Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

DESAIN INSTRUKSIONAL

" Perbedaan Antara Desain Pembelajaran


Dengan Perencanaan Pembelajaran "

Dosen Pengampu :
ZULHITMI, M. Pd

Disusun Oleh : Kelompok 2

1. M. AZIZ SAPUTRA
2. ANGGUN ROHALI
3. ZULFA SAPITRI
4. NURUL HAZMI SAPUTRA

INSTITUT DARUL ULUM SAROLANGUN


TAHUN AKADEMIK
2023/2024
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kesempatan kepada
penulis sehingga bisa menyelesaikan pembuatan makalah ini dengan sebaik
baiknya, meskipun dalam penulisan makalah masih banyak kesalahan dan
kekurangan.
Shalawat dan salam juga penulis sampaikan kepada Nabi Muhammad
SAW yang telah memperjuangkan kehidupan umat manusia dari jaman
kebodohan yang tampa berilmu pengetahuan menjadi zaman yang berlimpah ilmu
pengetahuan baik pun agama, maupun teknologi.
Terakhir penulisan menyadari dalam perbuatan makalah ini masih banyak
kekurangan sehingga banyak kesalahan namun penulisan mengharap kan kritik
dan saran dari pembaca yang budiman untuk pembuatan makalah yang lebih baik.

Sarolangun, Februari 2024

Pemakalah

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ..................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................. 1
C. Tujuan .................................................................................... 2
D. Manfaat .................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Desain Pembelajaran ........................................... 3
B. Komponen Desain Pembelajaran............................................ 4
C. Tujuan Desain Pembelajaran.................................................. 8
D. Perbedaan Perencanaan dan Desain Pembelajaran................. 9
E. Klasifikasi Model Desain Pembelajaran ................................ 9
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................ 23
B. Saran ...................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 24

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara
(Santoso & Subagyo, 2017). Dalam pembelajaran dan pendidikan seiring
dengan berkembangnya pendidikan dan sistem pendidikan di Indonesia,
seluruh elemen masyarakat, utamanya yang berkaitan langsung dengan
pendidikan dituntut untuk lebih kreatif dan professional untuk
mengembangkan pendidikan (Fhathulloh et al., 2014).
Peningkatan mutu pendidikan dapat kita lakukan dengan berbagai cara,
salah satunya adalah dengan memahami bagaimana peserta didik belajar dan
bagaimana informasi yang diperoleh dapat di proses oleh pikiran mereka
sehingga menjadi milik mereka dan bertahan lama dalam pikirannya (Nuryana
et al., 2013). Untuk itu perlu adanya cara atau metode untuk menjawab
tantangan-tantangan yang muncul seiring dengan berkembangnya waktu,
maka muncullah metode dan cara yang disebut perencanaan atau desain
pembelajaran yang diharapkan akan lebih memudahkan proses belajar
mengajar.
Maka di dalam makalah ini akan dibahas mengenai desain
pembelajaran yang merupakan hal penting dalam kegiatan belajar mengajar.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah Pengertian Desain Pembelajaran ?
2. Bagaimana Komponen Desain Pembelajaran ?
3. Bagaimana Tujuan Desain Pembelajaran ?
4. Bagaimana Perbedaan Perencanaan dan Desain Pembelajaran ?
5. Bagaimana Klasifikasi Model Desain Pembelajaran?

1
C. Tujuan
Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Sebagai salah satu syarat tugas Mata Kuliah Desain Pembelajaran.
2. Mendeskripsikan materi mengenai desain pembelajaran.

D. Manfaat
Manfaat dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Memperoleh nilai sangat baik pada Mata Kuliah Desain Pembelajaran.
2. Menghasilkan uraian mengenai materi desain pembelajaran.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Desain Pembelajaran


Desain adalah sebuah istilah yang diambil dari bahasa inggris yang
berarti perencanaan dan ada pula yang menyebutkan sebagai persiapan.
Menurut istilah desain pembelajaran adalah proses untuk menentukan metode
pembelajaran apa yang paling baik dilaksanakan agar timbul perubahan dan
keterampilan pada diri pembelajar kearah yang dihendaki (Kurniawati, 2021).
Desain kerangka, bentuk, atau rancangan langkah pertama dalam fase
pengembangan bagi setiap produk atau sistem yang direkayasa (Basri, 2013).
Desain dapat didefinisikan berbagai proses aplikasi berbagai teknik dan
prinsip bagi tujuan pendefinisian suatu perangkat, suatu proses atau sistem
dalam detail yang memadai untuk memungkinkan realisasi fisiknya (Watini et
al., 2018).
Beberapa tokoh yang mendefenisikan desain pembelajaran antara lain:
1. Reigeluth mendefenisikan desain pembelajaran adalah kisi-kisi dari
penerapan teori belajar dan pembelajaran untuk memfasilitasi proses
belajar seseorang (Reigeluth, 1999).
2. Rothwell dan Kazanas merumuskan desain pembelajaran terkait dengan
peningkatan mutu kinerja seseorang dan pengaruhnya bagi organisasi
(Rothwell, kazanas, 1992).
3. Gagne dkk menyatakan bahwa desain pembelajaran adalah sebuah usaha
dalam membantu proses belajar seseorang, dimana proses belajar itu
sendiri mempunyai tahapan segera dan jangka panjang (Gagne, 1992)
4. Dick and Carey mendefenisikan desain pembelajaran adalah mencakup
seluruh proses yang dilaksanakan pada pendekatan system yang terdiri
dari analisis, desain, pengembangan, implementasi dan evaluasi (Dick and
Carey, 1992 )
5. Seels and Richey mendefenisikan desain pembelajaran adalah prosedur
yang terorganisasi yang meliputi langkah-langkah penganalisaan,
perancangan, pengembangan, pengaplikasian, dan penilaian

3
pengembangan, (Sheels and Richey, 1994)
Dari beberapa defenisi diatas, dapat dilihat bahwa terdapat aspek
kesamaan antara mereka, kesamaan tersebut dapat dijabarkan bahwa desain
pembelajaran merupakan prosedur kerja yang digunakan dalam proses
pembelajaran agar pembelajaran dapat dilaksanakan secara baik dan
menghasilkan output yang baik
Tujuan desainer adalah untuk menghasilkan suatu model atau
representasi dari entitas yang kemudian akan dibangun. Desain pembelajaran
adalah praktik penyusunan media teknologi komunikasi dan isi untuk
membantu agar dapat terjadi transfer pengetahuan secara efektif antara guru
dan peserta didik. Proses ini berisi penentuan status awal dari pemahaman
peserta didik, perumusan masalah pembelajaran, dan merancang perlakuan
berbasis media untuk membantu terjadinya transisi.

