MAKALAH
Untuk memenuhi tugas matakuliah Pengembangan Desain Pembelajaran Biologi
yang dibina oleh Dr. Susriyati Mahanal, M.Pd
Disusun oleh
Nikita Rizky 180341663059
Dea Aulia Larasati 180341663069
Izzatinnisa’ 180341863030
Nur Zakiyah R 180341863011
Tim Penulis
i
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................. 2
1.3 Tujuan ............................................................................................................... 2
ii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Langkah-langkah penelitian pengembangan menurut Borg and Gall ..7
Gambar 2.2 Model Pengembangan Dick and Carey ..............................................11
Gambar 2.3 Tahapan Pengembangan 4D ...............................................................18
Gambar 2.4 Skema Model ADDIE ........................................................................19
iii
DAFTAR TABEL
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
Desain pembelajaran dikenal beberapa model yang dikemukakan oleh para
ahli. Secara umum, model desain pembelajaran dapat diklasifikasikan ke dalam
model berorientasi kelas, model berorientasi sistem, model berorientasi produk,
model prosedural dan model melingkar. Contohnya adalah model ADDIE, model
Dick And Carrey, model 4D, dan model Borg and Gall. Berdasarkan paparan latar
belakang di atas maka disusun makalah dengan judul “Model Pengembangan
Desain Pembelajaran”.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
b. Pada bagian teknologi dan media
Tujuannya adalah untuk menigkatkan proses rancangan instruksional,
pengembangan, dan evaluasi yang didasarkan pada situasi pemecahan masalah
spesifik yang lain atau prosedur pemeriksaan yang digeneralisasi.
c. Pada bagian pelajaran dan instruksi
Tujuannya adalah untuk pengembangan dalam dalam perancangan lingkungan
pembelajaran, perumusan kurikulum, dan penaksiran keberhasilan dari
pengamatan dan pembelajaran, serta secara serempak mengusahakan untuk
berperan untuk pemahaman fundamental ilmiah.
d. Pada bagian pendidikan guru dan didaktis
Tujuannya adalah untuk memberikan kontribusi pembelajaran keprofesionalan
para guru dan atau menyempurnakan perubahan dalam suatu pengaturan
spesifik bidang pendidikan. Pada bagian didaktis, tujuannya untuk menjadikan
penelitian pengembangan sebagai suatu hal interaktif, proses yang melingkar
pada penelitian dan pengembangan dimana gagasan teoritis dari perancang
memberi pengembangan produk yang diuji di dalam kelas yang ditentukan,
mendorong secepatnya ke arah teoritis dan empiris dengan menemukan
produk, proses pembelajaran dari pengembang dan teori instruksional.
Borg dan Gall (1983) mengemukakan 4 prinsip dasar yang merupakan
karakteristik atau ciri dari penelitian dan pengembangan (Research and Design):
1. Studying research findings pertinent to the product to be developed
(melakukan studi atau penelitian awal untuk mencari temuan-temuan
penelitian terkait dengan produk yang akan dikembangkan)
2. Developing the product base on this findings (mengembangkan produk
berdasarkan temuan penelitian tersebut)
3. Field testing it in the setting where it will be used eventually (dilakukan uji
lapangan dalam seting atau situasi senyatanya dimana produk tersebut nantinya
digunakan)
4. Revising it to correct the deficiencies found in the field-testing stage
(melakukan revisi untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan yang
ditemukan dalam tahap-tahap uji lapangan.
4
2.3 Kelebihan dan kekurangan penelitian dan pengembangan (R&D) menurut
Borg dan Gall, 1983:
1. Kelebihan
a) Mampu mengatasi kebutuhan nyata dan mendesak (real needs in the here-
and-now) melalui pengembangan solusi atas suatu masalah sembari
menghasilkan pengetahuan yang bisa digunakan di masa mendatang.
b) Mampu menghasilkan suatu produk/ model yang memiliki nilai validasi tinggi,
karena melalui serangkaian uji coba di lapangan dan divalidasi ahli.
c) Mendorong proses inovasi produk/ model yang tiada henti sehingga diharapkan
akan selalu ditemukan model/ produk yang selalu aktual dengan tuntutan
kekinian.
d) Merupakan penghubung antara penelitian yang bersifat teoritis dan lapangan.
2. Kekurangan
a) Pada prinsipnya memerlukan waktu yang relatif panjang, karena prosedur yang
harus ditempuh relatif kompleks.
b) Tidak bisa digeneralisasikan secara utuh, karena penelitian R&D ditujukan
untuk pemecahan masalah “here and now”, dan dibuat berdasar sampel
(spesifik), bukan populasi.
c) Penelitian R&D memerlukan sumber dana dan sumber daya yang cukup besar.
5
Menurut Borg & Gall (1989), yang dimaksud dengan model penelitian dan
pengembangan adalah “a process used develop and validate educational product”.
