MAKALAH
Oleh: Kelompok 5
Kelas B
Ghaziah K. C (180341863055)
M. Amien Rais (180341663060)
Jessy Darmayanti (180341663059)
ABSTRAK: Penelitian kualitatif adalah penelitian yang datanya bersifat deskriptif berupa: kata,
catatan lapangan (pengamatan), foto/gambar, dokumen, dan sejenisnya. Ragam penelitian
kualitatif diantaranya adalah penelitian analisis konten dan penelitian naratif.. Tujuan dari
penulisan makalah ini ialah mengetahui dasar-dasar penelitian naratif dan penelitian analisis
konten. Metode yang digunakan dalam makalah ini adalah studi literatur yang dilakukan dengan
membaca dan menganalisis berbagai jurnal, buku, maupun e-book yang terkait dengan penelitian
naratif dan penelitian analisis konten. Hasil yang diperoleh adalah kajian dari berbagai literatur
yaitu dasar-dasar penelitian naratif, cara melakukan penelitian naratif, jenis-jenis penelitian naratif,
dasar-dasar analisis konten, cara melakukan penelitian analisis konten, dan kelebihan maupun
kekurangan dari penelitian analisis konten.
ABSTRACT: ABSTRACT: Qualitative research is a research that analyze descriptive data like
words, field notes (observations), photos / images, documents, and the others. Two of many variety
in qualitative research is content analysis and narrative research. The purpose of writing this paper
is to know the basics of narrative research and content analysis research. The method used in this
paper is a literature study conducted by reading and analyzing various journals, books, and e-
books related to narrative research and content analysis research. The results obtained are studies
from various literatures is the basics of narrative research, how to conduct narrative research, types
of narrative research, the basics of content analysis, how to conduct content analysis research, and
the advantages and disadvantages of content analysis research.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat hidayah dan nikmat-Nya berupa kesehatan, waktu dan segala hal yang
kami butuhkan sehingga dapat menyelesaikan makalah untuk mata kuliah Metode
Penelitian Kualitatif yang berjudul Dasar Penelitian Analisis Konten dan
Penelitian Naratif ini dengan lancar.
Dalam pembuatan makalah ini, penulis mendapat bantuan dari berbagai
pihak, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-
besarnya kepada Ibu Endang Suarsini dan Bapak Sueb selaku dosen pembimbing
mata kuliah Metode Penelitian Kualitatif dan ucapan terimakasih secara khusus
penulis berikan kepada orang tua yang selalu mendukung segala aktifitas
perkuliahan.
Akhir kata semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi semua pembaca.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari
sempurna, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun demi perbaikan ke arah kesempurnaan. Akhir kata penulis
menyampaikan terimakasih.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................iii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................3
C. Tujuan Makalah..........................................................................................3
BAB II......................................................................................................................4
BAB IV..................................................................................................................34
A. Simpulan.......................................................................................................34
B. Saran..........................................................................................................34
v
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penelitian didefinisikan sebagai pencarian ilmiah secara sistematis untuk
menemukan sutau informasi yang terkait pada topik tertentu. Ada yang
menyebutkan bahwa penelitian adalah seni dari penyelidikan yang bersifat ilmiah.
Redman dan Mory (1934) mendefinisikan penelitian sebagai “upaya sistematis
untuk memperoleh pengetahuan baru.” Beberapa orang ada yang menganggap
penelitian sebagai gerakan yaitu gerakan dari yang mengetahui apa dikenal ke
yang tidak diketahui.
Manusia pada hakikatnya memiliki naluri keingintahuan yang vital, ketika
manusia memiliki suatu hal yang tidak diketahui, maka akan membuat manusia
bertanya dan dari keingintahuan manusia akan membuat mereka menyelidiki dan
mencapai pemahaman penuh dan lebih lengkap tentang apa yang tidak diketahui.
