Anda di halaman 1dari 27

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN

SEARCH, SOLVE, CREATE AND SHARE (SSCS) BERBANTU


STRATEGI UNDERLINE UNTUK MENINGKATKAN
KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN LITERASI PESERTA
DIDIK SMP NEGERI 18 KUPANG

PROPOSAL PENELITIAN

MELKHIAS SODAK
2001040070

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITA NUSA CENDANA
2024
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha
Kuasa, karena atas berkat penyertaan dan penyelenggaraanNya penulis masih
diberikan kesempatan untuk menyusun dan menyelesaikan proposal yang berjudul
“Penaruh Penerapan Model Pembelejaran Search, Solve, Create and Share (SSCS)
Berbantu Strategi Underline” dengan baik .

Proposal ini dibuat, dengan tujuan untuk melakukan penelitian yang


bertujuan untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis dan tingkat literasi peserta
didik dengan menerapkan model pembelajaran SSCS berbantu strategi Underline.
Jika hal ini tidak diatasi dengan baik, maka Peserta Didik akan kesulitan untuk
belajar di tahap selanjutnya. Oleh karena itu, penelitian ini berguna untuk guru
dalam mengantisipasi gejala dan faktor penyebab rendahnya kemampaun berpikir
kritis dan tingkat literasi peserta didik.

Penulis menyadari bahwa keberhasilan dalam penulisan proposal ini tidak


terlepas dari bantuan berbagai pihak, baik itu bantuan secara moril maupun
material, secara langsung maupun tidak langsung dalam penulisan proposal ini.
Oleh karena itu, penulis mengucapkan limpah terima kasih kepada Ibu Dr.
Yusnaeni, S.Pd., M.Si., selaku Dosen Pembimbing 1 dan Ibu Ivo Basri K, S.Si.,
M,Pd., selaku Dosen Pembimbing 2 yang sudah membimbing dan membantu
penulis dalam menyelesaikan proposal ini.

Penulis menyadari bahwa apa yang dipaparkan ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang membangun dari para
pembaca sangat diharapkan untuk mewujudkan karya tulis yang lebih baik di
kemudian hari. Akhir kata semoga proposal ini bermanfaat bagi semua pihak yang
membutuhkan.

Kupang, 2024

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................... i
DAFTAR ISI .......................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................................ 3
1.4 Manfaat Penelitian.............................................................................................. 3
1.5 Definisi Operasional ............................................................................................ 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................................ 5
2.1 Model Pembelajaran SSCS Berbantu Strategi Underline .................................... 5
2.1.1 Pengertian model pembelajaran ................................................................ 5
2.1.2 Kegunaan model pembelajaran .................................................................. 5
2.1.3 Jenis-jenis model pembelajaran ................................................................. 6
2.1.4 Model pembeleajaran SSCS ........................................................................ 7
2.1.5 Strategi underline ....................................................................................... 7
2.2 Berpikir Kritis ....................................................................................................... 8
2.3 Literasi Peserta Didik........................................................................................... 8
2.4 Materi Sistem Peredaran Darah pada Manusia .................................................. 8
2.4.1 Kompetensi inti (KI), kompetnsi dasar (KD), indikator pencapaian
kompetensi (IPK) dan tujuan pembelajaran ............................................................... 8
2.4.2 Pengertian dan fungsi sistem peredaran darah ........................................ 10
2.5 Hasil Penelitian Terdahulu ................................................................................ 15
2.6 Kerangka Berpikir .............................................................................................. 16
2.7 Hipotesis Tindakan ............................................................................................ 18
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................................................ 19
3.1 Jenis Penelitian.................................................................................................. 19
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................................. 19
3.3 Subjek Penelitian............................................................................................... 19
3.4 Prosedur Penelitian ........................................................................................... 19

ii
3.5 Teknik Pengumpulan Data ................................................................................ 20
3.6 Analisis Data ...................................................................................................... 21
3.7 Krtieria Keberhasilan Tindakan ......................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................. 23

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan merupakan suatu unsur yang sangat penting dalam


