Anda di halaman 1dari 17

ROBERT K MERTON Biografi Robert K merton seorang imigran yahudi yang memiliki semangat belajar tinggi, dengan bantuan

beasiswa pula, Merton mendapatkan gelar MA dan Ph.D dari Universitas Harvard. Murid yang paling berpengaruh dan lulus paling awal. Beberapa penulis buku teori sosiologi modern mengatakan bahwa merton adalah murid Parsons. Artinya kalau pendekatan-pendekatan merton bersifat fungsionalisme, hal ini tidak lepas dari pengaruh gurunya itu. Ilmuan-ilmuan lain yang mempengaruhi seperti Emile Durkheim yang mengisyaratkan bahwa sosiologi harus memiliki sifat empiris, metodologi yang sangat ketat dan disiplin dengan data-data. Selain itu pengaruh Max Weber terlihat jelas pada disertasi doktoralnya yang membahas tentang hubungan antara protestantisme dan perkembangan ilmu khususnya di abad ke 17 di inggris. Robert K.Merton sebagai pendukung model fungsionalisme stuktural yang paling moderat dewasa ini, analisis fungsional Merton sesungguhnya merupakan hasil perkembangan pengetahuannya yang menyeluruh menyangkut para ahli teori-teori sosiologi klasik. Dia mencoba menyempurnakan berbagai konsep pemikiran Durkheim dan Weber dengan memusatkan perhatian pada struktur sosial, bahwa birokrasi merupakan struktur sosial yang terorganisasi secara rasional dan formal, meliputi pola kegiatan yang jelas dan berhubungan dengan tujuan organisasi. Diskripsi Merton tidak terbatas pada struktur melainkan terus dikembangkan pada pembahasan tentang kepribadian sebagai produk organisasi stuktural. Istilah Fungsi Fungsionalisme struktural merupakan paradigma dominan pada sosiologi generasi pertama. Kekuatannya terletak pada[1] triple alliance, yakni: teori, metode dan data. Dari ketiganya, ilmuan fungsionalisme selalu rajin mencurahkan pikiran dan waktu untuk memfokuskan teoritis dan memperjelas konsep. Ada banyak istilah fungsional baik digunakan oleh sosiolog maupun orang awam. Pengertian fungsi adalah: Padanan kata dari pekerjaan[2] mengutip weber, pekerjaan = spesialisasi Aktifitas yang menunjuk pada pemegang status sosial, khususnya pemegang jabatan kantor atau polisi politik. Hubungan satu atau lebih variabel yang dinyatakan dengan nilai atau ketergantungan nilai yang dimiliki yang dijelaskan secara matematik. Fungsionalisme Merton Fungsionalisme yang dikembangkan Merton benar-benar ke arah makro yang merupakan sosiologis ala Durkheim. Benar-benar berbeda dengan internal dan membuat kodifikasi analisis fungsi. Batasan fungsi Robert K Merton: Dalam konteks Merton, penekanan fungsi lebih diletakkan pada sudut pengamat dan tidak peduli pada partisipan. (peneliti obyektif dan tidak terpengaruh terhadap argument orang lain)

Fungsi sosial menunjuk pada konsekuensi-konsekuensi objektif yang dapat diobservasi dan tidak menunjuk pada kecenderungan subjektif seperti yang terdapat dalam psikis atau hal-hal internal dalam individu. Gambaran paling jelas, kita bisa membedakan antara motif untuk menikah, seperti cinta atau alasan-alasan personal (ekonomi, menutupi aib) apa yang menjadi alasan individu melakukan tindakan sangat tidak bisa disamakan dengan konsekuensi yang terobservasi dari pola-pola perilaku. Keduannya berdiri sendiri, inilah yang merupakan kata kunci dari istilah fungsi. Model Struktural Fungsional Merton mengkritik apa yang dilihatnya sebagai [3]tiga postulat dasar analisis fungsional sebagaimana dikembangkan oleh antropolog seperti Malinowski dan Radcliffe-Brown. Postulat-postulat tersebut adalah : a) Postulat kesatuan fungsional masyarakat, postulat ini menyatakan bahwa seluruh kepercayaan dan praktik sosial budaya standar bersifat fungsional bagi masyarakat secara keseluruhan maupun bagi individu dalam masyarakat. b) Fungsionalisme universal dinyatakan bahwa semua bentuk dan struktur sosial cultural memiliki fungsi positif. Contoh naassionalisme buta bisa jadi sangat disfungsional di dunia yang tengah mengembangkan persenjataan nuklir. c) Postulat Indispensabilitas, arumennya adalah bahwa seluruh standar masyarakat tidak hanya memiliki funsi positif namun juga merepresentasikan bagian-bagian tak terpisah dari keseluruhan. Revisi merton Fungsionalisme Baru Tidak semua masyarakat memiliki tingkat integrasi sosial yang sama/ tidak semua bagian dari kebudayaan fungsional, dalam kebudayaan masyarakat senantiasa juga terdapat disfungsi. Sesuatu mungkin fungsional pada satu bagian masyarakat, tetapi juga disfungsi bagi anggota masyarakat lain.( contohnya: di pulau jawa, memakan daging sapi bukan hal yang tabu, sedangkan di Bali, memakan daging sapi di masyarakat hindu bali merupakan hal yang tabu, sebab sapi di Bali pada umumnya sebagai hewan yang dikeramatkan, maka mereka cenderung memakan daging selain daging sapi, misalnya daging anjing atau hewan lain). Hubungan antara fungsional dan disfungsi bersifat saling memengaruhi. Misalnya, dalam masyarakat, keluarga merupakan unsur fungsional, termasuk kencan dan pacaran juga demikian namun juga mengandung unsur disfungsi. Menariknya secara fisik, hal itu cenderung menginginkan sebatas hal yang romantis saja sehingga Justru, hal itu menuntut penggunaan topeng dan menyembunyikan jati diri sesungguhnya. Pada konteks ini pacaran dan kencan bersifat disfungsi. Mungkin postulat-postulat fungsi tersebut berlaku dan banyak ditemukan pada masyarakat yang masih buta huruf. Tetapi, ketika masyarakat semakin maju, tidak semuannya fungsional. Fungsi Manifes dan Fungsi Laten Fungsi manifes dalam social structures and system dapat dijelaskan ciri dan fungsinya, seperti yang dinyatakan William M Dobriner yakni fungsi manifes adalah jelas, milik publik, ideologis, nyata, alamiah/tidak dibuat-buat, memiliki maksud dan penjelmaan dari akal sehat. Fungsi manifes adalah tujuan atau penjelasan aktor dalam struktur yang berguna untuk menilai atau menjelaskan fakta sosial,

