Anda di halaman 1dari 11

A.

Pengertian Perencanaan Pembelajaran

Perencanaan berasal dari kata “rencana” yang berarti pengambilan keputusan untuk
mencapai tujuan. Menurut Ely sebagaimana dikutip Sanjaya mengatakan bahwa perencanaan itu
pada dasarnya suatu proses dan cara berpikir yang dapat membantu menciptakan hasil yang
diharapkan. Pendapat di atas menggambarkan bahwa setiap perencanaan dimulai dengan
menetapkan target atau tujuan yang akan dicapai, selanjutnya berdasarkan penetapan target atau
tujuan tersebut dirumuskan bagaimana mencapainya. Sejalan dengan itu, Terry (1993)
mengatakan bahwa perencanaan adalah penetapan kegiatan yang harus dilakukan kelompok
untuk mencapai tujuan tertentu.Reigeluth sebagaimana dikutif Salma (2007) membedakan
perencanaan dengan pengembangan. Ia menyatakan pengembangan adalah penerapan kisi-kisi
perencanaan di lapangan. Kemudian setelah uji coba selesai, maka perencanaan tersebut
diperbaiki atau diperbarui sesuai dengan masukan yang telah diperoleh.

Sementara itu, pembelajaran berasal dari kata instruction yang banyak digunakan dalam
dunia pendidikan di Amerika Serikat. Kata instruction banyak dipengaruhi oleh aliran pskologi
kognitif-holistik, yang menempatkan siswa sebagai sumber kegiatan. Di samping itu, kata
instruction dipengaruhi oleh perkembangan teknologi yang diprediksi dapat memfasilitasi siswa
dalam mempelajari segala sesuatu, dan peran guru berubah menjadi fasilitator dalam kegiatan
pembelajaran. Hal ini sejalan dengan pendapat Gagne (1992) bahwa pembelajaran merupakan
seperangkat peristiwa yang dilakukan guru untuk mengelola fasilitas dan sumber belajar yang
tersedia agar dapat dimanfaatkan siswa dalam mempelajari sesuatu.

Pembelajaran pada hakikatnya merupakan upaya membelajarkan siswa dan perancangan


pembelajaran merupakan penataan upaya tersebut agar muncul perilaku belajar. Dalam kondisi
yang tertata: tujuan dan isi pembelajaran jelas, strategi pembelajaran optimal, akan amat
berpeluang memudahkan belajar. Di pihak lain, peranan pendidik akan menjadi semakin
kompleks, ia bukan hanya sebagai salah satu sumber belajar tapi juga harus menampilkan diri
sebagai seorang ahli dalam menata sumbersumber belajar lain serta mengintegrasikannya ke
dalam tampilan dirinya. Pendidik harus mampu menampilkan diri sebagai satu komponen yang
terintegrasi dari keseluruhan sumber belajar.Ini berarti kurang tepat kalau dikatakan bahwa
pembuatan perencanaan pembelajaran dimaksudkan untuk memudahkan mengajar. Perencanaan
pembelajaran bukan untuk itu, akan tetapi untuk memudahkan peserta didik belajar. Peserta didik
yang selayaknya dijadikan kunci akhir dalam menetapkan mutu suatu perencanaan pembelajaran.

Dari kedua makna tentang konsep “perencanaan” dan “pembelajaran”, Sanjaya


menyimpulkan bahwa perencanaan pembelajaran adalah proses pengambilan keputusan secara
rasional tentang tujuan pembelajaran tertentu dengan memanfaatkan segala potensi dan sumber
belajar yang ada. Menurut Soekamto, perencanaan pembelajaran ini merupakan suatu proses
untuk menentukan metode pembelajaran manakah yang lebih baik dipakai guna memperoleh
perubahan yang diinginkan pada pengetahuan dan tingkah laku serta keterampilan peserta didik
dengan materi dan karakteristik peserta didik tertentu. Gentry (1994) mengatakan perencanaan
pembelajaran adalah suatu proses yang merumuskan dan menentukan tujuan pembelajaran,
strategi, teknik, dan media agar tujuan pembelajaran umum tercapai.