menciptakan manusia yang berkompeten, kreatif, dan berbudi luhur yang akan
berguna dalam memajukan dan mengembangkan bangsa. Proses pembelajaran
akan berhasil apabila seperangkat kompetensi dan tujuan pembelajaran dapat
tercapai maksimal, hal ini sudah tentu peran gurudiharapkan dapat menjadi
seorang desainer pembelajaran yang dapat merancang suatu pembelajaran
bermakna, yang melibatkan peserta didik dalam upaya penanaman dan
peningkatan penguasaan materi pembelajaran. Dapat membimbing dan
mengarahkan peserta didik dalam mencapai berbagai kompetensi yang telah
dirumuskan sebelumnya. Oleh karena itu, untuk mencapai suatu keberhasilan
dalam proses pembelajaran di suatu sekolah tentu dipengaruhi oleh kompetensi
seorang guru sebagai pendidik profesional, yang memiliki tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi
peserta didik (Lara, 2022).
Penyelenggaraan pendidikan menghadapi berbagai tantangan
permasalahan, salah satunya adalah masalah peningkatan kualitas. Kualitas
pendidikan dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satu faktornya adalah guru.
Guru berperan penting dalam proses pembelajaran, dengan guru sebagai
fasilitator untuk siswa.
Keberhasilan guru sebagai fasilitator terletak pada cara menyampaikan
materi pembelajaran yang tidak hanya dipengaruhi oleh kemampuan menguasai
materi yang akan disampaikan. Adapun faktor faktor lain yang harus dikuasainya
sehingga dalam proses penyampaian materi efektif dan professional oleh seorang
guru yaitu kompetensi. Kompetensi adalah pengetahuan, keterampilan, dan nilai-
nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak secara
konsisten dan terus-menerus sehingga memungkinkan seseorang untuk menjadi
kompeten, dalam arti memiliki pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar
untuk melakukan sesuatu (Depdiknas, 2003).
1
Belajar Ilmu Biologi di Sekolah Menengah Pertama (SMP) diharapkan
dapat menjadi sarana bagi peserta didik untuk belajar tentang diri sendiri dan
sekitarnya. Melalui konsep Biologi, peserta didik Sekolah Menengah Pertama
(SMP) diharapkan dapat memanfaatkan alam secara bijakasana, untuk
menghasilkan produk ilmiah dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup.
Dalam Permendiknas No. 22 tahun 2006 tentang standar isi memberikan
pengertian bahwa Biologi berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam
secara sistematis, sehingga Biologi bukan hanya penguasaan kumpulan
pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja
tetapi juga merupakan suatu proses penemuan.
Observasi awal yang dilakukan di SMP Negeri 18 Kota Kupang,
pencapaian pembelajaran Biologi kelas VIII, untuk pengembangan materi sistem
peredaran darah ditemukan bahwa kemampuan model pembelajaran yang di
gunakan oleh guru masih menggunakan model pembelajaran konvensional atau
pembelajaran yang berpusat pada guru sehingga membuat peserta didik terkesan
jenuh dan kurang bersemangat dalam kegiatan pembelajaran.
Berdasarkan hasil kajian diatas, peneliti mencoba mencari beberapa
penelitian yang mirip dengan penelitian ini didapatkan, 1) Penelitian yang
dilakukan Anita Novianti, Epon Ningrum, Mamat Ruhimat dengan judul
penelitian Penerapan Model Pembelajaran Search, Solve, Create, and Share
(SSCS) untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Peserta Didik Kelas X IPS 1
SMA Negeri 4 Bandung pada tahun 2013 dengan hasil penelitian menunjukkan
Model pembelajaran SSCS bisa untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran
mendukung keefektifan dalam belaja . 2) Penelitian yang dilakukan Meky
Saputra dengan judul penelitian penerapan model SSCS dengan metode
experiment pada konsep fuida statis untuk meningkatkan hasil belajar peserta
didik di kelas XI IPA 1 SMAN 4 Kota Bengkulu pada tahun 2014 dengan hasil
penelitian bahwa model SSCS jika diterapkan dalam pembelajaran dengan
menggunakan metode eksperimen bisa meningkatkan hasil belajar dan aktivitas
peserta didik. Dari kedua penelitian di peneliti melakukan kebaruan dan
perbedaan dari ariabel terikat maupun variabel bebasnya.

2
Berdasrkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan
judul “Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Search, Solve, Create and Share
(SSCS) Berbantu Strategi Underline Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir
Kritis dan Literasi Peserta Didik SMP Negeri 18 Kupang”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah maka yang menjadi permasalahan dalam


penelitian ini adalah: Bagaimana meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan
literasi Peserta Didik SMP Negeri 18 Kupang dengan menerapkan model
pembelajaran Search, Solve, Create and Share (SSCS) berbantu strategi
Underline?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini ialah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis


dan literasi siswa dengan penerapan model pembelajaran Search, Solve, Create,
and Share (SSCS) berbantu strategi Underline di SMP Negeri 18 Kupang.

1.4 Manfaat Penelitian

Berdasarkan uraian-uraian terdahulu maka hasil penelitian Quasi Eksperimen


ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoritis maupun praktis:

a) Manfaat bagi peneliti

Memberikan pengalaman langsung bagi peneliti dalam


menerapkan model pembelajaran SSCS (Search, Solve, Create and Share)
berbantu strategi underline untuk meningkatkan kemampuan berpikir
kritis dan literasi peserta didik.
b) Manfaat bagi siswa
Dapat membantu peserta didik agar lebih aktif dalam proses
pembelajaran serta meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan
literasinya.
c) Manfaat bagi sekolah
Bila penelitian ini selesai dilaksanakan di sekolah, dalam hal ini
SMP Negeri 18 Kota Kupang, dapat mengambil manfaat dengan adanya
peningkatan kemampuan berpkir krits dan literasi siswa dan dapat
3
dijadikan sebagai masukan data serta rujukan dalam mengambil suatu
keputusan dalam proses pembelajaran di masa yang akan datang.

1.5 Definisi Operasional

Agar tidak adanya ketimpangan dan kesalahpahaman dalam memahami


judul yang terdapat dalam proposal ini, maka penulis akan mengemukakan
beberapa penjelasan dari istilah yang terdapat dalam proposal ini:

1. Model pembelajaran Search, Solve, Create and Share (SSCS)


Model pembelajaran Search, Solve, Create and Share (SSCS) adalah
model pembelajaran yang menggunakan pendekatan pemecahan masalah dan
di rancang untuk mengembangkan dan menerapkan konsep Ilmu-ilmu
pengetahuan dan keterampilan berpikir kritis.
2. Strategi underline
Penelitian tentang manfaat strategi belajar menggarisbawahi (underline)
dimulai sejak buku menjadi murah dan hampir setiap siswa memilikinya,
apalagi ketika hadir teknologi berlangsung, dan dengan makrostrukturlah
maka pengingatan kembali dan pembuatan ringkasan bisa terlaksana.
3. Berpikir kritis
Berpikir kritis adalah suatu proses berpikir dengan tujuan untuk membuat
keputusan- keputusan yang dapat di pertanggungjawabkan mengenai apa yang
diyakini dan apa yang akan dilakukan.
4. Literasi peserta didik
Membaca merupakan salah satu keterampilan dalam bahasa Indonesia.
Bahasa merupakan salah satu kemampuan individu yang sangat penting dalam
proses belajar di sekolah. Kemampuan berbahasa adalah kemampuan
seseorang untuk menyatakan buah pikirannya dalam bentuk ungkapan kata
dan kalimat yang bermakna, logis, dan sistematis.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Model Pembelajaran SSCS Berbantu Strategi Underline

2.1.1 Pengertian model pembelajaran

Menurut Trianto (2015) Model pembelajaran adalah suatu


perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam
melaksanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial.”
Saefuddin & Berdiati, Model pembelajaran adalah kerangka konseptual
yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan sistem
belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai
pedoman bagi perancang pembelajaran dan para pengajar dalam
merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran .
Sukmadinata & Syaodih,,Model pembelajaran merupakan suatu
rancangan (desain) yang menggambarkan proses rinci penciptaan situasi
lingkungan yang memungkinkan terjadinya interaksi pembelajaran agar
terjadi perubahan atau perkembangan diri peserta didik (Sukmadinata &
Syaodih, 2012,).