kelompok atau peristiwa (dalam arti sederhananya yaitu fungsi yang dikehendaki). Sedangkan yang dimaksud sebagai fungsi laten adalah tidak diharapkan dan tak mengenali konsekwensi dari konsep yang sama. Beberapa isu yang bisa dilihat dengan dua konsep diatas misalnya perkawinan antar ras, stratifikasi sosial, frustasi, propaganda sebagai alat kontrol sosial, mode pakaian, dinamika kepribadian, dinamika birokrasi, ukuran keamanan nasional dan konsekuensi gaji baru (bisa bersifat menggerakkan semangat kerja (manifes), tapi juga bisa membungkam saat berbeda pendapat dengan kebijakan manajemen (latten). Kesulitan didapatkan pada saat melakukan investigasi empiris, sebab tidak ada perilaku tunggal yang hanya bersifat manifes saja, karena sering kali ada lebih dari satu motif yang bisa dimasukkan baik sebagai manifes ataupun laten. Orang yang belajar di PT tidak mesti menuntut ilmu, tetapi juga mengurangi status sebagai pengangguran. Pola-pola adaptasi individu pada perubahan Perspektif Merton bergeser dari pola nilai budaya menjadi tipe-tipe adaptasi pada nilai-nilai mereka yang hidup dalam posisi berbeda pada struktur sosial (Robert K Merton, 1968:193). Ada 4 tipologi cara adaptasi individu, yaitu kerja sama, inovasi, ritualisme, retretisme dan pemberontakan. Perilaku dalam tipe spesifik dari situasi, bukan kepribadian. Ia adalah tipe tanggapan yang kurang lebih berjalan terusmenerus. Kerja sama (conformity) - Membuat masyarakat bisa eksis dan berlanjut. - Individu bisa menerima baik tujuan kultural maupun alat institusional. - Baik Interaksi sendiri maupun secara keseluruhan terjadi secara tidak teratur Inovasi (innovation) - Penggunaan alat secara kebudayaan dilarang namun sangat efektif mendapatkan gambaran nyata (wealth and power) - Adaptasi terjadi ketika individu telah berasimilasi dengan kebudayaan yang menuju pada tujuan, tanpa diimbangi oleh internalisasi norma institusi untuk mencapai tujuan itu. - Misalnya sarjana yang memalsukan ijasah demi mendapatkan pekerjaan atau gelar S-2 dan S-3 tapi tidak bisa menunjukkan universitas manakah almamaternya. Ritualisme (Ritualism) - Melepaskan tujuan kultural yang tinggi dari keberhasilan duniawi dan mobilitas sosial. - Bagi yang masuk kelompok ini bisa menolak tujuan. - Ketika ada keputusan individual, kebudayaan tetap mengizinkan, hanya saaja bukan itu yang paling disukai kebudayaan.

- Sudah menjadi hal biasa ketika status individu tergantung pada masing-masing individu. - Pada kelommpok ini, keinginan kuat cenderung mengalami frustasi, aspirasi rendah demi mendapatkan kepuasan dan keamanan. Pengasingan diri (Retreatism) - Mereka melepaskan tujuan yang menentukan secara kultural dan perilaku mereka tidak sesuai dengan norma institusional. - Kesempatan yang besar di masyarakat tidak bisa mendukung kesuksesan individu, sehingga mereka menghentikan alat institusional itu, baik yang diakui maupun efektif. Contoh: defeatism (kekalahan), questism (ketenangan), dan resignation (pengunduran diri). Pemberontakan (Rebellion) - Adaptasi mengarahkan individu di luar struktur sosial melingkupi untuk mempertimbankan dan mencari penciptaan hal baru, terutama berkaitan dengan struktur sosial yang dimodifikasi secara besarbesaran. - Proses ini mengisyaratkan aliesnasi dari tujan dan standar yang memerintah. Ini datang karena kesewenang-wenangan. - Ketika sistem lembaga diketahui sebagai halangan untuk pemuasan tujuan, maka peluang untuk rebellion menjadi adaptif. - Alianasi yang berisiketidakpuasan tidak hanya meninggalkan struktur sosial yang ada, tetapi mentranfer pada kelompok baru yang memiliki mitos baru. - Dalam individu yang masuk pada pemberontakan, terdapat perubahan penting pada nilai-nilai. Struktu Sosial dan Anomi [4]Yaitu analisis Merton tentang hubungan antara kebudayaan, struktur, dan anomi. Merton mendefinisikan kebudayaan sebagai serangkaian nilai normatif teratur yang mengendalikan perilaku yang diberlakukan sama kepada seluruh anggota masyarakat atau kelompok tertentu dan struktur sosial sebagai serangkaian hubungan sosial teratur yang mempengaruhi anggota masyarakat masyaraat atau kelompok tertentu dengan satu atau lain cara. Anomi terjadi ketika terdapat disjungsi akut antara norma-norma dan tujuan cultural yang terstruktur secara sosial dengan kemampuan anggota kelompok untuk bertindak menurut norma dan tujuan tersebut. Jadi, karena posisis mereka dalam struktur sosial masyarakat beberapa orang tidak mampu bertindak menurut nilai-nilai normative. DAFTAR PUSTAKA

Ritzer, George and Douglas J.Goodman. 2008. Teori Sosiologi dari Sosiologi Klasik sampai Perkembangan Muthakir Teori Sosial Post Modern. Yogyakarta: Kreasi Wacana. Poloma, Margaret M. Sosiologi Kontemporer. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Rachmad K.Dwi Susilo.2008.20 Tokoh Sosiologi Modern. _______: Ar-Ruzzmedia. Johnson, Doyle Paul.1986. TEORI SOSIOLOGI Klasik dan Modern. Jakarta: Gramedia. Soekanto, Soerjono.2010.Mengenal Tujuh Tokoh Sosiologi. Jakarta: PT.Rajawali Pers. [1] Rachmad K Dwi Susilo, 20 Tokoh Sosiologi Modern

