Anda di halaman 1dari 24

MODEL PENGEMBANGAN DESAIN PEMBELAJARAN

Perencanaan Pembelajaran Akuntansi

DOSEN PENGAMPU :

Drs. LA ANE, M.Si.


JABAL AHSAN, S.Pd., M.Pd.

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 7
ANGELINA R. SINURAT 7213142020
JELITA MARIBET GULTOM 7212342001
METAULINA SITANGGANG 7213342009
PENDIDIKAN AKUNTANSI B 2021

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2021

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,karena dengan rahmat dan
karunia-Nya kami masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan Tugas Makalah mata kuliah
Perencanaan Pembelajaran Akuntansi.Tidak lupa juga kami ucapkan terima kasih kepada Bapak
Drs. La Ane, M.Si. dan Bapak Jabal Ahsan, S.Pd., M.Pd., selaku dosen mata kuliah Perencanaan
Pembelajaran Akuntansi yang telah membimbing kami agar dapat mengerti tentang penyusunan
makalah ini.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang “Model Pengembangan
Desain Pembelajaran” yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dan berbagai sumber.Makalah
ini disusun oleh kami dengan berbagai rintangan,baik dari dalam diri sendiri maupun dari
luar,namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan Tuhan akhirnya makalah ini dapat
terselesaikan.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami dan semua yang membaca makalah ini
walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan.Oleh karena itu kami mohon untuk
saran dan kritiknya.

Medan,10 Oktober 2022

Kelompok 7

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................................. 2


DAFTAR ISI................................................................................................................................................ 3

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................................ 4


I.1. Latar Belakang ................................................................................................................................. 4
I.2. Rumusan Masalah ............................................................................................................................ 4
I.3. Tujuan Penulisan.............................................................................................................................. 5

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................................................. 6


II.1. Pengertian dan Definisi Teks Ulasan ............................................................................................ 6
II.3. Tujuan Desain Pembelajaran ...................................................................................................... 11
II.4. Perbedaan Perencanaan dan Desain Pembelajaran .................................................................. 11
II.5. Klasifikasi Model Desain Pembelajaran ..................................................................................... 12

BAB III PENUTUP ................................................................................................................................... 23


III.1. Kesimpulan .................................................................................................................................. 23
III.2. Saran............................................................................................................................................. 23

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................ 24

3
BAB I

PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,kepribadian, kecerdasan, ahlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya,masyarakat, bangsa, dan negara (Santoso & Subagyo,
2017). Dalam pembelajaran dan pendidikan seiring dengan berkembangnya pendidikan dan sistem
pendidikandi Indonesia, seluruh elemen masyarakat, utamanya yang berkaitan langsungdengan
pendidikan dituntut untuk lebih kreatif dan professional untukmengembangkan pendidikan
(Fhathulloh et al., 2014).

Peningkatan mutu pendidikan dapat kita lakukan dengan berbagai cara, salahsatunya
adalah dengan memahami bagaimana peserta didik belajar dan bagaimanainformasi yang
diperoleh dapat di proses oleh pikiran mereka sehingga menjadimilik mereka dan bertahan lama
dalam pikirannya (Nuryana et al., 2013). Untuk itu perlu adanya cara atau metode untuk menjawab
tantangan-tantangan yang munculseiring dengan berkembangnya waktu, maka muncullah metode
dan cara yangdisebut perencanaan atau desain pembelajaran yang diharapkan akan
lebihmemudahkan proses belajar mengajar.Olehkarena itu, di dalam makalah ini akan dibahas
mengenai desain pembelajaran yangmerupakan hal penting dalam kegiatan belajar mengajar.

I.2. Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan desain pembelajaran?
2. Apa saja komponen desain pembelajaran?
3. Apa tujuan dari desain pembelajaran?
4. Apa perbedaan dari perencanaan dan desain pembelajaran?
5. Bagaimana klasifikasi dari desain pembelajaran?

4
I.3. Tujuan Penulisan
1. Untuk memahami penegrtian dari desain pembelajaran.
2. Untuk memahami komponen desain pembelajaran.
3. Untuk memahami tujuan dari desain pembelajaran.
4. Untuk memahami perbedaan dari perencanaan dan desain pembelajaran.
5. Untuk memahami klasifikasi desain pembelajaran.

5
BAB II

PEMBAHASAN
II.1. Pengertian dan Definisi Teks Ulasan
Desain adalah sebuah istilah yang diambil dari bahasa inggris yang berarti perencanaan
dan ada pula yang menyebutkan sebagai persiapan. Menurut istilahdesain pembelajaran adalah
proses untuk menentukan metode pembelajaran apayang paling baik dilaksanakan agar timbul
perubahan dan keterampilan pada diri pembelajar kearah yang dihendaki (Kurniawati, 2021).
Desain kerangka, bentuk,atau rancangan langkah pertama dalam fase pengembangan bagi setiap
produk atausistem yang direkayasa (Basri, 2013). Desain dapat didefinisikan berbagai
prosesaplikasi berbagai teknik dan prinsip bagi tujuan pendefinisian suatu perangkat,suatu proses
atau sistem dalam detail yang memadai untuk memungkinkan realisasifisiknya (Watini et al.,
2018).

Beberapa tokoh yang mendefenisikan desain pembelajaran antara lain:

 Reigeluth mendefenisikan desain pembelajaran adalah kisi-kisi dari penerapanteori belajar


dan pembelajaran untuk memfasilitasi proses belajar seseorang(Reigeluth, 1999).
 Rothwell dan Kazanas merumuskan desain pembelajaran terkait dengan peningkatan mutu
kinerja seseorang dan pengaruhnya bagi organisasi(Rothwell, kazanas, 1992).
 Gagne dkk menyatakan bahwa desain pembelajaran adalah sebuah usahadalam membantu
proses belajar seseorang, dimana proses belajar itu sendirimempunyai tahapan segera dan
jangka panjang (Gagne, 1992).
 Dick and Carey mendefenisikan desain pembelajaran adalah mencakupseluruh proses yang
dilaksanakan pada pendekatan system yang terdiri darianalisis, desain, pengembangan,
implementasi dan evaluasi (Dick and Carey,1992 ).
 Seels and Richey mendefenisikan desain pembelajaran adalah prosedur yangterorganisasi
yang meliputi langkah-langkah penganalisaan, perancangan, pengembangan,
pengaplikasian, dan penilaian pengembangan, (Sheels and Richey, 1994).

