Anda di halaman 1dari 26

KONSEP DASAR DESAIN PEMBELAJARAN, HAKEKAT

PENGAJARAN DAN PEMBELAJARAN

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok I

Mata Kuliah : Desain Pembelajaran

Dosen Pengampu : Dr. Zuhairi M.Pd

Disusun Oleh:

Kelas/Semester: B/V1

Hasna almasah (2101011038)


Nur Hidayah (2101011069)
Raudlatul Fatiha. (2101011079)
Shifa bagus irianto (2101010073)
Viki Meinanda Ashar (2101011098)

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN


JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
METRO LAMPUNG
TA.2023/2024

i
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb

Puji syukur kami ucapkan kehadiran Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah
ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok dari mata kuliah Desain
Pembelajaran. Dalam penulisan makalah ini kami banyak mendapatkan bantuan
dan masukan dari berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini kami ingin
mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah membantu kami dalam
menyelesaikan makalah ini.

Kami mohon maaf atas kesalahan atau kekurangan dalam penulisan


makalah ini. Karna kami selaku penulis menyadari bahwa dalam menulis makalah
ini masih jauh dari yang diharapkan oleh dosen pengampu, maka dari itu kritik
dan saran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan. Kami berharap
semoga makalah ini dapat memberi manfaat kepada kami khususnya, serta kepada
semua pihak pembaca makalah ini demi kemajuan ilmu pengetahuan khususnya di
bidang pendidikan.

Wassalamualaikum wr.wb

Metro, Februari 2024

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................ii

DAFTAR ISI...................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah.........................................................................1


B. Rumusan masalah.................................................................................1
C. Tujuan masalah.....................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

A. Desain Pembelajaran.............................................................................2
B. Perencanaan Pembelajaran....................................................................7
C. Pembelajaran sukses belajar.................................................................14

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan...........................................................................................22
B. Saran.....................................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................23

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan komponen terpenting dalam kehidupan sehari-hari.
Pendidikan mempunyai peranan dan fungsi yang cukup penting bagi kehidupan.
manusia, baik pendidikan dalam aspek kognitif, afektif (sikap), maupun psikomotorik.
Oleh karena itu, sudah menjadi suatu keharusan bagi manusia untuk dapat merasakan
proses tersebut. la diakui sebagai kekuatan yang dapat mendorong manusia mencapai
kemajuan peradaban. Selain itu pendidikan memberikan bekal kepada manusia untuk
menyongsong hari esok yang lebih cerah dan lebih manusiawi.
Sedangkan, dalam menjalankan sebuah aktivitas sehari-hari, manusia tidak
bisa lepas dengan adanya sebuah perencanaan. Dengan adanya perencanaan yang
bagus, maka aktivitas sehari-hari dapat berjalan dengan baik sesuai dengan tujuan
yang diharapkan. Karena perencanaan merupakan suatu rangkaian proses menyiapkan
dan menentukan seperangkat keputusan mengenai apa yang diharapkan dan apa yang
akan dilakukan. Rangkaian proses kegiatan itu dilaksanakan agar harapan tersebut
dapat terwujud menjadi suatu kenyataan Perencanaan pendidikan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Desain Pembelajaran?
2. Apa Urgensi Perencanaan Pembelajaran?
3. Apa saja Ruang Lingkup Pembelajaran?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian desain pembelajaran.
2. Untuk mengetahui perencanaan pembelajaran.
3. Untuk mengetahui apa saja ruang lingkup pembelajaran.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Desain Pembelajaran

Desain pembelajaran adalah praktik penyusunan media teknologi komunikasi dan isi
untuk membantu agar dapat terjadi transfer pengetahuan secara efektif antara guru
dan peserta didik. Proses ini berisi penentuan status awal dari pemahaman peserta
didik, perumusan tujuan pembelajaran, dan merancang "perlakuan" berbasis-media
untuk membantu terjadinya transisi. Idealnya proses ini berdasar pada informasi dari
teori belajar yang sudah teruji secara pedagogis dan dapat terjadi hanya pada siswa,
dipandu oleh guru, atau dalam latar berbasis komunitas.1

Hasil dari pembelajaran ini dapat diamati secara langsung dan dapat diukur secara
ilmiah atau benar-benar tersembunyi dan hanya berupa asumsi. Desain Pembelajaran
menurut Istilah dapat didefinisikan:

a. Proses untuk menentukan metode pembelajaran apa yang paling baik


dilaksanakan agar timbul perubahan pengetahuan dan keterampilan pada diri
pebelajar ke arah yang dikehendaki (Reigeluth).
b. Rencana tindakan yang terintegrasi meliputi komponen tujuan, metode dan
penilaian untuk memecahkan masalah atau memenuhi kebutuhan.
c. Proses untuk merinci kondisi untuk belajar, dengan tujuan makro untuk
menciptakan strategi dan produk, dan tujuan mikro untuk menghasilkan
program pelajaran atau modul (Seels & Richey).Pentingnya perencanaan
dalam Desain Pembelajaran

Menurut Udin Syaefudin Sa'ud dan Abin Syamsudin Makmun, Perencanaan


memiliki arti penting sebagai berikut:

a. Diharapkan tumbuhnya suatu pengarahan kegiatan dengan adanya pedoman


bagi pelaksanaan kegiatan- kegiatan yang ditujukan kepada pencapain
tujuan.
b. Dapat dilakukan suatu perkiraan (fore casting) terhadap hal-hal dalam masa
pelaksanaan yang akan dilalui, mengenai potensi-potensi dan prospek-

1
Abidin, Yunus. (2014). Desain Sistem Pembelajaran dalam Konteks Kurikulum 2013. Bandung:

2
prospek perkembangan, juga tentang hambatan-hambatan dan risiko-risiko
yang mungkin dihadapi.
c. Memberikan kesempatan untuk memilih berbagai alternatif tentang cara
terbaik (the best alternatif) atau kesempatan memilih kombinasi cara yang
terbaik (the best combination).
d. Dilakukan penyusunan skala prioritas, memilih urutan- urutan dari segi
pentingnya suatu tujuan, sasaran maupun kegiatan usahanya.
e. Ada suatu alat pengukur atau standar untuk mengadakan pengawasan atau
evaluasi kinerja usaha atau organisasi, termasuk pendidikan.

