Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

MACAM- MACAM MODEL DESAIN PEMBELAJARAN PAI


(disusun guna memenuhi tugas pada mata kuliah perencana sistem pai)

DOSEN PENGAMPU: ADE WAWAN, M.Pd

DISUSUN OLEH:
Nama: Hudaefa
Nim: 222711010069

UNIVERSITAS ISLAM AN NUR LAMPUNG

JL. PESANTREN NO.01, SIDOHARJO, KEC. JATI AGUNG,


KABUPATEN LAMPUNG SELATAN, LAMPUNG
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt. yang sudah melimpahkan rahmat,
taufik, dan hidayah-Nya sehingga kami bisa menyusun tugas pada mata kuliah Perencana
Sistem Pai dengan judul “ Macam- Macam Model Desain Pembelajaran Pai ” ini dengan
baik serta tepat waktu.
Maksud dan tujuan dalam penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi nilai
mata kuliah Perencana Sistem Pai. Selain itu, penyusun berharap dengan adanya makalah ini
dapat menambah pengetahuan mahasiswa mengenai Hal-hal yang terkait dengan konsep
pembelajaran Macam-macam Model Desain Pembelajaran Pai.
Kami menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam makalah ini. Penyusun
berharap makalah ini dapat memberikan manfaat dan menambah refrensi yang
berkepentingan dengan materi ini. Kami ucapkan terimakasih

Bandar Lampung, 11 Oktober 2023

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ……………………..……………………………………..……………… i


Daftar Isi ………………………………………………………...……………………….. ii
BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang ………………………………………………….……….……….. 1


2. Rumusan Masalah ……………………………………………….…...….…..…… 2
3. Tujuan Makalah …………………………………...………….…………..….…… 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Model Pembelajaran ….………...………………………………...….. 3


B. Model Pengembangan Desain …………………………………………………..... 4
C. …………………………..………………...……..…….. 4
D. Persamaan Regresi Berganda …………………………………………………….. 6

BAB III PENUTUP

1. Kesimpulan ……………………………………………………………..…..……. 7
2. Saran ………………………………………………………………..…..….…….. 8

Daftar Pustaka ………………….…………….……………………………..….…….….. 9

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masalah pendidikan yang masih dianggap penting untuk dipecahkan oleh bangsa
Indonesia, khususnya pendidikan islam adalah mengenai rendahnya mutu pendidikan baik
pendidikan persekolahan maupun luar persekolahan. Pendidikan menjadi tolok ukur
kemajuan negara jika hasil pendidikannya sesuai dengan tujuan dari pendidikan Nasional.
Dalam usaha perbaikan dan memajukan pendidikan di Indonesia pemerintah memberikan
peluang besar bagi lembaga – lembaga sekolah berupa otonomi sekolah untuk mengelola
sekolah mereka dengan mandiri. Mereka diharapkan mampu mengelola lembaga dalam
segala bidang baik dari masukan, proses sampai pada hasil dari pendidikan tersebut.
Salah satu bidang yang perlu kita pelajari dari segi proses pendidikan. Proses
pendidikan akan menyangkut masalah proses pembelajaran yang berkaitan langsung dengan
siswa sebagai subyek pendidikan. Banyak kita temui pembelajaran saat ini tidak berorientasi
pada bagimana siswa mendapatkan pengetahuan dengan mudah dan memahami. Tetapi lebih
pada sisi bagaimana mana materi tersampaikan sampai tuntas, asumsinya bagi siswa materi
tersebut sebatas “tahu”. Sehingga siswa lebih cenderung memahami materi dari sisi”kulit”nya
pengetahuan saja. Padahal pengetahuan itu dapat diketahui melaui proses yang panjang mulai
dari melihat, mengetahui, memahami, melakukan sampai menghasilkan pengetahuan secara
utuh. Terutama pada materi – materi Pendidikan Agama Islam karena materi – materi ini
tidak hanya mengangkat materi sejarah, ibadah dan tauhid tetapi lebih kepada nilai – nilai
akhlakul karimah.
Oleh sebab itu fungsi guru sebagai fasilitator, motivator dan inovator pendidikan
dituntut melakukan perubahan minimal perbaikan proses pembelajaran melalui strategi –
strategi yang jitu. Agar siswa mampu memahami materi yang diajarkan hingga menjadi nilai
– nilai (karakter) dalam kehidupan siswa sehari – hari. Perbaikan terhadap proses
pembelajaran dapat dilakukan mulai dari penggunaan pendekatan, model, strategi, metode
hingga ketrampilan pembelajaran. Salah satu ketrampilan yang dapat kita lakukan dengan
penggunaan strategi pembelajaran yang efektif dan efisien dengan harapan pembelajaran
dapat memposisikan siswa belajar dan dapat menggali potensi siswa secara maksimal.
Dari uraian tersebut diatas penulis akan membahas tentang “model-model desain
pembelajaran” yang dapat digunakan dalam rangka memudahkan penyampaian materi pada
proses pembelajaran. Agar fungsi PAI sebagai pendidikan yang memiliki nilai – nilai
(karakter) budaya pendidikan yang tinggi dapat tercapai.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada materi ini adalah :
1. Apakah yang dimaksud pengertian Model-model desain pembelajaran?
2. Bagaimanakah macam – macam Model-model desain pembelajaran?
3. Bagaimanakah penerapan model desain pembelajaran pada PAI