Dari beberapa defenisi diatas, dapat dilihat bahwa terdapat aspek kesamaan antara
pengertian yang dikemukakan para ahli,kesamaan tersebut dapat dijabarkan bahwa desain

6
pembelajaran merupakan prosedur kerja yang digunakan dalam proses pembelajaran agar
pembelajaran dapat dilaksanakan secara baik dan menghasilkan output yang baik.

Tujuan desainer adalah untuk menghasilkan suatu model atau representasi dari entitas yang
kemudian akan dibangun. Desain pembelajaran adalah praktik penyusunan media teknologi
komunikasi dan isi untuk membantu agar dapat terjadi transfer pengetahuan secara efektif antara
guru dan peserta didik. Proses ini berisi penentuan status awal dari pemahaman peserta didik,
perumusan masalah pembelajaran, dan merancang perlakuan berbasis media untuk membantu
terjadinya transisi.

II.2. Komponen Desain Pembelajaran

Komponen utama dari desain pembelajaran adalah pembelajar (pihak yang menjadi fokus)
yang perlu diketahui meliputi,karakteristik mereka, kemampuan awal dan kemampuan prasyarat.
Mendesain pelajaran bukanlah suatu pekerjaan yang dilakukan secara tiba-tiba, bukan pula suatu
perencanaan tanpa posedur sistematis,melainkan harus merujuk pada model-model desain yang
memiliki karakteristik yang jelas.Bagaimanapun bentuk dan modelnya suatu desain pembelajaran,
karakteristik utama dapat diklasifikasikan kedalam enam bagian yakni; 1) student centered, 2) goal
oriented, 3) focuses on meaningful performance, 4) assumes outcomes can be measured in a
realible and valid way, 5) enperical,iteratif, and self correction,and 6) a team offort
(Primaningtyas, 2017).

Desain pembelajaran harus berorientasi pada peserta didik, berorientasi pada tujuan,
terfokus pada pengembangan dan peningkatan kinerja, hasil belajar harus diukur dengan cara yang
valid dan terpercaya.Selain itu desain pembelajaran harus mengandung hal-hal yang empiris,
berulang,dapat dikoreksi sendiri dan merupakan usaha yang dilakukan secara bersama.Adapun
komponen tersebut adalah :

 Desain Pembelajaran Berpusat pada Siswa

Desain pembelajaran seharusnya mempertimbangkan suatu pendekatan pembelajaran yang


berpusat pada peserta didik, dimana peserta didiklah yang mempengaruhi konten, aktivitas, materi
dan fase belajar.Pendekatan ini memposisikan peserta didik pada pusat proses belajar. Pendidik

7
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk belajar secara independen dan saling
membantu antara satu dengan yang lainnya, serta melatih mereka dengan memperhatikan
keterampilan yang dibutuhkan untuk berbuat secara efektif.Pendekatan pembelajaran yang
berpusat pada peserta didik mencangkup berbagai teknik, seperti mengganti sistem penyajian yang
menggunakan ceramah dengan pengalaman belajar aktif, menetapkan teknik open-end-ed-
problem merupakan pendekatan yang membutuhkan proses berpikir kritis dankreatif, melibatkan
peserta didik dalam simulasi dan bermain peran, dan menggunakan self-phase dan comperatif
learning.

Implementasi pendekatan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik secara tepat akan
membawa dampak pada meningkatkan motivasi belajar,semakin menguat daya pemahaman,
semakin mendalam pengertian terhadap ilmu pengetahuan yang dipelajari, dan semakin positif
sikap peserta didik terhadap mata pelajaran yang diajarkan (Muhammad Yaumi, 2013).Pendekatan
pembelajaran dengan berpusat kepada peserta didik atau student center menjadi keharusan, siswa
dipandang sebagai subjek aktif yang memiliki daya seleksi dan daya interprestasi, serta daya kreasi
tinggi terhadap topik apa yang diangkat dalam suatu proses pembelajaran (Sulianto et al., 2019).

 Desain Pembelajaran Berorientsasi Tujuan

Mendesain pembelajaran dengan menyajikan tujuan secara akurat merupakan titik sentral
dalam proses desain pembelajaran. Tujuan seharusnya menjadi pijakan dasar terutama dalam
mengembangan materi, strategi, dan metode pembelajaran, media, dan evaluasi. Desain
pembelajaran yang tidak menjadikan tujuan sebagai inti pengembangan dapat menimbulkan
pelaksanaan pembelajaran yang tidak sistematis, sistemik, cendrung parsial, dan tidak utuh. Tujuan
pembelajaran mencangkup lima kemampun sebagaimana disebutkan oleh Gagne, seperti:

- informasi verba
- kemampuan intelektual
- kemampuan kognisi
- sikap
- kemampuan motorik (Warsita, 2018).

Tujuan pembelajaran dapat juga diarahkan pada jenis kemampuan dalam taksonomi
blomm yang mencangkup tiga domain,kognisi, afeksi, dan psikomotorik, atau empat ranah yang

8
pernah disinyari oleh Dewantara dengan istilah olah pikir, olah rasa, olah hati.Singkatnya apapun
bentuk dari kemampuan yang diingikan, rancangan pembelajaran harus terfokus padatujuan
pembelajaran.

 Desain Pembelajran Terfokus pada Pengembangan atau Perbaikan Kinerja Peserta Didik

Desain harus diarahkan pada upaya perbaikan yang berarti suatu perbuatan untuk
meningkatkan atau membuat lebih baik dalam hal kualitas,nilai, atau kegunaan. Memperbaiki
artinya harus dapat membuat suatu menjadi kredibel atau dapat dipercaya untuk menawarkan
beberapa manfaat yang berlaku secara umum. Memperbaiki juga berarti mempersiapkan cara-cara
yang jauh lebih unggul dari yang biasa untuk mencapai tujuan yang layak.