Kadang-kadang penelitian ini juga disebut “research based development”, yang
muncul sebagai strategi dan bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan.
Borg & Gall (1989) menyatakan bahwa untuk penelitian analisis kebutuhan
sehingga mampu dihasilkan produk yang bersifat hipotetik sering digunakan
metode penelitian dasar (basic research). Kemudian untuk menguji produk yang
masih bersifat hipotetik tersebut, digunakan eksperimen atau action research.
Setelah produk teruji, maka dapat diaplikasikan. Proses pengujian produk dengan
eksperimen tersebut dinamakan penelitian terapan (applied research).
1. Tujuan penelitian pengembangan
Dalam teknologi pembelajaran, deskripsi tentang prosedur dan langkah-
langkah penelitian pengembangan sudah banyak dikembangkan. Borg & gall
(1983) menyatakan bahwa prosedur penelitian pengembangan pada dasarnya terdiri
dari dua tujuan utama, yaitu: (1) mengembangkan produk, dan (2) menguji
keefektifan produk dalam mencapai tujuan.
Tujuan pertama disebut sebagai fungsi pengembang sedangkan tujuan
kedua disebut sebagai validasi. Dengan demikkian, konsep penelitian
pengembangan lebih tepat diartikan sebagai upaya pengembangan yang sekaligus
disertai dengan upaya validasinya.
2. Karakteristik penelitian dan pengembangan
Borg & Gall (1989) dalam Silalahi (2017) menyatakan bahwa ”The steps of
this process are usually referred to as the R & D cycle, which consists of studying
research findings pertinent to the product to be developed, developing the products
based on these findings, field testing it in the setting where it will be used eventually,
and revising it to correct the deficiencies found in the filed-testing stage. In more
rigorous programs of R&D, this cycle is repeated until the field-test data indicate
that the product meets its behaviorally defined objectives”.
Selanjutnya, Borg & Gall (1989) dalam Silalahi (2017) menjelaskan empat
karakteristik utama dalam penelitian dan pengembangan, yaitu:
a. Studying research findings pertinent to the product to be develop
6
Artinya, melakukan studi atau penelitian awal untuk mencari temuan-temuan
penelitian terkait dengan produk yang akan dikembangkan.
b. Developing the product base on this findings
Artinya, mengembangkan produk berdasarkan temuan penelitian tersebut.
c. Field testing it in the setting where it will be used eventually
Artinya, dilakukannya uji lapangan dalam seting atau situasi senyatanya di
mana produk tersebut nantinya digunakan
d. Revising it to correct the deficiencies found in the field-testing stage.
Artinya, melakukan revisi untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan yang
ditemukan dalam tahap-tahap uji lapangan.
3. Langkah-langkah pengembangan buku teks Borg and Gall
Reseach and
Operational field FInal product
Information
testing revision
collecting
Develop primary
Main field testing
forms of product
Math product
Preminilary filed
Revision
7
Tahap ini merupakan penelitian awal terkait dengan produk pendidikan
yang akan dikembangkan, termasuk dalam langkah ini antara lain studi literatur
yang berkaitan dengan permasalahan yang dikaji, pengukuran kebutuhan,
penelitian dalam skala kecil, dan persiapan untuk merumuskan kerangka kerja
penelitian;
b. Planning (membuat perencanaan):
Termasuk dalam langkah ini menyusun rencana penelitian yang meliputi
merumuskan kecakapan dan keahlian yang berkaitan dengan permasalahan,
menentukan tujuan yang akan dicapai pada setiap tahapan, desain atau langkah-
langkah penelitian dan jika mungkin/diperlukan melaksanakan studi kelayakan
secara terbatas.
c. Develop Preliminary form of Product (mengembangkan bentuk awal produk)
Mengembangkan bentuk awal produk yang dimaksud yaitu
mengembangkan bentuk permulaan dari produk yang akan dihasilkan, termasuk
dalam langkah ini persiapan komponen pendukung, menyiapkan pedoman dan
buku petunjuk, dan melakukan evaluasi terhadap kelayakan alat-alat pendukung
(misalnya pengembangan bahan pembelajaran, proses pembelajaran, dan
instrumen evaluasi)
d. Preliminary Field Testing (melakukan uji lapangan awal)
Uji lapangan awal yaitu melakukan uji coba lapangan awal dalam skala
terbatas, dengan melibatkan 1 sampai dengan 3 sekolah, dengan jumlah 6-12
subyek, pada langkah ini pengumpulan dan analisis data dapat dilakukan dengan
cara wawancara, observasi, atau angket;
e. Main Product Revision (melakukan revisi produk utama)
Revisi produk utama yaitu melakukan perbaikan terhadap produk awal yang
dihasilkan uji coba awal, perbaikan ini sangat mungkin dilakukan lebih dari satu
kali sesuai dengan hasil yang ditunjukkan dalam uji coba terbatas sampai diperoleh
draft produk utama yang siap diuji coba lebih luas;
f. Main Field Testing (melakukan uji lapangan untuk produk utama)
Uji lapangan produk utama biasanya disebut uji coba utama yang
melibatkan khalayak lebih luas, yaitu 5 sampai 15 sekolah, dengan jumlah subyek
30 sampai dengan 100 orang, pengumpulan data dilakukan sebelum dan sesudah
8
penerapan uji coba, hasil yang diperoleh dari uji coba ini adalah sebagai hasil
evaluasi terhadap pencapaian hasil uji coba produk yang dibandingkan terhadap
pencapaian kelompok control, dengan demikian pada umumnya langkah ini
menggunakan rancangan penelitian eksperimen
g. Operational Product Revision (melakukan revisi produk operasional)
Pada tahap ini dilakukan perbaikan/penyempurnaan terhadap hasil uji coba
lebih luas, sehingga produk yang dikembangkan sudah merupakan desain model
operasional yang siap divalidasi.