Pembelajaran merupakan serangkaian aktivitas terencana yang dilakukan


siswa untuk mencapai tujuan tertentu dibawah bimbingan, arahan, dan motivasi
guru. Sejalan dengan pengertian ini pembelajaran tidak bisa dilakukan dengan asal-
asalan melainkan harus dilakukan secara terencana dengan baik. Proses
merencanakan pembelajaran ini tidak hanya dimulai dengan menyusun rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP) melainkan merupakan proses sistematis yang
dilakukan dari tahap penentuan kebutuhan hingga menguji keefektifan desain
pembelajaran yang dikembangkan. Proses menyeluruh dalam mengembangkan
pembelajaran ini lebih jauh dikenal dengan istilah pengembangan desain sistem
pembelajaran. Hasil akhir pengembangan desain sistem pembelajaran adalah suatu
model pembelajaran tertentu yang generik, komprehensif dan sistematis.2

Strategi merancang sistem pengajaran adalah suatu rencana untuk


mengerjakan prosedur merancang sistem secara efisien. Strategi dibutuhkan
berhubung dengan proses penerimaan yang sesungguhnya amat komplek. Dengan
suatu strategi tertentu, perancang dapat menilai semua kemungkinan yang penting
untuk dapat sampai pada keputusan/penyelesaian dalam rangka mencapai tujuan
sistem yang telah ditetapkan.

1. Pengertian Belajar

Belajar merupakan sebuah proses bersifat multi yang terjadi pada semua
orang dan berlangsung seumur hidup. Sejak masih dalam kandungan hingga ke liang
lahat nanti. Salah satu pertanda bahwa seseorang telah belajar sesuatu adalah adanya
perubahan tingkah laku dalam dirinya. perubahan tingkah laku tersebut menyangkut
2
Amri, Sofan. (2013). Pengembangan & Model Pembelajaran dalam Kurikulum 2013. Jakarta: Prestasi
Pustakarya

3
baik perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif) dan keterampilan
(psikomotorik) maupun yang menyangkut nilai dan sikap (afektif). Kalau
sebelumnya Yeni tidak tahu nama dan letak ibukota Provinsi Lampung dan sekarang
sebagai siswa SD, dia dapat menyebutkan nama dan menunjukkan letak ibukota
Provinsi tersebut maka kita katakan siswa SD itu sudah belajar. Begitu pula halnya
kalau sebelumnya tak dapat menulis angka 1 sampai dengan 10 dan sekarang dapat
menuliskan dengan lancar, baik, dan benar. Begitu pula Rudi, sebelum kursus.
komputer, dia tak dapat mengoperasikan komputer, sekarang dengan lancar dan
mahir dia dapat menggunakannya, atau si Darvin dulu dia tidak tahu siapa Soeharto,
sekarang dia tahu dan sangat menghargai jasa-jasanya. Darvin telah belajar karena
ada perubahan baik dalam pengetahuan maupun sikapnya.

Berikut ini beberapa perspektif para ahli tentang pengertian belajar.

Dalam Guidance of Learning Activity W.H. Burton (1984) mengemukakan


bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku pada diri individu karena
adanya interaksi antara individu dengan individu dengan lingkungannya sehingga
mereka mampu berinteraksi dengan lingkungannya. Sementara Emest R. Hilgard
dalam Instruction to Phsychology mendefinisikan belajar sebagai suatu perubahan
kegiatan, reaksi terhadap lingkungan.

H.C Witherington dalam Educational pshychology menjelaskan pengertian


belajar sebagai suatu perubahan didalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai
suatu pola baru dan reaksi berupa kecakapan, sikap, kebiasaan kepribadian atau
suatu pengertian. Gagne Berlinger mendefinisikan belajar sebagai suatu proses di
mana suatu organisme berubah. perilakunya sebagai akibat dari pengalaman.

Harold Spears mengemukakan pengertian belajar dalam perspektifnya yang


lebih detail. Menurut Spears learning is to observe, to read, to imitate, to try
something them selves, to listen to follow direction (belajar adalah mengamati,
membaca, meniru, mencoba sesuatu pada dirinya sendiri, mendengar dan mengikuti
aturan). Sementara Singer mendefinisikan belajar sebagai perubahan yang relatif
tetap yang disebabkan praktek atau pengalaman yang sampai pada saat situasi
tertentu. Gagne pernah mengemukakan perspektifnya tentang belajar. Salah satu
definisi belajar yang cukup simpel namun mudah diingat adalah yang dikemukakan
oleh Gagne:" Learning is relatively permanent change in behaviour that result from

4
pas experience or purposeful instruction. Balajar adalah suatu masa lalu ataupun dari
pembelajaran yang bertujuan/direncanakan. Pengalaman diperoleh individu dalam
interaksinya dengan lingkungan, baik yang tidak direncanakan maupun yang
direncanakan, sehingga menghasilkan perubahan yang bersifat relatif menetap.3

Belajar adalah sebuah proses yang kompleks yang didalamnya terkandung beberapa
aspek. Aspek-aspek tersebut adalah:

1) Bertambahnya jumlah pengetahuan,

2) Adanya kemampuan mengingat dan mereproduksi,

3) Ada penerapan pengetahuan,

4) Menyimpulkan makna,

5) Menafsirkan dan mengkaitkannya dengan realitas dan

6) Adanya perubahan sebagai pribadi

Dari berbagai perspektif, pengertian belajar sebagaimana dijelaskan diatas


maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu aktivitas mental (psikis) yang
berlangsung dalam interaksi dengan lingkunganya yang menghasilkan perubahan
yang bersifat relatif konstan. Ada sebagian kalangan mempertanyakan jika belajar
ada korelasinya dengan bahan, lalu apakah semua jenis perubahan adalah hasil
belajar? Tentu saja tidak.

Semua perubahan tingkah laku dapat kita sebut belajar. Iwan si pendiam,
sejam yang lalu ajak teman-temannya masuk sesuatu diluar dirinya. Ini yang
kemudian dikenal dengan istilah belajar. Namun pertanyaannya mengapa manusia
mau belajar. Setidaknya ada delapan kecenderungan umum mengapa manusia mau
belajar.4

Pertama, ada semacam dorongan rasa ingin tahu yang kuat. Dorongan ini berasal
dari dalam dirinya untuk mengetahui sesuatu. Biasaanya rasa ingin tahu ini
diwujudkan dengan munculnya sejumlah pertanyaan- pertanyaan.