[2] Max Webber [3] George Ritzer and Douglas J. Goodman, Teori Sossiologi Klasik sampai Perkembangan Muthakir Teori Sosial Post Modern, (268) [4] George ritzer and Dougla J. Goodman, Teori Sosiologi dari Sosiologi Klasik sampai Perkembangan Muthakir Teori Sosial Post Modern (273)

SOSIOLOGI FISIP UNIVERSITAS SEBELAS MARET mata kuliah Teori Sosiologi Modern PAPER ROBERT K MERTON nama : Aprillia Verlita nim: D0309013 pengampu : Akhmad Ramdhon

ROBERT K MERTON

Biografi

Robert K merton seorang imigran yahudi yang memiliki semangat belajar tinggi, dengan bantuan beasiswa pula, Merton mendapatkan gelar MA dan Ph.D dari Universitas Harvard. Murid yang paling berpengaruh dan lulus paling awal. Beberapa penulis buku teori sosiologi modern mengatakan bahwa merton adalah murid Parsons. Artinya kalau pendekatan-pendekatan merton bersifat fungsionalisme, hal ini tidak lepas dari pengaruh gurunya itu. Ilmuan-ilmuan lain yang mempengaruhi seperti Emile Durkheim yang mengisyaratkan bahwa sosiologi harus memiliki sifat empiris, metodologi yang sangat ketat dan disiplin dengan data-data. Selain itu pengaruh Max Weber terlihat jelas pada disertasi doktoralnya yang membahas tentang hubungan antara protestantisme dan perkembangan ilmu khususnya di abad ke 17 di inggris. Robert K.Merton sebagai pendukung model fungsionalisme stuktural yang paling moderat dewasa ini, analisis fungsional Merton sesungguhnya merupakan hasil perkembangan pengetahuannya yang menyeluruh menyangkut para ahli teori-teori sosiologi klasik. Dia mencoba menyempurnakan berbagai konsep pemikiran Durkheim dan Weber dengan memusatkan perhatian pada struktur sosial, bahwa birokrasi merupakan struktur sosial yang terorganisasi secara rasional dan formal, meliputi pola kegiatan yang jelas dan berhubungan dengan tujuan organisasi. Diskripsi Merton tidak terbatas pada struktur melainkan terus dikembangkan pada pembahasan tentang kepribadian sebagai produk organisasi stuktural.

Istilah Fungsi

Fungsionalisme struktural merupakan paradigma dominan pada sosiologi generasi pertama. Kekuatannya terletak pada[1] triple alliance, yakni: teori, metode dan data. Dari ketiganya, ilmuan fungsionalisme selalu rajin mencurahkan pikiran dan waktu untuk memfokuskan teoritis dan memperjelas konsep. Ada banyak istilah fungsional baik digunakan oleh sosiolog maupun orang awam. Pengertian fungsi adalah: Padanan kata dari pekerjaan[2] mengutip weber, pekerjaan = spesialisasi Aktifitas yang menunjuk pada pemegang status sosial, khususnya pemegang jabatan kantor atau polisi politik. Hubungan satu atau lebih variabel yang dinyatakan dengan nilai atau ketergantungan nilai yang dimiliki yang dijelaskan secara matematik.

Fungsionalisme Merton

Fungsionalisme yang dikembangkan Merton benar-benar ke arah makro yang merupakan sosiologis ala Durkheim. Benar-benar berbeda dengan internal dan membuat kodifikasi analisis fungsi. Batasan fungsi Robert K Merton: 1. Dalam konteks Merton, penekanan fungsi lebih diletakkan pada sudut pengamat dan tidak peduli pada partisipan. (peneliti obyektif dan tidak terpengaruh terhadap argument orang lain)

2. Fungsi sosial menunjuk pada konsekuensi-konsekuensi objektif yang dapat diobservasi dan tidak menunjuk pada kecenderungan subjektif seperti yang terdapat dalam psikis atau hal-hal internal dalam individu. Gambaran paling jelas, kita bisa membedakan antara motif untuk menikah, seperti cinta atau alasan-alasan personal (ekonomi, menutupi aib) apa yang menjadi alasan individu melakukan tindakan sangat tidak bisa disamakan dengan konsekuensi yang terobservasi dari pola-pola perilaku. Keduannya berdiri sendiri, inilah yang merupakan kata kunci dari istilah fungsi. Model Struktural Fungsional Merton mengkritik apa yang dilihatnya sebagai [3]tiga postulat dasar analisis fungsional sebagaimana dikembangkan oleh antropolog seperti Malinowski dan Radcliffe-Brown. Postulat-postulat tersebut adalah : a) Postulat kesatuan fungsional masyarakat, postulat ini menyatakan bahwa seluruh kepercayaan dan praktik sosial budaya standar bersifat fungsional bagi masyarakat secara keseluruhan maupun bagi individu dalam masyarakat. b) Fungsionalisme universal dinyatakan bahwa semua bentuk dan struktur sosial cultural memiliki fungsi positif. Contoh naassionalisme buta bisa jadi sangat disfungsional di dunia yang tengah mengembangkan persenjataan nuklir. c) Postulat Indispensabilitas, arumennya adalah bahwa seluruh standar masyarakat tidak hanya memiliki funsi positif namun juga merepresentasikan bagian-bagian tak terpisah dari keseluruhan.

