Anda di halaman 1dari 6

KONSEP UMUM PERENCANAAN DAN DESAIN PEMBELAJARAN

Posted on Januari 20, 2012 by yulianti

Standar

1. Pengertian Perencanaan Pembelajaran

William H. Newman dalam bukunya Administrative Tecniques of Organitation and Management


mengemukakan bahwa “perencanaan adalah menentukan apa yang akan dilakukan”. Perencanaan
mengandung rangkaan-rangkaian putusan yang luas dan penjelasan-penjelasan dari tujuan, penentuan
kebijakan, penentuan program, penentuan metode-metode dan prosedur-prosedur tertentu dan
penentuan kegiatan berdasarkan jadwal sehari-hari.

Sedangkan pengajaran dapat diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan oleh para guru dalam
membimbing, membantu, dan mengarahkan peserta didik untuk memiliki pengalaman belajar . Dalam
konteks pengajaran, perencanaan dapat diartikan sebagai proses penyusunan materi pengajaran,
menggunakan media pengajaran, penggunaan pendekatan dan metode pengajaran, dan penilaian
dalam suatu alokasi waktuyang akan dilaksanakan pada masa tertentu untuk mencapai tujuan yang
terlah ditentukan.

Perancanaan pembelajaran/ pengajaran juga dapat didefinisikan sebagai proses pengambilan keputusan
hasil berpikir secara rasional tentang sasaran dan tujuan pembelajaran tertentu, yakni perubahan
perilaku serta rangkaian kegiatan yang harus dilaksanakan sebagai upaya pencapaian tujuan tersebut
dengan memanfaat segala potensi dan sumber belajar yang ada. Dari konsep diatas, maka jelas
perencanaan pembelajaran memiliki karakteristik sebagai berikut:

a. Perencanaan pembelajaran merupakan hasil dari proses berfikir, artinya suatu perencanaan
pembelajaran disusun tidak asal-asalan, melainkan dengan mempertimbangkan aspek yang mungkin
dapat berpengaruh kepada penerapan perencanaan tersebut.

b. Perencanaan pembelajaran disusun untuk mengubah perilaku siswa sesuai denngan tujuan yang
ingin dicapai.

c. Perencanaan pembelajaran berisi tentang rangkaian kagiatan yang harus dilakukan untuk mapai
tujuan .

Lalu, apakah pengertian dari desain pembelajaran? Herbert Simon (Dick dan Carey, 2006) mengartikan
desain sebagai proses pemecahan masalah. Tujuan sebuah desain adalah untuk mencapai solusi terbaik
dalam memecahkan masalah dengan memanfaatkan segala informasi yang tersedia. Dengan demikian
desain muncul sebagai akibat dari kebutuhan manusia untuk memecahkan masalah.

Dalam kaitannya dengan pembelajaran, desain pembelajaran dapat diartikan sebagai proses yang
sistematis untuk memecahkan persoalan pembelajaran melalui proses perencanaan bahan-bahan
pembelajaran beserta aktifitas yang harus dilakukan, peremncanaan sumber-sumber pembelajaran yang
dapat digunakan serta perencanaan evaluasi keberhasilan . Sejalan dengan pengertian diatas, Gagne
(1992) menjelaskan bahwa desain pembelajaran disusun untuk membantu proses belajar siswa.

2. Pengertian Desain Pembelajaran


Desain pembelajaran dapat dimaknai dari berbagai sudut pandang, misalnya sebagai disiplin, sebagai
ilmu, sebagai sistem, dan sebagai proses. Sebagai disiplin, desain pembelajaran membahas berbagai
penelitian dan teori tentang strategi serta proses pengembangan pembelajaran dan pelaksanaannya.
Sebagai ilmu, desain pembelajaran merupakan ilmu untuk menciptakan spesifikasi pengembangan,
pelaksanaan, penilaian, serta pengelolaan situasi yang memberikan fasilitas pelayanan pembelajaran
dalam skalamakro dan mikro untuk berbagai mata pelajaran pada berbagai tingkatn kompleksitas.
Sebagai sistem, desain pembelajaran merupakan pengembangan sistem pembelajaran dan sistem
pelaksanaannya termasuk sarana serta prosedur untuk meningkatkan mutu belajar. Sementara itu
desain pembelajaran sebagai proses menurut Syaiful Sagala (2005:136) adalah pengembangan
pengajaran secara sistematik yang digunakan secara khusus teori-teori pembelajaran untuk menjamin
kualitas pembelajaran. Pernyataan tersebut mengandung arti bahwa penyusunan perencanaan
pembelajaran harus sesuai dengan konsep pendidikan dan pembelajaran yangdianut dalam kurikulum
yang digunakan.