Perencanaan pembelajaran memiliki beberapa karakteristik. Pertama, perencanaan


pembelajaran merupakan hasil dari proses berpikir, artinya suatu perencanaan pembelajaran
disusun tidak asalasalan akan tetapi disusun dengan mempertimbangkan segala aspek yang
mungkin dapat berpengaruh, di samping disusun dengan mempertimbangkan segala sumber daya
yang tersedia yang dapat mendukung terhadap keberhasilan proses pembelajaran.

Kedua, perencanaan pembelajaran disusun untuk mengubah perilaku siswa sesuai dengan
tujuan yang ingin dicapai. Ini berarti fokus utama dalam perencanaan pembelajaran adalah
ketercapaian tujuan. Ketiga, perencanaan pembelajaran berisi tentang rangkaian kegiatan yang
harus dilaksanakan untuk mencapai tujuan. Oleh karena itulah, perencanaan pembelajaran dapat
berfungsi sebagai pedoman dalam merancang pembelajaran sesuai dengan kebutuhan.

Dari berbagai pendapat tersebut, maka dapat dikatakan bahwa perencanaan pembelajaran
merupakan suatu pendekatan yang sistematis yang mencakup analisis kebutuhan pembelajaran,
perumusan tujuan pembelajaran, pengembangan strategi pembelajaran, pengembangan bahan
ajar, serta pengembangan alat evaluasinya dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran yang
diharapkan.

Dick dan Carey menyatakan bahwa konsep pendekatan sistem merupakan landasan
pemikiran dari suatu perencanaan pembelajaran. Secara umum pendekatan sistem terdiri atas
analisis, desain, pengembangan, implementasi, dan evaluasi.Perencanaan pembelajaran
mencakup seluruh proses yang dilaksanakan pada pendekatan sistem. Teori belajar, teori
evaluasi, teori pembelajaran merupakan teori-teori yang melandasi perencanaan pembelajaran.

Dari berbagai pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa perencanaan pembelajaran


merupakan suatu pendekatan yang sistematis yang mencakup analisis kebutuhan pembelajaran,
perumusan tujuan pembelajaran, pengembangan strategi pembelajaran, pengembangan bahan
ajar, serta pengembangan alat evaluasinya dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran yang
diharapkan

B. Tujuan Perencanaan Pembelajaran

Upaya membuat perencanaan pembelajaran dimaksudkan agar dapat dicapai perbaikan


pembelajaran. Melalui perbaikan pembelajaran ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas
pembelajaran yang dilakukan oleh perancang pembelajaran. Perbaikan mutu pembelajaran
haruslah diawali dari perbaikan perencanaan pembelajaran. Perencanaan pembelajaran dapat
dijadikan titik awal dari upaya perbaikan terhadap kualitas pembelajaran

Selanjutnya, dalam mendesain pembelajaran perlu memilah hasil pembelajaran yang


segera bisa diukur pencapaiannya (hasil langsung) dan hasil pembelajaran yang terbentuk secara
kumulatif yang merupakan urunan dari sejumlah peristiwa pembelajaran (hasil pengiring).
Perancang pembelajaran seringkali merasa kecewa dengan hasil yang nyata dicapainya karena
ada sejumlah hasil yang tidak segera bisa diamati setelah pembelajaran berakhir terutama hasil
pembelajaran yang termasuk kawasan sikap.Sikap lebih merupakan hasil pembelajaran yang
terbentuk secara kumulatif dalam waktu yang relatif lama dan merupakan integrasi dari hasil
sejumlah perlakuan pembelajaran.