Kinerja dalam desain pembelajaran tidak merujuk pada dua komponen utama
pertama,desain pembelajaran yang digunakan untuk memfasilitasi peserta didik dalam
mendapatkan pengetahuan dan menggunakan atau menerapkan pengetahuan dan kemampuan baru
yang diperoleh.Kedua, desain pembelajran dapat mengakomodasi dan mengembangkan kinerja
peserta didik dalam upaya menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya. Artinya daripada
hanya sekedar mengingatkan informasi dan menghapal komponen-komponen penting dari segala
sesuatu yang dipelajari, desain pembelajaran fokus pada menyediakan peserta didik untuk mampu
melakukan sesuatu yang berarti dengan menunjukkan kemampuan perilaku yang lebih
kompleks,termasuk dalam menyelesaikan berbagai permasalahan pembelajaran yang dihadapi.
Desain pembelajaran seharusnya dapat mendorong terciptanya kesesuaian antara lingkungan
belajar dengan situasi dimana kemampuan dapat ditunjukkan.

 Desain Pembelajaran Mengarahkan Hasil Belajar yang Dapat Diukur Melalui Cara yang
Valid dan Dapat Dipercaya

Mengembangkan instrumen pengukuraan hasil belajar yang valid dan dapat dipercaya
tentu merupakan harapan semua pendidik.Namun, sering juga terjadi pengukuran yang keliru
karena tidak mencangkup aspek-aspek yang diukur atau dapat mengembangkan instrument yang
sesuai dengan objek yang diukur.Jika objek adalah respon dan pandangan peserta didik tentang
pelaksanaan pembelajaran,maka instrumen yang dibuat adalah wawancara yang mencangkup
berbagai aspek yang berhubungan dengan pelaksanaan pembelajaran mulai dari kegiatan
pendahuluan, kegiatan inti sampai pada kegiatan penutup, dan tindak lanjut.Jika instrumen yang

9
dikembangkan berupa tes, multiplechoise, tes essay atau menjodohkan, maka sasaran kinerja yang
diukur tidak valid apalagi jika diukur tentang reliabilitasnya,kecuali aspek yang diukur adalah
pemahaman belajar atau penguasaan materi pembelajarannya, maka tes (pretes dan posttes)
merupakan instrumen yang cocok untuk dikembangkan.

 Desain pembelajaran bersifat empiris, berulang, dan dapat dikoreksi sendiri

Data merupakan jantungnya proses desain pembelajaran. Pengumpulan data dimulai sejak
analisis awal dan berlanjut hingga sampai pada tahap implementasi. Misalnya, selama fase analisis
data dapat dikumpulkan sehingga dapat dibandingkan apa yang telah dipahami peserta didik
dengan apa yang dibutuhkan untuk dipahami. Bimbingan dan umpan balik dari ahli mata
pelajaran/kuliah menentukan ketepatan dan relevansi keterampilan dan pengetahuan untuk
diajarkan. Hasil penelitian dan pengalaman pendahuluan mengarahkan penyeleksian strategi dan
media pembelajaran.

 Desain Pembelajaran Adalah Upaya Tim

Memang benar bahwa mungkin saja desain pembelajaran dapat dilakukan sendiri, baik
dalam menyediakan sumber, kerangka, mampu dalam hal peyeleksian dan pengembangan media,
materi, dan metode yang digunakan,tetapi keterlibatan pihak lain dalam suatu tim sangat
dibutuhkan karena pada hakikatnya proyek desain merupakan usaha bersama dalam upaya
menciptakan suatu produk yang lebih baik.Ditinjau dari segi luas kawasan, ruang lingkup, dan
kompleksitas teknis,kebanyakan proyek desain pembelajaran membutuhkan kemampuan khusus
dari individu. Pada tingkat minimum, suatu tim terdiri atas ahli konten mata pelajaran/kuliah,
pengembangan pembelajaran, satu atau lebih personel produksi, dukungan tenaga khusus, dan
seorang manajer proyek. Kadang-kadang seorang individu mengambil peran lebih banyak dari
individu lainnya dalam suatu tim, tetapi proyek yang lebih besar tanpa kecuali membutuhkan
spesialis yang lebih besar pula.

10
II.3. Tujuan Desain Pembelajaran
Tujuan sebuah desain adalah untuk mencapai solusi terbaik dalam memecahkan masalah
dengan memanfaatkan sejumlah informasi yang tersedia.Dengan demikian suatu desain muncul
karena kebutuhan manusia untuk memecahkan persoalan. Melalui suatu desain orang bisa
melakukan langkah-langkah yang sistematis untuk memecahkan suatu persoalan yang dihadapi.
Dengan demikian suatu desain pada dasarnya adalah suatu proses yang bersifat linear yang diawali
dengan penentuan kebutuhan, kemudian mengembangkan rancanagan untuk merespons kebutuhan
tersebut, selanjutnya rancangan tersebut diujicoba dan akhirnya dilakukan evaluasi untuk
menentukan hasil tentang efektivitas rancangan (desain) yang disusun. Menurut Marrison, Ross &
Kemp (Fhathulloh et al., 2014) terdapat empat komponen dasar dalam perencanaan desain
pembelajaran, yaitu:

1. Untuk siapa program ini dibuat dan dikembangkan ? (karakteristik siswa atau peserta
ajar)
2. Anda ingin siswa atau peserta ajar mempelajari apa? (tujuan)
3. Isi pembelajaran seperti apa yang paling baik dipelajari? (strategi pembelajaran)
4. Bagaimana cara anda mengukur hasil pembelajaran yang telah dicapai?(prosedur
evaluasi)

Adapun peran desain pembelajaran (Kurniawati, 2021) yaitu:

1. Agar belajar dapat bermakna dan efektif


2. Agar tersedia atau termanfaatkan sumber belajar
3. Agar dapat dikembangkan kesempatan atau pola belajar
4. Agar belajar dapat dilakukan siapa saja secara berkelanjutan