h. Operational Field Testing (melakukan uji lapangan terhadap produk)
Operational Field Testing yaitu langkah uji validasi terhadap model
operasional yang telah dihasilkan, dilaksanakan pada 10 sampai dengan 30 sekolah,
melibatkan 40 sampai dengan 200 subyek, pengujian ini dilakukan melalui angket,
wawancara, observasi dan analisis hasilnya, tujuan langkah ini adalah untuk
menentukan apakah desain model yang dikembangkan sudah dapat dipakai di
sekolah tanpa harus dilakukan pengarahan atau pendampingan oleh
peneliti/pengembang model.
i. Final Product Revision (melakukan revisi produk final)
Setelah melakukan melakukan uji lapangan terhadap produk kemudian
dilakukan perbaikan akhir terhadap model yang dikembangkan agar menghasilkan
produk akhir.
j. Disemination and Implementation (diseminasi dan implementasi)
Langkah terakhir yaitu menyebarluaskan produk/model yang
dikembangkan kepada khalayak/masyarakat luas, langkah ini adalah
mengkomunikasikan dan mensosialisasikan produk, baik dalam bentuk seminar
hasil penelitian, publikasi pada jurnal, maupun pemaparan kepada skakeholders
yang terkait dengan produk tersebut.
Untuk melakukan penelitain & pengembangan ini, peneliti dituntut harus
mampu memilih dan mengkombinasikan berbagai metode penelitian yang relevan.
Pada saat penelitian awal, mungkin peneliti akan menggunakan metode survey,
studi kasus, kajian hasil penelitian sebelumnya, dan lain lain. Pada saat
pengembanganpun dalam rangka uji coba, validasi, dan revisi diperlukan metode
penelitian lain seperti survey, eksperimen dan lain-lain disamping evaluasi formatif
9
seperti uji lapangan yang berulang-ulang (Brog & Gall, 1983 dalam Silalahi, 2017)
atau jenis evaluasi lain seperti small group evaluation, expert review, focus group
discussion, dan lain-lain.
10
Gambar 2.2 Model Pengembangan Dick and Carey (Branch & Dausay, 2015)
11
keterampilan apa yang telah dimiliki siswa saat mulai mengikuti pengajaran.
Penting juga untuk diidentifikasi adalah karakteristik khusus siswa yang mungkin
ada hubungannya dengan rancangan aktivitas-aktivitas pengajaran.
d. Merumuskan Tujuan Kinerja (Write Performance Objectives).
Berdasarkan analisis instruksional dan pernyataan tentang tingkah laku awal
siswa, selanjutnya akan dirumuskan pernyataan khusus tentang apa yang harus
dilakukan siswa setelah menyelesaikan pembelajaran.
e. Pengembangan Tes Acuan Patokan (Developing Criterian-Referenced Test
Items).
Pengembangan Tes Acuan Patokan didasarkan pada tujuan yang telah
dirumuskan, pengembangan butir assesmen untuk mengukur kemampuan siswa
seperti yang diperkirakan dalam tujuan.
f. Pengembangan Strategi Pengajaran (Develop Instructional Strategy).
Informasi dari lima tahap sebelumnya, maka selanjutnya akan
mengidentifikasi yang akan digunakan untuk mencapai tujuan akhir. Strategi akan
meliputi aktivitas preinstruksional, penyampaian informasi, praktek dan balikan,
testing, yang dilakukan lewat aktivitas.
g. Pengembangan atau Memilih Pengajaran (Develop And Select Instructional
Materials).
Tahap ini akan digunakan strategi pengajaran untuk menghasilkan
pengajaran yang meliputi petunjuk untuk siswa, bahan pelajaran, tes dan panduan
guru.
h. Merancang dan Melaksanakan Evaluasi Formatif (Design And Conduct
Formative Evaluation).
Evaluasi dilakukan untuk mengumpulkan data yang akan digunakan untuk
mengidentifikasi bagaimana meningkatkan pengajaran.
i. Menulis Perangkat (Design And Conduct Summative Evaluation).