Dengan demikian dapat disimpulkan desain pembelajaran adalah praktek penyusunan media teknologi
komunikasi dan isi untuk membantu agar dapat terjadi transfer pengetahuan secara efektif antara guru
dan peserta didik. Proses ini berisi penentuan status awal dari pemahaman peserta didik, perumusan
tujuan pembelajaran, dan merancang “perlakuan” berbasis-media untuk membantu terjadinya transisi.
Idealnya proses ini berdasar pada informasi dari teori belajar yang sudah teruji secara pedagogis dan
dapat terjadi hanya pada siswa, dipandu oleh guru, atau dalam latar berbasis komunitas.

3. Pentingnya Perencanaan dan desain Pembelajaran

Seorang arsitek yang professional, sebelum ia membangun sebuah gedung terlebih dulu yang ia harus
merancang bentuk gedung yang sesuai dengan struktur dan kondisi tanah, menghitung biaya yang
diperlukan selanjutnya ia aka menentukan berbagi bahan yang dibutuhkan, menghitung biaya yang
diperlukan termasuk menentukan berapa jumlah pegawai yang dibutuhkan.

Nah sekarang bagaimana dengan pembelajaran? Apakah seorang guru perlu melakukan perencanaan
pembelajaran? Kalau kita percaya bahwa guru merupakan kegiatan yang menuntut profesionalitas,
tentu saja guru akan melaksanakan kegiatannya dengan melalui perencanaan yang matang terlebihh
dahulu. Pertanyaan yang timbul selanjutnya adalah, mengapa perencanaan sangat dibutuhkan sebelum
melakukan proses pembelajaran? Hal ini disebabkan antara lain.

a. Pembelajaran adalah proses yang bertujuan, sesederhana apapun proses pembelajaran yang
dibangun poleh guru, proses tersebut diarahkan untuk mencapai tujuan.

b. Pembelajaran adalah proses kerjasama. Proses pembelajaran minimal melibatkan antara guru dan
murid. Guru tidak mungkin berjalan sendiri tanpa keterlibatan siswa.

c. Proses pembelajaran adalah proses yang kompleks. Pembelajaran bukan hanya sekedar
menyampaikan pelajaran, akan tetapi suatu proses pembentukan tingkah laku siswa. Karena harus
disadari bahwa siswa merupakan organism yang unik, yang sedang berkembang. Siswa bukan bukan
benda mati yang dapat diatur begitu saja. Mereka memiliki bakat dan bakat yang berbeda. Mereka juga
memiliki cara belajar yang berbeda-beda.

d. Proses pembelajaran akan efektif manakala memanfatkan berbagai sarana dan prasarana yang
tersedia .
4. Fungsi Perencanaan dan Desain Pembelajaran

Perencanaan dan desain pembelajaran memiliki beberapa fungsi diantaranya seperti dijelaskan berikut
ini :

a. Fungsi kreatif

Pembelajaran dengan menggunakan perencanaan yang matang, akan dapat memberikan umpan balik
yang dapat menggambarkan berbagai kelemahan yang terjadi. Melalui umpan balik itulah guru dapat
meningkatkan dan memperbaiki program. Secara kreatif, guru akan memperbaiki berbagai kelemahan
dan menemukan hal-hal baru.

b. Fungsi inovatif

Suatu inovasi hanya akan muncul seandainya kita memahami kesenjangan antara harapan dan
kenyataan. Kesenjangan itu hanya mungkin dapat ditangkap, manakala kita memahami proses yang
dilaksanakan secara sistematis. Proses pembelajaran yang sistematis itulah yang direncanakan dan
terprogram secara utuh. Nah, dalam kitan inilah perencanaan memiliki fungsi inovasi.