2.1.2 Kegunaan model pembelajaran

Menurut Arsyad (2015) manfaat praktis pembelajaran yang


disimpulkan dari pendapat beberapa ahli, adalah sebagai berikut:
a. Model pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan
informasi sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan
hasil belajar.
b. Model pembelajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian
anak sehingga dapat meninbulkan motivasi belajar, interaksi yang
lebih langsung antar siswa dan lingkungannya, dan kemungkinan
siswa untuk belajar sendiri-sendiri sesuai dengan kemampuan dan
minatnya.
c. Model pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang, dan
waktu.
5
d. Model pembelajaran dapat memberikan kesamaaan pengalaman
kepada siswa tentang peristiwa-peristiwa di lingkungan mereka, serta
memungkinkan terjadi interaksi langsung dengan guru, masyarakat,
dan lingkungannya misalnya melalui karya wisata, kunjung-kunjungan
ke museum atau kebun binatang. Kunjungan atau karya wisata ke
tempat-tempat tertentu juga merupakan media yang ampuh untuk
menunjang materi pembelajaran yang akan disampaikan pada siswa.
Sehingga siswa senang dalam belajar, dengan kata lain bermain sambil
belajar.

2.1.3 Jenis-jenis model pembelajaran

Jenis-jenis model pembelajaran sebagai berikut


a. Model pembelajaran inquiry
Model inquiry (inkuiri) menggunakan rangkaian kegiatan
pembelajaran yang menekankan proses berpikir secara kritis serta
analitis kepada peserta didik agar mencari dan menemukan sendiri
jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan secara mandiri
melalui penyelidikan ilmiah.
b. Mode pembelajaran kontekstual
Merupakan model dengan konsep belajar yang membuat guru
untuk mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia
nyata. Prinsip pembelajaran kontekstual adalah aktivitas peserta didik,
peserta didik melakukan dan mengalami, tidak hanya monoton dan
mencatat.
c. Model pembelajaran ekspositori
Ekspositori adalah pembelajaran yang menekankan pada
proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada
kelompok peserta didik supaya peserta didik dapat menguasai materi
secara optimal.Dalam model pengajaran ekspositori seorang pendidik
harus memberikan penjelasan atau menerangkan kepada peserta didik
dengan cara berceramah. Sehingga menyebabkan arah
pembelajarannya monoton karena sangat ditentukan oleh kepiawaian
ceramah guru.

6
2.1.4 Model pembeleajaran SSCS
Model pembelajaran SSCS adalah model pembelajaran yang
menggunakan pendekatan pemecahan masalah dan dirancang untuk
mengembangkan dan menerapkan konsep ilmuilmu pengetahuan dan
keterampilan berpikir kritis. Model SSCS melibatkan siswa dalam setiap
tahap-tahapnya. Menurut Suciati (Irwan, 2011). Menyatakan bahwa:
Model pembelajaran Search, Solve, Create, and Share (SSCS) mengacu
pada 4 fase penyelesaian masalah yaitu siswa menyelidiki dan
mendefinisikan masalah (search), siswa merencanakan dan melaksanakan
pemecahan masalah (solve), siswa memformulasikan hasil dan menyusun
penyejian hasil (create), dan siswa mengkomunikasikan penyelesaian yang
diperoleh (share) . Model SSCS adalah model yang efektif, praktis, dan
mudah untuk digunakan. Tahapan dari SSCS bisa diketahui dari
singkatannya. Dalam implementation handbook oleh Pizzini (Raenah,
2014) Menyatakan bahwa: Pengertian dari empat langkah tersebut yaitu
search merupakan proses pencarian fakta dalam menemukan siapa, apa, di
mana, dan bagaimana. Kemudian solve memilah alternatif yang akan
digunakan dalam memecahkan masalah serta merencanakan langkah-
langkah dalam menyelesaikan masalah tersebut. Selanjutnya create artinya
aplikasi dari perencanaan dalam proses solve yaitu penggunaan kreativitas
berpikir dan kemampuan analisis. Tahap terakhir yaitu share yaitu
mengkomunikasikan solusi pemecahan masalah tersebut kepada teman-
temannya.
2.1.5 Strategi underline
Penelitian tentang manfaat strategi belajar menggarisbawahi
(underline) dimulai sejak buku menjadi murah dan hampir setiap siswa
memilikinya, apalagi ketika hadir teknologi berlangsung, dan dengan
makrostrukturlah maka pengingatan kembali dan pembuatan ringkasan
bisa terlaksana. Makrostruktur dipercaya mampu membimbing siswa
melaksanakan proses encoding, mengingat kembali, dan memproduksi
intisari dari teks. Oleh karenanya makrostruktur merupakan prasyarat
utama agar diperoleh pemahaman global yang komprehensif terhadap
sebuah teks. Pertanyaannya adalah pada kelas berapa makrostruktur bisa
7
diajarkan kepada peserta didik. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa
peserta didik pada usia sekolah menengah mengalami kesulitan membuat
ringkasan tertulis pada teks pelajaran. Peserta didik ini mengalami
kesulitan membangun makrostruktur karena mereka kesulitan menemukan
informasi penting atau gagasan penting dalam teks Pelajaran (Rhozy et al.,
2016) .

