntunan
bagi individu dalam merasa, bersikap, dan berperilaku. Fakta sosial merupakan sesuatu yang
dianut dan dipakai secara bersama. Kedua, oleh karena gejala sosial adalah fakta yang rill,
maka gejala tersebut dapat diamati/dipelajari dengan metode emperik. Seperti kita jelaskan
diatas tadi, bahwa fakta sosial dapat dipahami sebagai suatu kenyataan yang dapat dirasakan
melalui indrawi manusia. Oleh karena itu, secara indrawi manusia juga bisa menangkap dan
merasakan kehadiran fakta sosial, maka ia dapat diamati atau dipelajari.

Dua bentuk Fakta Sosial secara Nyata


Merujuk pada asumsi dan karakteristik fakta sosial, maka fakta sosial harus dianggap
sebagai suatu hal yang nyata. Menurut Emile Durkheim, sebagai suatu yang nyata tersebut,
dapat mengambil dua bentuk, seperti yang dikatakan oleh Ritzer, yaitu :
1. Dalam bentuk Material, yaitu  barang sesuatu yang dapat disimak, ditangkap, dan
diobservasi, seperti arsitektur, dan norma hukum.
2. Dalam bentuk Non-Material, yaitu sesuatu yang dianggap nyata, muncul dalam
kesadaran manusia, seperti rasa hiba, kemarahan, kesedihan, kegembiraan, kebahagiaan,
dan lainnya.

Teori Struktural Fungsional


Teori struktural fungsional adalah sebuah teori yang berisi sudut pandang yang
menafsirkan masyarakat sebagai sebuah struktur dengan bagian-bagian yang saling berkaitan.
Cirinya adalah gagasan tentang kebutuhan masyarakat. Masyarakat sama dengan organisme
biologis, karena mempunyai kebutuhan dasar yang harus dipenuhi agar masyarakat dapat
melangsungkan hidupnya dan berfungsi dengan baik. Ciri kehidupan struktural sosial muncul
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan merespon permintaan masyarakat sebagai suatu
sistem sosial. Teori struktural fungsional juga mengutamakan pandangan harmonisasi dan
regulasi yang dapat dikembangkan lebih jauh sebagai berikut :
1. Masyarakat harus dilihat sebagai suatu sistem yang kompleks
2. Setiap bagian dari masyarakat memiliki fungsi penting dalam eksistensinya dan stabilitas
masyakat secara keseluruhan
3. Semua masyarakat mempunyai mekanisme untuk mengintegrasikan diri

Tokoh-tokoh perspektif teori struktural fungsional


1. Talcott Parsons
Teori fungsionalisme struktural yang dibangun Talcott Parsons dan dipengaruhi
oleh sosiolog Eropa menyebabkan teorinya bersifat empiris positivistis dan ideal.
Pandangannya tentang tindakan manusia bersifat voluntaristik artinya tindakan itu
didasarkan pada dorongan kemauan dengan mengindahkan nilai, ide dan norma yang
disepakati. Tindakan manusia individu memiliki kebebasan untuk memilih sarana dan
tujuan yang akan dicapai itu dipengaruhi oleh kondisi atau lingkungan dan apa yang
dipilih tersebut dikendalikan oleh nilai dan norma.
Pandangan Talcott Parsons untuk memahami manusia dipelajari seperti
mempelajari tubuh manusia. Struktur tubuh manusia memiliki berbagai bagian yang
saling berhubungan satu sama lain dan memiliki fungsi yang jelas dan khas
2. Robert K. Merton
Merton mengutip tiga postulat yang terdapat dalam analisa fungsional yang
kemudian disempurnakan, yaitu :
a. Kesatuan fungsional masyarakat yang dapat dibatasi sebagai suatu keadaan dimana
seluruh bagian dari sistem sosial bekerja sama dalam suatu tingkat keselarasan atau
konsistensi internal yang memadai, tanpa menghasilkan konflik yang berkepanjangan
yang tidak dapat diatasi atau diatur
b. Fungsionalisme universal yang terkait dengan yang pertama, fungsionalisme universal
menganggap bahwa seluruh bentuk sosial dan kebudayaan yang sudah baku memiliki
fungsi-fungsi positif
c. Dalam setiap peradaban, kebiasaan, ide, obyek materil, dan kepercayaan memenuhi
beberapa fungsi penting. Yang tidak dapat dipisahkan dalam kegiatan sistem sebagai
keseluruhan.
3. Neil Smelster
Analogi dengan tubuh manusia membuat Neil Smelster merumuskan konsep
keseimbangan dinamis-stasioner. Ada dua variabel dalam perubahan sosial yakni
independen dan dependen. Bagian terpenting adalah spesifikasi variabel-variabel tertentu
dan umumnya teoritisi mendefinisikan perubahan sosial adalah :
a. Berkaitan dengan jumlah populasi dan satu unsur sosial
b. Tingkat perilaku penduduk dalam jangka waktu tertentu
c. Pola-pola kebudayaan