II.4. Perbedaan Perencanaan dan Desain Pembelajaran


Perencanaan pembelajaran (Lesson plans) berbeda dengan desain pembelajaran
(Intructional design), namun keduanya memiliki hubungan yangsangat erat sebagai program
pembelajaran. Perencanaan pembelajaran disusun untuk kebutuhan guru dalam melaksanakan
tugas mengajarnya. Dengan demikian, perencanaan merupakan kegiatan menerjemahkan
kurikulum sekolah kedalam kegiatan pembelajaran didalam kelas. Perencanaan program

11
pembelajaran dapat berupa perencanaan untuk kegiatan sehari-hari, kegiatan mingguan, bahkan
rancangan kegiatan untuk tahunan sesuai dengan tujuan kurikulum yang hendak dicapai.Dengan
demikian, pertimbangan dalam menyusun dan mengembangkan sebuah perencanaan pembelajaran
adalah kurikulum yang berlaku disebuah lembaga sedangkan pertimbangan dalam menyusun dan
mengembangkan suatu desain pembelajaran adalah siswa itu sendiri sebagai individu yang akan
belajar dan mempelajari bahan pelajaran.

II.5. Klasifikasi Model Desain Pembelajaran


Dalam desain pembelajaran dikenal beberapa model yang dikemukakan oleh para ahli.
Secara umum, model desain pembelajaran dapat diklasifikasikan kedalam model berorientasi
kelas, model berorientasi sistem, model berorientasi produk, model prosedural dan model
melingkar. Model berorientasi kelas biasanya ditujukan untuk mendesain pembelajaran level
mikro (kelas) yang hanya dilakukan setiap dua jam pelajaran atau lebih. Contohnya adalah model
assure. Model berorientasi produk adalah model desain pembelajaran untuk menghasilkann suatu
produk, biasanya media pembelajaran, misalnya video pembelajaran, multimedia pembelajaran,
atau modul. Contoh modelnya adalah model hannafin and peck.

Satu lagi adalah model beroreintasi sistem yaitu model desain pembelajaran untuk
menghasilkan suatu sistem pembelajaran yang cakupannya luas, seperti desain sistem suatu
pelatihan, kurikulum sekolah, dan lain-lain. contohnya adalah model addie. Selain itu ada pula
yang biasa kita sebut sebagai model prosedural danmodel melingkar. Contoh dari model
prosedural adalah model Dick and Carrey,sementara contoh model melingkar adalah model
Kemp.Adanya variasi model yang ada ini sebenarnya juga dapat menguntungkan, beberapa
keuntungan itu antara lain adalah dapat memilih dan menerapkan salah satu model desain
pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik yang dihadapi dilapangan, selain itu juga, dapat
dikembangkan dan dibuat model turunan dari model-model yang telah ada, ataupun juga dapat
diteliti dan dikembangkan desain yang telah ada untuk dicobakan dan diperbaiki.

12
1. Model Desain Sistem Pembelajaran yang Berorientasi Kelas (Model Mikro)

Model pengembangan sistem pembelajaran yang berorientasi kelas biasanya ditujukan


untuk mendesain pembelajaran level mikro (kelas) yang hanya dilakukan setiap dua jam pelajaran
atau lebih.Model desain sistem pembelajaran yang berorientasi kelas terutama ditujukan untuk
memenuhi kebutuhan para guru dan siswa yang perlu memperoleh aktivitas pembelajaran yang
efektif dan efisien. Penggunaan model berorientasi kelas ini pada umumnya didasarkan pada
asumsi adanya sejumlah aktivitas pembelajaran yang akan diselenggarakan di kelas dengan waktu
belajar yang telah ditetapkan sebelumnya. Tugas guru dalam hal ini adalah memilih isi/materi
pembelajaran yang tepat, merencanakan strategi pembelajaran, menyampaikan isi/materi
pembelajaran dan mengevaluasi hasil belajar (Pribadi, 2018).Contoh Model Desain Pembelajaran
yang berorientasi kelas:

a. Model PAIKEM

Model PAIKEM menyiapkan pembelajaran yang menyenangkan dan menantang


(Pembelajaran parsipatif, aktif, interaktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan). Pembelajaran
Partisipatif, yaitu pelibatan siswa secara optimal. Pembelajaran Aktif, yaitu melibatkan aktifitas
siswa (selfdiscovery learning). Pembelajaran Kreatif, yaitu memotivasi danmemunculkan
kreatifitas siswa. Pembelajaran Efektif, yaitu memberi pengalaman baru agar siswa dapat
mencapai tujuan. Pembelajaran Menyenangkan, yaitu siswa belajar tanpa perasaan tertekan
(joyfulllearning).

b. Model ASSURE
Model ASSURE merupakan suatu model yang merupakan sebuah formulasi untuk
Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) atau disebut juga model berorientasi kelas. Menurut Heinich
et al (2005) model ini terdiriatas enam langkah kegiatan yaitu:
- Analyze Learners (analisis pelajar) Heinich, 2005,menyatakan sukar untuk
menganalisis semua ciri pelajar yang ada, namun ada tiga hal penting dapat
dilakuan untuk mengenal pelajar sesuai berdasarkan ciri-ciri umum, keterampilan
awal khusus dan gaya belajar.
- States Objectives (menyatakan tujuan),menyatakan tujuan adalah tahapan ketika
menentukan tujuan pembelajaran baik berdasarkan buku atau kurikulum. Tujuan
pembelajaran akan menginformasikan apakah yang sudah dipelajari anak dari

13
pengajaran yang dijalankan.Menyatakan tujuan harus difokuskan kepada
pengetahuan, kemahiran,dan sikap yang baru untuk dipelajari.
- Select Methods, Media, and Material (pemilihan metode, media dan bahan)
Heinich et.al. (2005) menyatakan ada tiga hal penting dalam pemilihan metode,
bahan dan media yaitu menentukan metode yang sesuai dengan tugas
pembelajaran, dilanjutkan dengan memilih mediayang sesuai untuk melaksanakan
media yang dipilih, dan langkah terakhir adalah memilih dan atau mendesain media
yang telahditentukan.
- Utilize Media and materials (penggunaan media dan bahan),menurut Heinich et.al
(2005) terdapat lima langkah bagi penggunaan media yang baik yaitu, preview
bahan, sediakan bahan, sediakan persekitaran, pelajar dan pengalaman
pembelajaran.
- Require Learner Participation (partisipasi pelajar di dalam kelas),sebelum pelajar
dinilai secara formal, pelajar perlu dilibatkan dalam aktivitas pembelajaran seperti
memecahkan masalah, simulasi, kuis atau presentasi.
- Evaluate and Revise,sebuah media pembelajaran yang telah siap perludinilai untuk
menguji keberkesanan dan impak pembelajaran.Penilaian yang dimaksud
melibatkan beberaoa aspek diantaranyamenilai pencapaian pelajar, pembelajaran
yang dihasilkan, memilih metode dan media, kualitas media, penggunaan guru dan
penggunaan pelajar.