Keingintahuan tersebut adalah ibu dari semua pengetahuan dan metode, yang
digunakan manusia untuk mendapatkan pengetahuan tentang apa pun yang tidak
diketahui. Penelitian memerlukan metode penelitian. Pada dasarnya, metode
penelitian dapat diartikan sebagai cara ilmiah yang bertujuan untuk mendapatkan
data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Suriasumantri, 2009)
Menurut cara memperoleh datanya, penelitian dibagi menjadi dua yaitu
penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif. Metode penelitian kualitatif dapat
dikatakan sebagai metode penelitian yang baru karena popularitasnya yang masih
belum lama. Metode penelitian kualitatif juga disebut metode naturalistik karena
penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alami. Selain itu, penelitian kualitatif
juga sering disebut penelitian etnography dikarenakan pada awalnya metide ini
banyak digunakan untuk penelitian pada bidang antropologi budaya. Metode ini
juga disebut kualitatif karena data yang terkumpul dan analisis lebih bersifat
kualitatif (Sugiyono, 2015)
Terdapat berbagai metode di dalam penelitian kualitaif seperti fenomologi,
penelitian, studi kasus, etnografi, dan penelitian naratif. Istilah naratif berasal dari
2
kata kerja "menceritakan" atau "mengatakan" (sebagai cerita) dalam detail atau
rinci. Dalam desain penelitian naratif, peneliti mendeskripsikan kehidupan dan
individu, mengumpulkan dan menceritakan cerita mengenai kehidupan orang, dan
menulis naratif dari pengalaman individu (Luthfiyah, 2018)
Sebagai bentuk yang jelas dari penelitian kualitatif, sebuah naratif
biasanya fokus pada penelitian satu orang mendapatkan data dari pengumpulan
cerita, melaporkan pengalaman individu, dan mendiskusikan makna dari
pengalaman-pengalaman tersebut untuk individu (Assjari, 2010).
Penelitian naratif sangat penting untuk dipelajari. Penelitian naratif
menjadi metode yang paling populer. Menurut Amia (1998) terdapat peningkatan
jumlah artikel yang disitasi yang menggunakan metode penelitian naratif. Selain
penelitian naratif, penelitian tentang analisis konten juga penting untuk di pelajari.
Analisis isi berpotensi menjadi salah satu teknik riset terpenting dalam ilmu
sosial. Analis konten memandang data sebagai representasi bukan peristiwa fisik
tetapi teks, gambar, dan ekspresi yang dibuat untuk dilihat, dibaca, ditafsirkan,
dan ditindaklanjuti untuk artinya, dan oleh karena itu harus dianalisis dengan
menggunakan seperti itu dalam pikiran. Menganalisis teks dalam konteks
penggunaannya membedakan analisis konten dari metode penyelidikan lainnya.
Metode dalam ilmu alam tidak peduli dengan makna, isi, niat, dan
referensi. Para ilmuwan hampir tidak merefleksikan konsepsi mereka tentang
alam, mengecualikan konsepsi mereka dari objek studi mereka dengan
mengabaikannya sebagai subjektif berbeda dengan apa yang dapat ditentukan
melalui pengamatan yang tidak terikat dan pengukuran objektif (Wertz, 2011)
Ketika para peneliti sosial mengadopsi metode penyelidikan ilmiah
alamiah, epistemologi yang ditorehkan dalam metode-metode seperti itu
mencegah mereka untuk membahas apa yang paling penting dalam kehidupan
sosial sehari-hari: komunikasi manusia, bagaimana orang mengoordinasikan
kehidupan mereka, komitmen yang mereka buat satu sama lain dan dengan
konsepsi masyarakat yang mereka cita-citakan, apa yang mereka ketahui, dan
mengapa mereka bertindak. Tentu saja, analisis konten bukanlah satu-satunya
metode penelitian yang sangat serius, tetapi itu adalah metode yang kuat dan tidak
3
mengganggu. Masuk akal tentang apa yang dimediasi antara orang, materi
tekstual, simbol, pesan, informasi, konten media massa, dan teknologi yang
mendukung interaksi sosial tanpa mengganggu atau mempengaruhi mereka yang
menangani masalah tekstual itu (Klaus, 2004).
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini sebagai berikut.
1. Bagaimana karakteristik metodologi penelitian analisis konten dan
penelitian narasi ?
2. Apa saja jenis penelitian dari analisis konten dan penelitian narasi ?
3. Bagaimana langkah dalam penelitian analisis konten dan penelitian narasi?
C. Tujuan Makalah
Tujuan penulisan dalam makalah ini sebagai berikut.
1. Mengetahui karakteristik metodologi penelitian analisis konten dan
penelitian narasi.
2. Mengetahui jenis penelitian dari analisis konten dan penelitian narasi.
3. Mengetahui langkah dalam penelitian analisis konten dan penelitian narasi.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
yang menjadi pusat perhatian peneliti berdasarkan urutan waktu tertentu secara
rinci. Cerita ditulis melalui proses mendengarkan dari orang lain atau bertemu
secara langsung dengan informan melalui wawancara.
Istilah narasi berasal dari kata kerja "untuk menceritakan" atau "untuk
diceritakan (sebagai cerita) secara detail". Dalam desain penelitian naratif, peneliti
menggambarkan kehidupan individu, mengumpulkan, bercerita tentang kehidupan
orang, dan menulis narasi pengalaman individu (Connelly & Clandinin, 1990).