Konflik
Konflik berasal dari bahasa Latin “configure” yang berarti saling memukul. Secara
sosiologis, konflik adalah suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga
kelompok) di mana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan
menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya. Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan
ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu interaksi. Perbedaan-perbedaan tersebut
diantaranya adalah menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan,
dan lain sebagainya. Konflik bertentangan dengan integrasi. Konflik dan Integrasi berjalan
sebagai sebuah siklus di masyarakat. Konflik yang terkontrol akan menghasilkan integrasi.
Sebaliknya, integrasi yang tidak sempurna dapat menciptakan konflik.

Stephen P. Robbins : konflik (conflict) adalah sebuah proses yang dimulai ketika suatu
pihak memiliki persepsi bahwa pihak lain telah mempengaruhi secara negatif, sesuatu yang
menjadi kepedulian atau kepentingan pihak pertama.
Nurdjana (1994) : mendefinisikan konflik sebagai akibat situasi dimana keinginan atau
kehendak yang berbeda atau berlawanan antara satu dengan yang lain, sehingga salah satu
atau keduanya saling terganggu.
Kilman dan Thomas (1978) : konflik merupakan kondisi terjadinya ketidakcocokan antar
nilai atau tujuan-tujuan yang ingin dicapai, baik yang ada dalam diri individu maupun dalam
hubungannya dengan orang lain. Kondisi yang telah dikemukakan tersebut dapat
mengganggu bahkan menghambat tercapainya emosi atau stres yang mempengaruhi efisiensi
dan produktivitas kerja.
Wood, Walace, Zeffane, Schermerhom, Hunt dan Osbon (1998:580) : konflik (dalam
ruang lingkup organisasi) adalah suatu situasi dimana dua atau banyak orang saling tidak
setuju terhadap suatu permasalahan yang menyangkut kepentingan organisasi dan / atau
dengan timbulnya perasaan permusuhan satu dengan yang lainnya.
Stoner : konflik organisasi adalah mencakup ketidaksepakatan soal alokasi sumber daya
yang langka atau perselisihan soal tujuan, status, nilai, persepsi, atau kepribadian.
Daniel Webster : mendefinisikan konflik sebagai persaingan atau pertentangan antara pihak-
pihak yang tidak cocok satu sama lain dan keadaan atau perilaku yang bertentangan
(Pickering, 2001).
Penyebab Konflik
1. Konflik bersifat universal. Itu terjadi di semua waktu dan tempat. Tidak pernah ada
masyarakat di mana beberapa individu atau kelompok tidak terlibat konflik. Menurut
Malthus, berkurangnya pasokan sarana penghidupan merupakan penyebab
konflik. Menurut Darwin, prinsip perjuangan untuk eksistensi dan bertahan hidup adalah
penyebab utama konflik.
2. Menurut Freud dan beberapa psikolog lain, naluri bawaan untuk agresi dalam diri
manusia adalah penyebab utama konflik. Jadi, berbagai penyebab telah disebutkan yang
mengarah pada konflik. Ini muncul terutama dari benturan kepentingan dalam kelompok
dan masyarakat dan antara kelompok dan masyarakat. Konflik juga terjadi sebagai akibat
perbedaan antara laju perubahan norma moral suatu masyarakat dan keinginan, harapan,
ketidakpuasan, dan tuntutan.
3. Norma moral bahwa anak-anak harus mematuhi orang tua mereka telah bertahan di
negara kita sejak jaman dahulu tetapi sekarang generasi muda ingin berjalan dengan
caranya sendiri. Akibatnya, ada lebih banyak orang tua, konflik pemuda daripada
sebelumnya. Kadang-kadang norma moral begitu luas cakupannya sehingga pihak yang
berkonflik sering kali dapat mengklaim norma serupa untuk membenarkan tuntutan
mereka yang terpisah. Misalnya, karyawan akan membenarkan pemogokan mereka atas
permohonan upah tinggi di era inflasi, sedangkan manajemen akan membenarkan
pendiriannya untuk mengurangi mereka dengan mengedepankan alasan defisit di era
persaingan.