Konsep pendekatan sistem merupakan dasar pemikiran dari suatu perencanaan


pembelajaran. Secara umum pendekatan sistem terdiri atas analisis, desain, pengembangan,
implementasi, dan evaluasi. Perencanaan pembelajaran mencakup seluruh proses yang
dilaksanakan pada pendekatan sistem. Teori belajar, teori evaluasi, teori pembelajaran
merupakan teori-teori yang melandasi perencanaan pembelajaran. Hal ini sejalan dengan
pendapat Gagne dan Briggs (1979) bahwa asumsi dasar perencanaan pembelajaran, yaitu: (1)
harus bertujuan untuk membantu seorang belajar, (2) mencakup jangka panjang dan jangka
pendek, (3) sistem pembelajaran yang dirancang secara sistematik dapat mempengaruhi
perkembangan seseorang, (4) sistem pembelajaran harus dilaksanakan berdasarkan pendekatan
sistem, (5) perlu didasarkan atas pengetahuan bagaimana manusia belajar.

Perancangan pembelajaran haruslah didasarkan pada hasil ldentifikasi dan analisis


tentang semua variabel yang mempengaruhi belajar. Ada tiga variabel yang mempengaruhi
belajar, yaitu kondisi pembelajaran, metode pembelajaran, dan hasil pembelajaran.\

Kondisi pembelajaran mencakup semua variabel yang tidak dapat dimanipulasi oleh
perancang yang harus diterima sebagaimana adanya. Yang termasuk dalam variabel kondisi
adalah tujuan pembelajaran, isi pembelajaran, keterbatasan sumber belajar dan karakteristik
siswa. Metode pembelajaran mencakup semua cara yang dapat dipakai untuk mencapai tujuan
pembelajaran dalam kondisi tertentu. Variabel metode adalah strategi mengorganisasi isi
pembelajaran, strategi menyampaikan isi pembelajaran dan strategi mengelola pembelajaran.
Hasil pembelajaran mencakup semua akibat yang muncul dari penggunaan metode tertentu,
seperti keefektifan, efisiensi, dan daya tarik pembelajaran. Suatu perencanaan pembelajaran
selayaknya mencakup keseluruhan variabel ini.

Inti utama dalam perancangan pembelajaran adalah pada pemilihan, penetapan, dan
pengembangan variabel metode pembelajaran.Pemilihan metode pembelajaran harus didasarkan
pada analisis kondisi dan hasil pembelajaran. Analisis akan menunjukkan bagaimana kondisi
pembelajarannya dan apa hasil pembelajaran yang diinginkan. Setelah bagaimana kondisi itu,
baru penetapan dan pengembangan metode pembelajaran dilakukan. Dalam menentukan metode
pembelajaran ada tiga prinsip yang perlu diperhatikan, yaitu: (1) tidak ada satu metode
pembelajaran yang unggul untuk semua tujuan dan semua kondisi, (2) metode pembelajaran
yang berbeda memiliki pengaruh yang berbeda dan konsisten pada hasil pembelajaran, dan (3)
kondisi pembelajaran yang berbeda memiliki pengaruh yang konsisten pada hasil pembelajaran.

C. Fungsi Perencanan Pembelajaran

Perencanaan pembelajaran memainkan peranan penting dalam pelaksanaan pembelajaran yang


meliputi rumusan tentang apa yang akan diajarkan pada siswa, bagaimana cara mengajarkannya,
dan seberapa baik siswa dapat menyerap semua bahan ajar ketika siswa telah menyelesaikan
proses pembelajarannya.

Perencanaan tersebut sangat penting bagi guru karena kalau tidak ada perencanan yang baik,
tidak hanya siswa yang akan tidak terarah dalam proses belajarnya tapi guru juga tidak akan
terkontrol, dan bisa salah arah dalam proses belajar yang dikembangkannya pada siswa.

Berkaitan dengan fungsi perencanaan pembelajaran, mungkin pendapat Oemar Hamalik bisa
dijadikan sebagai acuan, yakni;

1. Memberi guru pemahaman yang lebih luas tentang tujuan pendidikan sekolah, dan
hubungannya dengan pembelajaran yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan tersebut.

2. Membantu guru memperjelas pemikiran tentang sumbangan pengajarannya terhadap


pencapaian tujuan pendidikan.

3. Mengurangi kegiatan yang bersifat trial and error dalam mengajar dengan adanya
organisasi kurikuler yang baik, metode yang tepat dan hemat waktu.