2. Model Desain Sistem Pembelajaran yang Berorientasi Produk

Model berorientasi produk adalah model desain pembelajaran untuk menghasilkann suatu
produk, biasanya media pembelajaran, misalnya video pembelajaran, multimedia pembelajaran,
atau modul.Contoh modelnya adalah model hannafin and peck. Model-model yang tergolong ke
dalam model desain sistem pembelajaran yang berorientasi pada produk, pada umumnya
didasarkan pada asumsi adanya program pembelajaran yang dikembangkan dalam kurun waktu
tertentu. Model desain pembelajaran ini pada dasarnya menerapkan proses analisis kebutuhan yang
sangat ketat (Pribadi, 2018).

14
Para pengguna produk/program pembelajaran yang dihasilkan melaluidesain sistem
pembelajaran ini biasanya tidak memiliki kontak langsung dengan pengembang programnya.
Kontak langsung antara pengguna program dan pengembang program hanya terjadi saat proses
evaluasi terhadap program. Model yang tergolong sebagai model yang berorientasi pada produk
biasanya ditandai dengan empat asumsi pokok yaitu:

a. Produk atau program pembelajaran memang sangat dibutuhkan atau diperlukan.


b. Produk atau program pembelajaran baru memang perlu diproduksi.
c. Produk atau program pembelajaran memerlukan proses uji coba danrevisi.
d. Produk atau program pembelajaran dapat digunakan walaupun hanyadengan
bimbingan dari fasilitator.

Adapun tahap-tahap model desain sistem pembelajaran yang berorientasi produk model
Hannafin and Peck adalah:

a. Tahap analisa kebutuhan,mengidentifikasi kebutuhan yang meliputikebutuhan dalam


mengembangkan suatu media pembelajaran; (a) tujuan dan objek media pembelajaran
yang dibuat, (b) pengetahuan dan kemahiran yang diperlukan oleh kelompok sasaran,
(c) peralatan dan keperluan media pembelajaran.
b. Setelah semua keperluan diidentifikasi, Hannafin dan Peck menekankan untuk
menjalankan penilaian terhadap hasil itu sebelum melanjutkan ketahap desain.
c. Tahap desain,bertujuan untuk mengidentifikasikan dan mendokumenkan kaedah yang
paling baik untuk mencapai tujuan pembuatan media tersebut (informasi dari tahap
analisa kebutuhan). Salah satu dokumen yang dihasilkan dalam fase ini ialah dokumen
story board yang mencakup urutan aktivitas pembelajaran berdasarkan keperluan
pelajaran dan objek media pembelajaran seperti yang diperoleh dalam tahap analisis
keperluan.Penilaian perlu dijalankan dalam tahap ini sebelum dilanjutkan ke tahap
pengembangan dan implementasi.
d. Tahap pengembangan dan implementasi; penghasilan diagram alur, pengujian, serta
penilaian formatif (dilakukan sepanjang proses pengembangan media) dan penilaian
sumatif (dilakukan setelah media selesai dikembangkan). Dokumen story board akan
dijadikan landasan bagi pembuatan diagram alur yang dapat membantu proses
pembuatan media pembelajaran, serta untuk menilai kelancaran media yang dihasilkan

15
seperti kesinambungan link,penilaian dan pengujian. Hasil dari proses penilaian dan
pengujian ini akan digunakan dalam proses penyesuaian untuk mencapai kualitas
media yang dikehendaki.
Model ini sangat menekankan proses penilaian dan evaluasi yang mengikutsertakan proses
meliputi proses pengujian dan penilaian media pembelajaran yang melibatkan ketiga fase secara
berkesinambungan.

3. Model Desain Sistem Pembelajaran yang Berorientasi Sistem (Model Makro)

Model sistem pembelajaran yang berorientasi pada sistem dilakukan untuk


mengembangkan sistem pembelajaran dalam skala besar seperti keseluruhan mata pelajaran atau
kurikulum. Implementasi model desain sistem pembelajaran yang berorientasi pada sistem
memerlukan dukungan sumberdaya yang besar dan tenaga ahli yang berpengalaman (Pribadi,
2018).

Model ini didasarkan pada asumsi adanya penggunaan perangkat teknologi untuk
mewujudkan sasaran. Langkah analisis kebutuhan dan front-end-analysis secara intensif perlu
dilakukan. Sama seperti model desain yang berorientasi pada produk, model-model yang tergolong
berorientasi sistemsenantiasa menerapkan proses evaluasi formatif dan proses uji coba
yangintensif.

Model desain pembelajaran yang berorientasi pada sistem umumnyadimulai dari tahap
pengumpulan data untuk menentukan kemungkinan-kemungkinan implementasi solusi yang
diperlukan untuk mengatasi masalahyang terdapat dalam suatu sistem pembelajaran.

Analisis kebutuhan dan front-end-analysis dilakukan secara intensif untuk mencari solusi
yang akurat. Perbedaan pokok antara model yang berorientasi dengan sistem dengan model yang
berorientasi dengan produk terletak pada tahap atau fase desain, pengembangan, dan evaluasi.
Ketiga fase ini dilakukan dalam skala yang lebih besar pada model desain sistem pembelajaran
yang berorientasi pada sistem.