Secara singkat disebutkan penyebab konflik adalah:


1. Perbedaan Individu
Tidak ada dua orang yang memiliki sifat, sikap, cita-cita, dan minat yang sama. Karena
perbedaan-perbedaan ini mereka gagal mengakomodasi diri mereka sendiri yang dapat
menimbulkan konflik di antara mereka.
2. Perbedaan Budaya
Budaya adalah cara hidup suatu kelompok. Budaya suatu kelompok berbeda dengan
budaya kelompok lain. Perbedaan budaya antar kelompok terkadang menimbulkan
ketegangan dan konflik. Perbedaan agama terkadang menyebabkan perang dan
penganiayaan dalam sejarah. India dipartisi atas nama perbedaan agama.
3. Benturan Kepentingan
Kepentingan orang atau kelompok yang berbeda terkadang bentrok. Dengan demikian
kepentingan buruh bentrok dengan kepentingan pengusaha yang berujung pada konflik di
antara mereka.
4. Perubahan Sosial
Perubahan sosial menjadi penyebab konflik ketika sebagian masyarakat melakukan net
change seiring dengan perubahan di bagian lain. Perubahan sosial menyebabkan
kelambanan budaya yang berujung pada konflik. Konflik orang tua-remaja adalah hasil
dari perubahan sosial. Singkatnya, konflik adalah ekspresi ketidakseimbangan sosial.