Sebagai bentuk berbeda dari penelitian kualitatif, narasi biasanya berfokus pada
mempelajari satu orang, mengumpulkan data melalui kumpulan cerita,
melaporkan pengalaman individu, dan mendiskusikan makna pengalaman tersebut
untuk individu. Buku memberikan informasi penting tentang proses melakukan
bentuk penyelidikan secara kualitatif (Creswell 1994).
B.Penggunaan Penelitian Naratif
Penggunakan riset naratif ketika peneliti memiliki individu yang bersedia
menceritakan kisah mereka dan ingin dibuatkan laporan tantang kisahnya. Bagi
para pendidik yang mencari pengalaman pribadi di lingkungan sekolah yang
sebenarnya, riset naratif menawarkan wawasan praktis dan spesifik. Penggunaan
studi narasi, peneliti membangun ikatan erat dengan para peserta, hal tersebut
dapat membantu mengurangi persepsi yang biasa dipegang oleh praktisi di
lapangan bahwa penelitian berbeda dari praktik dan hanya memiliki sedikit
penerapan langsung. Bagi peserta dalam studi, berbagi cerita mereka dapat
membuat mereka merasa bahwa cerita mereka penting dan bahwa mereka
didengar. Ketika mereka menceritakan sebuah kisah, itu membantu mereka
memahami topik yang perlu mereka proses. Menceritakan cerita adalah bagian
alami dari kehidupan, dan individu memiliki cerita tentang pengalaman mereka
untuk memberi tahu orang lain. Dengan cara ini, penelitian narasi menangkap
suatu bentuk data normal sehari-hari yang akrab bagi individu (Creswell, 1994).
Penelitian naratif adalah bentuk sastra penelitian kualitatif dengan ikatan
yang kuat dengan sastra, dan ini memberikan pendekatan kualitatif di mana
penulis dapat menulis dalam bentuk sastra persuasif. Ini berfokus pada gambar
mikroanalitik cerita individu daripada gambaran yang lebih luas dari norma
7
budaya, seperti dalam etnografi, atau teori abstrak, seperti dalam penelitian
grounded theory. Sebagai contoh dari micropicture ini, pertimbangkan kasus Ms
Meyer, yang memiliki dua anak di kelas lima dan enamnya menulis cerita tentang
kehidupan pribadi mereka. Anthony, seorang anak berusia 9 tahun yang
menganggap dirinya seorang penemu dan penulis, menyimpan jurnal ilmiah dari
penemuannya dan menulis sepotong ekspresif tentang neneknya. Anita, seorang
anak berusia 11 tahun, menulis tentang saat indah yang ia miliki di kolam renang,
belajar bermain bola tendangan, dan bisa berhasil dalam sesuatu (Creswell 1994).
C.Karakteristik Penelitian Naratif
Peneliti naratif mengeksplorasi permasalahan penelitian pendidikan dengan
memahami pengalaman seorang individu. Pembelajaran ini terjadi melalui cerita
yang dikisahkan oleh individu, seperti guru atau siswa. Cerita merupakan data,
dan peneliti mengumpulkannya melalui wawancara atau percakapan informal.
Cerita ini, yang disebut field texts (teks lapangan) (Clandinin & Connelly, 2000).
Menyediakan data kasar bagi peneliti untuk dianalisis ketika mereka menceritakan
kembali kisah itu berdasarkan elemen naratif, seperti permasalahan, tokoh, ranah,
tindakan, dan resolusi (Ollerenshaw & Creswell, 2000). Pada proses ini, peneliti
menarasikan cerita dan sering kali mengidentifikasi tema atau kategori yang
muncul. Jadi, analisis data kualitatifnya mungkin berupa deskripsi cerita dan tema
yang muncul darinya. Peneliti sering kali menuliskan ke dalam cerita yang
disusun kembali kronologi kejadian yang mendeskripsikan pengalaman individu
di masa lalu, sekarang, dan yang akan datang dalam ranah atau konteks tertentu.
Sepanjang proses mengumpulkan dan menganalisis data ini, peneliti berkolaborasi
dengan partisipan dengan memeriksa ceritanya dan menegosiasikan makna basis
datanya. Peneliti dapat menjalinkan cerita pribadinya ke dalam laporan final.