Revisi merton Fungsionalisme Baru

Tidak semua masyarakat memiliki tingkat integrasi sosial yang sama/ tidak semua bagian dari kebudayaan fungsional, dalam kebudayaan masyarakat senantiasa juga terdapat disfungsi. Sesuatu mungkin fungsional pada satu bagian masyarakat, tetapi juga disfungsi bagi anggota masyarakat lain.( contohnya: di pulau jawa, memakan daging sapi bukan hal yang tabu, sedangkan di Bali, memakan daging sapi di masyarakat hindu bali merupakan hal yang tabu, sebab sapi di Bali pada umumnya sebagai hewan yang dikeramatkan, maka mereka cenderung memakan daging selain daging sapi, misalnya daging anjing atau hewan lain). Hubungan antara fungsional dan disfungsi bersifat saling memengaruhi. Misalnya, dalam masyarakat, keluarga merupakan unsur fungsional, termasuk kencan dan pacaran juga demikian namun juga mengandung unsur disfungsi. Menariknya secara fisik, hal itu cenderung menginginkan sebatas hal yang romantis saja sehingga Justru, hal itu menuntut penggunaan topeng dan menyembunyikan jati diri sesungguhnya. Pada konteks ini pacaran dan kencan bersifat disfungsi. Mungkin postulat-postulat fungsi tersebut berlaku dan banyak ditemukan pada masyarakat yang masih buta huruf. Tetapi, ketika masyarakat semakin maju, tidak semuannya fungsional.

Fungsi Manifes dan Fungsi Laten

Fungsi manifes dalam social structures and system dapat dijelaskan ciri dan fungsinya, seperti yang dinyatakan William M Dobriner yakni fungsi manifes adalah jelas, milik publik, ideologis, nyata, alamiah/tidak dibuat-buat, memiliki maksud dan penjelmaan dari akal sehat. Fungsi

manifes adalah tujuan atau penjelasan aktor dalam struktur yang berguna untuk menilai atau menjelaskan fakta sosial, kelompok atau peristiwa (dalam arti sederhananya yaitu fungsi yang dikehendaki). Sedangkan yang dimaksud sebagai fungsi laten adalah tidak diharapkan dan tak mengenali konsekwensi dari konsep yang sama. Beberapa isu yang bisa dilihat dengan dua konsep diatas misalnya perkawinan antar ras, stratifikasi sosial, frustasi, propaganda sebagai alat kontrol sosial, mode pakaian, dinamika kepribadian, dinamika birokrasi, ukuran keamanan nasional dan konsekuensi gaji baru (bisa bersifat menggerakkan semangat kerja (manifes), tapi juga bisa membungkam saat berbeda pendapat dengan kebijakan manajemen (latten). Kesulitan didapatkan pada saat melakukan investigasi empiris, sebab tidak ada perilaku tunggal yang hanya bersifat manifes saja, karena sering kali ada lebih dari satu motif yang bisa dimasukkan baik sebagai manifes ataupun laten. Orang yang belajar di PT tidak mesti menuntut ilmu, tetapi juga mengurangi status sebagai pengangguran.

Pola-pola adaptasi individu pada perubahan

Perspektif Merton bergeser dari pola nilai budaya menjadi tipe-tipe adaptasi pada nilai-nilai mereka yang hidup dalam posisi berbeda pada struktur sosial (Robert K Merton, 1968:193). Ada 4 tipologi cara adaptasi individu, yaitu kerja sama, inovasi, ritualisme, retretisme dan pemberontakan. Perilaku dalam tipe spesifik dari situasi, bukan kepribadian. Ia adalah tipe tanggapan yang kurang lebih berjalan terus-menerus. 1. Kerja sama (conformity) Membuat masyarakat bisa eksis dan berlanjut. Individu bisa menerima baik tujuan kultural maupun alat institusional. Baik Interaksi sendiri maupun secara keseluruhan terjadi secara tidak teratur 1. Inovasi (innovation) Penggunaan alat secara kebudayaan dilarang namun sangat efektif mendapatkan gambaran nyata (wealth and power) Adaptasi terjadi ketika individu telah berasimilasi dengan kebudayaan yang menuju pada tujuan, tanpa diimbangi oleh internalisasi norma institusi untuk mencapai tujuan itu. Misalnya sarjana yang memalsukan ijasah demi mendapatkan pekerjaan atau gelar S-2 dan S-3 tapi tidak bisa menunjukkan universitas manakah almamaternya. 1. Ritualisme (Ritualism) Melepaskan tujuan kultural yang tinggi dari keberhasilan duniawi dan mobilitas sosial. Bagi yang masuk kelompok ini bisa menolak tujuan.

Ketika ada keputusan individual, kebudayaan tetap mengizinkan, hanya saaja bukan itu yang paling disukai kebudayaan. Sudah menjadi hal biasa ketika status individu tergantung pada masing-masing individu.

Pada kelommpok ini, keinginan kuat cenderung mengalami frustasi, aspirasi rendah demi mendapatkan kepuasan dan keamanan. 1. Pengasingan diri (Retreatism) Mereka melepaskan tujuan yang menentukan secara kultural dan perilaku mereka tidak sesuai dengan norma institusional. Kesempatan yang besar di masyarakat tidak bisa mendukung kesuksesan individu, sehingga mereka menghentikan alat institusional itu, baik yang diakui maupun efektif. Contoh: defeatism (kekalahan), questism (ketenangan), dan resignation (pengunduran diri). 1. Pemberontakan (Rebellion) Adaptasi mengarahkan individu di luar struktur sosial melingkupi untuk mempertimbankan dan mencari penciptaan hal baru, terutama berkaitan dengan struktur sosial yang dimodifikasi secara besar-besaran. Proses ini mengisyaratkan aliesnasi dari tujan dan standar yang memerintah. Ini datang karena kesewenang-wenangan. Ketika sistem lembaga diketahui sebagai halangan untuk pemuasan tujuan, maka peluang untuk rebellion menjadi adaptif. Alianasi yang berisiketidakpuasan tidak hanya meninggalkan struktur sosial yang ada, tetapi mentranfer pada kelompok baru yang memiliki mitos baru. Dalam individu yang masuk pada pemberontakan, terdapat perubahan penting pada nilainilai.