4. Murid-murid akan menghormati guru yang dengan sungguh-sungguh mempersiapkan diri


untuk mengajar sesuai dengan harapan-harapan mereka.

5. Memberikan kesempatan bagi guru-guru untuk memajukan pribadinya dan perkembangan


profesionalnya.

6. Membantu guru memiliki perasaan percaya diri pada diri sendiri dan

jaminan atas diri sendiri.

7. Sebagai acuan untuk melaksanakan proses belajar mengajar di kelas agar dapat berjalan
lebih efektif dan efisien[3]

Sementara itu juga ada yang menjabarkan kegunaan atau fungsi perencanaan pembelajaran
sebagai berikut:

a. Fungsi kreatif
Pembelajaran dengan menggunakan perencanaan yang matang akan dapat memberikan
umpan balik yang dapat menggambarkan berbagai kelemahan yang ada sehingga akan dapat
meningkatkan dan memperbaiki program.

b. Fungsi Inovatif

Suatu inovasi pasti akan muncul jika direncanakan karena adanya kelemahan dan
kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Kesenjangan tersebut akan dapat dipahami jika kita
memahami proses yang dilaksanakan secara sistematis dan direncanakan dan diprogram secara
utuh.

c. Fungsi selektif

`Melalui proses perencanaan akan dapat diseleksi strategi mana yang dianggap lebih efektif
dan efisien untuk dikembangkan. Fungsi selektif ini juga berkaitan dengan pemilihan materi
pelajaran yang dianggap sesuai dengan tujuan pembelajaran.

d. Fungsi Komunikatif

Suatu perencanaan yang memadai harus dapat menjelaskan kepada setiap orang yang terlibat,
baik guru, siswa, kepala sekolah, bahkan pihak eksternal seperti orang tua dan masyarakat.
Dokumen perencanaan harus dapat mengkomunikasikan kepada setiap orang baik mengenai
tujuan dan hasil yang hendak dicapai dan strategi yang dilakukan.

e. Fungsi prediktif

Perencanaan yang disusun secara benar dan akurat, dapat menggambarkan apa yang akan
terjadi setelah dilakukan suatu tindakan sesuai dengan program yang telah disusun. Melalui
fungsi prediktifnya, perencanaan dapat menggambarkan berbagai kesulitan yang akan terjadi,
dan menggambarkan hasil yang akan diperoleh.

f. Fungsi akurasi

Melalui proses perencanaan yang matang, guru dapat mengukur setiap waktu yang
diperlukan untuk menyampaikan bahan pelajaran tertentu, dapat menghitung jam pelajaran
efektif.

g. Fungsi pencapaian tujuan


Mengajar bukanlah sekedar menyampaikan materi, tetapi juga membentuk manusia yang
utuh yang tidak hanya berkembang dalam aspek intelektualnya saja, tetapi juga dalam sikap dan
ketrampilan. Melalui perencanaan yang baik, maka proses dan hasil belajar dapat dilakukan
secara seimbang.

h. Fungsi kontrol dan evaluatif

Mengontrol keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan merupakan bagian yang tidak dapat
dipisahkan dalam suatu proses pembelajaran. Melalui perencanaan akan dapat ditentukan sejauh
mana materi pelajaran telah dapat diserap oleh siswa dan dipahami, sehingga akan dapat
memberikan balikan kepada guru dalam mengembangkan program pembelajaran selanjutnya.

D. Rasionalisasi Perlunya Perencanaan Pembelajaran

Perlunya perencanaan pembelajaran agar dapat dicapai perbaikan pembelajaran, upaya perbaikan
pembelajaran ini dilakukan dengan asumsi sebagai berikut:

1. Untuk memperbaiki kualitas pembelajaran perlu diawali dengan perencanaan pembelajaran


yang diwujudkan dengan adanya desain pembelajaran. Perencanaan pembelajaran dapat
dijadikan titik awal dari upaya perbaikan kualitas pembelajaran. Hal ini dimungkinkan karena
dalam desain pembelajaran, tahapan yang akan dilakukan oleh guru atau dosen dalam belajar
telah terancang dengan baik, mulai dari mengadakan analisis dan tujuan pembelajaran sampai
dengan pelaksanaan evaluasi yang tujuannya untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran
yang telah ditetapkan.