Hasil-hasil pada tahap di atas dijadikan dasar untuk menulis perangkat yang
dibutuhkan. Hasil perangkat selanjutnya divalidasi dan diujicobakan di kelas/
diimplementasikan di kelas.
j. Revisi Pengajaran (Instructional Revitions).
12
Tahap ini mengulangi siklus pengembangan perangkat pengajaran. Data
dari evaluasi sumatif yang telah dilakukan pada tahap sebelumnya diringkas dan
dianalisis serta diinterpretasikan untuk diidentifikasi kesulitan yang dialami oleh
siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Begitu pula masukan dari hasil
implementasi dari pakar/validator.
Model Dick and Carey merupakan tahapan prosedural, artinya harus
dilewati tiap langkah, kecuali pada langkah ke-2 dan ke-3, yaitu analisis langkah
pembelajaran dan analisis mengenai karakteristik awal siswa. Selain itu dapat
diperhatikan bahwa model ini sangat memperhatikan efektifitas desain. Dari
tahapan prosedural semacam ini dapat dilihat beberapa kelebihan yaitu (Supriyatna
& Mulyadi, 2009).
1. Setiap langkah jelas dan mudah diikuti. Tahapan-tahapan model ini merupakan
tahapan logis sederhana, artinya desain ini merupakan arah dan cara berpikir
dari kebanyakan orang untuk mencapai suatu tujuan atau program.
2. Teratur, efektif, dan efisien. Langkah-langkah yang dijelaskan tiap tahap akan
menghindarkan desainer dari multitafsir, sehingga setiap desainer akan
melewati urutan yang sama. Bandingkan dengan model sirkular, yang
memungkinkan desainer memilih langkah yang mungkin. Selain itu, karena
telah terperinci urutannya, model ini menjadi satu arah, jelas, dan efektif.
3. Walaupun secara tahapan, merupakan tahapan prosedur, akan tetapi pada model
ini masih menyediakan ruang perbaikan yaitu pada langkah ke-9. Adanya revisi
pada analisis pembelajaran, memungkinkan perbaikan apabila terjadi kesalahan
dan dapat segera dapat dilakukan perubahan pada analisis instruksional
tersebut, sebelum kesalahan didalamnya ikut mempengaruhi kesalahan pada
komponen setelahnya.
Walaupun model pembelajaran Dick and Carey ini terlihat sangat
sistematis, logis, dan sederhana, akan tetapi dapat melihat beberapa kekurangan,
diantaranya yaitu (Supriyatna & Mulyadi, 2009).
1. Desain ini merupakan desain prosedural, artinya desainer harus melewati
tahapan-tahapan yang ditentukan, sehingga model desain pembelajaran Dick
dan Carey terkesan kaku, karena setiap langkah telah di tentukan
13
2. Desain Model ini merupakan desain yang matang, artinya tidak menyediakan
ruang untuk uji coba dan kegiatan revisi baru dilaksanakan setelah diadakan tes
formatif.
Jika pembelajaran menggunakan basis internet dan model interaktif, dimana
guru tidak bertemu langsung dengan siswa-siswanya, kecuali interaksi dengan satu
atau dua orang siswa. Model ini akan mengalami kesulitan, terutama ketika harus
menganalisis karakteristik siswa.
14
Menganalisis konsep yang akan diajarkan, menyusun langkah-langkah yang
akan dilakukan secara rasional
5. Specifying instructional objectives
Perumusan tujuan pembelajaran, perubahan perilaku yang diharapkan setelah
belajar dengan kata operasional.
b. Design (Perencanaan)
Tujuan tahap ini adalah menyiapkan prototipe perangkat pembelajaran.
Thiagarajan membagi tahap design dalam empat kegiatan, yaitu: constructing
criterionreferenced test, media selection, format selection, dan initial design.
Kegiatan yang dilakukan pada tahap tersebut antara lain
1. Penyusunan tes acuan patokan, merupakan langkah awal yang
menghubungkan antara tahap define dan tahap design. Menyusun tes kriteria,
sebagai tindakan pertama untuk mengetahui kemampuan awal peserta didik,
dan sebagai alat evaluasi setelah implementasi kegiatan
2. Pemilihan media yang sesuai tujuan, untuk menyampaikan materi pelajaran,
dan
3. Pemilihan bentuk penyajian pembelajaran disesuaikan dengan media
pembelajaran yang digunakan. Bila guru akan menggunakan media audio
visual, pada saat pembelajaran tentu saja peserta didik disuruh melihat dan
mengapresiasi tayangan media audio visual tersebut.
4. Mensimulasikan penyajian materi dengan media dan langkah-langkah
pembelajaran yang telah dirancang. Pada saat simulasi pembelajaran
berlangsung, dilaksanakan juga penilaian dari teman sejawat.