2.2 Berpikir Kritis

Berpikir kritis dapat diartikan sebagai proses dan kemampuan yang


digunakan untuk memahami konsep, menerapkan, mensintesis dan mengevaluasi
informasi yang diperoleh atau informasi yang dihasilkan. Tidak semua informasi
yang diperoleh dapat dijadikan pengetahuan yang diyakini kebenarannya untuk
dijadikan panduan dalam tindakan, dan tidak selalu informasi yang dihasilkan
merupakan informasi yang benar. Berpikir kritis merupakan keterampilan berpikir
tingkat tinggi dan telah diketahui berperan dalam perkembangan moral,
perkembangan sosial, perkembangan mental, perkembangan kognitif, dan
perkembangan sains. Di banyak negara, berpikir kritis telah menjadi salah satu
kompetensi dari tujuan pendidikan, bahkan sebagai salah satu sasaran yang ingin
dicapai (Zubaidah, 2010).

2.3 Literasi Peserta Didik

Menurut Pratiwi (2018), membaca merupakan salah satu keterampilan


dalam bahasa Indonesia. Bahasa merupakan salah satu kemampuan individu yang
sangat penting dalam proses belajar di sekolah. Kemampuan berbahasa adalah
kemampuan seseorang untuk menyatakan buah pikirannya dalam bentuk
ungkapan kata dan kalimat yang bermakna, logis, dan sistematis (Fikriyah et al.,
2020) .

2.4 Materi Sistem Peredaran Darah pada Manusia

2.4.1 Kompetensi inti (KI), kompetnsi dasar (KD), IPK dan Tujuan
Pembelajaran

8
Kompetensi
Inti (KI)
KI 1 & KI 2 Menghargai dan menghayati ajaran agama
yang dianutnya. Menunjukan perilaku jujur,
disiplin, tanggung jawab, peduli (toleransi,
gotong royong), santun, percaya diri, dalam
berinteraksi secara efektif denganlingkungan
sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan
dan keberadaannya.
KI 3 & KI 4 Memahami dan menerapkan pengetahuan
(faktual, konseptual, dan prosedural)
berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait
fenomena dan kejadian tampak mata.
Mengolah, menyaji, dan menalar dalam ranah
konkret (menggunakan,mengurai,merangkai,
memodifikasi, dan membuat) dan ranah
abstrak (menulis, membaca,
menghitung,menggambar, dan mengarang)
sesuai dengan yang dipelajari di sekolah
dan sumber lain yang sama dalam sudut
pandang/teori.
Kompetensi Dasar IPK
(KD)
3.7. Menganalisis 1. Menganalisis komponen penyusun darah
sistem peredaran darah 2. Menganalisis proses pembekuan darah.
pada manusia dan 3. Menganalisis karkateristik jantung.
memahami gangguan 4. Mendeskripsikan beberapa faktor yang
pada sistem peredaran mempengaruhi frekuensi denyut jantung.
darah serta upaya 5. Mendeskripsikan beberapa faktor yang
menjaga kesehatan mempengaruhi frekuensi denyut jantung.
sistem perdaran darah 6. Mendeksripsikan karakteristik
pembuluh darah(nadi dan vena).
7. Menganalisis proses peredaran darah
manusia.

Tabel 2.1 KI, KD, dan Indikator Materi Sistem Peredaran Darah
(Sumber: Tata Usaha SMPN 1 Bukittinggi,2020)

9
Adapun tujuan pembelajaran adalah sebagai berikut :
1. Peserta didik mampu memahami organ peredaran darah.
2. Peserta didik mampu memahami jenis peredaran darah.
3. Peserta didik mampu menganalisis sistem peredaran darah pada manusia.
4. Peserta didik mampu memahami berbagai penyakit pada system peredaran
darah.
2.4.2 Pengertian dan fungsi sistem peredaran darah

Sistem peredaran darah juga disebut sebagai sistem kardiovaskular.