B. Komponen Desain Pembelajaran


Komponen utama dari desain pembelajaran adalah pembelajar (pihak
yang menjadi fokus) yang perlu diketahui meliputi, karakteristik mereka,
kemampuan awal dan kemampuan prasyarat. Mendesain pelajaran bukanlah
suatu pekerjaan yang dilakukan secara tiba-tiba, bukan pula suatu perencanaan
tanpa posedur sistematis, melainkan harus merujuk pada model-model desain
yang memiliki karakteristik yang jelas. Bagaimanapun bentuk dan modelnya
suatu desain pembelajaran, karakteristik utama dapat diklasifikasikan kedalam
enam bagian yakni; 1) student centered, 2) goal oriented, 3) focuses on
meaningful performance, 4) assumes outcomes can be measured in a realible
and valid way, 5) enperical, iteratif, and self correction,and 6) a team offort
(Primaningtyas, 2017).
Desain pembelajaran harus berorientasi pada peserta didik,
berorientasi pada tujuan, terfokus pada pengembangan dan peningkatan
kinerja, hasil belajar harus bias di ukur dengan cara yang valid dan terpercaya.
Selain itu desain pembelajaran harus mengandung hal-hal yang empiris,
berulang, dapat dikoreksi sendiri dan merupakan usaha yang dilakukan secara
bersama. Adapun komponen tersebut adalah :

4
1. Desain Pembelajaran Berpusat pada Siswa
Desain pembelajaran seharusnya mempertimbangkan suatu
pendekatan pembelajan yang berpusat pada peserta didik, dimana peserta
didiklah yang mempengaruhi konten, aktivitas, materi dan fase belajar.
Pendekatan ini memosisikan peserta didik pada pusat proses belajar.
Pendidik memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk belajar
secara independen dan saling membantu antara satu dengan yang lainnya,
serta melatih mereka dengan memperhatikan keterampilan yang
dibutuhkan untuk berbuat secara efektif.
Pendekatan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik
mencangkup berbagai teknik, seperti mengganti sistem penyajian yang
menggunakan ceramah dengan pengalaman belajar aktif, menetapkan
teknik open-end-ed- problem merupakan pendekatan yang membutuhkan
proses berpikir kritis dan kreatif, melibatkan peserta didik dalam simulasi
dan bermain peran, dan menggunakan self-phase dan comperatif learning.
Implementasi pendekatan pembelajaran yang berpusat pada peserta
didik secara tepat akan membawa dampak pada meningkatkan motivasi
belajar, semakin menguat daya pemahaman, semakin mendalam
pengertian terhadap ilmu pengetahuan yang dipelajari, dan semakin positif
sikap peserta didik terhadap mata pelajaran yang diajarkan (Muhammad
Yaumi, 2013). Pendekatan pembelajaran dengan berpusat kepada peserta
didik atau student center menjadi keharusan, siswa dipandang sebagai
subjek aktif yang memiliki daya seleksi dan daya interprestasi, serta daya
kreasi tinggi terhadap topik apa yang diangkat dalam suatu proses
pembelajaran (Sulianto et al., 2019).
2. Desain Pembelajaran Berorientsasi Tujuan
Mendesain pembelajaran dengan menyajikan tujuan secara akurat
merupakan titik sentral dalam proses desain pembelajaran. Tujuan
seharusnya menjadi pijakan dasar terutama dalam mengembangan materi,
strategi, dan metode pembelajaran, media, dan evaluasi. Desain
pembelajaran yang tidak menjadikan tujuan sebagai inti pengembangan
dapat menimbulkan pelaksanaan pembelajaran yang tidak sistematis,

5
sistemik, dan cendrung parsial, dan tidak utuh. Tujuan pembelajaran
mencangkup lima kemampun sebagaimana di sebutkan oleh Gagne,
seperti;
a. Informasi verba,
b. Kemampuan intelektual,
c. Kemampuan kognisi,
d. Sikap dan
e. Kemampuan motorik (Warsita, 2018).
Tujuan pembelajran, dapat juga diarahkan pada jenis kemampuan
dalam taksonomi blomm yang mencangkup tiga domain: kognisi, afeksi,
dan psikomotorik, atau empat ranah yang pernah disinyari oleh Dewantara
dengan istilah olah pikir, olah rasa, olah hati. Singkatnya apapun bentuk
dari kemampuan yang diingikan, rancangan pembelajaran harus terfokus
pada tujuan pembelajaran.
3. Desain Pembelajran Terfokus pada Pengembangan atau Perbaikan Kinerja
Peserta Didik
Desain harus diarahkan pada upaya perbaikan yang berarti suatu
perbuatan untuk meningkatkan atau membuat lebih baik dalam hal
kualitas, nilai, atau kegunaan. Memperbaiki artinya harus dapat membuat
suatu menjadi kredibel atau dapat dipercaya untuk menawarkan beberapa
manfaat yang berlaku secara umum. Memperbaiki juga berarti
mempersiapkan cara-cara yang jauh lebih unggul dari yang biasa untuk
mencapai tujuan yang layak.
Kinerja dalam desain pembelajaran tidak merujuk pada dua
komponen utama pertama, desain pembelajaran yang digunakan untuk
memfasilitasi peserta didik dalam mendapatkan pengetahuan dan
menggunakan atau menerapkan pengetahuan dan kemampuan baru yang
diperoleh. Kedua, desain pembelajran dapat mengakomodasi dan
mengembangkan kinerja peserta didik dalam upaya menjadi pribadi yang
lebih baik dari sebelumnya. Artinya daripada hanya sekedar
mengingatkan informasi dan menghapal komponen-komponen penting
dari segala sesuatu yang dipelajari, desain pembelajaran fokus pada