Dalam tahap perancangan, peneliti sudah membuat produk awal (prototype)
atau rancangan produk. Pada konteks pengembangan bahan ajar, tahap ini
dilakukan untuk membuat modul atau buku ajar sesuai dengan kerangka isi hasil
analisis kurikulum dan materi. Dalam konteks pengembangan model
pembelajaran, tahap ini diisi dengan kegiatan menyiapkan kerangka konseptual
model dan perangkat pembelajaran (materi, media, alat evaluasi) dan
mensimulasikan penggunaan model dan perangkat pembelajaran tersebut dalam
lingkup kecil.
15
Sebelum rancangan (design) produk dilanjutkan ke tahap berikutnya, maka
rancangan produk (model, buku ajar, dsb) tersebut perlu divalidasi. Validasi
rancangan produk dilakukan oleh teman sejawat seperti dosen atau guru dari
bidang studi/bidang keahlian yang sama. Berdasarkan hasil validasi teman sejawat
tersebut, ada kemungkinan rancangan produk masih perlu diperbaiki sesuai dengan
saran validator.
c. Develop (Tahap Pengembangan)
Thiagarajan membagi tahap pengembangan dalam dua kegiatan yaitu:
expert appraisal dan developmental testing.
1. Expert appraisal merupakan teknik untuk memvalidasi atau menilai kelayakan
rancangan produk. Dalam kegiatan ini dilakukan evaluasi oleh ahli dalam
bidangnya. Saran-saran yang diberikan digunakan untuk memperbaiki materi
dan rancangan pembelajaran yang telah disusun.
2. Developmental testing merupakan kegiatan uji coba rancangan produk pada
sasaran subjek yang sesungguhnya. Pada saat uji coba ini dicari data respon,
reaksi atau komentar dari sasaran pengguna model. Hasil uji coba digunakan
memperbaiki produk. Setelah produk diperbaiki kemudian diujikan kembali
sampai memperoleh hasil yang efektif.
Dalam konteks pengembangan bahan ajar (buku atau modul), tahap
pengembangan dilakukan dengan cara menguji isi dan keterbacaan modul atau
buku ajar tersebut kepada pakar yang terlibat pada saat validasi rancangan dan
peserta didik yang akan menggunakan modul atau buku ajar tersebut. Hasil
pengujian kemudian digunakan untuk revisi sehingga modul atau buku ajar tersebut
benar-benar telah memenuhi kebutuhan pengguna. Untuk mengetahui efektivitas
modul atau buku ajar tersebut dalam meningkatkan hasil belajar, kegiatan
dilanjutkan dengan memberi soal-soal latihan yang materinya diambil dari modul
atau buku ajar yang dikembangkan.
d. Disseminate (Tahap Penyebaran)
Thiagarajan membagi tahap dissemination dalam tiga kegiatan yaitu:
validation testing, packaging, diffusion dan adoption.
1. Validation testing, produk yang sudah direvisi pada tahap pengembangan
kemudian diimplementasikan pada sasaran yang sesungguhnya. Pada saat
16
implementasi dilakukan pengukuran ketercapaian tujuan. Pengukuran ini
dilakukan untuk mengetahui efektivitas produk yang dikembangkan. Setelah
produk diimplementasikan, pengembang perlu melihat hasil pencapaian
tujuan. Tujuan yang belum dapat tercapai perlu dijelaskan solusinya sehingga
tidak terulang kesalahan yang sama setelah produk disebarluaskan.
2. Packaging (pengemasan), diffusion and adoption. Tahap ini dilakukan supaya
produk dapat dimanfaatkan oleh orang lain. Pengemasan model pembelajaran
dapat dilakukan dengan mencetak buku panduan penerapan model
pembelajaran. Setelah buku dicetak, buku tersebut disebarluaskan supaya dapat
diserap (diffusi) atau dipahami orang lain dan digunakan (diadopsi) pada kelas
mereka.
Pada konteks pengembangan bahan ajar, tahap dissemination dilakukan
dengan cara sosialisasi bahan ajar melalui pendistribusian dalam jumlah terbatas
kepada guru dan peserta didik. Pendistribusian ini dimaksudkan untuk memperoleh
respons, umpan balik terhadap bahan ajar yang telah dikembangkan. Apabila
respon sasaran pengguna bahan ajar sudah baik maka baru dilakukan pencetakan
dalam jumlah banyak dan pemasaran supaya bahan ajar itu digunakan oleh sasaran
yang lebih luas.
17
Gambar 2.3 Tahapan Pengembangan 4D
18
pembelajaran ke fase selanjutnya. Hasil akhir dari suatu fase merupakan produk
awal bagi fase berikutnya. Model ini terdiri atas 5 fase atau tahap utama yaitu 1)
Analyze (Analisis), 2) Design (Desain), 3) Develop (Pengembangan), 4)
Implement (Implementasi), 5) Evaluate (Evaluasi) (Ibrahim, 2011).