Kedua, ada keinginan untuk menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai
tuntunan zaman dan lingkungan disekitarnya. Hal kedua ini adalah faktor eksternal
3
Dr Yuberti, m.pd.Teori pembelajaran dan pengembangan bahan ajar dalam pendidikan 2013
4
Zuhziri Perencanaan sistem pembelajaran{Teori dan praktik}

5
yang mampu mendorong manusia mau belajar. Apalagi di era global saat ini yang
meniscayakan pentingnya kemampuan penguasaan terhadap ilmu pengetahuan dan
teknologi.

Ketiga, meminjam istilah Abraham Maslow bahwa segala aktivitas manusia didasari
atas kebutuhan yang harus dipenuhi dari kebutuhan biologis sampai aktualisasi diri.
Untuk memenuhi kebutuhan inilah kemudian manusia mau belajar.

Keempat, untuk melakukan penyempurnaan dari apa yang sudah diketahuinya. Hal
ini biasanya dilakukan untuk menambah wawasan seseorang

Kelima, untuk mampu bersosialisasi dan beradaptasi dengan lingkungannya.


Rupanya tidak semua orang tidak begitu mudah melakukan sosialisasi, apalagi
beradaptasi dengan lingkungannya. Karena itu ada sebagian orang yang khusus mau
belajar karena adanya kepentingan untuk bersosialisasi dan beradaptasi.

Keenam, untuk meningkatkan intelektualitas dan mengembangkan potensi diri.


Intelektualitas adalah modal penting untuk berkompetisi di era jaman yang penuh
kompetisi ini, selain itu ada tidak sedikit orang yang merasakan bahwa potensi
dirinya belum tergali, karena itu ia mau belajar.

Ketujuh, untuk mencapai cita-cita, sebagai manusia yang membutuhkan aktualisasi


diri maka cita-cita adalah hal lain yang mampu mendorong seseorang untuk belajar.
Hampir bisa dipastikan tidak mungkin seseorang tidak mau belajar tanpa ada cita-
cita terlebih dahulu.

Kedelapan, sebagian orang ada yang mau belajar hanya karena untuk mengisi
waktu luang. Hal ini terjadi karena adanya waktu luang yang belum bisa
dimanfaatkan dengan baik oleh orang tersebut, karena itu untuk mengisi kegiatan ia
mau mengisi waktu luangnya dengan digunakan untuk belajar sesuatu yang
dinilainya bermanfaat.

B. Perencanaan Pembelajaran
Perencanaan adalah proses penentuan tujuan atau sasaran yang hendak dicapai
dan menetapkan jalan dan sumber yang diperlukan untuk mencapai tujuan itu
seefisien dan seefektif mungkin.5 Perencanaan sering disebut jembatan yang
menghubungkan kesenjangan atau jurang antara keadaan masa kini dan keadaan yang
5
Kahar Utsman & Nadhirin, Perencanaan Pendidikan, Kudus: STAIN Kudus, 2008, hlm. 1

6
diharapkan terjadi pada masa yang akan datang. Dengan demikian, perencanaan yang
baik memperhatikan sifat-sifat kondisi yang akan datang, di mana keputusan efektif
dilaksanakan.
Perencanan tidaklah dikembangkan berdasarkan teori tetapi sebaliknya teori
perencanaan berkembang sebagai kelanjutan dari pengalaman mengenai usaha-usaha
manusia untuk mengatasi keadaan lingkungan hidupnya. 6 Perencanaan
juga merupakan suatu rangkaian kegiatan berfikir yang bersinambungan dan
rasional untuk memecahkan suatu permasalahan sacara sistematik, efektif dan efisien.
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa perencanaan adalah suatu cara yang
memuaskan untuk membuat organisasi tetap berdiri tegak dan maju sebagai satu
sistem.
Perencanaan pembelajaran merupakan satu tahapan dalam proses belajar
mengajar. Perencanaan menjadi sangat penting karena dapat berfungsi sebagai dasar,
pemandu, alat control dan arah pembelajaran. Perencanaan pembelajaran yang baik
akan melahirkan proses pembelajaran yang baik pula.7 Sedangkan, definisi
perencanaan pendidikan dalam arti yang seluas-luasnya adalah penggunaan analisis
yang bersifat rasional dan sistematik terhadap proses pengembangan pendidikan
yang bertujuan untuk menjadikan pendidikan menjadi lebih efektif dan efisien
dalam menanggapai kebutuan dan tujuan murid-murid dan masyarakat.
1. Ruang Lingkup perecancanaan pembelajaran
Ruang lingkup perencanaan pendidikan jangkauannya yang cukup luas
dandapat ditinjau dari berbagai aspek antara lain:
a. Ditinjau dari aspek spesialnya yaitu perencanaan pendidikan yang
memilikikarakter yang terkait dengan ruang, tempat, atau batasan
wilayah.
1) Perencanaan ini terbagi menjadia. Perencanaan pendidikan
nasional, yaitu mencakup seluruh proses usaha layanan
pendidikan yang dilakukan oleh pemerintah pusat, yang
bertujuanuntuk mencapai tujuan pendidikan nasional, yang
meliputi seluruh jenjang pendidikan dari tingkat dasar sampai

6
Saraswati, Kearifan Budaya Lokal Dalam Persfektif Teori Perencanaan, Jurnal PWK Unisba,
hlm. 4
7
Zuhairi “Perencanaan sistem pembelajaran”press Yogyakarta.hal 11