Model beroreintasi sistem yaitu model desain pembelajaran untuk menghasilkan suatu
sistem pembelajaran yang cakupannya luas, seperti desain sistem suatu pelatihan, kurikulum
sekolah,contohnya adalah model ADDIE.Sistem pembelajaran: input-proses-output.

16
Adapun langkah-langkah pada model ADDIE:

a. Analisis
Langkah analisis terdiri atas dua tahap, yaitu analisis kinerja atau performance analysis
dan analisis kebutuhan atau need analysis. Tahap pertama, yaitu analisis kinerja
dilakukan untuk mengetahui dan mengklarifikasi apakah masalah kinerja yang
dihadapi memerlukan solusi berupa penyelenggaraan program pembelajaran atau
perbaikan manajemen.Tahap kedua, yaitu analisis kebutuhan merupakan langkah yang
diperlukan untuk menentukan kemampuan-kemampuan atau kompetensi yang perlu
dipelajari oleh siswa untuk meningkatkan kinerja atas prestasi belajar. Hal ini dapat
dilakukan apabila program pembelajaran dianggap sebagai solusi dari masalah
pembelajaran yang sedang dihadapi.
b. Desain
Desain merupakan langkah kedua dari model desain sistem pembelajaranADDIE. Pada
langkah ini diperlukan adanya klarifikasi program pembelajaran yang didesain
sehingga program tersebut dapat mencapai tujuan pembelajaran seperti yang
diharapkan. Pada langkah desain, pusat perhatian perlu difokuskan pada upaya untuk
menyelidiki masalah pembelajaran yang sedang dihadapi. Hal ini merupakan inti dari
langkah analisis, yaitu mempelajari masalah dan menemukan alternatif solusi yang
akan ditempuh untuk dapat mengatasi masalah pembelajaran yang berhasil
diidentifikasi melalui langkah analisis kebutuhan. Langkah penting yang perlu
dilakukan dalam desain adalah menentukan pengalaman belajar atau learning
experience yang perlu dimiliki oleh siswa selama mengikuti aktivitas pembelajaran.
Langkah desain harus mampu menjawab pertanyaan apakah program pembelajaran
yang didesain dapat digunakan untuk mengatasi masalah kesenjangan performa
(performanc gap) yang terjadi pada diri siswa.
c. Pengembangan
Pengembangan merupakan langkah ketiga dalam mengimplementasikanmodel desain
sistem pembelajaran ADDIE. Langkah pengembangan meliputi kegiatan membuat,
memberi dan memodifikasi bahan ajar atau learning materials untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang telah ditentukan.Pengadaan bahan ajar perlu disesuaikan dengan
tujuan pembelajaran spesifik atau learning outcomes yang telah dirumuskan oleh

17
desainer atau perancang program pembelajaran dalam langkah desain. Langkah
pengembangan, dengan kata lain, mencakup kegiatan memilih dan menentukan
metode, media, serta strategi pembelajaran yang sesuai untuk digunakan dalam
menyampaikan materi atau substansi program pembelajaran.
d. Implementasi
Implementasi atau penyampaian materi pembelajaran merupakan langkah keempat dari
model desian sistem pembelajaran ADDIE. Langkah implementasi sering
diasosiasikan dengan penyelenggaraan program pembelajaran itu sendiri. Langkah ini
memang mempunyai makna adanya penyampaian materi pembelajaran dari guru atau
instruktur kepada siswa.
e. Evaluasi
Langkah terakhir atau kelima dari model desain sistem pembelajaran ADDIE adalah
evaluasi. Evaluasi dapat didefinisikan sebagai sebuah prosesyang dilakukan untuk
memberikan nilai terhadap program pembelajaran.Pada dasarnya, evaluasi dapat
dilakukan sepanjang pelaksanaan kelima langkah dalam model ADDIE. Pada langkah
analisis misalnya, proses evaluasi dilaksanakan dengan cara melakukan klarifikasi
terhadap kompetensi pengetahuan, keterampilan dan sikap yang harus dimiliki oleh
siswa setelah mengikuti program pembelajaran. Evaluasi seperti ini dikenal dengan
istilah evaluasi formatif. Di samping itu, evaluasi juga dapatdilakukan dengan cara
membandingkan antara hasil pembelajaran yangtelah dicapai oleh siswa dengan tujuan
pembelajaran yang telah dirumuskan sebelumnya.
Di atas ditunjukkan bahwa desain pembelajaran model ADDIE pada tahap analisis, guru
mencari tahu apa yang harus dibutuhkan peserta didik dalam belajar, sehingga apa yang ingin di
capai peserta didik dapat terpenuhi misalnya bahan ajar, media, ataupun strategi pembelajaran.
Kemudian tahap desain guru merancang dan membuat bahan, media, atau strategi pembelajaran
dari hasil pemecahan masalah yang sudah di analisis pada tahap awal dan setelah di rancang hasil
desain tersebut dikembangkan sesuai materi tematik di SD /MI yang dibutuhkan oleh peserta didik.
Selanjutnya pada tahap implementasi guru menerapkan hasil desain untuk mengetahui
peningkatan hasil belajar maupun keefektifan setelah digunakannya bahan ajar, media, dan
strategi.Setelah diterapkan maka lakukan evaluasi yang bertujuan untuk melihat pencapaian tujuan
peningkatan hasil belajar peserta didik maupun keefektifan bahan ajar, media, ataupun strategi

18
pembelajaran. Maka dapat disimpulkan bahwa desain pembelajaran model ADDIE bisa diterapkan
dalam pembelajaran tematik di SD/MI.

