Anda di halaman 1dari 15

LANGKAH DALAM MENGEMBANGKAN DESAIN PEMBELAJARAN

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah

“Desain Pembelajaran SD”

Dosen Pengampu:

Dr. Hunainah, MM

Disusun oleh:

Dewi Utami (1986206343)

Sekar Ayuning Thyas (1986206365)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG

SERANG
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT. atas limpahan rahmat,
hidayah serta inayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah ini tanpa suatu
halangan yang berarti. Tidak lupa sholawat serta salam tetap tercurahkan kepada junjungan nabi
besar Muhammad SAW.

Adapun tujuan dari penyusunan makalah yang berjudul Langkah dalam Mengembangkan


Desai Pembelajaran ini adalah sebagai pemenuhan tugas yang diberikan demi tercapainya tujuan
pembelajaran yang telah direncanakan.

Tidak lupa ucapan terimakasih saya tujukan kepada pihak-pihak yang turut mendukung
terselesaikannya makalah ini,

Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
kesempurnaan. Maka dari itu, kritik dan saran yang membangun sangat saya harapkan demi
terciptanya makalah yang lebih baik selanjutnya. Dan semoga dengan hadirnya makalah ini
dapat memberi manfaat bagi pembaca sekalian.

Cilegon, 29 Januari 2021

penyusun
DAFTAR ISI

COVER..............................................................................................................................................

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................ii

DAFTAR ISI..................................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................4

A. Latar Belakang......................................................................................................................4

B. Rumusan Masalah.................................................................................................................5

C. Tujuan Pembahasan..............................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................6

A. Pengertian.............................................................................................................................6

B. Model-Model Pengembangan Desain Intruksional..............................................................7

a. Model yang dikembangkan Gagne dan Briggs.................................................................7

b. Model Wong dan Roulerson.............................................................................................8

c. Model Pengembangan Desain Sistem Intruksional PPSI.................................................8

d. Model J.E. Kemp..............................................................................................................9

e. Model Briggs.....................................................................................................................9

f. Model Gerlach dan Ely...................................................................................................10

g. Model Bela H. Banathy...................................................................................................11

h. Model Dick and Carrey...................................................................................................11

BAB III PENUTUP.......................................................................................................................12

A. Kesimpulan.........................................................................................................................12

B. Saran...................................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Desain Pembelajaran dapat dimaknai dari berbagai sudut pandang, misalnya sebagai
disiplin, sebagai ilmu, sebagai sistem dan sebagai proses. Sebagai disiplin, desain pembelajaran
membahas berbagai penelitian dan teori tentang strategi serta proses pengembangan
pembelajaran dan pelaksanaannya. Pendidikan berbasis kompetensi menitikberatkan pada
pengembangan kemampuan untuk melakukan (kompetensi) tugas-tugas tertentu yang sesuai
dengan standar performansi yang telah ditetapkan. Sebagai ilmu, desain pembelajaran
merupakan ilmu untuk menciptakan spesifikasi pengembangan, pelaksanaan, penilaian, serta
pengelolaan situasi yang memberikan fasilitas pelayanan pembelajaran dalam skala makro dan
mikro untuk berbagai mata pelajaran pada berbagai tingkatan kopleksitas. Sebagai sistem, desain
pembelajaran merupakan pengembangan sistem pembelajaran dan sistem pelaksanaannya
termasuk sarana serta prosedur untuk meningkatkan mutu belajar dalam penyusunan rencana
pembelajaran perlu memperhatikan kompetensi dasar yang akan diajarkan. Untuk mengetahui
keluasan dan kedalaman cakupan kemampuan dasar, dapat digunakan jaringan
topic/tema/konsep. Kompetensi dasar yang terlalu luas dalam cakupan materinya perlu
dijabarkan menjadi lebih dari satu pembelajaran. Sedangkan kompetensi dasar yang tidak terlalu
rumit mungkin dapat dijabarkan ke dalam satu pembelajaran. Desain pembelajaran sebagai
proses, merupakan pengembangan sistematis tentang spesifikasi pembelajaran dengan
menggunakan teori pembelajaran dan teori belajar untuk menjamin mutu pembelajaran.

Desain pembelajaran merupakan proses keseluruhan tentang kebutuhan dan tujuan


belajar serta sistem penyampaiannya. Termasuk di dalamnya adalah pengembangan bahan dan
kegiatan pembelajaran, uji coba dan penilaian bahan serta pelaksanaan kegiatan
pembelajarannya.

5
Program intruksional disusun berkaitan dengan kompetensi yang trelah dirumuskan dan
secara logis dikembangkan setelah kompetensi ditentukan. Model intruksional adalah
seperangkat pengalaman dengan maksud memberikan fasilitas kepada para siswa untuk
mengembangkan kompetensi.