c. Fungsi selektif

Hanya melalui perencanaan kita dapat menyelaksi strategi mana yang kita anggap lebih efektif dab
efisien untuk dikembangkan. Tanpa suatu perencanaan tidak mungkin dapat menentukan pilihan yang
tepat. Fungsi ini juga berkaitan dengan pemilihan materi pelajaran yang dianggap sesuai dengan tujuan
pembelajaran. Melalui proses perencanaan ini guru dapat menentukan materi mana yang sesuai dan
materi mana yang tidak sesuai.

d. Fungsi komunikatif

Suatu perencanaan yang memadai harus dapat menjelaskan pada setiap orang yang terlibat, baik
kepada guru, siswa. Kepala sekolah bahkan pada pihak eksternal seperti pada orang tua dan masyarakat.
Dokumen perencanaan harus dapat mengkomunikasikan kepada setiap orang baik tentang tujuan dan
hasil yang ingin dicapai, strategi atau rangkaian kegiatan yang dapat dilakukan. Oleh sebab itu,
perencanaan memilki fungsi komunikasi.

e. Fungsi prediktif

Melalui fungsi ini, perencanaan dapat menggambarkan berbagai kesulitan yang akan terjadi. Di samping
itu, fungsi prediktif dapat menggambarkan hasil yang akan diperoleh. Jika perencanaan disusun dengan
benar dan akurat, sehingga dapat menggambarkan apa yang akan terjadi setelah dilakukan suatu
treatmen sesuai dengan program yang disusun.

f. Fungsi akurasi

Kelebihan bahan pelajaran dan kurangnya waktu yang tersedia merupakan hal yang sering terjadi.
Akibatnya proses pembelajaran tidak berjalan secara normal. Dengan perencanaan yang matang hal-hal
tersebut dapat teratasi dengan cara guru bisa memenej setiap waktu yang diperlukan, sehingga jam
yang tersedia bisa efektif.

g. Fungsi pencapaian tujuan

Mengajar bukanlah sekedar menyampaikan materi, akan tetapi membentuk manusia secara utuh.
Manusia utuh bukan hanya berkembang dalam aspek intelektual saja, akan tetapi juga dalam sikap dan
ketrampilan. Dengan demikian pembelajaran memiliki dua sisi yang sama pentingnya, yakni sisi hasil
belajar dan sisi proses belajar. Melalui perencanaan itulah kedua sisi pembelajaran dapat dilakukan
secara seimbang.

h. Fungsi kontrol

Mengontrol keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam
suatu proses pembelajaran tertentu. Melalui perencanaan kita dapat menentukan sejauh mana materi
pelajaran telah dapat diserap oleh siswa, materi mana yang sudah dan belum dipahami oleh siswa.
Selanjutnya, dapat memberikan balikan kepada guru dalam mengembangkan program pembelajaran
selanjutnya.