6
menyediakan peserta didik untuk mampu melakukan sesuatu yang berarti
dengan menunjukkan kemampuan perilaku yang lebih kompleks,
termasuk dalam menyelesaikan berbagai permasalahan pembelajaran yang
dihadapi. Desain pembelajaran seharusnya dapat mendorong terciptanya
kesesuaian Antara lingkungan belajar dengan situasi dimana kemampuan
dapat di tunjukkan.
4. Desain Pembelajaran Mengarahkan Hasil Belajar yang Dapat Diukur
Melalui Cara yang Valid Dan Dapat Dipercaya
Mengembangkan instrument pengukuraan hasil belajar yang valid
dan dapat dipercaya tentu merupakan harapan semua pendidik. Namun,
sering juga terjadi pengukuran yang keliru karena tidak mencangkup
aspek-aspek yang diukur atau dapat mengembangkan instrument yang
sesuai dengan objek yang diukur. Jika objek adalah respon dan pandangan
peserta didik tentang pelaksanaan pembelajaran, maka instrumen yang
dibuat adalah wawancara yang mencangkup berbagai aspek yang
berhubungan dengan pelaksanaan pembelajaran mulai dari kegiatan
pendahuluan, kegiatan inti sampai pada kegiatan penutup, dan tindak
lanjut.
Jika instrumen yang dikembangkan berupa tes, multiplechoise,
atau tes essay atau menjodohkan, maka sasaran kinerja yang diukur tidak
valid apalagi jika diukur tentang reliabilitasnya. Kecuali aspek yang
diukur adalah pemahaman belajar atau penguasaan materi
pembelajarannya, maka tes (pretes dan posttes) merupakan instrumen
yang cocok untuk dikembangkan.
5. Desain pembelajaran bersifat empiris, berulang, dan dapat dikoreksi
sendiri.
Data merupakan jantungnya proses desain pembelajaran.
Pengumpulan data dimulai sejak analisis awal dan berlanjut hingga sampai
pada tahap implementasi. Misalnya, selama fase analisis data dapat
dikumpulkan sehingga dapat dibandingkan apa yang telah dipahami
peserta didik dengan apa yang dibutuhkan untuk dipahami. Bimbingan
dan umpan balik dari ahli mata pelajaran/kuliah menentukan

7
ketepatan dan relevansi keterampilan dan pengetahuan untuk diajarkan.
Hasil penelitian dan pengalaman pendahuluan mengarahkan penyeleksian
strategi dan media pembelajaran.
6. Desain Pembelajaran Adalah Upaya Tim
Memang benar bahwa mungkin saja desain pembelajaran dapat
dilakukan sendiri, baik dalam menyediakan sumber, kerangka, mampu
dalam hal peyeleksian dan pengembangan media, materi, dan metode yang
digunakan. Tetapi keterlibatan pihak lain dalam suatu tim sangat
dibutuhkan karena pada hakikatnya proyek desain merupakan usaha
bersama dalam upaya menciptakan suatu produk yang lebih baik.
Ditinjau dari segi luas kawasan, ruang lingkup, dan kompleksitas
teknis, kebanyakan proyek desain pembelajaran membutuhkan
kemampuan khusus dari individu. Pada tingkat minimum, suatu tim terdiri
atas ahli konten mata pelajaran/kuliah, pengembangan pembelajaran, satu
atau lebih personel produksi, dukungan tenaga khusus, dan seorang
manajer proyek. Kadang- kadang seorang individu mengambil peran lebih
banyak dari individu lainnya dalam suatu tim, tetapi proyek yang lebih
besar tanpa kecuali membutuhkan spesialis yang lebih besar pula.

C. Tujuan Desain Pembelajaran


Tujuan sebuah desain adalah untuk mencapai solusi terbaik dalam
memecahkan masalah dengan memanfaatkan sejumlah informasi yang
tersedia. Dengan demikian suatu desain muncul karena kebutuhan manusia
untuk memecahkan persoalan. Melalui suatu desain orang bisa melakukan
langkah- langkah yang sistematis untuk memecahkan suatu persoalan yang
dihadapi. Dengan demikian suatu desain pada dasarnya adalah suatu proses
yang bersifat linear yang di awali dengan penentuan kebutuhan, kemudian
mengembangkan rancanagan untuk merespons kebutuhan tersebut,
selanjutnya rancangan tersebut diujicoba dan akhirnya dilakukan evaluasi
untuk menentukan hasil tentang efektivitas rancangan (disain) yang disusun.
Menurut Marrison, Ross & Kemp (Fhathulloh et al., 2014) terdapat empat
komponen dasar dalam perencanaan desain pembelajaran, yaitu:

8
1. Untuk siapa program ini dibuat dan dikembangkan ? (karakteristik siswa
atau peserta ajar)
2. Anda ingin siswa atau peserta ajar mempelajari apa? (tujuan)
3. Isi pembelajaran seperti apa yang paling baik dipelajari? (strategi
pembelajaran)
4. Bagaimana cara anda mengukur hasil pembelajaran yang telah
dicapai? (prosedur evaluasi)
Adapun peran desain pembelajaran (Kurniawati, 2021) yaitu:
1. Agar belajar dapat bermakna dan efektif
2. Agar tersedia atau termanfaatkan sumber belajar
3. Agar dapat dikembangkan kesempatan atau pola belajar
4. Agar belajar dapat dilakukan siapa saja secara berkelanjutan

D. Perbedaan Perencanaan dan Desain Pembelajaran


Perencanaan pembelajaran (Lesson Plans) berbeda dengan desain
pembelajaran (Intructional design), namun keduanya memiliki hubungan
yang sangat erat sebagai program pembelajaran. Perencanaan pembelajaran
disusun untuk kebutuhan guru dalam melaksanakan tugas mengajarnya.
Dengan demikian, perencanaan merupakan kegiatan menerjemahkan
kurikulum sekolah kedalam kegiatan pembelajaran didalam kelas.
Perencanaan program pembelajaran dapat berupa perencanaan untuk kegiatan
sehari-hari, kegiatan mingguan, bahkan rancangan kegiatan untuk tahunan
sesuai dengan tujuan kurikulum yang hendak dicapai.
Dengan demikian, pertimbangan dalam menyusun dan
mengembangkan sebuah perencanaan pembelajaran adalah kurikulum yang
berlaku disebuah lembaga ; sedangkan pertimbangan dalam menyusun dan
mengembangkan suatu desain pembelajaran adalah siswa itu sendiri sebagai
individu yang akan belajar dan mempelajari bahan pelajaran.