Menurut langkah-langkah pengembangan produk, model ini dapat
digunakan untuk berbagai macam bentuk pengembangan produk seperti model,
strategi pembelajaran, metode pembelajaran, media dan bahan ajar. ADDIE muncul
pada tahun 1990-an yang dikembangkan oleh Reiser dan Mollenda. Salah satu
fungsinya ADDIE yaitu menjadi pedoman dalam mengembangkan perangkat dan
infrastruktur program pelatihan atau pembelajaran yang efektif, dinamis dan
mendukung proses pembelajaran dengan beberapa tahapan.
2. Tahap Pengembangan Model ADDIE
Di bawah ini merupakan skema desain sistem pembelajaran model ADDIE.
19
Verifikasi hasil atau prestasi 1. Menginventarisir tugas
yang diinginkan (tujuan 2. Menyusun tujuan pembelajaran
singkat
Desain
Design pembelajaran) dan 3. Membuat pengujian metode/
menentukan metode atau strategi pembelajaran
strategi yang tepat
Sumber belajar
media pendukung
Develop 3. Mengembangkan panduan untuk
siswa
4. Mengembangkan panduan untuk
guru
5. Melakukan ujian percobaan
Persiapan lingkungan belajar, 1. Menyiapkan guru
pelaksanan
Strategi
dan pelaksanaan belajar 2. Menyiapkan siswa
Implement
dengan melibatkan siswa
Rencana
evaluasi
proses pembelajaran 2. Memilih alat evaluasi
Evaluate
3. Melakukan evaluasi
20
manajemen.Misalnya pemberian insentif terhadap prestasi kerja, rotasi dan
promosi, serta penyediaan fasilitas kerja yang memadai.
2) Analisis Kebutuhan
Analisis kebutuhan merupakan langkah yang diperlukan untuk menentukan
kemampuan-kemampuan atau kompetensi yang perlu dipelajari oleh siswa
untuk meningkatkan kinerja atau prestasi belajar.
Oleh karena itu, output yang akan kita hasilkan adalah berupa karakteristik
atau profil calon peserta belajar, identifikasi kesenjangan, identifikasi kebutuhan
dan analisis tugas yang rinci didasarkan atas kebutuhan (Chaeruman, 2008).
b. Design (desain/perancangan)
Tahap desain ini dikenal dengan istilah membuat rancangan. Ibarat
bangunan, maka sebelum dibangun gambar rancang bangun (blue-print) di atas
kertas harus ada terlebih dahulu. Pertama yang dilakukan yaitu merumuskan tujuan
pembelajaran yang SMAR (spesific, measurable, applicable, dan realistic).
Selanjutnya menyusun tes, dimana tes tersebut harus didasarkan pada tujuan
pembelajaran yang telah dirumuskan tadi. Kemudian menentukan strategi
pembelajaran yang tepat harusnya seperti apa untuk mencapai tujuan tersebut.
Dalam hal ini ada banyak pilihan kombinasi metode dan media yang dapat kita pilih
dan tentukan yang paling relevan. Selain itu, dipertimbangkan pula sumber-sumber
pendukung lain, misalnya sumber belajar yang relevan, lingkungan belajar yang
seperti apa seharusnya. Semua itu tertuang dalam suatu dokumen bernama blue-
print yang jelas dan rinci (Chaeruman, 2008).
Desain merupakan langkah kedua dari model desain sistem pembelajaran
ADDIE. Langkah ini merupakan:
1) Inti dari langkah analisis karena mempelajari masalah kemudian menemukan
alternatif solusinya yang berhasil diidentifikasi melalui langkah analisis
kebutuhan.
2) Langkah penting yang perlu dilakukan untuk menentukan pengalaman belajar
yang perlu dimiliki oleh siswa selama mengikuti aktivitas pembelajaran.
3) Langkah yang harus mampu menjawab pertanyaan, apakah
program pembelajaran dapat mengatasi masalah kesenjangan kemampuan
siswa?
21
4) Kesenjangan kemampuan disini adalah perbedaan kemampuan yang dimilki
siswa dengan kemampuan yang seharusnya dimiliki siswa. Contoh pernyataan
kesenjangan kemampuan:
- Siswa tidak mampu mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan
setelah mengikuti proses pembelajaran.
- Siswa hanya mampu mencapai tingkat kompetensi 60% dari standar
kompetensi yang telah digariskan.
Pada saat melakukan langkah ini perlu dibuat pertanyaan-pertanyaan kunci
diantaranya adalah sebagai berikut:
- Kemampuan dan kompetensi khusus apa yang harus dimilki oleh siswa
setelah menyelesaikan program pembelajaran?
- Indikator apa yang dapat digunakan untuk mengukur keberhasilan siswa
dalam mengikuti program pembelajaran?