Sistem ini adalah bagian dari kinerja jantung dan jaringan pembuluh darah.
Tugas utamanya adalah mengedarkan oksigen dan nutrisi ke seluruh sel dan
jaringan tubuh.
1) Darah
Darah adalah cairan yang ada di tubuh manusia yang berwarna
merah. Darah mengalir ke seluruh tubuh, yang dibantu oleh jantung dan
pembuluh.Darah itu sendiri terdiri atas dua komponen yaitu cairan
darah/plasma darah dan sel-sel darah.
a) Plasma darah adalah cairan darah yang sebagian besar terdiri atas
air. Plasma darah ini adalah komponen terbesar penyusun darah,
hampir 90% adalah plasma darah. Plasma darah terdiri atas air dan
protein darah (4% albumin, 2,7% globulin, dan 0,3% fibrinogen),
garam organik dan bahan lainnya (Distuti, 2009).
b) Sel darah merah adalah komponen utama penyusun darah manusia.
Eritrosit adalah sel yang berbentuk cakram bikonkaf, 26
berdiameter kira-kira 8 cm, dan tidak mempunyai nukleus. Darah
berwarna merah dikarenakan adanya Eritrosit, eritrosit berwarna
merah disebabkan adanya komponen hemoglobin (Hb) yang
menyebabkan sel darah merah berwarna merah tua. Bisa disebut
dengan hemoglobin adalah zat pewarna pada darah. Setiap
hemoglobin terdiri atas protein yang disebut globin dan pigmen
non protein yang disebut heme. Setiap heme berikatan dengan
rantai polipeptida yang mengandung besi (Fe2+) Hemoglobin
berfungsi untuk mengikat oksigen (Distuti, 2009).
c) Sel darah putih adalah sel darah yang bentuknya paling besar yang
10
mana berfungsi sebagai pelindung atau antibodi tubuh. Sel darah
putih bentuknya tidak teratur, tidak berwarna, tidak memiliki inti,
dapat bergerak amoeboid. Sel darah putih diproduksi oleh sumsum
merah, dan kelenjar limpa. Sel darah putih berfungsi menghasilkan
antibodi yang untuk melawan patogen yang berusaha menyerang
tubuh. Leukosit memiliki satu nukleus, bening (tidak berwarna),
dan gerakannya mirip dengan Amoeba disebut gerak amuboid
(Distuti, 2009).
d) Keping Darah Adalah komponen darah yang paling kecil,
bentuknya tidak beraturan dan tidak memiliki inti. Keping darah
dibentuk di sumsum merah, yang berperan penting pada proses
pembekuan darah (Distuti, 2009).
2) Peredaran Darah Manusia
Peredaran darah tertutup adalah darah yang mengalir di dalam
pembuluh darah. Peredaran darah ganda adalah darah yang selalu
mengalir ke seluruh tubuh dalam dalam satu kali, dan melewati jantung
sebanyak dua kali. Menurut Lestari dan Kistinnah (2009) ada dua
macam peredaran darah ganda, yaitu:
a. Peredaran darah besar, yaitu peredaran darah yang membawa darah
dari bilik kiri ke seluruh tubuh dan kembali ke serambi kanan.
Peredaran darah ini termasuk peredaran darah besar dikarenakan
darah yang ada di pembuluh darah melewati semua organ yang ada
ditubuh manusia dan akan kembali lagi ke jantung dan begitu
seterusnya.
b. Peredaran darah kecil, adalah peredaran darah yang membawa darah
dari jantung menuju paru-paru, darah akan kembali lagi ke jantung.
Peredaran darah ini disebut peredaran darah kecil dikarenakan jalur
yang dilewati oleh darah sempit tidak sepanjang peredaran darah
besar, cuma dari paru-paru ke jantung.
3) Golongan Darah
Golongan darah dapat dilihat berdasarkan sistem ABO , sistem
Rhesus (Rh) , dan sistem MN . Sistem 480 dan Rh merupakan sistem
penggolongan darah yang sering digunakan . Berdasarkan sistem
11
penggolongan darah ABO , darah dikelompakkan menjadi 4 golongan
darah , yaitu golongan darah A , B , AB , dan O pembagian ini dilakukan
karena adanya perbedaan aglutinogen ( antigen ) pada permukaan
membran sel darah merah ( eritrosit ) dan antibodi ( aglutinin ) dalam
plasma darah. Ada dua jenis antigen pada sel darah merah , yaitu
antigen - A dan antigen - B . Antibodi dalam plasma darah juga terdiri
atas dua jenis , yaitu antibodi anti - A dan antibodi anti - 8 Jenis antigen
dan antibodi inilah yang akan menentukan jenis golongan darah
seseorang .
4) Jantung
Jantung berfungsi sebagai pemompa darah keseluruh tubuh
Jantung tesusun atas otot - otot jantung Jantung berukuran kurang
lebih satu kepolan tangan kanan dengan berat 250-300 gram . Jantung
terdiri atas 4 ruangan , yaitu serambi ( atrium ) kiri dan serambi
(atrium) konan serta bilik ( ventrikel ) kiri dan bilik ( ventrikel ) kanan.
Selain ruang juga terdapat katup . Katup tersebut terdiri dari katup
trikuspidalis terletak antara serambi kanan dan bilik kanan yang
berfungsi mencegah agar darah dalam bilik kanan tidak masuk
kembali ke serambi kanan . Sedangkan katup bikuspidalis terletak
antara serambi kiri dan bilik kiri yang berfungsi mencegah agar darah
dalam bilik kiri tidak kembali mengalir ke serambi kiri.

Gambar 2 .1 Bagian-bagian Jantung


Sumber: Edyutomo.com

12
5) Pembuluh Darah
Pembuluh darah manusia mengalirkan darah dari jantung ke
seluruh bagian tubuh manusia atau sebaliknya . Berdasarkan fungsinya,
pembuluh darah dapat di bedakan menjadi tiga , yaitu pembuluh nadi
(arteri), pembuluh balik ( vena ), dan pembuluh kapiler.
a. Arteri (Pembuluh Nadi)
Arteri merupakan pembuluh darah yang mengalirkan darah
keluar jantung. Aorta merupakan arteri terbesar. Aorta berfungsi
membawa darah dari bilik kiri menuju ke seluruh tubuh sedangkan
pembuluh yang comberm membawa darah dari bilik kanan menuju
paruparu disebut arteri pulmonalis. Arteri berisi darah yang
mengandung oksigen, kecuali pembuluh arteri pulmonalis. Arteri
pulmonalis mengalirkan darah yang mengandung banyak karbon
dioksida. Arteri bercabang - cabang membentuk cabang yang lebih
kecil yang disebut arteriola.teriola ini membentuk cabang - cabang
lebih kecil lagi dan ujung - ujungnya berhubungan langsung
dengan sel tubuh . Cabang - cabang inu disebut pembuluh kapiler.
b. Vena
Berisi darah yang banyak mengandung karbon dioksida
kecuali vena pulmonalis. Vena pulmonalis mengalirkan darah
yang mengandung banyak oksigen dari paru - paru ke jantung.
Vena merupakan pembuluh berdinding lebih tipis, kurang elastis,
dan lubang pembuluh lebih besar dari arteri. Pembuluh ini
memiliki katup untuk mencegah agar darah tidak membalik arah.
c. Pembuluh Kapiler
Kapiler merupakan pembuluh darah berukuran kecil sebagai
perpanjangan arteri dan vena. Dinding sel ini hanya tersusun atas
selapis sel dan bersifat permeabel sehingga cairan tubuh dan zat
terlarut dapat keluar melalui dinding selnya. Pada pembuluh darah
juga terjadi pertukaran oksigen, karbon dioksida, zat - zat makanan,
serta hasil eksresi dengan jaringan yang ada di sekeliling kapiler.
Diameter pembuluh ini dapat berubah - ubah. Kapiler dapat
menyempit karena pengaruh suhu lingkungan yang semakin rendah
13
dan semakin besar apabila ada pengaruh suhu tinggi serta bahan
kimia seperti histamin.