B. Rumusan Masalah

1. Apa saja model-model desain pembelajaran?


2. Apa saja langkah-langkah pengembangan desain pembelajaran dari masing-masing model
tersebut?

C. Tujuan Pembahasan

1. Untuk mengetahui model-model desain pembelajaran


2. Untuk mengetahui langkah-langkah pengembangan desain pembelajaran yang terdapat dalam
masing-masing model tersebut
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian

Istilah pengembangan sistem instruksional (instructional system development) dan desain


instruksional (instructional design) sering dianggap sama, atau setidak-tidaknya tidak dibedakan
secara tegas dalam penggunaannya, meskipun menurut arti katanya ada perbedaan antara
“desain” dan “pengembangan”. Kata “desain” berarti membuat sketsa atau pola atau outline atau
rencana pendahuluan. Sedang “Pengembangan” berarti membuat tumbuh secara teratur untuk
menjadikan sesuatu lebih besar, lebih baik, lebih efektif dan sebagainya (Harjanto, 2008 : 95).

Beberapa definisi yang menunjukkan persamaan antara keduanya adalah sebagai berikut:

1. Pengembangan sistem intruksional adalah suatu proses secara sistematis dan logis untuk
mempelajari problem-problem pembelajaran, agar mendapatkan pemecahan yang teruji
validitasnya dan praktis bisa dilaksanakan (Ely, 1979 : 4).
2. Sistem Intruksional adalah semua materi pelajaran dan metode yang telah diuji dalam praktek
yang dipersiapkan untuk mencapai tujuan dalam keadaan senyatanya (Baker, 1971 : 16).
Dengan kata lain bahwa sistem intruksional merupakan tatanan aktifitas belajar mengajar.
3. Desain intruksional adalah keseluruhan proses analisis kebutuhan dan tujuan belajar serta
pengembangan tekhnik mengajar dan materi pengajarannya untuk memenuhi kebutuhan
tersebut. Termasuk di dalamnya adalah pengembangan paket pembelajaran, kegiatan
mengajar, uji coba, revisi dan kegiatan mengevaluasi hasil belajar (Briggs, 1979 : 20).
4. Desain sistem instruksional ialah pendekatan secara sistematis dalam perencanaan dan
pengembangan sarana serta alat untuk mencapai kebutuhan dan tujuan intruksional. Semua
konsep sistem ini (tujuan, materi, metode, media, alat, evaluasi) dalam hubungannya satu
sama lain dipandang sebagai kesatuan yang teratur sistematis. Komponen-komponen tersebut
lebih dahulu diuji coba efektifitasnya sebelum disebarluaskan penggunaannya (Briggs, 1979 :
XXI).
5. Pengembangan sistem intruksional adalah suatu proses menentukan dan menciptakan situasi
dan kondisi tertentu yang menyebabkan siswa dapat berinteraksi sedemikian rupa sehingga
terjadi perubahan di dalam tingkah lakunya (Carrey 1977 : 6).

B. Model-Model Pengembangan Desain Intruksional

a. Model yang dikembangkan Gagne dan Briggs

Gagne dan Briggs (1974: 212-213) mengemukakan 12 langkah dalam pengembangan


desain intruksional sebagai berikut:

1. Analisis dan identifikasi kebutuhan


2. Penetapan tujuan umum dan khusus
3. Identifikasi alternatif cara memenuhi kebutuhan
4. Merancang komponen dari sistem
5. Analisis, (a) sumber-sumber yang diperlukan (b) sumber-sumber yang tersedia (c) kendala-
kendala.
6. Kegiatan untuk mengatasi kendala
7. Memilih atau mengembangkan materi pelajaran
8. Merancang prosedur penelitian murid
9. Uji coba lapangan : evaluasi formatif dan pendidikan guru.
10. Penyesuaian, revisi dan evaluasi lanjut
11. Evaluasi sumatif
12. Pelaksanaan operasional

Model tersebut di atas merupakan model yang paling lengkap yang melukiskan
bagaimana suatu proses pembelajaran dirancang secara sistematis dari awal sampai akhir.
Kegiatan seperti ini cocok untuk diterapkan pada suatu program pendidikan yang relatif baru. Di
Indonesia prosedur tersebut mencakup mulai dari simposium dan pengembangan kurikulum yang
dilakukan mulai dari tingkat sekolah (KTSP). Kemudian guru diberikan kewenangan untuk
mengembangkan standar kompetensi menjadi sejumlah kompetensi dasar yang dituangkan
secara eksplisit dalam silabus dan RPP.
b. Model Wong dan Roulerson

Wong dan Roulerson (1974) mengemukakan 6 langkah pengembangan desain


intruksional yaitu:

1. Merumuskan tujuan
2. Menganalisis tujuan tugas belajar
3. Mengelompokkan tugas-tugas belajar dan memilih kondisi belajar yang tepat.
4. Memilih metode dan media
5. Mensintesiskan komponen-komponen pembelajaran
6. Melakasanakan rencana, mengevaluasi dan memberi umpan balik.

c. Model Pengembangan Desain Sistem Intruksional PPSI

PPSI merupakan singkatan dari Prosedur Pengembangan Sistem Intruksional. Istilah


sistem instruksional mengandung pengertian bahwa PPSI menggunakan pendekatan sistem
dimana pembelajaran adalah suatu kesatuan yang terorganisasi, yang terdiri dari seperangkat
komponen yang saling berhubungan dan bekerjasama satu sama lain secara fungsional dan
terpadu dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan.