2. Untuk merancang suatu pembelajaran perlu menggunakan pendekatan sistem. Hal ini
disadari bahwa dengan pendekatan sistem, akan memberikan peluang yang lebih besar dalam
mengintegrasikan semua variabel yang mempengaruhi belajar, termasuk keterkaitan antar
variabel pengajaran yakni variabel kondisi pembelajaran, variabel metode, dan variabel hasil
pembelajaran.

3. Perencanaan desain pembelajaran diacukan pada bagaimana seseorang belajar. Rancangan


pembelajaran biasanya dibuat berdasarkan pendekatan perancangnya.Apakah bersifat intuitif
atau bersifat ilmiah.Jika bersifat intuitif, rancngan pembelajaran tersebut banyak diwarnai oleh
kehendak perancangnya.Akan tetapi, jika dibuat berdasarkan pendekatan ilmiah rancangan
pembelajaran tersebut diwarnai oleh berbagai teori yang dikemukakan oleh para ilmuan
pembelajaran.

4. Untuk merencanakan suatu desain pembelajaran diacukan pada siswa secara


perorangan.Seseorang belajar memiliki potensi yang perlu dikembangkan. Tindakan tahu
perilaku belajar dapat ditata atau dipengaruhi, tetapi tidakan atau perilaku belajar itu akan tetap
berjalan sesuai dengan karakteristik siswa. Siswa yang lambat dalam berfikir, tidak mungkin
dapat dipaksa segera bertindak secara cepat. Sebaliknya siswa yang mempunyai kemampuan
berfikir tinggi tidak mungkin dipaksa bertindak secara lambat.dalam hal ini jika perencanaan
pembelajaran tidak diacukan pada individu yang belajar seperti ini, maka besar kemungkinan
bahwa siswa yang lambat belajar akan makin tertinggal, dan yang cepat berfikir makin maju
pembelajarannya.

5. Pembelajaran yang dilakukan akan bermuara pada ketercapaian tujuan pembelajaran, dan
tujuan pengiring dari pembelajaran.

Hasil pembelajaran mencakup hasil lngsung dan hasil tak langsung. Perancangan pembelajaran
perlu memilih hasil pembelajaran yang langsung dapat terukur setelah setelah selesai
pelaksanaan pembelajaran, dan hasil pembelajaran yang dapat terukur setelah melaluui
keseluruhan proses pembelajaran, atau hasil pengiring. Perancang pembelajaran seringkali
merasa kecewa dengan hasil nyata yang dicapaiinya karena ada sejumlah hasil yang tidak segera
bisa diamati setelah pembelajaran berakhir terutama hasil pembelajaran yang termasuk pada
ranah sikap.Padahal ketercapaian ranah sikap biasanya terbentuk setelah secara kumulatif dan
dalam waktu relatif lama terintegrasi keseluruhan hasil langsung pembelajaran.

6. Sasaran akhir dari perencanaan desain pembelajaran adalah mudahnya siswa untuk belajar.
Sebagaimana disebutkan diatas, pembelajaran adalah upaya membelajarkan siswa dan
perancangan pembelajaran merupakan penataan upaya tersebut agar muncul perilaku belajar.
Dalam kondisi yang ditata dengan baik, strategi yang direncanakan akan memberikan peluang
dicapainya hasil pembelajaran. Disamping itu, peran guru sebagai sumber belajar telah diatur
secara terencana, pelaksanaan evaluasi baik formatif maupun sumatif telah terencana,
memberikan kemudahan siswa untuk belajar.Dengan desain pembelajaran, setiap kegiatan yang
dilakukan guru telah terencana, dan guru dapat dengan mudah melakukan kegiatan
pembelajaran.Jika hal ini dilakukan dengan baik, sudah tentu sasaran akhir dari pembelajaran
adalah terjadinya kemudahan belajar siswa dapat dicapai.