E. Klasifikasi Model Desain Pembelajaran


Dalam desain pembelajaran dikenal beberapa model yang
dikemukakan oleh para ahli. Secara umum, model desain pembelajaran dapat

9
diklasifikasikan ke dalam model berorientasi kelas, model berorientasi sistem,
model berorientasi produk, model prosedural dan model melingkar. Model
berorientasi kelas biasanya ditujukan untuk mendesain pembelajaran level
mikro (kelas) yang hanya dilakukan setiap dua jam pelajaran atau lebih.
Contohnya adalah model assure. Model berorientasi produk adalah model
desain pembelajaran untuk menghasilkann suatu produk, biasanya media
pembelajaran, misalnya video pembelajaran, multimedia pembelajaran, atau
modul. Contoh modelnya adalah model hannafin and peck.
Satu lagi adalah model beroreintasi sistem yaitu model desain
pembelajaran untuk menghasilkan suatu sistem pembelajaran yang
cakupannya luas, seperti desain sistem suatu pelatihan, kurikulum sekolah,
dan lain-lain. contohnya adalah model addie. Selain itu ada pula yang biasa
kita sebut sebagai model prosedural dan model melingkar. Contoh dari model
prosedural adalah model Dick and Carrey, sementara contoh model melingkar
adalah model Kemp.
Adanya variasi model yang ada ini sebenarnya juga dapat
menguntungkan, beberapa keuntungan itu antara lain adalah dapat memilih
dan menerapkan salah satu model desain pembelajaran yang sesuai dengan
karakteristik yang dihadapi di lapangan, selain itu juga, dapat dikembangkan
dan dibuat model turunan dari mode lmodel yang telah ada, ataupun juga
dapat diteliti dan dikembangkan desain yang telah ada untuk dicobakan dan
diperbaiki.
1. Model Desain Sistem Pembelajaran yang Berorientasi Kelas (Model
Mikro)
Model pengembangan sistem pembelajaran yang berorientasi
kelas biasanya ditujukan untuk mendesain pembelajaran level mikro
(kelas) yang hanya dilakukan setiap dua jam pelajaran atau lebih Model
desain sistem pembelajaran yang berorientasi kelas terutama ditujukan
untuk memenuhi kebutuhan para guru dan siswa yang perlu memperoleh
aktivitas pembelajaran yang efektif dan efisien. Penggunaan model
berorientasi kelas ini pada umumnya didasarkan pada asumsi adanya
sejumlah aktivitas pembelajaran yang akan diselenggarakan di kelas

10
dengan waktu belajar yang telah ditetapkan sebelumnya. Tugas guru
dalam hal ini adalah memilih isi/materi pembelajaran yang tepat,
merencanakan strategi pembelajaran, menyampaikan isi/materi
pembelajaran dan mengevaluasi hasil belajar (Pribadi, 2018).
Contoh Model Desain Pembelajaran yang berorientasi kelas :
a. Model PAIKEM
Menyiapkan pembelajaran yang menyenangkan dan menantang
(Pembelajaran Parsipatif, aktif, interaktif, kreatif, efektif, dan
menyenangkan). Pembelajaran Partisipatif, yaitu pelibatan siswa
secara optimal. Pembelajaran Aktif, yaitu melibatkan aktifitas siswa
(self discovery learning). Pembelajaran Kreatif, yaitu memotivasi dan
memunculkan kreatifitas siswa. Pembelajaran Efektif, yaitu memberi
pengalaman baru agar siswa dapat mencapai tujuan. Pembelajaran
Menyenangkan, yaitu siswa belajar tanpa perasaan tertekan (joyfull
learning).
b. Model ASSURE
Model ASSURE merupakan suatu model yang merupakan
sebuah formulasi untuk Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) atau
disebut juga model berorientasi kelas. Menurut Heinich et al (2005)
model ini terdiri atas enam langkah kegiatan yaitu:
1) Analyze Learners (analisis pelajar) Heinich, 2005 menyatakan
sukar untuk menganalisis semua ciri pelajar yang ada, namun ada
tiga hal penting dapat dilakuan untuk mengenal pelajar
sesuai .berdasarkan cirri-ciri umum, keterampilan awal khusus dan
gaya belajar.
2) States Objectives (menyatakan tujuan) Menyatakan tujuan adalah
tahapan ketika menentukan tujuan pembelajaran baik berdasarkan
buku atau kurikulum. Tujuan pembelajaran akan
menginformasikan apakah yang sudah dipelajari anak dari
pengajaran yang dijalankan. Menyatakan tujuan harus difokuskan
kepada pengetahuan, kemahiran, dan sikap yang baru untuk
dipelajari.

11
3) Select Methods, Media, and Material (pemilihan metode, media
dan bahan) Heinich et.al. (2005) menyatakan ada tiga hal penting
dalam pemilihan metode, bahan dan media yaitu menentukan
metode yang sesuai dengan tugas pembelajaran, dilanjutkan
dengan memilih media yang sesuai untuk melaksanakan media
yang dipilih, dan langkah terakhir adalah memilih dan atau
mendesain media yang telah ditentukan.
4) Utilize Media and materials (penggunaan media dan bahan)
Menurut Heinich et.al (2005) terdapat lima langkah bagi
penggunaan media yang baik yaitu, preview bahan, sediakan
bahan, sedikan persekitaran, pelajar dan pengalaman pembelajaran.
5) Require Learner Participation (partisipasi pelajar di dalam kelas)
Sebelum pelajar dinilai secara formal, pelajar perlu dilibatkan
dalam aktivitas pembelajaran seperti memecahkan masalah,
simulasi, kuis atau presentasi.
6) Evaluate and Revise Sebuah media pembelajaran yang telah siap
perlu dinilai untuk menguji keberkesanan dan impak pembelajaran.
Penilaian yang dimaksud melibatkan beberaoa aspek diantaranya
menilai pencapaian pelajar, pembelajaran yang dihasilkan, memilih
metode dan media, kualitas media, penggunaan guru dan
penggunaan pelajar.
2. Model Desain Sistem Pembelajaran yang Berorientasi Produk
Model berorientasi produk adalah model desain pembelajaran
untuk menghasilkann suatu produk, biasanya media pembelajaran,
misalnya video pembelajaran, multimedia pembelajaran, atau modul.
Contoh modelnya adalah model hannafin and peck. Model-model yang
tergolong ke dalam model desain sistem pembelajaran yang berorientasi
pada produk, pada umumnya didasarkan pada asumsi adanya program
pembelajaran yang dikembangkan dalam kurun waktu tertentu. Model
desain pembelajaran ini pada dasarnya menerapkan proses analisis
kebutuhan yang sangat ketat (Pribadi, 2018).
Para pengguna produk/program pembelajaran yang dihasilkan