B. Rambu-rambu Desain pembelajaran


Perencanaan pembelajaran dibuat bukan hanya sebagai pelengkap administrasi namun
disusun sebagai bagian integral dari proses pekerjaan professional sehingga berfungsi sebagai
pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran. Dengan demikian penyusunan perencanaan
pembelajaran merupakan suatu keharusan karena didorong oleh kebutuhan agar pelaksanaan
pembelajaran terarah sesuai dengan tujuan dan sasaran yang ingin dicapai. Kriteria penyusunan
perencanaan pembelajaran meliputi:
1. Signifikansi dapat diartikan sebagai kebermaknaan. Nilai signifikansi adalah efisien.
Oleh karena itulah perencanaan pembelajaran disusun sebagai bagian dari proses pembelajaran
sesuai dengan kebutuhan siswa. Jadi perencanaan pembelajaran bukan sebagai pelengkap saja
tetapi hendaknya guru harus berpedoman pada perencanaan yang telah disusunnya.
2. Relevan artinya sesuai. Nilai relevansi dalam perencanaan adalah perencanaan yang kita
susun memiliki nilai kesesuaian baik internal maupun eksternal. Kesesuaian internal adalah
perencanaan pembelajaran harus sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Karena sumber utama
perencanaan pembelajaran adalah kurikulum itu sendiri. Dari kurikulum itulah kita menentukan
tujuan yang harus dicapai, menentukan materi atau bahan pelajaran yang harus dipelajari siswa
dan sebagainya. Kesesuaian eksternal adalah perencanaan pembelajaran yang disusun harus
sesuai dengan kebutuhan siswa. Karena perencanaan pembelajaran pada hakekatnya disusun
untuk membantu siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Oleh karena itu hal-hal yang
berhubungan dengan bakat dan minat siswa, gaya belajar siswa dan kemampuan dasar siswa
harus dijadikan pertimbangan pertama dilihat dari kesesuaian eksternal.
3. Kepastian adalah Nilai kepastian itu bermakna bahwa dalam perencanaan pembelajaran
yang berfungsi sebagai pedoman dalam penyelenggaraan proses pembelajaran tidak lagi memuat
alternatif-alternatif yang bisa dipilih akan tetapi berisi langkah-langkah pasti yang dapat
dilakukan secara sistematis. Dengan kepastian itulah kita akan terhindar dari persoalan-persoalan
yang mungkin muncul secara tidak terduga.
4. Adaptabilitas : Perencanaan pembelajaran yang disusun hendaknya bersifat lentur atau
tidak kaku. Misalnya: perencanaan pembelajaran ini dapat diimplementasikan manakala
memiliki syarat-syarat tertentu, manakala syarat-syarat tersebut tidak dipenuhi maka
perencanaan pembelajaran tidak dapat digunakan. Perencanaan pembelajaran demikian adalah
perencanaan yang kaku karena memerlukan persyaratan khusus. Sebaiknya perencanaan
pembelajaran disusun untuk dapat diimplementasikan dalam berbagai keadaan dan berbagai
kondisi. Dengan demikian perencanaan itu dapat digunakan oleh setiap orang yang akan
menggunakannya.
5. Kesederhanaan : Perencanaan pembelajaran harus bersifat sederhana artinya mudah
diterjemahkan dan mudah diimplementasikan. Sebaliknya perencanaan yang rumit dan sulit
untuk diimplementasikan tidak akan berfungsi sebagai pedoman untuk guru dalam pengelolaan
pembelajaran.
6. Prediktif: Perencanaan pembelajaran yang baik harus memiliki daya ramal yang kuat
artinya perencanaan dapat menggambarkan “apa yang akan terjadi, seandainya…”. Daya ramal
ini sangat penting untuk mengantisipasi berbagai kemungkinan yang akan terjadi. Dengan
demikian akan mudah bagi guru untuk mengantisipasinya.
C. Kinerja guru dalam desain pembelajaran
Guru atau dosen adalah sebagai desainer dalam pembelajaran. Desainer (perancang)
pembelajaran adalah orang-orang yang terlibat dalam perencanaan, pengembangan, penerapan
dan evaluasi pengajaran. Mereka tersebut adalah:
1. Perancang Pengajaran yaitu orang yang bertanggung dalam melaksanakan dan
mengkoordinasikan tugas perencanaan berkemampuan dalam semua segi proses
dan perencanaan pengajaran.
2. Pengajar yaitu orang (anggota sebuah tim) yang memanfaatkan hasil dan juga ikut
dalam perencanaan pengajaran, mengenal siswa dengan baik, menguasai cara pengajaran dan
persyaratan program pengajaran dengan bantuan perancang, mampu melaksanakan semua
rincian dari hampir semua unsur perencanaan dan bertanggung jawab dalam mengujicobakan
dan kemudian menerapkan rencana pengajaran yang dikembangkan.
3. Ahli mata pelajaran yaitu orang yang berkualifikasi dalam pemberian informasi tentang
pengetahuan dan sumber yang berkaitan dengan semua aspek pokok bahasan yang
dikembangkan dalam perencanaan pengajaran, bertanggung jawab atas pengecekan ketepatan isi
dalam semua kegiatan, bahan dan ujian.
4. Penilai yaitu orang yang berkualifikasi untuk mengembangkan instrument pengujian
untuk uji awal sejumlah ujian untuk praktik dan penilaian hasil belajar siswa dan mahasiswa (Uji
akhir), bertanggung jawab untuk mengumpulkan dan menafsirkan data selama uji coba program
dan untuk menentukan keefektifan dan keefisenannya ketika dilaksanakan secara lengkap.
(Jerrold E. kemp, 1985:17-18).

Anda mungkin juga menyukai