Berdasarkan Creswell (1994) Salah satu kunci karakteristik yang menonjol dalam
penelitian naratif adalah terdapat pada tujuh karakteristik utama penelitian naratif
yaitu:
1. Pengalaman individu
8
Peneliti naratif berfokus pada pengalaman satu individu atau lebih. Peneliti
mengeksplorasi pengalaman individu. Pengalaman yang dimaksud pengalaman
pribadi dan pengalaman sosial. Clandinin dan Connelly (2000), pengalaman
dalam penelitian naratif ini bersifat personal, yaitu apa yang dialami individu, dan
sosial individu yang berinteraksi dengan orang lain. Jadi, peneliti naratif
memfokuskan pada memahami riwayat atau pengalaman masa lalu individu dan
bagaimana pengalaman itu memberikan kontribusi pada pengalaman saat ini dan
yang akan datang.
2. Kronologi pengalaman.
Memahami masa lalu individu seperti juga masa sekarang dan masa depan
adalah salah satu unsur kunci dalam penelitian naratif. Peneliti naratif
menganalisis suatu kronologi dan melaporkan pengalaman individu. Ketika
peneliti berfokus pada pemahaman pengalaman ini, peneliti memperoleh
informasi tentang masa lalu, masa sekarang dan masa depan partisipan. Kronologi
yang dimaksud dalam penelitian naratif adalah peneliti menganalisis dan menulis
tentang kehidupan individu menggunakan urutan waktu menurut kronologi
kejadian (Delbert, 2002)
3.Pengumpulan cerita.
Peneliti memberi tekanan pada pengumpulan cerita yang diceritakan oleh
individu kepadanya atau dikumpulkan dari beragam field texts. Cerita dalam
penelitian naratif adalah orang pertama langsung secara lisan yang mengatakan
atau menceritakan. Cerita biasanya memiliki awal, tengah dan akhir. Cerita secara
umum harus terdiri dari unsur waktu, tempat, plot dan adegan. Peneliti naratif
mengumpulkan cerita dari beberapa sumber data field texts dapat diwakili oleh
informasi dari sumber lain yang dikumpulkan oleh peneliti dalam desain naratif.
Cerita dikumpulkan dengan cara diskusi, percakapan atau wawancara. Akan
tetapi, cerita juga bisa bersifat autobiografis, di mana peneliti merefleksikan
tentang ceritanya dan menjalinkan cerita itu dengan cerita orang lain. Cerita, foto,
dan kotak kenangan keluarga kumpulan benda yang memicu ingatan adalah
bentuk lain yang digunakan untuk mengumpulkan cerita dalam penelitian naratif
(Creswell, 2007)
9
4.Restorying
Cerita pengalaman individu yang diceritakan kepada peneliti diceritakan
kembali dengan kalimat tersendiri. Peneliti melakukan ini untuk menghubungkan
dan mengurutkannya. Restorying adalah proses dimana peneliti mengumpulkan
cerita, menganalisisnya dengan unsur kunci cerita (waktu, tempat, plot dan
adegan) dan kemudian menulis kembali cerita itu untuk menempatkannya dalam
urutan kronologis (Alan, 2013). Ada beberapa tahap untuk melakukan restory.
1.Peneliti melakukan wawancara dan mencatat percakapan dari rekaman suara.
2.Peneliti mencatat data kasar/mentah dengan mengidentifikasi unsur kunci cerita.
3.Peneliti menceritakan kembali dengan mengorganisir kode kunci menjadi suatu
rangkaian atau urutan. Rangkaian yang dimaksud adalah latar (setting), tokoh atau
karakter, tindakan, masalah dan resolusi (Creswell, 2007).
5. Coding tema.
Peneliti naratif dapat memberi kode dari cerita atau data menjadi tema atau
kategori. Identifikasi tema memberikan kompleksitas sebuah cerita dan
menambah kedalaman untuk menjelaskan tentang pemahaman pengalaman
individu. Peneliti menggabungkan tema menjadi kalimat mengenai cerita individu
atau memasukannya sebagai bagian terpisah dalam suatu penelitian. Peneliti
naratif secara khusus memberi tema utama setelah menceritakan kembali kisahnya
(Creswell, 2007).
6. Konteks atau latar.
Peneliti mendeskripsikan secara terperinci latar atau konteks dimana
pengalaman individu menjadi pusat fenomenanya. Ketika melakukan restory
cerita partisipan dan menentukan tema, peneliti memasukkan rincian latar atau
konteks pengalaman partisipan. Latar dalam penelitian naratif boleh jadi teman,
keluarga, tempat kerja, rumah dan organisasi sosial atau sekolah (Creswell, 2007).
7.Kolaborasi.