Struktu Sosial dan Anomi

[4]Yaitu analisis Merton tentang hubungan antara kebudayaan, struktur, dan anomi. Merton mendefinisikan kebudayaan sebagai serangkaian nilai normatif teratur yang mengendalikan perilaku yang diberlakukan sama kepada seluruh anggota masyarakat atau kelompok tertentu dan struktur sosial sebagai serangkaian hubungan sosial teratur yang mempengaruhi anggota masyarakat masyaraat atau kelompok tertentu dengan satu atau lain cara. Anomi terjadi ketika terdapat disjungsi akut antara norma-norma dan tujuan cultural yang terstruktur secara sosial dengan kemampuan anggota kelompok untuk bertindak menurut norma dan tujuan tersebut. Jadi, karena posisis mereka dalam struktur sosial masyarakat beberapa orang tidak mampu bertindak menurut nilai-nilai normative.

DAFTAR PUSTAKA Ritzer, George and Douglas J.Goodman. 2008. Teori Sosiologi dari Sosiologi Klasik sampai Perkembangan Muthakir Teori Sosial Post Modern. Yogyakarta: Kreasi Wacana. Poloma, Margaret M. Sosiologi Kontemporer. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Rachmad K.Dwi Susilo.2008.20 Tokoh Sosiologi Modern. _______: Ar-Ruzzmedia. Johnson, Doyle Paul.1986. TEORI SOSIOLOGI Klasik dan Modern. Jakarta: Gramedia. Soekanto, Soerjono.2010.Mengenal Tujuh Tokoh Sosiologi. Jakarta: PT.Rajawali Pers.

[1] Rachmad K Dwi Susilo, 20 Tokoh Sosiologi Modern [2] Max Webber [3] George Ritzer and Douglas J. Goodman, Teori Sossiologi Klasik sampai Perkembangan Muthakir Teori Sosial Post Modern, (268) [4] George ritzer and Dougla J. Goodman, Teori Sosiologi dari Sosiologi Klasik sampai Perkembangan Muthakir Teori Sosial Post Modern (273) 1. A. Masyarakat adalah Struktur dan Fungsi Biografi singkat: Robert K merton seorang imigran yahudi yang memiliki semangat belajar tinggi, dengan bantuan beasiswa pula, Merton mendapatkan gelar MA dan Ph.D dari Universitas Harvard. Murid yang paling berpengaruh dan lulus paling awal. Beberapa penulis buku teori sosiologi modern mengatakan bahwa merton adalah murid Parsons. Artinya kalau pendekatan-pendekatan merton bersifat fungsionalisme, hal ini tidak lepas dari pengaruh gurunya itu. Ilmuan-ilmuan lain yang mempengaruhi seperti Emile Durkheim yang mengisyaratkan bahwa sosiologi harus memiliki sifat empiris, metodologi yang sangat ketat dan disiplin dengan data-data. Selain itu pengaruh Max Weber terlihat jelas pada disertasi doktoralnya yang membahas tentang hubungan antara protestantisme dan perkembangan ilmu khususnya di abad ke 17 di inggris. Menelusuri Istilah Fungsi Fungsionalisme struktural merupakan paradigma dominan pada sosiologi generasi pertama. Kekuatannya terletak pada triple alliance, yakni: teori, merode dan data. Dari ketigannya ilmuan fungsionalisme selalu rajin mencurahkan pikiran dan waktu untuk memfokuskan teroritis dan memperjelas konsep. Ada banyak istilah fungsional baik digunakan oleh sosiolog maupun orang awam. Pengertian fungsi adalah:

Padanan kata dari pekerjaan mengutip weber, pekerjaan = spesialisasi

Aktifitas yang menunjuk pada pemegang status sosial, khususnya pemegang jabatan kantor atau polisi politik. Hubungan satu atau lebih variabel yang dinyatakan dengan nilai atau ketergantungan nilai yang dimiliki yang dijelaskan secara matematik. Fungsionalisme Merton Fungsionalisme yang dikembangkan Merton benar-benar ke arah makro yang merupakan sosiologis ala Durkheim. Benar-benar berbeda dengan internal (subjective factors) dan membuat kodifikasi analisis fungsi. Batasan fungsi Robert K Merton: 1. Dalam konteks Merton, penekanan fungsi lebih diletakkan pada sudut pengamat dan tidak peduli pada partisipan. 2. Fungsi sosial menunjuk pada konsekuensi-konsekuensi objektif yang dapat diobservasi dan tidak menunjuk pada kecenderungan subjektif seperti yang terdapat dalam psikis atau hal-hal internal dalam individu. 3. Gambaran paling jelas, kita bisa membedakan antara motif untuk menikah, seperti cinta atau alasan-alasan personal dengan fungsi yang dimiliki oleh keluarga (sosialisasi ke anak). apa yang menjadi alasan individu melakukan tindakan sangat tidak bisa disamakan dengna konsekuensi yang terobservasi dari pola-pola perilaku. Keduannya berdiri sendiri. Inilah yang merupakan kata kunci dari istilah fungsi. Revisi merton: Fungsionalisme Baru? Bagi Merton pertanyaan diatas agaknya sekadar pertanyaan empiris yang bisa diuji. Demikian pula ditemukan dua ambiguitas. Pertama, tidak semua masyarakat memiliki tingkat integrasi sosial yang sama/ tidak semua bagian dari kebudayaan fungsional, senan terdapat disfungsi. Sesuatu mungkin fungsional pada satu bagian masyarakat, tetapi juga disfungsi bagi anggota masyarakat lain. Hubungan antara fungsional dan disfungsi bersifat saling memengaruhi. Misalnya, dalam masyarakat, keluarga merupakan unsur funsional. Termasuk kencan dan pacaran juga demikian. Namun juga mengandung unsur disfungsi. Menariknya secara fisik, hal itu cenderung menginginkan sebatas hal yang romantis saja sehingga esensi pernikahan yang bersifat langgeng. Justru, hal itu menuntut penggunaan topeng dan menyembunyikan jati diri sesungguhnya. Pada konteks ini pacaran dan kencan bersifat disfungsi. Mungkin postulat-postulat fungsi tersebut berlaku dan banyak ditemukan pada masyarakat yang masih buta huruf. Tetapi, ketika masyarakat semakin maju, tidak semuannya fungsional.