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui maksud pengertian yang dimaksud pengertian Model-model desain
pembelajaran Untuk mengetahui macam – macam strategi pembelajaran.
2. Untuk mengetahui Bagaimanakah macam – macam Model-model desain pembelajaran.
3. Untuk mengetahui Bagaimanakah penerapan model desain pembelajaran pada PAI

2
BAB II
PEMBAHASAN

1. PENGERTIAN MODEL PEMBELAJARAN

1. Pengertian Desain Pembelajaran

Istilah pengembangan sistem instruksional (instructional system development) dan desain


instruksional (instructional design) sering dianggap sama, atau setidak-tidaknya tidak
dibedakan secara tegas dalam penggunaannya, meskipun menurut arti katanya ada perbedaan
antara “desain” dan “pengembangan”. Kata “desain” berarti membuat sketsa atau pola atau
outline atau rencana pendahuluan. Sedang “Pengembangan” berarti membuat tumbuh secara
teratur untuk menjadikan sesuatu lebih besar, lebih baik, lebih efektif dan sebagainya. 1[1]
Desain pembelajaran dapat dimaknai dari berbagai sudut pandang, misalnya sebagai
disiplin, sebagai ilmu, sebagai sistem, dan sebagai proses. Sebagai disiplin, desain
pembelajaran membahas berbagai penelitian dan teori tentang strategi serta proses
pengembengan pembelajaran dan pelaksanaannya. Sebagai ilmu, desain pembelajaran
merupakan ilmu untuk menciptakan spesifikasi pengembangan, pelaksanaan, penilaian, serta
pengelolaan situasi yang memberikan fasilitas pelayanan pembelajaran dalam skala makro
dan mikro untuk berbagai mata pelajaran pada berbagai tingkatan kompleksitas. Sebagai
sistem, desain pembelajaran merupakan pengembangan sistem pembelajaran dan sistem
pelaksanaannya termasuk sarana serta prosedur untuk meningkatkan mutu belajar. Desain
pembelajaran sebagai proses. merupakan pengembangan sistematis tentang spesifikasi
pembelajaran dengan menggunakan teori pembelajaran dan teori belajar untuk menjamin
mutu pembelajaran.
Desain pembelajaran merupakan proses keseluruhan tentang kebutuhan dan tujuan belajar
serta sistem penyampaiannya. Termasuk di dalamnya adalah pengembangan bahan dan
kegiatan pembelajaran, uji coba dan penilaian bahan, serta pelaksanaan kegiatan
pembelajarannya. Untuk memahami lebih jauh tentang teori dan aplikasi desain
pembelajaran.2[2]
Desain Pembelajaran adalah praktek penyusunan media teknologi komunikasi dan isi
untuk membantu agar dapat terjadi transfer pengetahuan secara efektif antara guru dan