7
perguruan tinggi, yang diatur dalam sistem pendidikan nasional
melalui undang-undang sistem pendidikan nasional.
2) Perencanaan pendidikan ragional, yaitu perencanaan
pendidikan yang dibuat dan diberlakukan dalam wilayah
regional tertentu misalnya perencanaan pengembangan
layanan pendidikan tingkat provinsi dan kebupaten/kota, yang
menyangkut seluruh jenis layanan pendidikan di semua jenjang
untuk daerah atau provinsi tertentu.
3) Perencanaan pendidikan kelembagaan, yaitu
perencanaan pendidikan mencakup satu intuisi atau lembaga
pendidikan tertentu, misalnya perencanaan pengembangan
layanan pendidikan sekolah menengah atas.
b. Ditinjau dari aspek sifat dan karakteristik modelnya dapat dibagi
menjadi:
1) Perencanaan pendidikan yang mencakup seluruh aspek yang
terkait dengan proses pembangunan pendidikan yang esensial,
dalam koridor perencanaan pembangunan nasional, dalam hal
ini perencanaan pendidikan ada keterpaduan atau peterkaitan
secara sistemik dengan perencanaan pembangunan bidang
ekonomi, pilitik, hukum dan sebagainya.
2) Perencanaan pendidikan komprehensif yaitu perencanaan
pendidikan yang disusun secara sistematik, rasional, objektif,
yang menyangkut keseuruhan konsep penting dalam layanan
pendidikan, sehingga perencanaan itu memberikan suatu
pemahaman yang lengkap atau sempurna tentang apa dan
bagaimana memberikan layanan pendidikan yang berkualitas.
3) Perencanaan pendidikan strategik, yaitu perencanaan
pendidikan yang mengandung pokok-pokok perencanaan
untuk menjawab persoalan atau opini, atau isu mutakhir yang
dihadapi oleh dunia pendidikan misalnya persoalan yang
dihadapi dunia pendidikan sekarang adalah masalah rendahnya
kualitas guru.8

2. Urgensi Perencanaan Pembelajaran

Perencanaan pembelajaran memainkan peran penting dalam memadu


guru untuk melaksanakan tugas sebagai pendidik dalam melayani kebutuhan
belajar siswa-siswinya. Perencanaan pembelajaran juga dimaksudkan sebagai

8
Afifuddin, Op.cit., hlm. 32

8
langkah awal sebelum proses pembelajaran berlangsung. Dengan demikian,
maka perencanaan pembelajaran digunakan sebagai pedoman kegiatan guru
dalam mengajar dan pedoman siswa-siswi dalam kegiatan belajar yang disusun
secara sistematis dan sistemetik.

Perencanaan pembelajaran seharusnya dipandang sebagai suatu alat


yang dapat membantu para pengelola pendidikan lebih berdaya gunadalam
melaksanakan tugas dan fungsinya. Perencanaan dapat menolong pencapaian
suatusasaran secara lebih ekonomis, tepat waktu, dan memberi peluang untuk
lebih mudah dikontrol dan dimonitor dalam pelaksanaannya. Oleh karena
perencanaan sebagai langkah pertama dalam kegiatan pembelajaran, ia
menempati posisi amat penting dan amat menentukan. Adapun urgensi
perencanaanpembelajaran adalah:

(1) Menunjukkan arah kegiatan,

(2) Memperkirakan apa yang akan terjadi dalam pembelajaran,

(3) Menentukan cara terbaik untuk mencapai tujuan pembelajaran,

(4) Menentukan skala prioritas, dan

(5) Menentukan alat pengukur atau standar untuk mengadakan pengawasan


atau evaluasi kinerja,sasaran,dan kegiatan usaha.

Hamalik menyebutkan bahwa ada tiga hal yang harus diperhatikan ketika
membuat perencanaan pembelajaran. Ketiga hal tersebut antara lain :

1) Tersedianya sumber-sumber belajar Penting kiranya bagi seorang guru saat


mempersiapkan rencana pembelajaran mempertimbangkan ketersediaan
sumber belajar. Seperti misalnya meminta siswa untuk membuat resume dari
sebuah topik namun tidak memberikan informasi tentang ketersediaan sumber
tersebut diperpustakaan atau malah menyuruh mereka mencari sendiri tanpa
diberi arahan kemana mereka harus mencari9.

2) Harus memperhatikan situasi dan kondisi siswa Seorang guru yang baik
tentunya tahu seperti apa kondisi anak didiknya di kelas. Dengan demikian dia
tidak akan sembarangan ketika memilih metode pembelajaran yang tidak sesuai
9
Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009:
50)

9
dengan kemampuan anak didiknya. Demikian juga tidak memaksakan proses
pembelajaran berlangsung saat kondisi psikologis anak tidak begitu baik. Guru
yang peka terhadap kondisi psikologis anak, saat siswanya bermasalah maka ia
akan berupaya untuk mencari solusi terbaik agar sang anak bisa ikut belajar
bersama yag lain tanpa harus tertekan secara emosional.

3) Siap melaksanakan tugas dan fungsinya dengan penuh tanggung jawab


Seseorang yang membuat rencana ketika ingin rencananya berhasil tentunya
akan berusaha sekuat tenaga untuk melaksanakan setiap langkahlangkah dalam
rencananya tersebut dengan penuh tanggung jawab. Begitupun bagi guru yang
sudah susah payah merancang rencana, tentunya akan berusaha untuk
melakukan yang terbaik agar rencananya tersebut berhasil.

Salah satu elemen penting dalam proses pembelajaran adalah pendidik 10


yang profesional. Dalam sistem dan proses pendidikan manapun, guru
memegang peranan penting. Para siswa atau peserta didik tidak mungkin
belajar sendiri tanpa bimbingan dan pengawasan guru yang mampu
mengemban tugasnya dengan baik. Kemudian juga para siswa hanya mungkin
belajar dengan baik jika guru telah mempersiapkan lingkungan positif bagi
mereka untuk belajar. Kenyataannya, meskipun sejumlah pendidik memiliki
profesi yang sama sebagai pendidik/guru, mereka memiliki perbedaan atau
beragam pada level profesionalismenya. Seorang pendidik dikatakan
profesional,11 tidak cukup hanya menyandang suatu gelar (degree) atau ijazah
(certificate) yang dimiliki sebagai persyaratan. Membuat persiapan mengajar
secara tidak langsung menunjukkan bahwa seorang guru telah menyusun
program pembelajaran. Persiapan mengajar pada dasarnya bisa berbentuk
produk program pembelajaran jangka pendek yang mencakup komponen
kegiatan belajar dan proses pelaksanaan program.

3. Manfaat Perencanaan Pembelajaran

10
Abdullah Idi, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta:RajaGrafindo Persada, 2014:227)
11
Pelaksanaan kurikulum dalam sistem instruksional yang telah didesain dengan sitematik membutuhkanan
tenaga guru yang profesional. Guru harus memenuhi persyaratan profesinya dan berkemauan tinggi untuk
mengembangkan potensi siswa secara optimal.