Gambar 2.2 Pembuluh Darah


Sumber: Blogspot.com

6) Kelainan dan Gangguan Pada Sistem Peredaran Darah


Adapun kelainan atau gangguan pada sistem peredaran darah
(Lestari dan Kistinnah, 2009) adalah:
a. AIDS, penyakit ini disebabkan oleh virus HIV AIDS, biasanya
terjadi pada orang yang memiliki gaya hidup berganti pasangan serta
pengguna jarum suntik untuk obat-obatan terlarang.
b. Leukemia, disebabkan karena sel darah putih atau leukemia yang
aktif membelah dan tak terkendali (abnormal) sehingga jumlahnya
melebihi batas normal. Penyakit ini bisa juga disebabkan adanya
gangguan pada sumsum tulang belakang, menyebabkan kelainan
atau perubahan pada sel darah putih. Sumsum tulang belakang yang
membentuk sel darah merah, jika terjadi kelainan maka sel darah
putih juga akan terpengaruhi.
c. Anemia, penyakit ini disebabkan karena sel darah merah dalam
tubuhnya kekurangan hemoglobin. Tubuh kekurangan sel darah
merah menyebabkan aliran oksigen berkurang ke tubuh yang
berakibat sel-sel yang ada di tubuh akan kekurangan oksigen karena
sel darah yang rusak tidak dapat membawa oksigen hanya beberapa
sel darah yang dapat membawa oksigen. Menyebabkan sel-sel di
14
tubuh tidak semuanya mendapatkan pasokan oksigen yang cukup.
d. Hemofili, penyakit ini ditandai dengan darah yang sulit membeku
atau mengering.darah tidak dapat membeku dengan baik, sehingga
akan menyebabkan pendarahan berlebihan yang tidak dapat
dihententika secara sederhana. Tubuh kekurangan protein yang
dibutuhkan dalam proses pembekuan tubuh, oleh karena itu darah
sukar untuk membeku. Penyakit ini termasuk penyakit
bawaan/keturunan tapi penyakit ini tidak menular.
e. Hipertensi, disebabkan tekanan darah seseorang naik di atas normal,
sekitar 130/80 mmHg atau lebih. Jika tekanan darah seseorang lebih
atau sama dengan 130/80 mmHg maka seseorang akan mengidap
penyakit tekanan darah tinggi atau Hipertensi. Hipertensi akan 32
menyebabkan beberapa penyakit yang lainnya. Penyakit ini tidak
memiliki gejala khusus, jika tekanan darahnya sudah tnggi sekali
baru tersa saki-sakit pada bagian tubuhnya seperti sakit kepala, dan
dapat menimbulkan gejala stroke.
2.5 Hasil Penelitian Terdahulu

Sebelum adanya kegiatan penelitian ini, sudah ada beberapa penelitian


yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti yang menggunakan model
pembelajaran SSCS pada beberapa mata pelajaran yang berbeda maupun dengan
mata pelajaran yang sama. penelitian tersebut dipaparkan sebagai berikut:
1. Penelitian yang dilakukan Anita Novianti, Epon Ningrum, Mamat
Ruhimat dengan judul penelitian Penerapan Model Pembelajaran Search,
Solve, Create, and Share (SSCS) untuk Meningkatkan Pemahaman
Konsep Peserta Didik Kelas X IPS 1 SMA Negeri 4 Bandung pada tahun
2013, di peroleh hasil penelitian: (1) Model pembelajaran SSCS bisa
untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran mendukung keefektifan
dalam belajar yang menggambarkan tahapan-tahapan pembelajaran yang
dilakukan dari tindakan pertama, kedua, dan ketiga mengalami
perkembangan ke arah yang lebih baik. (2) meningkatnya pemahaman
konsep yang dimiliki oleh peserta didik di tiap indikator dan terus
meningkat di tiap tindakannya. Perbedaan pada penelitian ini terletak pada
variabel Y dan persamaan terletak pada variabel X.
15
2. Penelitian yang dilakukan Meky Saputra dengan judul penelitian
penerapan model SSCS dengan metode experiment pada konsep fuida
statis untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik di kelas XI IPA 1
SMAN 4 Kota Bengkulu pada tahun 2014, diperoleh hasil penelitiandari
ketuntasan belajar kognitif peserta didik pada siklus I yaitu 79,6yang
kemudian mengalami peningkatan pada siklus II yaitu 84,2 dan pada
siklus III sebesar 89,5. Hasil dari ketuntasan belajar psikomotorik peserta
didik pada siklus I yaitu 9,8yang kemudian mengalami peningkatan pada
siklus II yaitu 10,4 dan pada siklus III sebesar 10,7. Hasil dari ketuntasan
belajar aspek afektif peserta didik pada siklus I yaitu 9,85 yang kemudian
mengalami peningkatan pada siklus II yaitu 10,3 dan pada siklus III
sebesar 10,7. Daya serap peserta didik siklus I 79,6% meningkat pada
siklus II menjadi 84,2% dan 89,5% pada siklus III. Hasil dari ketuntasan
belajar klasik peserta didik pada siklus I yaitu 79,4% yang kemudian
mengalami peningkatan pada siklus II yaitu 91,2% dan pada siklus III
sebesar 100% Hasil tersebut memperlihatkan bahwa model SSCS jika
diterapkan dalam pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen
bisa meningkatkan hasil belajar dan aktivitas peserta didik. Perbedaan
pada penelitian ini terletak pada variabel x dan y yang digunakan.
Sedangkan persamaannya terletak pada metode pembeajaran yang
digunakan yaitu SSCS.