12
melalui desain sistem pembelajaran ini biasanya tidak memiliki kontak
langsung dengan pengembang programnya. Kontak langsung antara
pengguna program dan pengembang program hanya terjadi saat proses
evaluasi terhadap program.
Model yang tergolong sebagai model yang berorientasi pada
produk biasanya ditandai dengan empat asumsi pokok yaitu:
a. Produk atau program pembelajaran memang sangat dibutuhkan atau
diperlukan.
b. Produk atau program pembelajaran baru memang perlu diproduksi
c. Produk atau program pembelajaran memerlukan proses uji coba dan
revisi
d. Produk atau program pembelajaran dapat digunakan walaupun hanya
dengan bimbingan dari fasilitator.
Adapun Tahap-tahap Model Desain Sistem Pembelajaran yang
Berorientasi Produk model Hannafin and Peck adalah :
a. Tahap analisa kebutuhan: mengidentifikasi kebutuhan yang meliputi
kebutuhan dalam mengembangkan suatu media pembelajaran; (a)
tujuan dan objek media pembelajaran yang dibuat, (b) pengetahuan
dan kemahiran yang diperlukan oleh kelompok sasaran, (c)peralatan
dan keperluan media pembelajaran.
b. Setelah semua keperluan diidentifikasi, Hannafin dan Peck
menekankan untuk menjalankan penilaian terhadap hasil itu sebelum
melanjutkan ke tahap desain.
c. Tahap desain; bertujuan untuk mengidentifikasikan dan
mendokumenkan kaedah yang paling baik untuk mencapai tujuan
pembuatan media tersebut (informasi dari tahap analisa kebutuhan).
Salah satu dokumen yang dihasilkan dalam fase ini ialah dokumen
story board yang mencakup urutan aktivitas pembelajaran berdasarkan
keperluan pelajaran dan objek media pembelajaran seperti yang
diperoleh dalam tahap analisis keperluan. Penilaian perlu dijalankan
dalam tahap ini sebelum dilanjutkan ke tahap pengembangan dan
implementasi.

13
d. Tahap pengembangan dan implementasi; penghasilan diagram alur,
pengujian, serta penilaian formatif (dilakukan sepanjang proses
pengembangan media) dan penilaian sumatif (dilakukan setelah media
selesai dikembangkan). Dokumen story board akan dijadikan landasan
bagi pembuatan diagram alur yang dapat membantu proses
pembuatan media pembelajaran, serta untuk menilai kelancaran media
yang dihasilkan seperti kesinambungan link,penilaian dan pengujian.
Hasil dari proses penilaian dan pengujian ini akan digunakan dalam
proses penyesuaian untuk mencapai kualitas media yang dikehendaki.
Model ini sangat menekankan proses penilaian dan evaluasi yang
mengikutsertakan proses meliputi: proses pengujian dan penilaian media
pembelajaran yang melibatkan ketiga fase secara berkesinambungan.
3. Model Desain Sistem Pembelajaran yang Berorientasi Sistem (Model
Makro)
Model sistem pembelajaran yang berorientasi pada sistem
dilakukan untuk mengembangkan sistem pembelajaran dalam skala besar
seperti keseluruhan mata pelajaran atau kurikulum. Implementasi model
desain sistem pembelajaran yang berorientasi pada sistem memerlukan
dukungan sumber daya yang besar dan tenaga ahli yang berpengalaman
(Pribadi, 2018).
Model ini didasarkan pada asumsi adanya penggunaan perangkat
teknologi untuk mewujudkan sasaran. Langkah analisis kebutuhan dan
front- end-analysis secara intensif perlu dilakukan. Sama seperti model
desain yang berorientasi pada produk, model-model yang tergolong
berorientasi sistem senantiasa menerapkan proses evaluasi formatif dan
proses uji coba yang intensif.
Model desain pembelajaran yang berorientasi pada sistem
umumnya dimulai dari tahap pengumpulan data untuk menentukan
kemungkinan- kemungkinan implementasi solusi yang diperlukan untuk
mengatasi masalah yang terdapat dalam suatu sistem pembelajaran.
Analisis kebutuhan dan front-end-analysis dilakukan secara
intensif untuk mencari solusi yang akurat. Perbedaan pokok antara model

