Perspektif Sosiologi
Secara mendasar, sosiologi memiliki tiga perspektif utama. Struktural fungsional,
konflik dan Interaksionisme Simbolik.
1. Perspektif Struktural Fungsional
Perspektif struktural fungsionalis lahir sebagai respon terhadap teori evolusionari.
Teori evolusionari membangun tingkat-tingkat perkembangan budaya manusia.
Perspektif struktural fungsional fokus pada kajian sistem sosial atau struktur sosial
yang berfungsi antar individu, kelompok dan institusi-institusi sosial di dalam suatu
masyarakat. Ada 2 komponen utama dalam perspektif ini. Struktur Sosial dan Fungsi
sosial. Struktural fungsional menggabungkan dua pendekatan. Yakni, pendekatan
fungsional Durkheim dan pendekatan struktural Radcliffe-Brown. Kemudian
dikembangkan oleh beberapa tokoh sosiolog lain, seperti August Comte, Herbert
Spencer, Talcott Parsons dan Robert K Merton.
Secara sederhana, perspektif ini memandang masyarakat sebagai suatu
sistem yang kompleks dengan sub sistem. Setiap struktur sosial dalam masyarakat
memiliki fungsi masing-masing untuk menciptakan dan menjaga keseimbangan dan
keteraturan sosial. Misalnya, orang miskin yang dianggap masalah yang harus
diselesaikan. Akan tetapi, di lain sisi, fungsional pada orang kaya. Adanya orang
miskin dan kaya sebagai bentuk keseimbangan dalam masyarakat. Sebab, keduanya
memiliki fungsi yang saling melengkapi.
Perspektif ini menganalogikan masyarakat seperti organisme tubuh manusia.
Dalam tubuh manusia terdapat beberapa organ tubuh yang berbeda-beda. Memiliki
fungsi masing-masing guna menjaga kelangsungan dan keseimbang tubuh. Antar
organ tubuh manusia saling membutuhkan dan ketergantungan.
2. Konflik
3. Interaksionisme Simbolik
Jika model organisme tubuh manusia diterapkan pada masyarakat, maka dapat
melihat masyarakat Jawa misalnya. Dalam masyarakat jawab terdapat struktur sosial.
Individu sebagai komponen masyarakat memiliki status sosial. Inidividu berhubungan
dengan individu sesua status dan perannya dalam masyarakat. Misalnya sebagai
ayah, ibu, buruh, majikan, penjual, pembeli, dan seterusnya. Perbedaan status sosial
menentukan bentuk hubungan sosial dan mempengaruhi struktur sosial. Hubungan
antar individu diatur oleh norma-norma yang disepekati bersama. Proses kehidupan
sosial dan interaksi antar individu menjalankan perannya masing-masing. Kehidupan
sosial adalah struktur sosial yang berfungsi atau bekerja. Tindakan individu terjadi
berulang-ulang sesuai peran yang dimainkan dalam kehidupan masyarakat. Konsep
fungsional tidak terpisah dari konsep struktur.
Tokoh sentral teori ini adalah George Herbet Mead dan Herbert Blumer. Menurut
Herbert Blumer ada beberapa pokok pikiran perspektif ini. Antara lain:
1. Manusia bertindak atas dasar makna yang dimiliki
2. Makna tersebut lahir dari proses interaksi
3. Makna digunakan atau berubah melalui proses interpretasi individu. Dengan
kata lain, makna yang mucul dari interaksi tidak serta merta langsung diterima
oleh seseorang, tetapi melalui proses penafsiran terlebih dahulu, sebelum
merespon.
Herbert Mead menyebut lima konsep dasar dalam interaksi simbolik. Pertama, konsep
diri (self). Manusia bukan hanya sebatas organisme bergerak dengan pengaruh
stimulus dari luar atau dari dalam. Organisme yang sadar akan mampu
memposisikan diri sebagai objek pikirannya dan bergaul atau berinteraksi dengan diri
sendiri.
Kedua, konsep tindakan (action). Tindakan manusia dibentuk melalui proses
interaksi dengan diri sendiri. Perbuatan individu berbeda dengan gerak makhluk selain
manusia. Tindakan individu tidak dikendalikan oleh situasi di luar dirinya melainkan
karena kreatifitas dirinya sendiri. Contoh, individu akan bersikap bijaksana kepada
orang lain, karena ingin menanamkan kesan kepada orang bahwa dirinya adalah
individu yang bijaksana.
Ketiga, konsep objek (object), memandang manusia hidup di tengah-tengah
objek. Objek itu dapat bersifat fisik seperti kursi, atau khayalan, kebendaan atau
abstrak seperti konsep kebebasan, atau agak kabur seperti ajaran filsafat.
Keempat, konsep interaksi sosial (social interaction). Setiap peserta masing-
masing memindahkan diri mereka secara mental ke dalam posisi orang lain. Dengan
berbuat demikian, manusia mencoba memahami maksud aksi yang dilakukan oleh
orang lain.
Kelima, konsep tindakan bersama (joint action), artinya aksi kolektif yang lahir
dari perbuatan masing-masing peserta kemudian dicocokan dan disesuaikan satu
sama lain. Inti dari konsep ini adalah penyerasian dan peleburan banyaknya arti,
tujuan, pikiran dan sikap.
Ada beberapa tokoh aliran interaksi simbolik. Antara lain, Wiliam James, James
M. Baldwin, John Dewey, George H. Mead, Charles Horton Cooley, Wiliam I. Thomas,
Kuhn, Max Weber dan Erving Goffman.
Tabel Pemikiran tokoh perspektif interaksionisme simbolik
Max Weber 1. Tindakan Rasional Instrumental (Tindakan yang dilakukan
dengan pertimbangan untung rugi)
2. Tindakan Rasionalitas Nilai (Tindakan yang tidak hanya
menghitung untung tetapi juga ada unsur nilai, seperti etika,
estika, agama dll)
3. Tindakan Tradisional (tindakan yang dilakukan atas tradisi
atau kebiasaan nenek moyang).
4. Tindakan Sosial Afektif/ Emosional (Tindakan spontanitas atas
dorongan perasaan)
Wiliam James Konsep diri (Self): persepsi setiap individu terhadap dirinya
dihasilkan dari interaksi dengan individu lain. Contoh: pelawak
mampu melawah dihadapan audiensnya tetapi menjadi kaku
dihadapan keluarganya.
Charles Horton Looking Glass Self: seseorang akan memerankan dirinya sesuai
Cooley sikap dan penilaian orang lain kepada dirinya.
John Dewey Adaptasi manusia terhadap lingkungan: pikiran seseorang akan
berkembang dalam rangka menyesuaikan dengan
lingkungannya.
W.I. Thomas Definisi Situasi: setiap individu tidak akan merespon stimulus dari
luar sebelum melakukan proses penilaian dan interpretasi
stimulus tersebut.
Erving Goffman Dramaturgi: Seseorang akan mengendalikan tindakan dan
perilaku sesuai dengan apa yang diinginkan orang lain di
lingkungannya. Misalnya: perempuan paling pemarah sekalipun
akan menjadi murah senyum dan sabar ketika menjadi teller
bank. Untuk itu muncul istila panggung depan dan panggung
belakang.
Peter L Berger Eksternalisasi, Obyektivasi dan Internalisasi