4. Model prosedural
Model Prosedural yaitu model yang bersifat deskriptif, yaitumenggariskan langkah-
langkah yang harus diikuti untuk menghasilkan produk.Mengacu pada model yang digunakan
tersebut, maka prosedur yang digunakan merujuk produk yang digunakan merujuk dari Borg and
Gall (1983: 774-775).Contoh dari model prosedural adalah model Dick and Carrey.
Salah satu model desain prosedural pembelajaran adalah model Dick and Carey(1985).
Model ini termasuk ke dalam model prosedural.Langkah-langkahDesain Pembelajaran menurut
Dick and Carey adalah:
a. Mengidentifikasikan tujuan umum pembelajaran.
b. Melaksanakan analisi pembelajaran.
c. Mengidentifikasi tingkah laku masukan dan karakteristik siswa.
d. Merumuskan tujuan performansi.
e. Mengembangkan butir-butir tes acuan patokan.
f. Mengembangkan strategi pembelajaran.
g. Mengembangkan dan memilih materi pembelajaran.
h. Mendesain dan melaksanakan evaluasi formatif.
i. Merevisi bahan pembelajaran.
j. Mendesain dan melaksanakan evaluasi sumatif.
Model Dick and Carey bagi perancang pemula sangat cocok sebagai dasar untuk
mempelajari model desain yang lain. Kesepuluh langkah pada model Dick and Carey menunjukan
hubungan yang sangat jelas, dan tidak terputus antara langkah yang satu dengan yang lainya.
Langkah awal pada model Dick and Carey adalah mengidentifikasi tujuan pembelajaran.
Langkahini sangat sesuai dengan kurikulum perguruan tinggi maupun sekolah menengah dan
sekolah dasar, khususnya dalam mata pelajaran tertentu di mana tujuan pembelajaran pada
kurikulum agar dapat melahirkan suatu rancangan pembangunan.Desain pembelajaran model dick
and carey merupakan suatu proses dalam mendesain pembelajaran untuk mencapai tujuan
pembelajaran dengan mengatasi masalah rencana pembelajaran, metode, dan evaluasi yang

19
tersususn secara analisis sistematik dengan kondisi belajar yang ada (Pribadi,2018). Model ini di
polopori oleh Walter Dick. Adapun sistematika desain pembelajaran model dick and carey yaitu:
a. Analisis kebutuhan dan identifikasi,tahapan ini adalah yang paling awaldalam proses
untuk mendesain pembelajaran pada mata pelajaran tematikSD/MI dengan cara
mengidentifikasi penyebab suatu masalah belajar peserta didik, tujuan, dan hasil yang
ingin di capai.
b. Analisis pembelajaran,tahap ini mengidentifikasi langkah-langkah yang relevan untuk
aktivitas pembelajaran padsa mata pelajaran tematik SD/MIsesuai tujuan.
c. Analisis karateristik peserta didik,tahap ini bertujuan untukmengumpulkan imformasi
baik secara langsung maupun tidak langsungterkait dengan perkembangan peserta
didik, baik dalam konteks perilaku,kompetensi maupun permasalahan yang di
hadapinya.
d. Merumuskan tujuan,tahapan ini bertujuan untuk menyusun pembelajarandari proses
sanpai ke hasil. Rumusan tujuan tersebut di susun darimengenal peserta didik,perilaku
spesifik yang akan di tampilkan oleh peserta didik setelah menyelesaikan proses
belajarnya,kondisi atau batasan pada peserta didik serta media ataupun sumber belajar
yang akan dimaamfaatkan ketika proses pembelajaran tematik SD/MI berlangsung.
e. Mengembangkan instrumen,tahapan ini di lakukan untuk mengetahuikelayakan dan
keefektifan suatu bahan, media, ataupun metode yang akandi kembangkandalam
pembelajaran.
f. Mengembangkan strategi,tahap ini bertujuan mengembangkan strategiyang bertujuan
untuk membantu peserta didik untuk mencapai tujuan.Pengembangan strategi dalam
menyampaikan materi pelajaran tematikSD/MI berupa metode penyampaian materi
pelajaran yang dilakukan guruagar peserta didik dapat memahami dengan mudah
media kreatif yangdigunakan guru dalam membantu menyampaikan materi pelajaran,
danalokasi waktu yang sangat penting di mamfaatkan agar materi pelajarandapat
digunakan dengan efektif dan efesien.
g. Mengembangkan materi,tahapan ini mengembangkan materi/bahan pelajaran tematik
SD/MI dengan bentuk yang berbeda dari buku cetak,misalnya LKS(lembar kerja
siswa).

20
h. Melakukan evaluasi formatif,evaluasi formatif dilakukan setelah selesainya proses
pembelajaran. Hasil evaluasi proses pembelajaran menjadi data untuk mengidentifikasi
bagaimana meningkatkan pengajaran.evaluasi formatif bertujuan untuk menentukan
peningkatan pembelajaran tematik SD/MI agar lebih epektif dan efesien.Data dari
evaluasi formatif dirangkum dan diintepretasikan untuk mengidentifikasi kesulitan
yang di alami oleh peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran.
i. Revisi,tahapan ini adalah langkah terakhir dalam proses desain model ini,sekaligus
dijadikan langkah awal dalam siklus berulang jika tujuan tidaktercapai langkah ini
berbentuk revisi untuk membuat alat pembelajaranagar lebih efektif.
j. Mendesain dan melaksanakan evaluasi sumatif.

5. Model melingkar

Model Kemp termasuk ke dalam contoh model melingkar.Secara singkat,menurut model


ini terdapat beberapa langkah dalam penyusunan sebuah bahan ajar, yaitu:

a. Menentukan tujuan dan daftar topik, menetapkan tujuan umum untuk pembelajaran
tiap topiknya;
b. Menganalisis karakteristik pelajar, untuk siapa pembelajaran tersebut didesain;
c. Menetapkan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dengan syarat dampaknya dapat
dijadikan tolak ukur perilaku pelajar;
d. Menentukan isi materi pelajaran yang dapat mendukung tiap tujuan;
e. Pengembangan prapenilaian/penilaian awal untuk menentukan latar belakang pelajar
dan pemberian level pengetahuan terhadap suatu topik;
f. Memilih aktivitas pembelajaran dan sumber pembelajaran yang menyenangkan atau
menentukan strategi belajar-mengajar, jadi siswa-siswa akan mudah menyelesaikan
tujuan yang diharapkan;
g. Mengkoordinasi dukungan pelayanan atau sarana penunjang yang meliputi personalia,
fasilitas-fasilitas, perlengkapan, dan jadwal untuk melaksanakanrencana pembelajaran;
h. Mengevaluasi pembelajaran siswa dengan syarat mereka menyelesaikan pembelajaran
serta melihat kesalahan-kesalahan dan peninjauan kembali beberapa fase dari