14
yang berorientasi dengan sistem dengan model yang berorientasi dengan
produk terletak pada tahap atau fase desain, pengembangan, dan evaluasi.
Ketiga fase ini dilakukan dalam skala yang lebih besar pada model desain
sistem pembelajaran yang berorientasi pada sistem.
Model beroreintasi sistem yaitu model desain pembelajaran untuk
menghasilkan suatu sistem pembelajaran yang cakupannya luas, seperti
desain sistem suatu pelatihan, kurikulum sekolah,contohnya adalah model
ADDIE. Sistem pembelajaran: input-proses-output.
Adapun langkah-langkah pada model ADDIE :
a. Analisis
Langkah analisis terdiri atas dua tahap, yaitu analisis kinerja
atau performance analysis dan analisis kebutuhan atau need analysis.
Tahap pertama, yaitu analisis kinerja dilakukan untuk mengetahui dan
mengklarifikasi apakah masalah kinerja yang dihadapi memerlukan
solusi berupa penyelenggaraan program pembelajaran atau perbaikan
manajemen. Tahap kedua, yaitu analisis kebutuhan merupakan langkah
yang diperlukan untuk menentukan kemampuan-kemampuan atau
kompetensi yang perlu dipelajari oleh siswa untuk meningkatkan
kinerja atas prestasi belajar. Hal ini dapat dilakukan apabila program
pembelajaran dianggap sebagai solusi dari masalah pembelajaran yang
sedang dihadapi.
b. Desain
Desain merupakan langkah kedua dari model desain sistem
pembelajaran ADDIE. Pada langkah ini diperlukan adanya klarifikasi
program pembelajaran yang didesain sehingga program tersebut dapat
mencapai tujuan pembelajaran seperti yang diharapkan. Pada langkah
desain, pusat perhatian perlu difokuskan pada upaya untuk menyelidiki
masalah pembelajaran yang sedang dihadapi. Hal ini merupakan inti
dari langkah analisis, yaitu mempelajari masalah dan menemukan
alternatif solusi yang akan ditempuh untuk dapat mengatasi masalah
pembelajaran yang berhasil diidentifikasi melalui langkah analisis
kebutuhan. Langkah penting yang perlu dilakukan dalam desain adalah

15
menentukan pengalaman belajar atau learning experience yang perlu
dimiliki oleh siswa selama mengikuti aktivitas pembelajaran. Langkah
desain harus mampu menjawab pertanyaan apakah program
pembelajaran yang didesain dapat digunakan untuk mengatasi masalah
kesenjangan performa (performanc gap) yang terjadi pada diri siswa.
c. Pengembangan
Pengembangan merupakan langkah ketiga dalam
mengimplementasikan model desain sistem pembelajaran ADDIE.
Langkah pengembangan meliputi kegiatan membuat, memberli dan
memodifikasi bahan ajar atau learning materials untuk mencapai
tujuan pembelajaran yang telah ditentukan.
Pengadaan bahan ajar perlu disesuaikan dengan tujuan
pembelajaran spesifik atau learning outcomes yang telah dirumuskan
oleh desainer atau perancang program pembelajaran dalam langkah
desain. Langkah pengembangan, dengan kata lain, mencakup kegiatan
memilih dan menentukan metode, media, serta strategi pembelajaran
yang sesuai untuk digunakan dalam menyampaikan materi atau
substansi program pembelajaran.
d. Implementasi
Implementasi atau penyampaian materi pembelajaran
merupakan langkah keempat dari model desian sistem pembelajaran
ADDIE. Langkah implementasi sering diasosiasikan dengan
penyelenggaraan program pembelajaran itu sendiri. Langkah ini
memang mempunyai makna adanya penyampaian materi pembelajaran
dari guru atau instruktur kepada siswa.
e. Evaluasi
Langkah terakhir atau kelima dari model desain sistem
pembelajaran ADDIE adalah evaluasi. Evaluasi dapat didefinisikan
sebagai sebuah proses yang dilakukan untuk memberikan nilai
terhadap program pembelajaran. Pada dasarnya, evaluasi dapat
dilakukan sepanjang pelaksanaan kelima langkah dalam model
ADDIE. Pada langkah analisis misalnya, proses evaluasi dilaksanakan

16
dengan cara melakukan klarifikasi terhadap kompetensi pengetahuan,
keterampilan dan sikap yang harus dimiliki oleh siswa setelah
mengikuti program pembelajaran. Evaluasi seperti ini dikenal dengan
istilah evaluasi formatif. Di samping itu, evaluasi juga dapat dilakukan
dengan cara membandingkan antara hasil pembelajaran yang telah
dicapai oleh siswa dengan tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan
sebelumnya.
Di atas menunjukkan bahwa desain pembelajaran model ADDIE
pada tahap analisis, guru mencari tahu apa yang harus dibutuhkan peserta
didik dalam belajar, sehingga apa yang ingin di capai peserta didik dapat
terpenuhi misalnya: bahan ajar, media, ataupun strategi pembelajaran.
Kemudian tahap desain guru merancang dan membuat bahan, media, atau
strategi pembelajaran dari hasil pemecahan masalah yang sudah di analisis
pada tahap awal dan setelah di rancang hasil desain tersebut
dikembangkan sesuai materi tematik di SD /MI yang dibutuhkan oleh
peserta didik. Selanjutnya pada tahap implementasi guru menerapkan hasil
desain untuk mengetahui peningkatan hasil belajar maupun keefektifan
setelah digunakannya bahan ajar, media, dan strategi. Dan setelah
diterapkan maka lakukan evaluasi yang bertujuan untuk melihat
pencapaian tujuan peningkatan hasil belajar peserta didik maupun
keefektifan bahan ajar, media, ataupun strategi pembelajaran. Maka dapat
disimpulkan bahwa desain pembelajaran model ADDIE bisa diterapkan
dalam pembelajaran tematik di SD/MI.
4. Model Prosedural
Model Prosedural yaitu model yang bersifat deskriptif, yaitu
menggariskan langkah-langkah yang harus diikuti untuk menghasilkan
produk. Mengacu pada model yang digunakan tersebut, maka prosedur
yang digunakan merujuk produk yang digunakan merujuk dari Borg and
Gall (1983: 774-775). Contoh dari model prosedural adalah model Dick
and Carrey.
Langkah- langkah Model Dick and Carey
Salah satu model desain pembelajaran adalah model Dick and