1[1] Harjanto, Perencanaan Pengajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h. 95


2[2] http://zuhairistain.blogspot.com/2009/04/pengertian-desain-pembelajaran_16.html diakses pada tanggal 09
September 2013
peserta didik. Proses ini berisi penentuan status awal dari pemahaman peserta didik, rumusan
tujuan pembelajaran dan merancang “perlakuan” berbasis media untuk membantu terjadinya
transisi. Idealnya proses ini berdasar pada informasi dari teori belajar yang sudah teruji secara
pedagogis dan dapat terjadi hanya pada siswa, dipandu oleh guru, atau dalam latar berbasis
komunitas.

C. Model-Model Pengembangan Desain

1. Model Pengembangan Pembelajaran Menurut Dick & Carey

Perancangan pengajaran menurut sistem pendekatan model Dick & Carey,


dikembangkan oleh Walter Dick & Lou Carey. Menurut pendekatan ini terdapat beberap a
komponen yang akan dilewati di dalam proses pengembangan dan perancangan tersebut yang
berupa urutan langkah-langkah. Urutan langkah-langkah ini tidaklah kaku. Tetapi
sebagaimana ditunjukkan Dick & Carey, bahwa telah banyak pengembang perangkat yang
mengikuti urutan secara ajek dan berhasil mengembangkan perangkat yang efektif.
Adapun urutan perancangan dan pengembangan model ini adalah sebagai berikut:

1. Identifikasi tujuan pengajaran (Identity Instructional Goals)


2. Melakukan analisis instruksional (Conducting a Goal Analysis)
3. Mengidentifikasi tingkah laku awal/karakteristik siswa (identity Entry Behaviours,
Characteristic)
4. Merumuskan tujuan kinerja (Write performance Objectives)
5. Pengembangan tes acuan patokan (Develop-criterian-referenced test items)
6. Pengembangan strategi pengajaran (Develop Instructional Strategy)
7. Pengembangan atau memilih pengajaran (Develop and Select Instructional Materials)
8. Merancang dan melaksanakan evaluasi formatif (Design and Conduct Formative
Evaluation)
9. Menulis perangkat (Design and Conduct Summative Evaluation)
10. Revisi pengajaran (Instructional Revitions).3[3]

3[3] Walter Dick & Lou Carey, The Systematic design of Intrustion, (Boston: Library of Congress Cataloging-
in-Publication Data, 1937), h. 1
1. Model Pengembangan Perangkat Four-D Model
Model ini terdiri dari 4 tahap pengembangan yaitu Define, Design, Develop, dan
Disseminate atau diadaptasikan menjadi model 4-D, yaitu pendefinisian, perancangan,
pengembangan, dan penyebaran atau disingkat menjadi 4-P. Hal ini sesuai dengan gambar di
bawah ini:

Tahap I: Define (Pendefinisian)

Tahap define adalah tahap untuk menetapkan dan mendefinisikan syarat-syarat


pembelajaran. Tahap define ini mencakup lima langkah pokok, yaitu analisis ujung depan
(front-end analysis), analisis siswa (learner analysis), analisis tugas (task analysis), analisis
konsep (concept analysis) dan perumusan tujuan pembelajaran (specifying instructional
objectives).

1. Analisis Ujung Depan (front-end analysis)


2. Perumusan Tujuan Pembelajaran (specifying instructional objectives)

Tahap II: Design (Perancangan)

Tahap perancangan bertujuan untuk merancang perangkat pembelajaran. Empat langkah


yang harus dilakukan pada tahap ini, yaitu: (1) penyusunan standar tes (criterion-test
construction), (2) pemilihan media (media selection) yang sesuai dengan karakteristik materi
dan tujuan pembelajaran, (3) pemilihan format (format selection), yakni mengkaji format-
format bahan ajar yang ada dan menetapkan format bahan ajar yang akan dikembangkan, (4)
membuat rancangan awal (initial design) sesuai format yang dipilih. Langkah-langkahnya
adalah sebagai berikut:

1. Penyusunan tes acuan patokan (constructing criterion-referenced test)


2. Pemilihan media (media selection)
3. Pemilihan format (format selection)
4. Rancangan awal (initial design)

Tahap III: Develop (Pengembangan)


Tahap pengembangan adalah tahap untuk menghasilkan produk pengembangan yang
dilakukan melalui dua langkah, yakni: (1) penilaian ahli (expert appraisal) yang diikuti
dengan revisi, (2) uji coba pengembangan (developmental testing).
Tujuan tahap pengembangan ini adalah untuk menghasilkan bentuk akhir perangkat
pembelajaran setelah melalui revisi berdasarkan masukan para pakar ahli/praktisi dan data
hasil ujicoba. Langkah yang dilakukan pada tahap ini adalah sebagai berikut:

1. Validasi ahli/praktisi (expert appraisal)


2. Uji coba pengembangan (developmental testing)

Tahap IV: Disseminate (Penyebaran)

Proses diseminasi merupakan suatu tahap akhir pengembangan. Tahap diseminasi


dilakukan untuk mempromosikan produk pengembangan agar bisa diterima pengguna, baik
individu, suatu kelompok, atau sistem. Produsen dan distributor harus selektif dan bekerja
sama untuk mengemas materi dalam bentuk yang tepat.
Beberapa hal yang perlu mendapat perhatian dalam melakukan diseminasi adalah: (1)
analisis pengguna, (2) menentukan strategi dan tema, (3) pemilihan waktu, dan (4) pemilihan
media.

1. Analisis Pengguna
2. Penentuan strategi dan tema penyebaran
3. Waktu
4. Pemilihan media penyebaran

Untuk kepentingan diseminasi ini, Thiagarajan, dkk menetapkan kriteria keefektifan


diseminasi, yaitu

1. Clarity. Information should be clearly stated, with a particular audience in mind.


2. Validity. The information should present a true picture.
3. Pervasiveness. The information should reach all of the intended audience.
4. Impact. The information should evoke the desire response from intended audience.
5. Timeliness. The information should be disseminated at the most opportune time.
6. Practicality. The information should be presented in the form best suited to the scope
of the project, considering such limitations as distance and available resources.
Untuk kepentingan penelitian, model pengembangan Thiagarajan, dkk (1974) yang
ditetapkan di atas perlu disesuaikan dengan rancangan penelitian dalam batasan rasional. 4[4]

1. Model Desain Pembelajaran Wong dan Roulerson

Wong dan Roulerson mengemukakan 6 langkah pengembangan desain intruksional yaitu:

1. Merumuskan tujuan
2. Menganalisis tujuan tugas belajar
3. Mengelompokkan tugas-tugas belajar dan memilih kondisi belajar yang tepat.
4. Memilih metode dan media
5. Mensintesiskan komponen-komponen pembelajaran
6. Melakasanakan rencana, mengevaluasi dan memberi umpan balik.

2. Model Pengembangan Desain Sistem Intruksional PPSI

PPSI mengandung pengertian bahwa PPSI menggunakan pendekatan sistem dimana


pembelajaran adalah suatu kesatuan yang terorganisasi, yang terdiri dari seperangkat
komponen yang saling berhubungan dan bekerjasama satu sama lain secara fungsional dan
terpadu dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan.
Dengan demikian PPSI adalah suatu langkah-langkah pengembangan dan pelaksanaan
pembelajaran sebagai suatu sistem dalam rangka untuk mencapai tujuan yang diharapkan
secara efektif dan efisien.5[5] Model pengembangan intruksional PPSI ini memiliki 5 langkah
pokok yaitu:

3. Perumusan tujuan/kompetensi

Merumuskan tujuan/kompetensi beserta indikator ketercapaiannya yang harus memenuhi 4


kriteria sebagai berikut:
a) Menggunakan istilah yang operasional
b) Berbentuk hasil belajar
c) Berbentuk tingkah laku
d) Hanya satu jenis tingkah laku