Fungsi Manifes dan Fungsi Laten Fungsi manifes dalam social structures and system dapat dijelaskan ciri dan fungsinya, seperti yang dinyatakan William M Dobriner, yakni fungsi manifes adalah jelas, milik publik, ideologis, nyata, alamiah/tidak dibuat-buat, memiliki maksud dan penjelmaan dari akal sehat. Fungsi manifes adalah tujuan atau penjelasan aktor dala struktur yang berguna untuk menilai atau menjelaskan fakta sosial, kelompok atau peristiwa. Sedangkan yang dimaksud sebagai fungsi laten adalah unintended and unrecognized consequences of the same order (tidak diharapkan dan tak mengenali konsekwensi dari konsep yang sama). Beberapa isu yang bisa dilihat dengan dua konsep diatas misalnya perkawinan antar ras, stratifikasi sosial, frustasi, propaganda sebagai alat kontrol sosial, mode pakaian, dinamika kepribadian, dinamika birokrasi, ukuran keamanan nasional dan konsekuensi gaji baru (bisa bersifat menggerakkan semangat kerja (manifes), tapi juga bisa membungkam saat berbeda pendapat dengan kebijakan manajemen. Kesulitan didapatkan pada saat melakukan investigasi empiris, sebab tidak ada perilaku tunggal yang hanya bersifat manifes saja, karena sering kali ada lebih dari satu motif yang bisa dimasukkan baik sebagai manifes ataupun laten. Orang yang belajar di PT tidak mesti menuntut ilmu, tetapi juga mengurangi status sebagai pengangguran. Pola-pola adaptasi individu pada perubahan Perspektif Merton bergeser dari pola nilai budaya menjadi tipe-tipe adaptasi pada nilai-nilai mereka yang hidup dalam posisi berbeda pada struktur sosial (Robert K Mertoan, 1968:193). Ada 4 tipologi cara adaptasi individu, yaitu kerja sama, inovasi, ritualisme, retretisme dan pemberontakan. Perilaku dalam tipe spesifik dari situasi, bukan kepribadian. Ia adalah tipe tanggapatn yang kurang lebih berjalan terus-menerus. 1. Kerja sama (conformity) Membuat masyarakat bisa eksis dan berlanjut. Individu bisa menerima baik tujuan kultural maupun alat institusional. Baik Interaksi sendiri maupun secara keseluruhan terjadi secara tidak teratur 1. Inovasi (innovation) Penggunaan alat secara kebudayaan dilarang namun sangat efektif mendapatkan gambaran nyata (wealth and power) Adaptasi terjadi ketika individu telah berasimilasi dengan kebudayaan yang menuju pada tujuan, tanpa diimbangi oleh internalisasi norma institusi untuk mencapai tujuan itu. Misalnya sarjana yang memalsukan ijasah demi mendapatkan pekerjaan atau gelar S-2 dan S-3 tapi tidak bisa menunjukkan universitas manakah almamaternya.

1. Ritualisme (Ritualism) Melepaskan tujuan kultural yang tinggi dari keberhasilan duniawi dan mobilitas sosial. Bagi yang masuk kelompok ini bisa menolak tujuan.

Ketika ada keputusan individual, kebudayaan tetap mengizinkan, hanya saaja bukan itu yang paling disukai kebudayaan. Sudah menjadi hal biasa ketika status individu tergantung pada masing-masing individu.

Pada kelommpok ini, keinginan kuat cenderung mengalami frustasi, aspirasi rendah demi mendapatkan kepuasan dan keamanan. 1. Pengasingan diri (Retreatism) Mereka melepaskan tujuan yang menentukan secara kultural dan perilaku mereka tidak sesuai dengan norma institusional. Kesempatan yang besar di masyarakat tidak bisa mendukung kesuksesan individu, sehingga mereka menghentikan alat institusional itu, baik yang diakui maupun efektif. Contoh: defeatism (kekalahan), questism (ketenangan), dan resignation (pengunduran diri). 1. Pemberontakan (Rebellion) Adaptasi mengarahkan individu di luar struktur sosial melingkupi untuk mempertimbankan dan mencari penciptaan hal baru, terutama berkaitan dengan struktur sosial yang dimodifikasi secara besar-besaran. Proses ini mengisyaratkan aliesnasi dari tujan dan standar yang memerintah. Ini datang karena kesewenang-wenangan. Ketika sistem lembaga diketahui sebagai halangan untuk pemuasan tujuan, maka peluang untuk rebellion menjadi adaptif. Alianasi yang berisiketidakpuasan tidak hanya meninggalkan struktur sosial yang ada, tetapi mentranfer pada kelompok baru yang memiliki mitos baru. Dalam individu yang masuk pada pemberontakan, terdapat perubahan penting pada nilainilai. DAFTAR PUSTAKA Bachtiar, Wardi. 2006. Sosiologi Klasik. Bandung: Remaja Rosda.

Giddens, Anthony. 2004. SOSIOLOGI Sejarah dan Berbagai Pemikirannya. Bandung: Kreasi Wacana. Johnson, Doyle Paul. 1986. TEORI SOSIOLOGI Klasik dan Modern. Jakarta: Gramedia. Soekanto, Soerjono. 2010. Mengenal Tujuh Tokoh Sosiologi. Jakarta: PT. Rajawali Pers Poloma, Margaret M. Sosiologi kontemporer. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Rachmad K. Dwi Susilo. 2008 .20 Tokoh Sosiologi Modern. Jogyakarta: Ar-Ruzz Media Ritzer, George and Douglas J. Goodman. 2008. Troei Sosiologi dari sosiologi klasik sampai perkembangan mutakhir teori sosial post modern. Yogyakarta: Kreasi Wacana. Zeitlin, Irving M. Memahami kembali sosiologi. Yogyakarta: Gajahmada university press. Karya Parson dengan alat konseptual seperti empat sistem tindakan mengarah pada tuduhan tentang teori strukturalnya yang tidak dapat menjelaskan perubahan sosial. Pada tahun 1960, studi tentang evolusi sosial menjadi jawaban atas kebuntuan Parson akan perubahan sosial dalam bangunan teori strukturalnya. Akhir dari analisis ini adalah visi metafisis yang besar oleh dunia yang telah menimpa eksistensi manusia. Analisis parson merepresentasikan suatu usaha untuk mengkategorisasikan dunia kedalam sistem, subsistem, persyaratan-persyaratan system, generalisasi media dan pertukaran menggunakan media tersebut. Analisis ini pada akhirnya lebih filosofis daripada sosiologis, yakni pada lingkup visi meta teori. Pembahasan mengenai fungsionalisme Merton diawali pemahaman bahwa pada awalnya Merton mengkritik beberapa aspek ekstrem dan keteguhan dari structural fungsionalisme, yang mengantarkan Merton sebagai pendorong fungsionalisme kearah marxisme. Hal ini berbeda dari sang guru, Talcott Parson mengemukakan bahwa teorisi structural fungsional sangatlah penting.Parson mendukung terciptanya teori yang besar dan mencakup seluruhnya sedangkan parson lebih terbatas dan menengah. Seperti penjelasan singkat sebelumnya, Merton mengkritik apa yang dilihatnya sebagai tiga postulat dasar analisis fungsional( hal ini pula seperti yang pernah dikembangkan oleh Malinowski dan Radcliffe brown. Adapun beberapa postulat tersebut antara lain:

Kesatuan fungsi masyarakat , seluruh kepercayaan dan praktik sosial budaya standard bersifat fungsional bagi masyarakat secara keseluruhan maupun bagi individu dalam masyarakat, hal ini berarti sistem sosial yang ada pasti menunjukan tingginya level integrasi. Dari sini Merton berpendapat bahwa, hal ini tidak hanya berlaku pada masyarakat kecil tetapi generalisasi pada masyarakat yang lebih besar. Fungsionalisme universal , seluruh bentuk dan stuktur sosial memiliki fungsi positif. Hal ini di tentang oleh Merton, bahwa dalam dunia nyata tidak seluruh struktur , adat istiadat, gagasan dan keyakinan, serta sebagainya memiliki fungsi positif. Dicontohkan pula dengan stuktur sosial dengan adat istiadat yang mengatur individu bertingkah laku kadang-kadang membuat individu tersebut depresi hingga bunuh diri. Postulat structural fungsional menjadi bertentangan.

Indispensability, aspek standard masyarakat tidak hany amemiliki fungsi positif namun juga merespresentasikan bagian bagian yang tidak terpisahkan dari keseluruhan. Hal ini berarti fungsi secara fungsional diperlukan oleh masyarakat. Dalam hal ini pertentangn Merton pun sama dengan parson bahwaada berbagai alternative structural dan fungsional yang ada di dalam masyarakat yang tidak dapat dihindari.

Argumentasi Merton dijelaskan kembali bahwa seluruh postulat yang dijabarakan tersebut berstandar pada pernyataan non empiris yang didasarakan sistem teoritik. Merton mengungkap bahwa seharusnya postulat yang ada didasarkan empiric bukan teoritika. Sudut pandangan Merton bahwa analsisi structural fungsional memusatkan pada organisasi, kelompok, masyarakat dan kebudayaan, objek-objek yang dibedah dari structural fungsional harsuslah terpola dan berlang, merespresentasikan unsure standard. Awalnya aliran fungsionalis membatasi dirinya dalam mengkaji makamirakat secara keseluruhan, namun Merton menjelaskan bahwa dapat juga diterapkan pada organisasi, institusi dan kelompok. Dalam penjelasan ini Merton memberikan pemikiran tentang the middle range theory. Merton mengemukakan bahwa para ahli sosiologi harus lebih maju lagi dalam peningkatan kedisiplinan dengan mengembangkan teori-teori taraf menengah daripada teoriteori besar. Teori taraf menengah itu didefinisikan oleh Merton sebagai : Teori yang terletak di antara hipotesa kerja yang kecil tetapi perlu, yang berkembang semakin besar selama penelitian dari hari ke hari, dan usaha yang mencakup semuanya mengembangkan uato teori terpadu yang akan menjelaskan semua keseragaman yang diamati dalam perilaku social. Teori taraf menengah pada prinsipnya digunakan dalam sosiologi untuk membimbing penelitian empiris. Dia merupakan jembatan penghubung teori umum mengenai istem social yang terlalu jauh dari kelompok-kelompok perilaku tertentu, organisasi, ddan perubahan untuk mempertanggungjawabkan apa yang diamati, dan gambaran terinci secara teratur mengenai halhal tertentu yang tidak di generaliasi sama sekali. Teori sosiologi merupakan kerangka proposisi yang saling terhubung secara logis dimana kesatuan empiris bisa diperoleh. The middle range theory adalah teori-teori yang terletak pada minor tetapi hipotesis kerja mengembangkan penelitian sehari-hari yang menyeluruh dan keseluruhan upaya sistematis yang inklusif untuk mengembangkan teori yang utuh. The middle range theory Merton ini memiliki berbagai pemahaman bahwa secara prinsip digunakan untuk panduan temuan-temuan empiris, merupakan lanjutan dari teori system social yang terlalu jauh dari penggolongan khusus perilaku social, organisasi, dan perubahan untuk mencatat apa yang di observasi dan di deskripsikan, meliputi abstraksi, tetapi ia cukup jelas dengan data yang terobservasi untuk digabungkan dengan proposisi yang memungkinkan tes empiris dan muncul dari ide yang sangat sederhana. Dalam hal ini Merton seakan melakukan tarik dan menyambung, artinya apa yang dia kritik terhadap fungsionalis merupakan jalan yang dia tempuh untuk menyambung apa yang dia pikirkan. Atau dianalogikan, Merton mengambil bangunan teori kemudian di benturkan setelah itu dia perbaiki lagi dengan konseptual yang menurut kami sangat menarik. Para stuktural fungsional pada awalnya memustakan pada fungsi dalam struktru dan institusi dalam amsyarakat. Bagi Merton hal ini tidaklah demikian, karrena dalam menganalis hal itu , para fungsionalis awal cenderung mencampur adukna motif subjektif individu dengan fungsi stuktur atau institusi. Analisis fungsi bukan motif individu. Merton sendiri mendefinisikan fungsi