Dengan demikian PPSI adalah suatu langkah-langkah pengembangan dan pelaksanaan


pembelajaran sebagai suatu sistem dalam rangka untuk mencapai tujuan yang diharapkan secara
efektif dan efisien (Harjanto, 2008 : 75).  PPSI sebagai salah satu model pengembangan
instruksional pernah digunakan sebagai metode penyampaian pembelajaran dalam kurikulum
1975 untuk SD, SMP dan SMU serta dalam kurikulum 1975 untuk sekolaj kejuruan dalam
rangka pembaharuan pendidikan. Model pengembangan intruksional PPSI ini memiliki 5
langkah pokok yaitu:

a) Merumuskan tujuan instruksional khusus/kompetensi dasar


b) Mengembangkan alat evaluasi
c) Menetapkan kegiatan belajar dan materi pelajaran
d) Merencanakan program kegiatan
e) Melaksanakan program
d. Model J.E. Kemp

Menurut Kemp (1977) pengembangan intruksional atau desain intruksional itu terdiri dari
8 langkah yaitu:

1. Menentukan tujuan intruksional umum (TIU) atau Standar Kompetensi.


2. Menganalisis karakteristik peserta didik
3. Menentukan TIK atau Kompetensi Dasar.
4. Menentukan materi pelajaran
5. Menetapkan penjajagan awal (pre test)
6. Menentukan strategi belajar mengajar
7. Mengkoordinasi sarana penunjang, yang meliputi tenaga fasilitas, alat, waktu dan tenaga.
8. Mengadakan evaluasi

e. Model Briggs

Pengembangan desain intruksional model Briggs ini berorientasi pada rancangan sistem
dengan sasaran guru yang bekerja sebagai perancang atau desainer kegiatan intruksional maupun
tim pengembang intruksional yang anggotanya meliputi guru, administrator, ahli bidang studi,
ahli evaluasi, ahli media, dan perancang intruksional. Model ini juga sesuai untuk pengembangan
program-program latihan jabatan tidak hanya terbatas pada lingkungan program-program
akademis saja. Disamping itu, model tersebut dirancang sebagai metodologi pemecahan masalah
belajar.

Model pengembangan intruksional Briggs ini bersandarkan pada prinsip keselarasan


antara a) tujuan yang akan dicapai, b) strategi untuk mencapainya, dan c) evaluasi
keberhasilannya. Langkah pengembangan dimaksud dirumuskan ke dalam 10 langkah
pengembangan yaitu:

1. Identifikasi kebutuhan/penentuan tujuan


Dalam langkah ini, Brigg membaginya menjadi 4 tahapan kegiatan yaitu a) mengidentifikasi
tujuan kurikulum secara umum dan luas, b) menentukan prioritas tujuan, c) mengidentifikasi
kebutuhan kurikulum baru, dan d) menentukan prioritas remidialnya.
2. Penyusunan garis besar kurikulum/rincian tujuan kebutuhan instruksional yang telah
dituangkan dalam tujuan-tujuan kurikulum tersebut pengujiannya harus dirinci, disusun dan
diorganisasi menjadi tujuan-tujuan yang lebih spesifik.
3. Perumusan tujuan
4. Analisis tugas/tujuan
Dalam langkah ini perlu diadakan analisis terhadap tiga hal yaitu:
a) Proses informasi: untuk menentukan tata urutan pemikiran yang logis.
b) Klasifikasi belajar: untuk mengidentifikasi kondisi belajar yang diperlukan
c) Tugas belajar: untuk menentukan persyaratan belajar dan kegiatan beajar mengajar yang
sesuai.
5. Penyiapan evaluasi hasil belajar
6. Menentukan jenjang belajar
7. Penentuan kegiatan belajar.
Penentuan strategi pembelajaran ditinjau dari dua segi yaitu a) dari segi guru sebagai
perancang kegiatan pembelajaran dan b) menurut tim pengembangan pembelajaran.
8. Pemantauan bersama
9. Evaluasi formatif
10. Evaluasi sumatif

f. Model Gerlach dan Ely

Model pengembangan desain intruksional yang dikembangkan oleh Gerlach dan Ely
(1971) ini dimaksudkan untuk pedoman perencanaan mengajar. Menurut Gerlach dan Ely
(1971), langkah-langkah dalam pengembangan desain intruksional terdiri dari:

1. Merumuskan tujuan instruksional


2. Menentukan isi materi pelajaran
3. Menentukan kemampuan awal peserta didik
4. Menentukan teknik dan strategi
5. Pengelompokan belajar
6. Menentukan pembagian waktu
7. Menentukan ruang
8. Memilih media intruksional yang sesuai
9. Mengevaluasi hasil belajar
10. Menganalisis umpan balik

g. Model Bela H. Banathy

Menurut Banathy, secara garis besar pengembangan desain intruksional meliputi enam
langkah pokok yaitu:

1. Merumuskan tujuan
2. Mengembangkan tes
3. Menganalisis kegiatan belajar
4. Mendesain sistem intraksional
5. Melakasanakan kegiatan dan mengetes hasil
6. Merumuskan tujuan intruksional

h. Model Dick and Carrey

Tahapan model pengembangan sistem pembelajaran menurut Dick and Carrey (1937 :


1)  dibagi menjadi 9 tahapan yaitu:

1. Mengidentifikasi Tujuan Umum Pembelajaran.
2. Melakukan Analisis Pembelajaran.
3. Mengidentifikasi tingkahlaku masukan dan karakteristik siswa
4. Merumuskan tujuan khusus/performans.
5. Mengembangkan instrumen penilaian.
6. Mengembangkan strategi pembelajaran.
7. Mengembangkan materi pembelajaran.
8. Merancang & Mengembangkan Evaluasi Formatif.
9. Merevisi Bahan Pembelajaran.
10. Merancang dan Mengembangkan Evaluasi Summatif
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Desain Pembelajaran (Instructional Design), merupakan perwujudan yang lebih konkrit dari
Teknologi Pembelajaran. Berbagai model desain pembelajaran, diantaranya: Model yang
dikembangkan Gagne dan Briggs; Model Wong dan Roulerson; Model Pengembangan
Desain Sistem Intruksional PPSI; Model J.E. Kemp; Model Briggs; Model Gerlach dan Ely;
Model Bela H.Banathy; Model Dick and Carrey

2. Di Indonesia, dari beberapa model yang diuraikan dalam paper ini secara empiris ditemukan
bahwa rata-rata menggunakan model desain Dick and Carrey, Model Gagne dan Briggs,
Model Brigs dan model PPSI. Jika dianalisis, kenapa secara faktual para guru cenderung
menggunakan model desain Dick and Carrey misalnya dikarenakan: (1) Model Dick and
Carrey terdiri dari 10 langkah di mana setiap langkah sangat jelas maksud dan tujuannya,
sehingga bagi perancang pemula sangat cocok sebagai dasar untuk mempelajari model desain
yang lain; (2) kesepuluh langkah pada model Dick and Carrey menunjukkan hubungan yang
sangat jelas dan tidak terputus antara langkah yang satu dengan langkah yang lain; (3)
langkah awal pada model Dick and Carrey adalah mengidentifikasi tujuan pembelajaran.
Langkah ini sangat sesuai dengan kurikulum perguruan tinggi maupun sekolah menengah
dan sekolah dasar, khususnya dalam mata pelajaran tertentu dimana tujuan pengajaran pada
kurikulum agar dapat melahirkan suatu rancangan pembelajaran.

B. Saran

Kami mengharapkan kita yang nantinya akan menjadi calon guru bisa menguasai dan
kreatif dalam menggunakan media pembelajaran sebagai bahan tambahan untuk menerapkan
pelajaran desain pembelajaran dikelas rendah maupun kelas tinggi. Dalam materi pembelajaran
ini dapat melatih kita sebagai mahasiswa merancang dan mendesain pembelajaran di kelas tinggi
ini.

Namun secara detailnya teman-teman diharapkan dengan adanya desain pembelajaran,


proses belajar mengajar dan tujuan pendidikan tersebut tercapai.
DAFTAR PUSTAKA

Harjanto, 2008,”Perencanaan Pengajaran”, Jakarta : Rineka Cipta

Ely, Donal P. 1978,,”Instruksional Design & Development”, New York : Syracuse University


Publ.

Briggs, Leslie, J. 1979,”Instruksional Design : Prinsiples and Aplication”, Educational


Technology Publicatios : Englewood Cliffs, N.J.

Dick, Walter & Carey, Lou. 1937,”The Systematic design of Intrustion”, Boston : Library of
Congress Cataloging-in-Publication Data.

Mukmin, 2004, “Desain Pembelajaran: Bahan Ajar untuk Mendukung Perkuliahan Desain
Pembelajaran”, Yogyakarta, Program Pasca Sarjana UNY

Anda mungkin juga menyukai