7. Perencanaan pembelajaran harus melibatkan semua variabel pembelajaran. Perencanaan


pembelajaran diupayakan mencakup semua variabel pembelajaran yang dirasa tutut
mempengaruhi belajar.Ada tiga variabel pembelajaran yang perlu dipertimbangkan dalam
merancang pembelajaran.Ketiga variabel tersebut adalah variabel kondisi, metode, dan variabel
hasil pembelajaran.

8. Inti dari desain pembelajaran yang dibuat adalah penetapan metode pembelajaran yang
optimal untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

D. Prinsip-prinsip Perencanaan Pembelajaran

Dalam perakteknya, pengembangan perencanaan pembelajaran harus memperhatikan prinsip-


prinsipnya agar proses pembelajaran yang ditempuh dapat dilaksanakan secara efektif. Adapun
prinsip-prinsip tersebut yaitu meliputi:

1.Menetapkan apa yang mau dilakukan oleh guru, kapan dan bagaimana cara melakukannya
dalam implementasi pembelajaran.

2.Membatasi sasaran atas dasar tujuan intruksional khusus dan menetapkan pelaksanaan kerja
untuk mencapai hasil yang maksimal melalui prosess penentuan target pembelajaran.

3.Mengembangkan alternatif-alternatif yang sesuai dengan strategi pembelajaran.

4.Mengumpulkan dan menganalisis iniformasi yang penting untuk mendukung kegiatan


pembelajaran.

5.Mempersiapkan dan mengkomunikassikan rencana-rencana daan keputesan-keputusan yang


berkaitan dengan pembelajaaran kepada pihak yang berkepentingan.

Jika prinsip-prinsip itu terpenuhi, maka secara teoretik perencanaan pembelajaran akan memberi
penegasan dan kejelasan dalam mencapai tujuan dan sesuai dengan scenario yang sudah disusun.
Walaupun kenyataan dalam lapangn sangat berbeda dengan apa yang telah dirumuskan,
perencanaan akan tetap berperan memberikan inovasi dan motivasi guru saat kehabisan metode
ketika mengajar. Paling tidak perencanaan yang jelas akan memberikan langkah-langkah yang
jelas pula dalam membentuk kompetensi.

Hal tersebut sejalalan dengan pendapat Mulyasa (2003) bahwa :

1.Kompetensi yang dirumuskan dalam perencanaan pembelajaran harus jelas, makin kongkrit
kompetensi makin mudah diamati, dan makin tepat kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan
untuk membentuk kompetensi tersebut.

2.Perencanaan pembelajaran harus sederhan dan fleksibel, serta dapat dilaksanakan dalam
kegiatan pembelajaran, dan pembentukan kompetensi siswa.

3.Kegiatan-kegiatan yang disusun dan dikembangkan dalam perencanaan pembelajaran harus


menunjang dan sesuai dengan kompetensi yang telah ditetapkan.

4.Perencanaan pembelajaran yang dikembangkan harus utuh dan menyeluruh serta jelas
pencapaiannya.

Terkait dengan pendapat diatas, Oemar Hamalik (1980) mengemukakan tentang dasar-dasar atau
prinsip perencanaan sebagai berikut :

1.Rancangan yang dibuat harus disesuaikan dengan tersedianya sumber-sumber.

2.Organisasi pembelajaran harus senantiasa memperhatikan situasi dan kondisi masyarakat


sekolah.

3.Guru selaku pengelola pembelajaran harus melaksanakan tugas dan fungsinya dengan penuh
tanggung jawab.

4.Faktor manusia selaku anggota organisasi senantiasa dihadapkan pada keterbatasan.

SUMBER

Nasution , W. N. (2017). ITTIHAD. Perencanaan Pembelajaran : Pengertian, Tujuan Dan


Prosedur , 1, 185–195.
Djamarah, Syaiful Bahri dan Zain, Aswan. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka
Cipta
Djuharie, O. Setiawan. 2001. Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis, Disertasi. Bandung: Yrama
Widya
Hornby, A S. 2000. Oxford Advanced Learner’s Dictionary of Current English, Sixth Edition.
New York: Oxford University Press

Anda mungkin juga menyukai