Peneliti dan partisipan berkolaborasi sepanjang proses penelitian. Kolaborasi
dalam penelitian naratif yaitu peneliti secara aktif meliput partisipannya dalam
memeriksa cerita yang dikembangkan. Kolaborasi bisa meliputi beberapa tahap
dalam proses penelitian dari merumuskan pusat fenomena sampai menentukan
10
jenis field texts yang akan menghasilkan informasi yang berguna untuk menulis
laporan cerita pengalaman individu. Kolaborasi meliputi negoisasi hubungan
antara peneliti dan partisipan untuk mengurangi potensi gap atau celah antara
penyampai naratif dan pelapor naratif. Kolaborasi juga termasuk menjelaskan
tujuan dari penelitian kepada partisipan, negoisasi transisi dari mengumpulkan
data sampai menulis cerita dan menyusun langkah untuk berbaur dengan
partisipan dalam penelitian (Creswell, 2007).
D.Jenis Penelitian Naratif
Terdapat beberapa jenis penelitian narasi. Jika kita berencana untuk
melakukan studi naratif, kita perlu mempertimbangkan jenis studi narasi apa yang
harus dilakukan. Penelitian naratif adalah kategori menyeluruh untuk berbagai
praktik penelitian, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 15.1. Bagi individu
yang merencanakan studi naratif, setiap jenis narasi menyediakan struktur untuk
melakukan penelitian dan referensi untuk bagaimana melakukan proyek yang
akan dikenali oleh dosen, jurnal, dan penerbit buku. Bagi mereka yang membaca
studi naratif, hal tersebut kurang penting untuk mengetahui jenis narasi apa yang
digunakan dan lebih penting untuk mengenali karakteristik penting dari jenis.
Lima pertanyaan yang dibahas dalam subbagian berikut sangat membantu dalam
menentukan jenis studi naratif yang akan dibuat.
Biasanya, peneliti membangun biografi dari catatan dan arsip (Angrosino, 1989),
meskipun peneliti terkadang menggunakan sumber informasi lain, seperti
wawancara dan foto. Dalam otobiografi, individu yang menjadi subjek penelitian
menulis akun tersebut. Meskipun bukan pendekatan yang populer, Anda dapat
menemukan laporan dari akun otobiografi guru sebagai profesional (Connelly &
Clandinin, 1990).
Dalam cerita anak, peneliti naratif meminta anak di ruang kelas untuk menyajikan
secara lisan atau menulis cerita mereka sendiri tentang pengalaman belajar mereka
(misalnya, Ollerenshaw, 1998).
dari proses yang biasanya dilakukan selama studi narasi. Visualisasi proses
sebagai lingkaran menunjukkan bahwa semua langkah saling berhubungan dan
tidak harus linier.
1. Mengidentifikasi masalah
Seperti halnya semua proyek penelitian, proses dimulai dengan berfokus
pada masalah penelitian untuk mempelajari dan mengidentifikasi, dalam
penelitian kualitatif, sebuah fenomena utama untuk dijelajahi. Meskipun
fenomena minat dalam narasi adalah cerita (Connelly & Clandinin, 1990), peneliti
perlu mengidentifikasi masalah atau kekhawatiran. Misalnya, masalah menurut
Huber (1999), dalam studi narasi anak di ruang kelas, terdiri dari cerita tentang
kesulitan guru siswanya meskipun telah memenuhi beragam kebutuhan siswa.
Menggunakan kata yang menyakitkan satu sama lain, dan terus menggunakan
kemarahan dan agresi untuk memecahkan masalah. Ketika menjelajahi masalah
seperti ini, peneliti berusaha untuk memahami pengalaman pribadi atau sosial dari
individu atau dalam lingkungan pendidikan.
lokasi dan peserta, bekerja erat dengan peserta untuk mendapatkan teks lapangan
untuk menangkap pengalaman individu, dan menulis dan menceritakan kisah
individu dalam rangkaian kalimat peneliti.
di bawah ini yang didasarkan pada saran Clandinin dan Connelly (2000) dan
Riessman (2008).
Mengevaluasi Kualitas Penelitian Naratif
Elemen Kunci
dan tidak sadar seseorang sering terungkap dalam komunikasi mereka (Cresswell,
1994).
Dewasa ini, sejumlah besar komunikasi dari satu jenis atau lainnya (editorial
koran, grafiti, komposisi musik, artikel majalah, iklan, film, dll.). Analisis dari
komunikasi semacam itu dapat memberi tahu banyak hal tentang bagaimana
manusia hidup. Untuk menganalisis beberapa pesan ini, seorang peneliti perlu
mengatur sejumlah besar materi. Hal tersebut dapat dilakukan dengan
mengembangkan kategori, peringkat, atau skor yang sesuai yang dapat digunakan
peneliti untuk perbandingan berikutnya serta menerangkan apa yang sedang
diselidiki. Itulah maksud dari analisis konten.