- Peralatan atau kondisi bagaimana yang diperlukan oleh siswa agar dapat
melakukan unjuk kompetensi pengetahuan, ketrampilan, dan sikap setelah
mengikuti program pembelajaran?
- Bahan ajar dan kegiatan seperti apa yang dapat digunakan dalam
mendukung program pembelajaran?
c. Development (pengembangan)
Pengembangan adalah proses mewujudkan blue-print atau desain tadi
menjadi kenyataan. Artinya, jika dalam desain diperlukan suatu software berupa
multimedia pembelajaran, maka multimedia tersebut harus dikembangkan. Satu
langkah penting dalam tahap pengembangan adalah uji coba sebelum
diimplementasikan. Tahap uji coba ini memang merupakan bagian dari salah satu
langkah ADDIE, yaitu evaluasi. Lebih tepatnya evaluasi formatif, karena hasilnya
digunakan untuk memperbaiki system pembelajaran yang dikembangkan
(Chaeruman, 2008).
Langkah pengembangan meliputi kegiatan membuat, membeli, dan
memodifikasi bahan ajar. Dengan kata lain mencakup kegiatan memilih,
menentukan metode, media serta strategi pembelajaran yang sesuai untuk
digunakan dalam menyampaikan materi atau substansi program. Dalam melakukan
22
langkah pengembangan, ada dua tujuan penting yang perlu dicapai, antara lain
adalah:
1) Memproduksi, membeli, atau merevisi bahan ajar yang akan digunakan untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan sebelumnya.
2) Memilih media atau kombinasi media terbaik yang akan digunakan untuk
mencapai tujuan pembelajaran.
Pada saat melakukan langkah pengembangan, seorang perancang akan
membuat pertanyaan-pertanyaan kunci yang harus dicari jawabannya. Pertanyaan-
pertanyaan tersebut antara lain:
1) Bahan ajar seperti apa yang harus dibeli untuk dapat digunakan dalam
mencapai tujuan pembelajaran?
2) Bahan ajar seperti apa yang harus disiapkan untuk memenuhi kebutuhan siswa
yang unik dan spesifik?
3) Bahan ajar seperti apa yang harus dibeli dan dimodifikasi sehingga dapat
digunakan untuk memenuhi kebutuhan siswa yang unik dan spesifik?
4) Bagaimana kombinasi media yang diperlukan dalam menyelenggarakan
program pembelajaran?
d. Implementation (implementasi/eksekusi)
Implementasi adalah langkah nyata untuk menerapkan sistem pembelajaran
yang sedang kita buat. Artinya, pada tahap ini semua yang telah dikembangkan
diset sedemikian rupa sesuai dengan peran atau fungsinya agar bisa
diimplementasikan. Misalnya, jika memerlukan perangkat lunak tertentu maka
perangkat lunak tersebut harus sudah diinstal. Jika penataan lingkungan harus
tertentu, maka lingkungan dibuat tertentu dan juga harus ditata. Barulah
diimplementasikan sesuai skenario atau desain awal (Chaeruman, 2008).
Tujuan utama dari langkah impelementasi ini antara lain:
1) Membimbing siswa untuk mencapai tujuan atau kompetensi.
2) Menjamin terjadinya pemecahan masalah atau solusi untuk mengatasi
kesenjangan hasil belajar yang dihadapi oleh siswa.
3) Memastikan bahwa pada akhir program pembelajaran, siswa perlu memiliki
kompetensi pengetahuan, ketrampilan, dan sikap yang diperlukan. Pertanyaan-
pertanyaan kunci yang harus dicari jawabannya oleh seorang perancang
23
program pembelajaran pada saat melakukan langkah implementasi yaitu
sebagai berikut:
- Metode pembelajaran seperti apa yang paling efektif utnuk digunakan
dalam penyampaian bahan atau materi pembelajaran?
- Upaya atau strategi seperti apa yang dapat dilakukan untuk menarik dan
memelihara minat siswa agar tetap mampu memusatkan perhatian terhadap
penyampaian materi atau substansi pembelajaran yang disampaikan?
e. Evaluation (evaluasi/umpan balik)
Evaluasi yaitu proses untuk melihat apakah sistem pembelajaran yang
sedang dibangun berhasil, sesuai dengan harapan awal atau tidak. Sebenarnya tahap
evaluasi bisa terjadi pada setiap empat tahap di atas. Evaluasi yang terjadi pada
setiap empat tahap di atas itu dinamakan evaluasi formatif, karena tujuannya untuk
kebutuhan revisi. Misalnya, pada tahap rancangan, mungkin kita memerlukan salah
satu bentuk evaluasi formatif misalnya review ahli untuk memberikan input
terhadap rancangan yang sedang kita buat. Pada tahap pengembangan, mungkin
perlu uji coba dari produk yang kita kembangkan atau mungkin perlu evaluasi
kelompok kecil (Chaeruman, 2008).