10
Manfaat perencanaan pembelajaran adalah sebagai berikut; Sebagai
petunjuk dalam mencapai tujuan pembelajaran; Sebagai pola dasar dalam
mengatur tugas dan wewenang bagi setiap unsur yang terlibat dalam kegiatan;
Sebagai pedoman kerja, baik unsur guru maupun siswa dan siswi; Sebagai alat
ukur efektif setidaknya suatu kegiatan, sehingga setiap saat diketahui
ketempatan dan kelambatan kegiatan tersebut; Untuk bahan penyusun data
agar tidak terjadi kesenjangan dalam kegiatan pembelajaran; Untuk
menghemat waktu, tenaga dan alat.

Adapun manfaat Menyusun Rencana Pembelajaran sebagai berikut:

1. Sebagai Pedoman Kegiatan Pembelajaran

Alasan pentingnya menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran salah


satunya ialah sebagai pedoman pembelajaran. Rencana pembelajaran ini
dibuat untuk memberikan petunjuk arah pembelajaran. Guru maupun siswa
dapat lebih terarah dalam melakukan setiap kegiatan pembelajaran.

2. Mencapai Tujuan Pembelajaran dengan Baik

Rencana pelaksanaan pembelajaran sangat penting sekali dibuat oleh


seorang guru yang bertujuan dalam mencapai tujuan pembelajaran itu sendiri.
Jika tidak ada rencana pembelajaran, maka tujuan yang ingin dicapai tidak
akan sesuai harapan.

Kualitas perencanaan pembelajaran yang dibuat dapat menentukan


tingkat keberhasilan sebuah pembelajaran. Setidaknya dengan adanya rencana
pembelajaran ini, dapat meminimalisir terjadinya ketersimpangan dalam
mencapai tujuan pembelajaran.

3. Sebagai Alat Ukur

Rencana pembelajaran ini dilakukan untuk mengukur kemampuan para


siswa serta melihat keefektifan model pembelajaran yang dilakukan oleh
guru12. Guru juga dapat mengetahui tingkat ketepatan dan kelemahan dari
pembelajaran yang dilakukannya.

12
Wina Sanjaya ,Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2010), h. 30

11
4. Dasar Pengembangan Keterampilan

Berawal dari sebuah rencana pembelajaran dan menjadikannya sebagai


dasar sebelum melakukan kegiatan pembelajaran itu sendiri. Guru dapat lebih
terampil dalam membuat pengembangan-pengembangan rencana
pembelajaran.

Guru dituntut memahami segala aspek pengembangan persiapan


mengajar. Aspek pengembangan diantaranya mulai dari definisi, manfaat,
prosedur ataupun prinsip perkembangan persiapan mengajar.

Guru juga dituntut untuk lebih terampil dalam membuat teknik dan
metode pembelajaran yang sesuai. Guru diharapkan mengeluarkan ide-idenya
untuk mengembangkan proses pembelajaran yang menyenangkan di kelasnya.

5. Memiliki Persiapan Sebelum Mengajar

Rencana pembelajaran dibuat sebelum guru melakukan pembelajaran.


Guru dapat mempersiapkan dengan baik mengenai rencana pelaksanaan
pembelajaran yang akan dilakukannya13. Sehingga guru akan siap dan tidak
kebingungan juga dalam melaksanakan pembelajaran di dalam kelas.

6. Menghemat Waktu dan Tenaga

Guru membuat rencana pembelajaran yang di dalamnya terdapat


susunan pelaksanaan pembelajaran dengan waktu yang ditentukannya. Waktu
yang sudah disusun oleh guru dalam penyampaian pembelajaran membuat
guru memberikan materinya sesuai dengan rencana pembelajaran tersebut.

Guru dapat meminimalisir penyampaian materi yang melebihi waktu


yang ditentukan pada setiap pertemuan. Tenaga yang dikerahkan pun tidak
akan terkuras habis karena waktu yang terulur dalam penyampaian
pembelajaran.

Dengan memiliki rencana pembelajaran, guru dapat menghemat waktu


dan tenaganya. Karena sudah dibuat dari sebelum tahun ajaran dimulai, maka
guru hanya akan berkerja ekstra di awal dan setiap bulannya hanya tinggal
mengikuti rencana pembelajaran yang sudah ada.
13
E. Mulyasa. Kurikulum Berbasis Kompetensi (Konsep, Karakteristik, dan Implementasi) (PT, Remaja
Rosdakarya,2010) , h. 93

12
Guru tidak usah bingung memikirkan metode dan pembelajaran yang
akan diberikan kepada siswa beberapa waktu kedepan. Guru sudah
menentukan apa-apa saja yang harus dilakukan sejak awal.

Dengan memiliki rencana pembelajaran, guru sudah tidak perlu


khawatir dan tinggal melaksanakan rencana yang telah dibuatnya.

7. Pola Pembelajaran Tertata

Satu materi biasanya memerlukan beberapa pertemuan tatap muka.


Tetapi, terkadang juga bisa habis dalam satu kali pertemuan tatap muka.
Dengan adanya rencana pembelajaran, guru dapat merancang metode
menyampaikan materi supaya materi dapat disampaikan sesuai rencana.

Misalnya, pertemuan pertama guru akan membahas dasar dari materi,


lalu di pertemuan kedua guru akan membahas sedikit lebih mendalam,
selanjutnya guru akan memberi tugas dan presentasi. Di akhir, guru akan
memberikan ujian bagi siswa untuk melihat sudah sejauh mana kemampuan
siswa.

8. Mempermudah Evaluasi Diri

Di akhir tahun ajaran, guru dapat merefleksi dan mengevaluasi


pengajarannya selama satu tahun terakhir. Guru dapat melihat apakah
pengajarannya selama satu tahun sudah sesuai dengan rencana yang dibuatnya
sebelum tahun ajaran dimulai atau tidak.

Guru juga dapat melihat apakah siswanya mendapat hasil belajar yang
sesuai dengan target awalnya atau tidak. Guru bisa mengevaluasi diri untuk
mengajar lebih baik di tahun ajaran berikutnya.

9. Memberikan Gambaran Pembelajaran

Guru dan siswa dapat mengetahui gambaran mengenai isi


pembelajaran serta bahan ajar yang digunakan dalam pembelajaran. Guru
dapat merencanakan isi materi pembelajaran yang sesuai dengan harapan
pembelajaran.