Teknik analisis konten yang digunakan, seorang peneliti dapat mempelajari
(secara tidak langsung) apa pun kecenderungan misalnya dalam praktik
“membesarkan anak” (dengan membandingkannya dari waktu ke waktu atau
dengan membandingkan perbedaan dalam beberapa praktik di antara berbagai
kelompok orang), seperti jenis pahlawan yang disukai orang, seperti kekerasan di
dalam televisi sampai taraf tertentu. Melalui analisis literatur, majalah populer,
lagu, komik, kartun, dan film, berbagai cara di mana jenis kelamin, kejahatan,
agama, pendidikan, etnis, kasih sayang dan cinta, atau kekerasan dan kebencian
telah disajikan pada waktu yang berbeda dapat mengungkapkan. Berdasarkan data
tersebut, peneliti dapat membuat perbandingan tentang sikap dan keyakinan
berbagai kelompok orang yang dipisahkan oleh waktu, lokasi geografis, budaya,
atau negara.
Menurut Krippendorf (1991) Analisis konten adalah metode yang memiliki
penerapan luas dalam penelitian pendidikan. Misalnya dapat digunakan untuk:
1. Mendeskripsikan tren di sekolah dari waktu ke waktu dengan memeriksa
publikasi profesional atau umum.
2. Memahami pola organisasi (misalnya, dengan memeriksa bagan, garis besar,
yang disiapkan oleh administrator sekolah).
3. Menunjukkan bagaimana sekolah yang berbeda menangani fenomena yang
sama secara berbeda (misalnya, pola kurikuler, tata kelola sekolah).
19
1. Menentukan Tujuan
Menentukan tujuan spesifik yang ingin dicapai. Ada beberapa alasan
mengapa seorang peneliti mungkin ingin melakukan analisis konten.
Menurut Fraenkel (2008) terdapat 5 alasan mengapa seseorang peneliti
melakukan analisis konten yaitu :
1) Untuk memperoleh informasi deskriptif tentang suatu topik. Analisis
konten adalah cara yang sangat berguna untuk mendapatkan informasi
yang menjelaskan masalah atau topik. Misalnya, analisis konten praktik
membesarkan anak di negara yang berbeda dapat memberikan informasi
21
menghina tentang orang asing dalam bab bernomor ganjil harus cukup sesuai
dengan jumlah dalam bab bernomor genap. Sehubungan dengan validitas,
kami pikir itu harus sering tidak hanya untuk memeriksa manifes terhadap
konten laten tetapi juga untuk membandingkan salah satu atau keduanya
dengan hasil dari instrumen yang berbeda. Sebagai contoh, frekuensi relatif
pernyataan menghina dan positif tentang orang asing yang ditemukan dalam
editorial akan diharapkan sesuai dengan yang ditemukan dalam surat kepada
editor, jika keduanya mencerminkan pendapat umum (Weber, 1985).
L. Anlisis Data
Menghitung adalah karakteristik penting dari beberapa analisis konten.
Setiap kali sebuah unit dalam kategori yang relevan ditemukan. Jadi, produk
akhir dari proses pengkodean harus berupa angka. Jelas bahwa menghitung
frekuensi kata, frasa, simbol, gambar, atau konten manifes tertentu
memerlukan penggunaan angka. Tetapi bahkan pengkodean konten laten dari
dokumen mengharuskan peneliti untuk mewakili keputusan pengkodean
dengan angka dalam setiap kategori. Langkah terakhir, kemudian, adalah
menganalisis data yang telah ditabulasikan. Seperti dalam metode penelitian
lain, deskripsi prosedur statistik yang berguna untuk meringkas data dan
membantu peneliti dalam menafsirkan apa yang mereka ungkapkan. Cara
umum untuk menginterpretasikan data analisis konten adalah melalui
penggunaan frekuensi (yaitu, jumlah insiden spesifik yang ditemukan dalam
data) dan persentase dan / atau proporsi kejadian tertentu terhadap kejadian
total (Widyastuti, 2005).
M. Menggunakan Komputer dalam Analisis Konten
Program komputer untuk beberapa waktu menjadi anugerah bagi
penelitian kuantitatif, memungkinkan para peneliti untuk menghitung statistik
yang sangat kompleks dengan sangat cepat. Terdapat program pengolah kata
sederhana dapat digunakan untuk beberapa jenis analisis data. Perintah
"find", misalnya, dapat menemukan berbagai bagian dalam dokumen yang
berisi kata atau frasa kunci. Dengan demikian, seorang peneliti mungkin
meminta komputer untuk mencari semua bacaan yang berisi kata kreatif,
28
BAB III
PEMBAHASAN
berperan dalam menentukan manusia seperti apa kita nantinya. Dalam beberapa
tahun terakhir, analisis naratif telah berkembang dan sekarang digunakan di
banyak bidang penelitian. Minat dalam pendekatan yang berkembang secara pesat
ini membutuhkan dukungan teoretis yang kuat sehingga memungkinkan para
peneliti untuk menangani pekerjaan semacam itu dengan cara yang terstruktur
dalam menafsirkan hasil secara efektif.