sebagai konsekuensi-konsekuensi yang didasari dan yang menciptakan adaptasi atau penyesuian, karena selalu ada konsekuensi positif. Tetapi , Merton menambahkan konsekuensi dalam fakta sosial yang ada tidaklah positif tetapi ada negatifnya. Dari sini Merton mengembangkan gagasan akan disfungsi. Ketika struktur dan fungsi dpat memberikan kontribusi pada terpeliharanya sistem sosial tetapi dapat mengandung konsekuensi negative pada bagian lain.Hal ini dapat dicontohkan, struktur masyarakat patriarki c memberkan kontribusi positif bagi kaum laki-laki untuk memegang wewenang dalam keputusan kemasyarakatan, tetapi hal ini mengandung konsekuensi negative bagi kaum perempuan karena aspirasi mereka dalam keputusan terbatas. Gagasan non fungsi pun , dilontarkan oleh Merton. Merton mengemukakan nonfungsi sebagai konsekuensi tidak relevan bagi sistem tersebut. Dapatkonsekuensi positif dimasa lalu tapi tidak dimasa sekarang.Tidaklah dapat ditentukan manakah yang lebih penting fungsi-fungsi positif atau disfungsi. Untuk itu Merton menambahkan gagasan melalui keseimbangan mapan dan level analisis fungsional. Dalam penjelasan lebih lanjut , Merton mengemukakan mengenai fungsi manifest dan fungsi laten.Fungsi manifest adalah fungsi yang dikehendaki, laten adalah yang tidak dikehendaki.Maka dalam stuktur yang ada, hal-hal yang tidak relevan juga disfungso laten dipenagruhi secara fungsional dan disfungsional. Merton menunjukan bahwa suatu struktur disfungsional akan selalu ada. Dalam teori ini Merton dikritik oleh Colim Campbell, bahwa pembedaan yang dilakukan Merton dalam fungsi manifest dan laten , menunjukan penjelasan Merton yang begitu kabur dengan berbagari cara. Hal ini Merton tidak secara tepat mengintegrasikan teori tindakan dengan fungsionalisme. Hal ini berimplikasi pada ketidakpasan antara intersionalitas dengan fungsionalisme structural. Kami rasa dalam hal ini pun Merton terlalu naf dalam mengedepankan idealismenya tentang struktur dan dengan beraninya dia mengemukakan dia beraliran fungsionalis, tapi dia pun mengkritik akar pemikiran yang mendahuluinya. Tetapi, lebih jauh dari itu konsepnya mengenai fungsi manifest dan laten telah membuka kekauan bahwa fungsi selalu berada dalam daftar menu struktur. Merton pun mengungkap bahwa tidak semua struktur sosial tidak dapat diubah oleh sistem sosial. Tetapi beberapa sistem sosial dapat dihapuskan. Dengan mengakui bahwa struktur sosia dapat membuka jalan bagi perubahan sosial. Analisi Merton tentang hubungan antara kebudayaan, struktur, dan anomi. Budaya didefinisikan sebagai rangkaian nilai normative teratur yang mengendalikan perilaku yang sama untuk seluruh anggota masyarakat. Stuktur sosial didefinisikans ebagai serangkaian hubungan sosial teratur dan memeprnagaruhi anggota masyarakat atau kelompok tertentu dengan cara lain. Anomi terjadi jika ketika terdapat disjungsi ketat antara norma-norma dan tujuan cultural yang terstruktur secara sosial dengan anggota kelompok untuk bertindak menurut norma dan tujuan tersebut. Posisi mereka dalam struktur makamirakat beberapa orang tidak mampu bertindakm menurut norma-norma normative . kebudayaan menghendaki adanya beberapa jenis perilaku yang dicegah oleh struktur sosial. Merton menghubungkan anomi dengan penyimpangan dan dengan demikian disjungsi antara kebudayan dnegan struktur akan melahirkan konsekuensi disfungsional yakni penyimpangan dalam masyarakat. Anomi Merton memang sikap kirits tentang stratifikasi sosial, hal ini mengindikasikan bahwa teori structural fungsionalisme ini aharus lebih kritis dengan stratifikasi sosialnya. Bahwa sturktur makamirakat yangselalu berstratifikasi dan masing-masing memiliki fungsi yang selama ini diyakini para fungsionalis, menurut dapat mengindikasikan disfungsi dan anomi. Dalam hal ini kami setuju dengan Merton,dalam sensory experiences yang pernah kami dapatkan, dimana ada keteraturan maka

harus siap deng ketidakteraturan, dalam struktur yang teratur, kedinamisan terus berjalan tidak pada status di dalamnya tapi kaitan dalama peran. Anomi atau disfungsi cenderung hadir dipahami ketika peran dalam struktu berdasarkan status tidak dijalankan akibat berbagai factor. Apapun alasannya anomi dalam struktur apalagi yang kaku akan cenderung lebih besar. Dari sini, Merton tidak berhenti dengan deskripsi tentang struktur , akan tetapi terus membawa kepribadian sebagai produk organisasi struktur tersebut. Pengaruh lembaga atau struktur terhadap perilaku seseorang adalah merupakan tema yang merasuk ke dalam karya Merton, lalu tema ini selalu diilustrasikan oleh Merton yaitu the Self Fullfilling Prophecy serta dalam buku Sosial structure And Anomie. Disini Merton berusaha menunjukkan bagaimana struktur sosial memberikan tekanan yang jelas pada orang-orang tertentu yang ada dalam masyarakat sehingga mereka lebih , menunjukkan kelakuan non konformis ketimbang konformis. Menurut Merton, anomie tidak akan muncul sejauh masyarakkat menyediakan sarana kelembagaan untuk mencapai tujuan-tujuan kultur tersebut. Dari berbagai penajabaran yang ada Pemahaman Merton membawa pada tantangan untuk mengkonfirmasi segala pemikiran yang telah ada. Hal ini terbukti dengan munculnya fungsionalisme gaya baru yang lebih jauh berbeda dengan apa yang pemikiran Merton. Inilah bukti kedinamisan ilmu pengetahuan, tak pelak dalam struktural fungsionalisme.

Teoriwan berpengaruh

Anda mungkin juga menyukai