Evaluasi adalah sebuah proses yang dilakukan untuk memberikan nilai
terhadap program pembelajaran. Evaluasi terhadap program pembelajaran
bertujuan untuk mengetahui beberapa hal, yaitu:
1) Sikap siswa terhadap kegiatan pembelajaran secara keseluruhan.
2) Peningkatan kompetensi dalam diri siswa, yang merupakan dampak dari
keikutsertaan dalam program pembelajaran.
3) Keuntungan yang dirasakan oleh sekolah akibat adanya peningkatan
kompetensi siswa setelah mengikuti program pembelajaran.
Beberapa pertanyaan penting yang harus dikemukakan perancang program
pembelajaran dalam melakukan langkah-langkah evaluasi, antara lain:
- Apakah siswa menyukai program pembelajaran yang mereka ikuti selama
ini?
- Seberapa besar manfaat yang dirasakan oleh siswa dalam mengikuti
program pembelajaran?
24
- Seberapa jauh siswa dapat belajar tentang materi atau substansi
pembelajaran?
- Seberapa besar siswa mampu mengaplikasikan pengetahuan, ketrampilan,
dan sikap yang telah dipelajari?
- Seberapa besar kontribusi program pembelajaran yang dilaksanakan
terhadap prestasi belajar siswa?
Implementasi model desain sistem pembelajaran ADDIE yang dilakukan
secara sistematik dan sistemik diharapkan dapat membantu seorang perancang
program, guru, dan instruktur dalam menciptakan program pembelajaran yang
efektif, efisien, dan menarik.
3. Kelebihan dan Kekurangan Model Desain ADDIE
a. Kelebihan desain ADDIE
Model ini sederhana dan mudah dipelajari serta strukturnya yang sistematis.
Seperti kita ketahui bahwa model ADDIE ini terdiri dari 5 komponen yang
saling berkaitan dan terstruktur secara sistematis yang artinya dari tahapan yang
pertama sampai tahapan yang kelima dalam pengaplikasiannya harus secara
sistematik, tidak bisa diurutkan secara acak atau kita bisa memilih mana yang
menurut kita ingin di dahulukan. Karena kelima tahap/ langkah ini sudah sangat
sederhana jika dibandingkan dengan model desain yang lainnya. Sifatnya yang
sederhana dan terstruktur dengan sistematis maka model desain ini akan mudah
dipelajari oleh para pendidik.
b. Kekurangan model desain ADDIE
Kekurangan model desain ini adalah dalam tahap analisis memerlukan
waktu yang lama. Dalam tahap analisis ini pendesain/ pendidik diharapkan mampu
menganalisis dua komponen dari siswa terlebih dahulu dengan membagi analisis
menjadi dua yaitu analisis kinerja dan alisis kebutuhan. Dua komponen analisis ini
yang nantinya akan mempengaruhi lamanya proses menganalisis siswa sebelum
tahap pembelajaran dilaksanakan. Dua komponen ini merupakan hal yang penting
karena akan mempengaruhi tahap mendesain pembelajaran yang selanjutnya.
25
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan paparan makalah di atas, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Penelitian dan pengembangan (Research and design) adalah proses yang digunakan
untuk mengembangkan dan memvalidasi produk-produk pendidikan. Hasil dari
penelitian pengembangan pengembangan sebuah produk untuk menemukan
pengetahuan atau jawaban atas permasalahan praktis
2. Tujuan dari penelitian dan pengembangan adalah untuk mengembangkan produk
yang efektif untuk digunakan di sekolah. Tujuan penelitian pengembangan khusus
dalam bidang pendidikan dibedakan berdasarkan aspek pengembangan, yakni bagian
kurikulum, teknologi dan media, pelajaran dan instuksi, dan pendidikan guru
didaktis.
3. Kelebihan dan kekurangan penelitian dan pengembangan. Kelebihan: mampu
mengatasi kebutuhan nyata dan mendesak (real needs in the here-and-now) melalui
pengembangan solusi, mampu menghasilkan suatu produk/ model yang memiliki
nilai validasi tinggi, mendorong proses inovasi produk/ model yang tiada henti,
penghubung antara penelitian yang bersifat teoritis dan lapangan. Kekurangan:
memerlukan waktu yang relatif panjang, Tidak bisa digeneralisasikan secara utuh,
penelitian R&D memerlukan sumber dana dan sumber daya yang cukup besar
4. Jenis model penelitian dan pengembangan yaitu model Borg and Gall, model Dick
and Carey, model 4D, model ADDIE.
3.2 Saran
Saran yang dapat penulis sampaikan dari makalah ini, sebaiknya dalam proses
pembelajaran di sekolah-sekolah guru lebih kreatif dalam mengembangkan desain
pembelajaran sehingga proses pembelajaran tidak monoton hanya ceramah saja tetapi
proses belajar lebih aktif sehingga siswa menjadi aktif dan juga kreatif.
26
DAFTAR RUJUKAN
27