2.6 Kerangka Berpikir

Mengacu pada latar belakang diatas terhadap peningkatan kemampuan


berpikir kritis dan literasi siswa kelas VIII SMP Negeri 18 Kupang, pada mata
pelajaran Biologi materi sistem peredaran darah pada manusia masih rendah.
Pembelajaran yang dilakukan masih cenderung monoton atau guru pada saat
mengajar hanya menggunakan metode ceramah, dan siswa kurang aktif dalam
proses pembelajaran sehingga menyebabkan kemampuannya dalam berpikir kritis
dan tigkat literasinyaa masih rendah.
Penggunaan model pembelajaran SSCS dapat mendorong keaktifan dalam
diri siswa dan melatih siswa untuk memberikan pengalaman praktis yang dapat

16
membentuk ingatan yang kuat dan keterampilan dalam berbuat. Melalui
penggunaan model SSCS ini, maka dapat meningkatkan kemampuan berpikir
kritis dan literasi peserta didik.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka kerangka penelitian Quasi
Eksperimen ini dapat digambarkan sebagai berikut.

Tindakan Tujuan/hasil
Kondisi saat ini

Peserta didik 1. Guru mampu


tidak aktif, dan melaksanakan
cenderung pembelajaran
kurang berpikir Guru menggunakan dengan menerapkan
kritis pada saat model SSCS model SSCS berbantu
proses berbantu strategi strategi Undeline
Underline. untuk Meningkatkan
pembelajaran.
Tingkat Literasi kemampuan berpikir
peserta didik kritis dan tingkat
Evaluasi efek
masih rendah literasi peserta didik.

Evaluasi akhir
Diskusi
Evaluasi awal pemecaha
Penerapan tindakan dengan
n masalah
menggunakan model SSCS
berbantu startegi Underline.
Pesertadidik yang telah dibagi
menjadi beberapa kelompok.

Gambar 2.3 Kerangka berpikir

17
2.7 Hipotesis Tindakan

Hipotesis adalah pernyataan atau tuduhan bahwa sementara


masalah penelitian yang kebenarannya masih lemah/belum tentu benar
sehingga harus diuji secarae mpiris (Erwan Agus Purwanto & Dyath Ratih
Sulistiyastuti, 2018). Hipotesis dalam penelitian ini adalah “ada
peningkatan kemampuan berpikir kritis dan literasi peserta didik dalam
penerapan model pembelajaran SSCS berbantu strategi Underline”.

1. Kemampuan berpikir kritis peserta didik

H1= kemampuan berpikir kritis peserta didik sebelum dan sesudah


penerapan model pembelajaran SSCS berbantu strategi Underline
berbeda secara signifikan.

Ho = kemampua berpikir kritis peserta didik sebelum dan sesudah


penerapan model pembelajaran SSCS berbantu strategi Underline
tidak berubah secara signifikan.

2. Literasi Peserta Didik

H1= tingkat literasi peserta didik sebelum dan sesudah penerapan


model pembelajaran SSCS berbantu strategi Underline berbeda
secara signifikan.

Ho= tingkat literasi peserta didik sebelum dan sesudah penerapan


model pembelajaran SSCS berbantu strategi Underline tidak
berubah secara signifikan.

18
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan pada penelitian ini ialah penelitian


kuantitatif dengan metode kuasi eksperimen.Tujuan eskperimen adalah
untuk mengetahui hubungan sebab-akibat dengan cara membandingkan 2
hasil kelompok (Arifin, 2014). Penelitian ini menggunakan dua kelompok,
kelompok yang pertama adalah kelompok yang diberi perlakuan
menggunakan model pembelajaran SSCS sebagai kelas eksperimen,
sedangkan kelas kedua adalah kelas yang pengajarannya menggunakan
model pembelajaran Langsung sebagai kelas control (Erlistiani et al.,
2020).

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di SMP Negeri 18 Kupang pada


semester genap tahun ajaran 2023/2024 bulan Januari-Februari.

3.3 Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah peserta didik kelas VIII A dan VIII B
SMP Negeri 18 Kupang yang berjumlah 40 Orang.

3.4 Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian ini dibagi menjadi tiga tahapan yaitu sebagai


berikut:

1. Tahap Persiapan Pada tahap persiapan ini segala sesuatu yang


dibutuhkan dalam penelitian disiapkan. Persiapan dalam penelitian ini
diantaranya menyusun perangkat pembelajaran dan instrumen
penelitian, kemudian perangkat pembelajaran dan instrumen penelitian
tersebut di revisi oleh dosen pembimbing. Selanjutnya peneliti juga
menentukan populasi penelitian yaitu siswa kelas VIII A dan VIII B

19
SMN Negeri 18 Kupang SD Negeri, menentukan secara acak kelas
sampel, yaitu kelas eksperimen dan kelas control.

2. Tahap Pelaksanaan Eksperimen Pada tahap ini kegiatan yang


dilakukan memberikan Pretest untuk mengetahui kemapuan awal
pemahaman pada mata pelajaran Biologi yang diberikan pada masing-
masing kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Selanjutnya
kegiatan yang dilakukan adalah melakukan pembelajaran dengan
memberikan perlakukan (treatment) pada subjek penelitian, perlakukan
yang diberikan pada kelas eksperimen atau kelas VIII B adalah
pembelajaran dengan menggunakan Model Pembelajaran SCCS dan
pembelajaran pada kelas kontrol atau kelas VIII A adalah
pembelajaran tanpa menggunakan model pembelajaran SSCS berbantu
strategi Underline. Setelah perlakuan (treatment) diberikan kepada
kelas eksperimen, selanjutnya melakukan kegiatan Posttest pada semua
siswa kelas eksperimen dan siswa kelas kontrol. Hal tersebut bertujuan
untuk mengetahui pengaruh perlakuan model pembelajaran yang
menggunaka model SSCS dengan pembelajaran tanpa menggunakan
model pembelajaran SSCS.