Cara untuk mengembangkan teori narasi adalah dengan melihat pada
kebutuhan kontemporer yang ada untuk mempelajari narasi kehidupan, dan
menganggap munculnya arti-penting narasi kehidupan dalam budaya
kontemporer. Hal tersebut menunjukkan secara rinci bagaimana wawancara
terhadap cerita kehidupan dilakukan, dan menunjukkan bagaimana proses tersebut
sering kali dimulai dengan koleksi cerita kehidupan yang relatif tidak terstruktur
tetapi bergerak ke pertukaran yang lebih kolaboratif, di mana tema sosiologis dan
pola historis diteliti dan dieksplorasi (Goodson, 2013).
Sesuai dengan fondasi konstruksionis sosial dari narasi, penting untuk
mengingat bahwa kisah manusia selalu terungkap dalam konteks dunia sosial dan
budaya tempat kita hidup (Neimeyer, 2005). Tak satu pun dari kita menceritakan
pengalaman dalam ruang hampa. Ketika kita memikirkan dan terhubung secara
emosional dengan cerita, dan ketika kita menceritakan kisah itu kepada dunia, kita
melakukannya dengan cara yang kita harap akan diterima, dipahami, dan dianut
oleh dunia di sekitar kita. Ketika ini tidak terjadi kita mungkin merasa terisolasi
dan akan menimbulkan salah paham. Sebagian besar, dari kita telah memiliki
pengalaman dengan perasaan salah paham dengan cara ini. Namun, ada banyak
yang rasa sakit yang dihasilkan ketika narasi mereka tidak didukung oleh budaya
adalah beban besar yang tercermin dalam pengalaman marjinalisasi dan
penindasan.
Bagaimanapun bahwa kapasitas untuk evolusi pemahaman (atau narasi) ini
berlaku tidak hanya untuk individu dan keluarga, tetapi juga untuk budaya itu
sendiri. Bahkan di dunia Barat, pikirkan bagaimana pemahaman kita tentang
kesehatan mental dan penyakit telah berevolusi selama berabad-abad. (McTighe,
2015).
Berbeda dengan penelitian naratif, penelitian analisis konten atau juga bisa
disebut sebagai analisis isi sudah muncul sekitar 60 tahun yang lalu. Kamus
Webster Bahasa Inggris termasuk istilah dalam edisi tahun 1961,
mendefinisikannya sebagai “analisis isi yang nyata dan laten dari materi yang
dikomunikasikan (sebagai buku atau film) melalui klasifikasi, tabulasi, dan
evaluasi dari simbol utamanya dan tema untuk memastikan maknanya dan
kemungkinan efeknya. ”Namun, akar intelektual dari analisis isi dapat ditelusuri
jauh ke belakang dalam sejarah manusia, ke awal penggunaan simbol dan suara
secara sadar, terutama dalam tulisan (Klaus, 2018). Penggunaan sadar yang
menggantikan penggunaan bahasa magis, telah dibentuk oleh disiplin kuno
filsafat, thorakik, dan kriptografi. Ini juga telah melahirkan inkuisisi agama dan
sensor politik di pihak perusahaan yang berkuasa. Hari tersebut mengakibatkan
fenomena simbolis dilembagakan dalam seni, sastra, pendidikan, dan media
massa, termasuk Internet. Kekhawatiran teoritis dan analitis ditemukan dalam
disiplin akademis seperti antropologi, linguistik, psikologi sosial, sosiologi
pengetahuan, dan yang relatif lebih muda.
rasional. Namun, komputer yang dibangun di atas logika ini ternyata juga dapat
mengecewakan sebagai mesin berpikir. Penelitian empiris dalam psikologi
menggantikan kategori Aristoteles yang mendukung “logika psiko”. Dan kita
tidak lagi mengukur komunikasi manusia dengan ideal menurut transmisi
informasi. Sebaliknya, kita menyelidiki apa yang terjadi pada hubungan antara
orang yang berbicara satu sama lain.