17
Carey (1985). Model ini termasuk ke dalam model prosedural. Langkah-
langkah Desain Pembelajaran menurut Dick and Carey adalah:
a. Mengidentifikasikan tujuan umum pembelajaran.
b. Melaksanakan analisi pembelajaran
c. Mengidentifikasi tingkah laku masukan dan karakteristik siswa
d. Merumuskan tujuan performansi
e. Mengembangkan butir-butir tes acuan patokan
f. Mengembangkan strategi pembelajaran
g. Mengembangkan dan memilih materi pembelajaran
h. Mendesain dan melaksanakan evaluasi formatif
i. Merevisi bahan pembelajaran
j. Mendesain dan melaksanakan evaluasi sumatif.
Model Dick and Carey bagi perancang pemula sangat cocok
sebagai dasar untuk mempelajari model desain yang lain. Kesepuluh
langkah pada model Dick and Carey menunjukan hubungan yang sangat
jelas, dan tidak terputus antara langkah yang satu dengan yang lainya.
Langkah awal pada model Dick and Carey adalah mengidentifikasi tujuan
pembelajaran. Langkah ini sangat sesuai dengan kurikulum perguruan
tinggi maupun sekolah menengah dan sekolah dasar, khususnya dalam
mata pelajaran tertentu di mana tujuan pembelajaran pada kurikulum agar
dapat melahirkan suatu rancangan pembangunanDesain pembelajaran
model dick and carey merupakan suatu proses dalam mendesain
pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran dengan mengatasi
masalah rencana pembelajaran, metode, dan evaluasi yang tersususn
secara analisis sistematik dengan kondisi belajar yang ada (Pribadi, 2018).
Model ini di polopori oleh Walter Dick. Adapun sistematika desain
pembelajaran model dick and carey yaitu:
a. Analisis kebutuhan dan identifikasi :tahapan ini adalah yang paling
awal dalam proses untuk mendesain pembelajaran pada mata pelajaran
tematik SD/MI dengan cara mengidentifikasi penyebab suatu masalah
belajar peserta didik, tujuan, dan hasil yang ingin di capai.
b. Analisis pembelajaran :tahap ini mengidentifikasi langkah-langkah

18
yang relevan untuk aktivitas pembelajaran padsa mata pelajaran
tematik SD/MI sesuai tujuan.
c. Analisis karateristik peserta didik: tahap ini bertujuan untuk
mengumpulkan imformasi baik secara langsung maupun tidak
langsung terkait dengan perkembangan peserta didik, baik dalam
konteks perilaku, kompetensi maupun permasalahan yang di
hadapinya.
d. Merumuskan tujuan: tahapan ini bertujuan untuk menyusun
pembelajaran dari proses sanpai ke hasil. Rumusan tujuan tersebut di
susun dari mengenal peserta didik,perilaku spesifik yang akan di
tampilkan oleh peserta didik setelah menyelesaikan proses
belajarnya,kondisi atau batasan pada peserta didik serta media ataupun
sumber belajar yang akan di maamfaatkan ketika proses pembelajaran
tematik SD/MI berlangsung.
e. Mengembangkan instrumen: tahapan ini di lakukan untuk mengetahui
kelayakan dan keefektifan suatu bahan, media, ataupun metode yang
akan di kembangkandalam pembelajaran.
f. Mengembangkan strategi: tahap ini bertujuan mengembangkan strategi
yang bertujuan untuk membantu peserta didik untuk mencapai tujuan.
Pengembangan strategi dalam menyampaikan materi pelajaran tematik
SD/MI berupa metode penyampaian materi pelajaran yang dilakukan
guru agar peserta didik dapat memahami dengan mudah media kreatif
yang digunakan guru dalam membantu menyampaikan materi
pelajaran, dan alokasi waktu yang sangat penting di mamfaatkan agar
materi pelajaran dapat digunakan dengan efektif dan efesien.
g. Mengembangkan materi :tahapan ini mengembangkan materi/bahan
pelajaran tematik SD/MI dengan bentuk yang berbeda dari buku cetak,
misalnya LKS(lembar kerja siswa).
h. Melakukan evaluasi formatif: evaluasi formatif dilakukan setelah
selesainya proses pembelajaran. Hasil evaluasi proses pembelajaran
menjadi data untuk mengidentifikasi bagaimana meningkatkan
pengajaran.evaluasi formatif bertujuan untuk menentukan peningkatan

19
pembelajaran tematik SD/MI agar lebih epektif dan efesien. data dari
evaluasi formatif dirangkum dan diintepretasikan untuk
mengidentifikasi kesulitan yang di alami oleh peserta didik untuk
mencapai tujuan pembelajaran.
i. Revisi: tahapan ini adalah langkah terakhir dalam proses desain model
ini, sekaligus dijadikan langkah awal dalam siklus berulang jika tujuan
tidak tercapai langkah ini berbentuk revisi untuk membuat alat
pembelajaran agar lebih efektif .
j. Mendesain dan melaksanakan evaluasi sumatif.
5. Model Melingkar
Model Kemp termasuk ke dalam contoh model melingkar. Secara
singkat, menurut model ini terdapat beberapa langkah dalam penyusunan
sebuah bahan ajar, yaitu:
a. Menentukan tujuan dan daftar topik, menetapkan tujuan umum
untuk pembelajaran tiap topiknya;
b. Menganalisis karakteristik pelajar, untuk siapa pembelajaran
tersebut didesain;
c. Menetapkan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dengan syarat
dampaknya dapat dijadikan tolak ukur perilaku pelajar;
d. Menentukan isi materi pelajaran yang dapat mendukung tiap tujuan;
e. Pengembangan prapenilaian/ penilaian awal untuk menentukan latar
belakang pelajar dan pemberian level pengetahuan terhadap suatu
topik;
f. Memilih aktivitas pembelajaran dan sumber pembelajaran yang
menyenangkan atau menentukan strategi belajar-mengajar, jadi siswa
siswa akan mudah menyelesaikan tujuan yang diharapkan;
g. Mengkoordinasi dukungan pelayanan atau sarana penunjang yang
meliputi personalia, fasilitas-fasilitas, perlengkapan, dan jadwal untuk
melaksanakan rencana pembelajaran;
h. Mengevaluasi pembelajaran siswa dengan syarat mereka
menyelesaikan pembelajaran serta melihat kesalahan-kesalahan dan
peninjauan kembali beberapa fase dari perencanaan yang