3. Tahap Pengolahan Data dan Penulisan Laporan Pada tahap ini yaitu
setelah data terkumpul maka peneliti melakukan pengolahan data,
analisis data dengan membandingkan hasil antara kelompok kontrol
dengan kelompok eksperimen, serta menarik kesimpulan sesuai
dengan tujuan penelitian.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik berupa teknik tes dan non tes. Menurut (Riduwan, 2010)
Tes ialah berbagai pertanyaan yang biasanya dilakukan untuk mengukur
suatu kemampuan atau bakat secara perorangan atau beregu. Tipe tes yang
digunakan adalah tes berupa essay untuk mengukur kemampuan berpikir
kritis peserta didik. Tes yang diberikan pada penelitian ini berupa pretest

20
dan postest yang terdiri dari soal-soal dari materi yang diajarkan. Teknik
non tes pada penelitian ini berupa observasi dan dokumentasi. Observasi
Menurut Sugiyono (2014) Observasi dapat dilkukan pada apapun dan
tidak terfokus pada manusia. Dalam penelitian ini instrument observasi
dilakukan secara tidak tertata, sebab observasi yang dilakukan tidak
disusun secara sistematis. Sedangkan dokumen ialah sebuah catatan
kejadian yang telah terjadi (Sugiyono, 2014).

a. Melakukan pretest untuk mengetahui kemampuan awal peserta didik


sebelum diberikan perlakuan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol
dengan menggunakan tes kemampuan berpikir kritis dan literasinya.

b. Melakukan proses pembelajaran yang berbeda. Pelaksanaan


pembelajaran pada kelas eksperimen dengan menggunakan model
pembelajaran SSCS berbasis etnosains. Sedangkan, pelaksanaan
pembelajaran pada kelas kontrol dengan menggunakan metode
pembelajaran konvensional tanpa model.

c. Memberikan posttest untuk mengetahui peningkatan N-gain


kemampuan berpikir kritis peserta didik pada kelas eskperimen dan kelas
kontrol. Kemudian memberikan angket tanggapan peserta didik pada kelas
eksperimen.

3.6 Analisis Data

Sebelum melakukan analisis data terlebih dahulu melakukan teknik


analisis instrumen kemampuan berpikir kritis peserta didik dengan
melakukan uji validitas, uji reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat
kesukaran. Data hasil penelitian berupa skor tes awal dan tes akhir
kemampuan berpikir kritis peserta didik. Data skor tes awal dan tes akhir
dilakukan perhitungan N-gain.

Perbedaan hasil N-gain kemampuan berpikir kritis peserta didik


diuji dengan menggunakan uji statistika. Analisis data menggunakan uji
statistika dimulai dengan uji prasyarat analisis, yaitu uji normalitas dan uji

21
homogenitas, dilanjutkan dengan uji hipotesis. Data yang diperoleh setelah
memberi perlakuan adalah nilai tes kemampuan berpikir kritis dari kelas
yang dilakukan penelitian. Teknik analisis data pada penelitian ini ialah
statistika deskriptif dan inferensial. Menurut Sugiyono (2014) statistik
deskriptif digunakan untuk menganalisis data dalam bentuk deskripsi
sesuai dengan hasil yang diperoleh tanpa ada maksud membuat
kesimpulan. Sedangkan menurut Sugiyono (2014), statistik inferensial
ialah teknik untuk menganalisis data sampel yang setelah itu hasilnya
diterapkan untuk populasi.

Statistik inferensial yang digunakan pada penelitian ini ialah uji


prasyarat dimana dalam uji ini terdapat uji normalitas dan uji homogenitas.
Selanjutnya dilakukan uji statistik parametrik menggunakan uji t untuk
data normal dan homogeny. Lalu dilanjutkan dengan uji hipotesis
menggunakan uji dua pihak dan uji pihak kanan

3.7 Krtieria Keberhasilan Tindakan

Kriteria keberhasilan pada akhir siklus yaitu peserta didik dapat


mengalami peningkatan dalam kemampuan berpikir kritis serta literasinya
seabanyak 75% dari subjek penelitian.

22
DAFTAR PUSTAKA

Erlistiani, M., Syachruroji, A., & Andriana, E. (2020). Penerapan Model


Pembelajaran SSCS (Search, Solve, Create and Share) Terhadap
Kemampuan Berpikir Kritis Siswa. Jurnal PGSD: Jurnal Ilmiah Pendidikan
Guru Sekolah Dasar, 13(2), 161–168.
https://doi.org/10.33369/pgsd.13.2.161-168
Fikriyah, F., Rohaeti, T., & Solihati, A. (2020). Peran Orang Tua dalam
Meningkatkan Literasi Membaca Peserta Didik Sekolah Dasar. DWIJA
CENDEKIA: Jurnal Riset Pedagogik, 4(1), 94.
https://doi.org/10.20961/jdc.v4i1.43937
Harefa, D., Sarumaha, M., Fau, A., Telaumbanua, T., Hulu, F., Telambanua, K.,
Sari Lase, I. P., Ndruru, M., & Marsa Ndraha, L. D. (2022). Penggunaan
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Terhadap Kemampuan
Pemahaman Konsep Belajar Siswa. Aksara: Jurnal Ilmu Pendidikan
Nonformal, 8(1), 325. https://doi.org/10.37905/aksara.8.1.325-332.2022
Hunaepi, Prayogi, S., Samsuri, T., Firdaus, L., Fitriani, H., & Asy’ari, M. (2016).
PELATIHAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK) DAN TEKNIK
PENULISAN KARYA ILMIAH BAGI GURU DI MTs. NW
MERTAKNAO. Lumbung Inovasi, 1(1), 38–40.
Rhozy, F., Darvina, Y., & Murtiani. (2016). Pengaruh Penerapan Model
Pembelajaran Search, Solve, Create and Share (SSCS) Berbantuan Bahan
Ajar Bermuatan Karakter Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Siswa
Kelas XI SMAN 12 Padang. Pillar of Physics Education, 7(April), 81–88.
http://ejournal.unp.ac.id/students/index.php/pfis/article/view/1993/1593
Zubaidah, S. (2010). Berpikir Kritis: kemampuan berpikir tingkat tinggi yang
dapat dikembangkan melalui pembelajaran sains. Optimalisasi Sains untuk
memberdayakan Manusia. Makalah Seminar Nasional Sains Dengan Tema
Pascasarjana Unesa, Vol. 16.(January 2010).

23

Anda mungkin juga menyukai