C. Definisi Pembelajaran

13
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan
yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan
pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan
kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses
untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.
Pembelajaran secara sederhana dapat diartikan sebagai sebuah usaha
mempengaruhi emosi, intelektual, dan spiritual seseorang agar mau belajar
dengan kehendaknya sendiri, melalui pembelajaran akan terjadi proses
pengembangan moral keagamaan, aktivitas, dan kreativitas peserta didik melalui
berbagai interaksi dan pengalaman belajar. 14 Menurut fathurrohman
pembelajaran adalah usaha sadar yang dilakukan oleh guru untuk membuat
peeserta didik belajar, yaitu terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa
yang belajar, dimana perubahan itu karena adanya usaha dan ditandai dengan
didapatkannya kemampuan baru yang berlaku dalam waktu yang relative lama.15
Sedangkan menurut ngalimun pembelajaran pada dasarnya merupakan
suatu proses yang dilakukan oleh guru dan peserta didik sehingga terjadinya
proses belajar dalam arti adanya perubahan perilaku individu peserta didik itu
sendiri.16 Jadi dapat disimpulkan bahwa, kegiatan pembelajaran ini dilakukan
oleh pendidik sebagai seseorang yang mengajar dan peserta didik yang
menerima pembelajaran yang tidak terlepas dari berbagai bahan pelajaran.
Dengan demikian, pembelajaran pada dasarnya adalah kegiatan terencana yang
mengondisikan seseorang agar dapat belajar dengan baik sehingga melakukan
perubahan tingkah laku melalui kegiatan belajar dan bagaimana seseorang
melakukan Tindakan penyampaian ilmu pengetahuan.

Pada proses pembelajaran membutuhkan stimulus - stimulus untuk


dirinya yang mendukung proses belajar sehingga menjadi lebih optimal. Oleh
karena itu sebuah proses melibatkan tidak hanya satu pihak maka usaha yang
berupa stimulus tersebut bermacam-macam seperti metode dan media yang

14
Muhammad Fathurrohman, Belajar dan Pembelajaran Modern (Yogyakarta: Garudhawaca, 2017), 37.
15
Muhammad Fathurrohman, Model-Model Pembelajaran Inovasi Alternative Desain Pembelajaran yang
Menyenangkan (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media 2017), 20.
16
Ngalimun, Strategi Pembelajaran (Jogjakarta: Dua Satria Offet, 2017),44.

14
digunakan untuk sebuah proses belajar dalam menyampaikan materi
pembelajHamali.
Hamalik Menyatakan bahwa pembelajaran merupakan suatu kombinasi
tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan
prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran. Suatu
kesatuan yang saling berhubungan yang akan menjadi kurang lengkap dan
memperlambat tercapainya tujuan pembelajaran apabila salah satu unsur di
dalamnya dikurangi atau dihilangkan.
Dalam sebuah pembelajaran di dalamnya pasti terdapat komunikasi
timbal balik antara pendidik dan peserta didik. Komunikasi tidak akan berjalan
dengan baik tanpa adanya bantuan yaitu sarana untuk menyampaikan materi.
Pembelajaran juga dapat diartikan sebagai sesuatu pengalaman secara relatifnya
menghasilkan perubahan kekal dalam pengetahuan dan tingkah laku Woolfolk
Maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah sebuah proses panjang
yang di dalamnya terdapat hubungan timbal balik antara pihak-pihak yang
terlibat sehingga suatu saat pembelajaran dapat disebut sebagai sumber
belajar dan sebaliknya.
1. Indikator Pembelajaran
Indikator merupakan penanda pencapaian KD yang ditandai oleh
perubahan. perilaku yang dapat diukur yang mencakup sikap,
pengetahuan, dan keterampilan. Indikator dikembangkan sesuai dengan
karakteristik peserta didik, mata pelajaran, satuan pendidikan, potensi
daerah dan dirumuskan dalam kata kerja operasional yang terukur dan/atau
dapat diobservasi
Indikator adalah perilaku yang dapat diukur dan/atau diobservasi
untuk menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang menjadi
acuan penilaian mata pelajaran Mulyasa. Dalam Panduan Pengembangan
Indikator dan Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 juga menyatakan
bahwa indikator pencapaian kompetensi adalah perilaku yang dapat diukur
dan/atau diobservasi untuk menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar
tertentu yang menjadi acuan penilaian mata pelajaran.Indikator pencapaian
kompetensi dirumuskan dengan menggunakan kata kerja operasional yang
dapat diukur, yang mencakup pengetahuan, sikap, dan keterampilan.
 Ciri-Ciri Indikator:
15
1. Konsisten dengan standar kompetensi mata pelajaran,
2. Dinyatakan dengan jelas,
3. Dapat diukur dengan jelas,
4. Realistik dan dapat dilakukan,
5. Sesuai dengan tingkat berfikir peserta didik, dan.
6. Dapat dicapai dalam kurun waktu yang tersedia.

Indikator dirumuskan dalam bentuk kalimat dengan menggunakan kata


kerja operasional. Rumusan indikator sekurang-kurangnya mencakup dua
hal yaitu tingkat kompetensi dan materi yang menjadi media pencapaian
kompetensi. Indikator memiliki kedudukan yang sangat strategis dalam
mengembangkan pencapaian kompetensi berdasarkan SK-KD karena
indikator sebagai pedoman dalam mengembangkan materi pembelajaran.
Dalam mengembangkan indikator perlu mempertimbangkan:
a. tuntutan kompetensi yang dapat dilihat melalui kata kerja yang
digunakan dalam KD.
b. karakteristik mata pelajaran, peserta didik, dan sekolah, dan
c. potensi dan kebutuhan peserta didik, masyarakat, dan lingkungan/
daerah.
Dalam mengembangkan pembelajaran dan penilaian, terdapat dua rumusan
indikator, yaitu:
a. indikator pencapaian kompetensi yang dikenal sebagai indicator.
b. indikator penilaian yang digunakan dalam menyusun kisi-kisi dan
menulis soal yang di kenal sebagai indikator soal.

Fungsi lain dari indikator adalah sebagai pedoman dalam


merancang dan melaksanakan penilaian hasil belajar. Indikator menjadi
pedoman dalam merancang, melaksanakan, serta mengevaluasi hasil
belajar, Rancangan penilaian memberikan acuan dalam menentukan
bentuk dan jenis penilaian, serta pengembangan indikator penilaian.
Pengembangan indikator penilaian harus mengacu pada indikator
pencapaian yang dikembangkan sesuai dengan tuntutan SK dan KD.