Kedua, analisis konten kontemporer melampaui pengertian tradisional
simbol, isi, dan maksud. Ini dapat dilihat dalam evolusi konsep komunikasi,
dalam bagaimana perkembangan teknologi media telah membentuk perhatian kita
terhadap komunikasi, dan dalam peran budaya dalam menetapkan signifikansi
terhadap apa yang sedang dianalisis. Ketiga, analisis konten kontemporer telah
dipaksa untuk mengembangkan metodologi sendiri, yang memungkinkan para
peneliti untuk merencanakan, melaksanakan, mengkomunikasikan, mereproduksi,
dan secara kritis mengevaluasi analisis mereka apa pun hasilnya (Klaus, 2018).
Analisis isi memiliki beberapa kekuatan sebagai metode penelitian.
Pertama, ini adalah metode yang bagus karena tidak mengganggu. Artinya, itu
tidak berpengaruh pada orang yang sedang dipelajari sejak artefak budaya telah
diproduksi. Kedua, relatif mudah untuk mendapatkan akses ke sumber media atau
publikasi yang ingin dipelajari oleh peneliti. Akhirnya, ini dapat menyajikan
laporan obyektif tentang peristiwa, tema, dan masalah yang mungkin tidak
langsung terlihat oleh pembaca, pemirsa, atau konsumen umum.
Analisis isi juga memiliki beberapa kelemahan sebagai metode penelitian.
Pertama, terbatas dalam apa yang bisa dipelajari. Karena hanya didasarkan
pada komunikasi massa baik visual, lisan, atau tertulis ia tidak dapat memberi
tahu kita apa yang benar orang pikirkan tentang gambar ini atau apakah itu
memengaruhi perilaku orang. Kedua, mungkin tidak seobyektif yang
diklaimnya karena peneliti harus memilih dan merekam data secara akurat.
Dalam beberapa kasus, peneliti harus membuat pilihan tentang bagaimana
menafsirkan atau mengkategorikan bentuk perilaku tertentu dan peneliti lain
dapat menafsirkannya secara berbeda. Kelemahan terakhir dari analisis isi
adalah bahwa hal itu dapat memakan waktu (Andersen, 2009).
33
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
1. Karakteristik dari penelitian naratif adalah berdasarkan pengalaman individu,
memiliki kronologi penelitian, melakukan pengumpulan cerita, menceritakan
kembali, mengkoding tema, memliki konteks latar, dan melakukan kolaborasi.
2. Jenis dari penelitian naratif antara lain Autobiografi, Biografi, Riwayat hidup ,
Cerita pengalaman pribadi, Cerita Pribadi, Interview, Dokumen pribadi,
Sejarah hidup, Etnografi, Autoetnografi, Etnopsikologi. Sedangkan analisis
konten tidak memiliki jenis penelitian yang lain, akan tetapi analisis konten
dapat dilakukan pada suatu karya yang berbeda (Buku, Film dan lainnya)
34
B. Saran
Beberapa saran yang diperlukan dalam mempelajari tentang materi
penelitian naratif dan penelitian analisis konten yaitu sebaiknya diberikan
contoh dari penelitian terkait.
DAFTAR RUJUKAN
Assjari, Musjafak. 2010. Desain Penelitian Naratif. Journal Assessment dan Anak
Berkebutuhan Khusus. Vol 9. No 2.
35
Carney, T.F. 1972. Content Analysis A Technique for Systematic Inference from
Communication. London: B.T. Batsford Ltd.
Clandinin, D.J. & Connelly, F.M. 2000. Narrative Inquiry: Experience and Story
Inqualitative Research. San Fransisco : Jossey-Bass.
Cresswell, John W. 1994. Research Design: qualitative, quantitative and mixed
method approaches.USA : SAGE Publications.
Cresswell, John W. 2007. Qualitative Inquiry and Research Design: Choosing
Among Five Approaches. USA: SAGE Publications
Delbert C. Miller, Neil J. Salkind. 2002. Handbook of Research Design and
Social Measurement. London : Sage Publication
Eriyanto. 2010. Analisis Isi: Pengangar Metodologi untuk Penelitian Komunikasi
dan Ilmu Sosial Lainnya,
Fraenkel, Jack R., Norman E. Wallen.2008. How to Design and Evaluate Research
in Education 7th Edition. USA : McGraw Hill Publisher
Luthfiyah., Muh. Fitrah. 2018. Metodologi penelitian: penelitian kualitatif,
tindakan kelas & studi kasus. Jawa Barat : Jejak Publisher
Goodseon, Vigor. 2013. Developing Narrative Theory. Newyork : Routledge
Klaus, Krippendorf. 2004. Content Analysis and Its Methodology. USA : Sage
Publication.
Krippendorff, 1980. Content Analysis An Introduction to Its Methodology. Beverly
Hills, California: Sage Publication Ltd.