Macam-macam konflik
1. Konflik Interpersonal
Konflik yang ada di antara dua orang disebut konflik interpersonal. Konflik berada di
luar setiap orang (karena itu menjadi awalan 'inter-') dan hanya ada di antara dua
orang. Konflik antar pribadi dapat dilihat setiap kali dua orang tidak setuju pada suatu
topik. Contohnya yaitu anak balita ketika mereka memperebutkan satu mainan atau dua
pasien panti jompo ketika mereka berdebat tentang politik. Karena kita memiliki suka
dan tidak suka yang berbeda, menikmati hal yang berbeda, dan melihat dunia dari
perspektif yang berbeda, konflik antar pribadi pasti akan terjadi.
2. Konflik Intrapersonal
Mengingat awalan 'intra-' berarti berasal dari dalam, Anda dapat melihat bahwa konflik
intrapersonal adalah ketika Anda merasa berkonflik tentang pikiran atau tindakan Anda
sendiri. Mungkin Anda selalu memberi tahu orang-orang bahwa mereka harus membantu
tunawisma dan kemudian, ketika Anda melihat seorang tunawisma di jalan, Anda
menjadi takut dan berbalik. Putusnya kata-kata dan tindakan Anda dapat menyebabkan
kekacauan internal. Konflik intrapersonal selalu merupakan pertarungan psikologis bagi
orang yang mengalaminya. Meskipun konflik intrapersonal bisa jadi sulit,
penyelesaiannya menghasilkan pemahaman yang lebih kuat tentang diri Anda.
3. Konflik Antarkelompok
Konflik antar kelompok berkaitan dengan konflik yang terjadi di antara kelompok-
kelompok orang yang terkonsolidasi. Jenis konflik ini terjadi terus-menerus selama
kampanye politik yang memanas. Bukan hanya dua kandidat yang berkonflik, tetapi
individu yang sangat mengidentifikasi dengan satu atau yang lain mungkin terlibat dalam
benturan ide dan ideologi.
4. Konflik Antar Kelas
Konflik antar kelas terjadi saat individu maupun kelompok berada pada tingkatan kelas
masyarakat secara vertikal yang berbeda. Misalnya seperti antara buruh pabrik dengan
pendiri pabrik yang menuntut kenaikan upah dan sebaliknya.
5. Konflik Ras
Konflik ras / etnis adalah proses dasar dalam kehidupan sosial dan dapat bersifat
merusak dan kohesif. Dalam beberapa situasi, ini dapat merusak bagi beberapa kelompok
dan bertindak sebagai kekuatan kohesif bagi yang lain. Kelompok ras dan etnis dapat
menjadi sumber dan hasil dari dua wajah konflik sosial, bertindak sebagai penanda batas
antara kelompok yang melihat diri mereka berbeda dalam kepentingan dan nilai mereka
dari kelompok lain. Contoh konflik ras adalah ras kulit putih dan kulit berwarna yang
masih banyak menjadi pemantik berbagai konflik masa kini.
6. Konflik Keluarga
Konflik ini terjadi di dalam internal keluarga yang disebabkan karena beberapa faktor
seperti kecemburuan, maupun faktor ekonomi. Contohnya saja beberapa anggota
keluarga memperebutkan harta waris yang merasa bahwa bagian yang didapat tidak
sesuai dengan apa yang diharapkan. Akibatnya konflik dalam keluarga tidak dapat
dihindari.

Dampak Konflik dalam Masyarakat


Seperti dinyatakan para ahli sosiologi (Parsons, Jorgensen dan Hernandez) bahwa
konflik sosial memiliki manfaat bagi masyarakat, yaitu sebagai berikut :
1. Konflik dapat meningkatkan kohesivitas dan solidaritas anggota kelompok
2. Memunculkan isu-isu, harapan-harapan yang terpendam yang dapat menjadi katalisator
perubahan sosial.
3. Memperjelas norma dan tujuan kelompok
4. Munculnya pribadi-pribadi atau mental-mental masyarakat yang tahan uji dalam
menghadapi segala tantangan dan permasalahan yang dihadapi, sehingga lebih bisa
mendewasakan masyarakat.
Namun demikian, konflik juga bisa bersifat destruktif terhadap keutuhan kelompok dan
integrasi sosial dalam skala yang lebih luas, misalnya mengakibatkan situasi
“ketidakdamaian” sosial.
Dampak negatif dari konflik sosial bagi masyarakat, di antaranya adalah :
1. Retaknya persatuan kelompok, hal ini terjadi bilamana terjadi pertentangan angota-
anggota dalam satu kelompok.
2. Perubahan kepribadian individu, pertentangan di dalam kelompok atau antar kelompok
dapat menyebabkan individu-individu tertentu merasa tertekan sehingga mentalnya
tersiksa.
3. Dominasi pihak yang lebih kuat dan takluknya pihak yang lemah, sehingga dapat
menimbulkan kekuasaan yang otoriter (dalam politik) atau monopoli (dalam ekonomi).
4. Banyaknya kerugian baik harta benda, jiwa, dan mental bangsa, yang menjurus pada
ketidakteraturan tatanan sosial.

Anda mungkin juga menyukai