16
Langkah pertama pengembangan indikator adalah menganalisis
tingkat kompetensi dalam SK dan KD. Hal ini diperlukan untuk memenuhi
tuntutan. minimal kompetensi yang dijadikan standar secara nasional.
Sekolah dapat mengembangkan indikator melebihi standar minimal
tersebut. Tingkat kompetensi dapat dilihat melalui kata kerja operasional
yang digunakan dalam SK dan KD.
2. Pembelajaran Sukses
Smith dan Ragan mengemukakan beberapa indikator yang dapat
digunakan untuk menentukan keberhasilan sebuah proses pembelajaran.
Faktor–faktor tesebut antara lain: (1) efektivitas; (2) efisiensi; dan (3) daya
tarik.Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang mampu
membawa siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran atau kompetensi
seperti yang diharapkan. Setelah melalui proses belajar seseorang akan
memiliki kemampuan atau kompetensi yang lebih baik daripada
kemampuan yang telah dimiliki sebelumnya. Pembelajaran yang efisien
memiliki makna adanya aktivitas pembelajaran yang berlangsung dengan
menggunakan waktu dan sumber daya yang relatif sedikit. Pembelajaran
perlu diciptakan agar menjadi sebuah peristiwa yang menarik sehingga
mampu meningkatkan minat dan motivasi belajar siswa. 17
Pandangan lain atau perspektif pembelajaran yang berhasil atau
sukses dikemukakan oleh Heinich dan kawan-kawan mereka
mengemukakan bahwa untuk mencapai sebuah pembelajaran sukses ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan
yaitu: (1) peran aktif siswa; (2) pemberian latihan; (3) perhatian
terhadap adanya perbedaan individual; (4) pemberian umpan balik; dan (5)
penerapan pengetahuan dan keterampilan dalam situasi yang nyata.
• Peran aktif siswa
Proses belajar akan berlangsung efektif jika siswa terlibat secara aktif
dalam tugas-tugas yang bermakna, dan berinteraksi dengan materi
pelajaran secara intensif. Keterlibatan mental siswa dalam melakukan
proses belajar diyakini akan memperbesar kemungkinan terjadinya proses
belajar dalam dirinya.

17
Benny A Pribadi, Model Assure untuk Mendesain Pembelajaran Sukses (PT Dian Rakyat-Jakarta, Oktober
2011) 16

17
• Latihan
Latihan yang dilakukan dalam berbagai konteks akan dapat memperbaiki
tingkat daya ingat atau retensi siswa. Selain itu latihan juga akan memberi
kemungkinan bagi siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan dan
keterampilan yang sedang dipelajari. Tugas–tugas belajar berupa
pemberian latihan akan dapat membantu dalam meningkatkan penguasaan
siswa terhadap pengetahuan dan keterampilan yang sedang dipelajari.
• Perbedaan individual
Setiap individu memiliki karakteristik yang bersifat unik yang dapat
membedakannya dari individu yang lainnya. Setiap individu juga memiliki
potensi yang perlu dikembangkan secara optimal. Tugas guru atau
instruktur dalam hal ini adalah mengembangkan potensi yang dimiliki oleh
individu seoptimal mungkin melalui proses pembelajaran yang berkualitas.
• Umpan balik
Umpan balik sangat diperlukan oleh siswa untuk mengetahui
kemampuan dirinya dalam mempelajari isi atau materi pelajaran. Umpan
balik pada umumnya dapat diberikan dalam bentuk pengetahuan tentang
hasil belajar (learning outcomes) yang telah dicapai siswa setelah
menempuh program dan aktivitas pembelajaran. Informasi dan
pengetahuan tentang hasil belajar pada hakikatnya akan memacu seseorang
untuk berprestasi lebih baik lagi.
• Konteks nyata
Siswa perlu mempelajari materi pelajaran yang berisi pengetahuan dan
keterampilan yang dapat diterapkan dalam sebuah situasi yang nyata.
Siswa yang mengetahui kegunaan dari pengetahuan dan keterampilan yang
tengah dipelajarinya akan memiliki motivasi yang tinggi untuk mencapai
tujuan pembelajaran. Oleh karena itu, aktivitas pembelajaran perlu
dirancang agar siswa dapa menerapkan pengetahuan dan keterampilan
yang dipelajari dalam “setting” yang realistik.
Rowntree mengemukakan empat indikator yang dapat digunakan untuk
menentukan keberhasilan sebuah program pembelajaran. Sebuah aktivitas
pembelajaran dapat dikatakan efektif apabila memenuhi beberapa kriteria
sebagai berikut.
1. Mampu meningkatkan hasil belajar siswa.
18
2. Mampu memotivasi siswa untuk belajar lebih lanjut.
3. Mampu meningkatkan daya ingat atau retensi siswa terhadap
Isi/materi pelajaran.
4. Mampu membuat siswa menerapkan pengetahuan dan keterampilan
yang dipelajari.18

3. Belajar dan Pembelajaran di Abad 21


Untuk mengembangkan pembelajaran abad 21, guru harus memulai
satu langkah perubahan yaitu merubah pola pembelajaran tradisional yang
berpusat pada guru menjadi pola pembelajaran yang berpusat pada siswa.
Pola pembelajaran yang tradisional bisa dipahami sebagai pola
pembelajaran dimana guru banyak memberikan ceramah sedangkan siswa
lebih banyak mendengar, mencatat dan menghafal. Guru sudah sering
mendengar mengenai pola pembelajaran CBSA (Cara Belajar Siwa Aktif),
namun pendekatan yang dilakukan masih bersifat tradisional. Untuk
mengerti pola pembelajaran yang berpusat pada siswa maka kita bisa
kembali kepada slogan pendidikan kita yang tercantum dalam logo
kementerian pendidikan dan kebudayaan dan merupakan pesan dari Bapak
Pendidikan Bangsa, Ki Hajar Dewantara, yaitu Tut Wuri Handayani. Guru
berperan sebagai pendorong dan fasilitator agar siswa bisa sukses dalam
kehidupan. Satu hal lain yang penting yaitu guru akan menjadi contoh
pembelajar (learner model), guru harus mengikuti perkembangan ilmu
terakhir sehingga sebetulnay dalam seluruh proses pembelajaran ini guru
dan siswa akan belajar bersama namun guru mempunyai tugas untuk
mengarahkan dan mengelola kelas.19