21
perencanaan yang membutuhkan perbaikan yang terus menerus, evaluasi yang
dilakukan berupa evaluasi formatif dan evaluasi sumatif

6. Model Smith and Ragan

Patricia L Smith dan Tillman J Ragan (Pribadi, 2018) mengemukakan sebuah model desain
pembelajaran yang popular di kalangan mahasiswa dan professional yang memiliki kecenderungan
terhadap implementasi teori belajar kognitif. Hampir semua langkah dan prosedur dalam model
desain pembelajaran ini difokuskan pada rancangan tentang strategi pembelajaran.Model desain
pembelajaran yang dikemukakan oleh Smith dan Ragan terdiridari beberapa langlah dan prosedur
pokok yaitu; 1) analisis lingkungan belajar; 2) analisis karakteristik siswa; 3) analisis tugas
pembelajaran; 4) menulis butir tes; 5) menentukan strategi pembelajaran; 6) memproduksi
program pembelajaran; 7) melaksanakan evaluasi formatif; 8) merevisi program pembelajaran.

7. Model ARCS

Model desain pembelajaran ARCS dikemukakan oleh John Keller.Model desain


pembelajaran ARCS merupakan satu-satunya model yang mengintegrasikan aspek motivasi di
dalamnya.Attention adalah upaya yangharus dilakukan untuk membuat pembelajaran lebih
menarik. Langkah attention menurut Keller dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu perceptual
arrousal dan inquiry arrousal. Contoh perceptual arrousal adalah menghadirkan sesuatu yang
bersifat baru atau berupa kejutan untuk menarik perhatian orang yang belajar.Inquiry arousal
diterapkan untuk menimbulkanrasa ingin tahu atau curiosity dan rasa penasaran siswa terhadap isi
atau substansi yang akan dipelajari.

Relevance adalah Langkah kedua yang perlu dipertimbangkan dalam mendesain sebuah
program pembelajaran yang efektif dan efisien.Relevance merupakan upaya yang dilakukan untuk
mempertahankan motivasi siswa untukmempelajari isi atau materi pembelajaran.Confidence
merupakan unsur desainmodel ARCS yang terkait dengan rasa percaya diri dalam mempelajari isi
atau materi pembelajaran.Confidence atau rasa percaya diri berkaitan erat dengan motivasi belajar
siswa. Satisfication dalam belajar merupakan sebuah programyang harus dapat memberi
kesenangan bagi orang yang belajar atau learner.

22
BAB III

PENUTUP
III.1. Kesimpulan
Desain pembelajaran adalah proses menentukan tujuan pembelajaran,strategi dan teknik
untuk mencapai tujuan serta merancang media yang dapatdigunakan untuk efektivitas pencapaian
tujuan. Desain pembelajaran adalah menyeleksi dan menghubungkan pengetahuan, fakta,
imajinasi, dan asumsi untuk masa yang akan datang dengan tujuan memvisualisasi dan
memformulasi hasil yang diinginkan, urutan kegiatan yang diperlukan, dan perilaku dalam batas-
batasyang dapat diterima yang akan digunakan dalam penyelesaian.

Tujuan sebuah desain adalah untuk mencapai solusi terbaik dalam memecahkan masalah
dengan memanfaatkan sejumlah informasi yang tersedia.Dengan demikian suatu desain muncul
karena kebutuhan manusia untuk memecahkan persoalan. Hubungan desain pembelajaran dengan
perencanaan pembelajaran adalah perencanaan disusun untuk kebutuhan guru sedangkan desain
pembelajaran lebih ditentukan pada proses merancang program pembelajaran.

III.2. Saran
Dengan adanya makalah mengenai desain pembelajaran ini diharapkan menjadi sumber
refensi bagi para mahasiswa dan guru dalam memahami danmencari informasi mengenai desain
pembelajaran.Akan tetapi,ada baiknya para pembaca mencari kembali sumber informasi terkini
mengenai desain pembelajaran dan beberapa penelitian mengenai hal tersebut supaya lebih bisa
memahami dan mengerti.

23
DAFTAR PUSTAKA

Basri. (2013). Signifikasi Desain Pembelajaran Dalam Menunjang Kesuksesan Mengajar.


NIZHAM.
Fhathulloh, M. R., Yusup, M., & nURHAYATI. (2014). Implementasi Guru Dalam Mendesain
Proses Pembelajaran PAI. 9-10.
Kurniawati, W. (2021). Kajian Pendidikan dan Ilmu Keislaman. Jurnal An-Nur, 1-10.
Nuryana, H., Ningrum, E., & Darsiharjo. (2013). Pengembangan Desain Pembelajaran. Jurnal
Pendidikan Geografi, 13-22.
Pribadi, B. A. (2018). Konsep Esensial 21 dalam Teknologi Pendidikan. Erlangga.
Primaningtyas, M. (2017). Kompetensi Mendesain Pembelajaran Bahasa Arab. Jurnal Komunikasi
dan Pendidikan Islam, 125-142.
Sulianto, J., Sunardi, S., & Gunarhadi. (2019). Analisis ImplementasiPembelajaran di Sekolah
Dasar pada Pengembangan Model Advance Organizer berbasis Pendekatan Open Ended
untuk Meningkatkan Penalaran Siswa. International Journal of Elementary Education.
Warsita, B. (2018). Teori Belajar Robert M. Gagne Dan Implikasinya Pada PentingnyaPusat
Sumber Belajar. Jurnal Teknodik, 064-078.
Wartini, P. A. (2018). Perancangan Aplikasi Media Pembelajaran Teori BahasaAutomata
Menggunakan Metode Computer Assisted Instruction (CAI) BerbasisMultimedia.
Informasi Dan Teknologi Ilmiah (INTI), 78-81.
Yaumi, M. (2013). Prinsip-Prinsip Desain Pembelajaran Dengan Kurikulum 2013 Edisi Kedua.
Kencana.

24

Anda mungkin juga menyukai