20
membutuhkan perbaikan yang terus menerus, evaluasi yang dilakukan
berupa evaluasi formatif dan evaluasi sumatif
6. Model Smith and Ragan
Patricia L Smith dan Tillman J Ragan (Pribadi, 2018)
mengemukakan sebuah model desain pembelajaran yang popular di
kalangan mahasiswa dan professional yang memiliki kecenderungan
terhadap implementasi teori belajar kognitif. Hampir semua langkah dan
prosedur dalam model desain pembelajaran ini difokuskan pada rancangan
tentang strategi pembelajaran. Model desain pembelajaran yang
dikemukakan oleh Smith dan Ragan terdiri dari beberapa langlah dan
prosedur pokok yaitu; 1) analisis lingkungan belajar; 2) analisis
karakteristik siswa; 3) analisis tugas pembelajaran; 4) menulis butir tes; 5)
menentukan strategi pembelajaran; 6) memproduksi program
pembelajaran; 7) melaksanakan evaluasi formatif; 8) merevisi program
pembelajaran.
7. Model ARCS
Model desain pembelajaran ARCS dikemukakan oleh John Keller.
Model desain pembelajaran ARCS merupakan satu-satunya model yang
mengintegrasikan aspek motivasi di dalamnya. Attention adalah upaya
yang harus dilakukan untuk membuat pembelajaran lebih menarik.
Langkah attention menurut Keller dapat diklasifikasikan menjadi dua,
yaitu perceptual arrousal dan inquiry arrousal. Contoh perceptual
arrousal adalah menghadirkan sesuatu yang bersifat baru atau berupa
kejutan untuk menarik perhatian orang yang belajar. Inquiry arousal
diterapkan untuk menimbulkan rasa ingin tahu atau curiosity dan rasa
penasaran siswa terhadap isi atau substansi yang akan dipelajari.
Relevance adalah Langkah kedua yang perlu dipertimbangkan
dalam mendesain sebuah program pembelajaran yang efektif dan efisien.
Relevance merupakan upaya yang dilakukan untuk mempertahankan
motivasi siswa untuk mempelajari isi atau materi pembelajaran.
Confidence merupakan unsur desain model ARCS yang terkait dengan
rasa percaya diri dalam mempelajari isi atau materi pembelajaran.

21
Confidence atau rasa percaya diri berkaitan erat dengan motivasi belajar
siswa. Satisfication dalam belajar merupakan sebuah program yang harus
dapat memberi kesenangan bagi orang yang belajar atau learner.

22
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Desain pembelajaran adalah proses menentukan tujuan pembelajaran,
strategi dan teknik untuk mencapai tujuan serta merancang media yang dapat
digunakan untuk efektivitas pencapaian tujuan. Desain pembelajaran adalah
menyeleksi dan menghubungkan pengetahuan, fakta, imajinasi, dan asumsi
untuk masa yang akan datang dengan tujuan memvisualisasi dan
memformulasi hasil yang diinginkan, urutan kegiatan yang diperlukan, dan
perilaku dalam batas-batas yang dapat diterima yang akan digunakan dalam
penyelesaian.
Tujuan sebuah desain adalah untuk mencapai solusi terbaik dalam
memecahkan masalah dengan memanfaatkan sejumlah informasi yang
tersedia. Dengan demikian suatu desain muncul karena kebutuhan manusia
untuk memecahkan persoalan. Hubungan desain pembelajaran dengan
perencanaan pembelajaran adalah perencanaan disusun untuk kebutuhan guru
sedangan desain pembelajaran lebih ditentukan pada proses merancang
program pembelajaran.

B. Saran
Dengan adanya makalah mengenai desain pembelajaran ini diharapkan
menjadi sumber refensi bagi para mahasiswa dan guru dalam memahami dan
mencari informasi mengenai desain pembelajaran. Namun ada baiknya pada
pembaca mencari Kembali sumber informasi terkini mengenai desain
pembelajaran dan beberapa penelitian mengenai hal tersebut supaya lebih bisa
memahami dan mengerti.

23
DAFTAR PUSTAKA

Basri. (2013). signifikansi desain pembelajaran dalam menunjang kesuksesan


mengajar.NIZHAM, 01.

Fhathulloh, M. R., Yusup, M., & nurhayati. (2014). implementasi guru dalam
mendesain proses pembelajaran pai. 59(9–10).

Kurniawati, W. (2021). Jurnal An-Nur: Kajian Pendidikan dan Ilmu Keislaman


Vol. 7, No. 1 Januari-Juni 2021. 7(1), 1–10.

Muhammad Yaumi. (2013). Prinsip-Prinsip Desain Pembelajaran Dengan


Kurikulum 2013 Edisi Kedua. Kencana.

Nuryana, H., Ningrum, E., & Darsiharjo. (2013). Pengembangan Desain


Pembelajaran Dengan. Gea, Jurnal Pendidikan Geografi, 13(April), 13–
22.

Pribadi, B. A. (2018). Konsep Esensial 21 dalam Teknologi Pendidikan (R.


Erlangga (ed.)). Dian Rakyat.

Primaningtyas, M. (2017). Kompetensi mendesain pembelajaran bahasa arab.


Jurnal Komunikasi Dan Pendidikan Islam, 6, 125–142.

Santoso, hermawan budi, & Subagyo. (2017). peningkatan aktifitas dan hasil
belajar dengan metode problem basic learning pada mata pelajaran tune
up motor bensin siswa kelas XI di smk insan cendikia turi sleman. 5(1), 1–
23.

Sulianto, J., Sunardi, S., Anitah, S., & Gunarhadi, G. (2019). Analisis
Implementasi Pembelajaran di Sekolah Dasar pada Pengembangan Model
Advance Organizer berbasis Pendekatan Open Ended untuk
Meningkatkan Penalaran Siswa. International Journal of Elementary
Education, 3(4), 396. https://doi.org/10.23887/ijee.v3i4.21312

Warsita, B. (2018). Teori Belajar Robert M. Gagne Dan Implikasinya Pada


Pentingnya Pusat Sumber Belajar. Jurnal Teknodik, XII(1), 064–078.
https://doi.org/10.32550/teknodik.v12i1.421

Watini, Pratomo, A. H., Simanjuntak, O. S., Putra, D. C. N., Suharyanto, E.,


Jamilah, M., Nurmansyah, W., Sujana, D., Sari, K. M., Ulum, N. M.,
Mahtarami, A., Ifansyah,

M. N., Informatika, J. T., Indonesia, U. I., Dhilon, M. K. R., Pujiyono, W.,


Dahlan, U. A., & Soepomo, P. (2018). Perancangan Aplikasi Media
Pembelajaran Teori Bahasa Automata Menggunakan Metode Computer
Assisted Instruction (CAI) Berbasis Multimedia. Info

24

Anda mungkin juga menyukai