Untuk mampu mengembangkan pembelajaran abad 21 ini ada beberapa


hal yang penting untuk diperhatikan yaitu antara lain :
 Tugas Utama Guru Sebagai Perencana Pembelajaran
Sebagai fasilitator dan pengelola kelas maka tugas guru yang penting
adalah dalam pembuatan RPP. RPP haruslah baik dan detil dan
mampu menjelaskan semua proses yang akan terjadi dalam kelas

18
Ibid 18
19
Abdul Rohim, Ridho Bima A, Gardi julian “Belajar dan Pembelajaran Abad 21” ,( Yogyakarta, 2016) 4

19
termasuk proses penilaian dan target yang ingin dicapai. Dalam
menyusun RPP, guru harus mampu mengkombinasikan antara target
yang diminta dalam kurikulum nasional, pengembangan kecakapan
abad 21 atau karakter nasional serta pemanfaatan teknologi dalam
kelas.
 Masukkan unsur Berpikir Tingkat Tinggi (Higher Order Thinking)
Teknologi dalam hal ini khususnya internet akan sangat Memudahkan
siswa untuk memperoleh informasi dan jawaban dari Persoalan yang
disampaikan oleh guru. Untuk permasalahan yang bersifat
pengetahuan dan pemahaman bisa dicari solusinya dengan sangat
mudah da nada kecenderungan bahwa siswa hanya menjadi
pengumpul informasi. Guru harus mampu memberikan tugas di
tingkat aplikasi, analisa,evaluasi dan kreasi, hal ini akan mendorong
siswa untuk berpikir kritis dan membaca informasi yang mereka
kumpulkan sebelum menyelasikan tugas dari guru.
 Penerapan pola pendekatan dan model pembelajaran yang
bervariasi
Beberapa pendekatan pembelajaran seperti pembelajaran berbasis
proyek (Project Based Learning), pembelajaran berbasis
keingintahuan (Inquiry Based Learning) serta model embelajaran
silang (jigsaw) maupun model kelas terbalik (Flipped Classroom)
dapat diterapkan oleh guru untuk memperkaya pengalaman belajar
siswa (Learning Experience). Satu hal yang perlu dipahami bahwa
siswa harus mengerti dan memahami hubungan antara ilmu yang
dipelajari di sekolah dengan kehidupan nyata, siswa harus mampu
menerapkan ilmunya untuk mencari solusi permasalahan dalam
kehidupan nyata. Hal ini yang membuat Indonesia mendapatkan
peringkat rendah (64 dari 65 negara) dari nilai PISA di tahun 2012,
siswa Indonesia tidak biasa menghubungkan ilmu dengan
permasalahan riil kehidupan.
 Integrasi Teknologi
Sekolah dimana siswa dan guru mempunyai akses teknologi yang
baik harus mampu memanfaatkan teknologi dalam proses

20
pembelajaran, siswa harus terbiasa bekerja dengan teknologi seperti
layaknya orang yang bekerja. Seringkali guru mengeluhkan mengenai
fasilitas teknologi yang belum mereka miliki, satu hal saja bahwa
pengembangan pembelajaran abad 21 bisa dilakukan tanpa unsur
teknologi, yang terpenting adalah guru yang baik yang bisa
mengembangkan proses pembelajaran yang aktif dan kolaboratif,
namun tentu saja guru harus berusaha untuk enguasai teknologinya
terlebih dahulu.Hal yang paling mendasar yang harus diingat
bahwasannya teknologi tidak akan menjadi alat bantu yang baik dan
kuat apabila pola pembelajarannya masih tradisional.20

BAB III

PENUTUP

20
Ibid 5

21
A. Kesimpulan
Desain pembelajaran adalah praktik penyusunan media teknologi komunikasi
dan isi untuk membantu agar dapat terjadi transfer pengetahuan secara efektif
antara guru dan peserta didik. Proses ini berisi penentuan status awal dari
pemahaman peserta didik, perumusan tujuan pembelajaran, dan merancang
"perlakuan" berbasis-media untuk membantu terjadinya transisi. Idealnya
proses ini berdasar pada informasi dari teori belajar yang sudah teruji secara
pedagogis dan dapat terjadi hanya pada siswa, dipandu oleh guru, atau dalam
latar berbasis komunitas.
Salah satu elemen penting dalam proses pembelajaran adalah pendidik
yang profesional. Dalam sistem dan proses pendidikan manapun, guru
memegang peranan penting. Para siswa atau peserta didik tidak mungkin
belajar sendiri tanpa bimbingan dan pengawasan guru yang mampu
mengemban tugasnya dengan baik. Kemudian juga para siswa hanya mungkin
belajar dengan baik jika guru telah mempersiapkan lingkungan positif bagi
mereka untuk belajar. Kenyataannya, meskipun sejumlah pendidik memiliki
profesi yang sama sebagai pendidik/guru, mereka memiliki perbedaan atau
beragam pada level profesionalismenya.

B. Saran
Dengan selesainya dibuat makalah ini, penulis berharap pembaca dapat
mengambil manfaat dari tulisan ini. Penulis juga menerima kritik dan saran
dari pembaca karena bagaimanapun penulis juga manusia yang tak luput dari
salah, khilaf, dan dosa.

DAFTAR PUSTAKA

22
Abdul Rohim, Ridho Bima A, Gardi julian “Belajar dan Pembelajaran Abad
21” ( Yogyakarta, 2016) 4

Benny A Pribadi, Model Assure untuk Mendesain Pembelajaran Sukses (PT


Dian Rakyat-Jakarta, Oktober 2011) 16

Muhammad Fathurrohman, Belajar dan Pembelajaran Modern (Yogyakarta:


Garudhawaca, 2017), 37.

Muhammad Fathurrohman, Model-Model Pembelajaran Inovasi Alternative


Desain Pembelajaran yang Menyenangkan (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media
2017), 20.

Ngalimun, Strategi Pembelajaran (Jogjakarta: Dua Satria Offet, 2017),44.

Kahar Utsman & Nadhirin, Perencanaan Pendidikan, Kudus: STAIN Kudus,


2008, hlm. 1

Saraswati, Kearifan Budaya Lokal Dalam Persfektif Teori Perencanaan,


Jurnal PWK Unisba, hlm. 4

Zuhairi “Perencanaan sistem pembelajaran” Press Yogyakarta, hal 11.

23

Anda mungkin juga menyukai