4[4] Thiagarajan, S., Semmel, D. S & Semmel, M. I. 1974. Instructional Development for Training Teachers of
Expectional Children. Minneapolis, Minnesota: Leadership Training Institute/Special Education, University of
Minnesota.
5[5] Harjanto, Perencanaan Pengajaran …, h. 75
4. Pengembangan alat penilaian

a) Menentukan jenis tes/intrumen yang akan digunakan untuk menilai tercapai tidaknya
tujuan
b) Merencanakan pertanyaan (item) untuk menilai masing-masing tujuan

5. Kegiatan belajar

a) Merumuskan semua kemungkinan kegiatan belajar untuk mencapai tujuan


b) Menetapkan kegiatan belajar yang tak perlu ditempuh
c) Menetapkan kegiatan yang akan ditempuh

6. Pengembangan program kegiatan

a) Merumuskan materi pelajaran


b) Menetapkan model yang dipakai
c) Alat pelajaran/buku yang dipakai
d) Menyusun jadwal

7. Pelaksanaan

a) Mengadakan pretest
b) Menyampaikan materi pelajaran
c) Mengadakan posttest
d) Perbaikan

8. Model J.E. Kemp

Menurut Kemp (1977) pengembangan intruksional atau desain intruksional itu terdiri dari 8
langkah yaitu:

1. Menentukan tujuan intruksional umum (TIU) atau Standar Kompetensi.


2. Menganalisis karakteristik peserta didik
3. Menentukan TIK atau Kompetensi Dasar.
4. Menentukan materi pelajaran
5. Menetapkan penjajagan awal (pre test)
6. Menentukan strategi belajar mengajar
7. Mengkoordinasi sarana penunjang, yang meliputi tenaga fasilitas, alat, waktu dan
tenaga.
8. Mengadakan evaluasi.
9. Model Briggs

Model pengembangan intruksional Briggs ini bersandarkan pada prinsip keselarasan antara 1)
tujuan yang akan dicapai, 2) strategi untuk mencapainya, dan 3) evaluasi keberhasilannya.
Langkah pengembangan dimaksud dirumuskan kedalam 10 langkah pengembangan yaitu:

1. Identifikasi kebutuhan/penentuan tujuan


2. Penyusunan garis besar kurikulum/rincian tujuan kebutuhan instruksional yang telah
dituangkan dalam tujuan-tujuan kurikulum tersebut pengujiannya harus dirinci,
disusun dan diorganisasi menjadi tujuan-tujuan yang lebih spesifik.
3. Perumusan tujuan
4. Analisis tugas/tujuan
5. Penyiapan evaluasi hasil belajar
6. Menentukan jenjang belajar
7. Penentuan kegiatan belajar.
8. Pemantauan bersama
9. Evaluasi formatif
10. Evaluasi sumati

D. Pengembangan Desain Pembelajaran Pendidikan Islam

Dari beberapa teori yang dipaparkan di atas teori-teori tersebut mempunyai kelebihan dan
juga kelemahan masing-masing. Di sini penulis ingin mengembangkan pendidikan islam
yang sesuai dengan teori yang diajarkan oleh Four-D Model
Pengembangan model pembelajaran yang berpijak pada pandangan konstruktivisme
berbeda dengan pandangan behaviorisme (misalnya model Dick dan Carey). Model
pengembangan pembelajaran yang konstruktivis memiliki beberapa karakteristik, diantaranya
(1) proses pengembangan pembelajaran bersifat recursive, non-linier, dan tidak ada
kepastian(chaos), (2) desain bersifat reflektif dan kolaboratif, (3) tujuan muncul dari
pekerjaan desain dan pengembangan, (4) pembelajaran menekankan pada belajar dalam
konteks yang bermakna, (5) evaluasi formatif menentukan, dan (6) data subyektif lebih
bernilai.
1. Define focus
Define focus dilakukan dengan cara membentuk tim pengembang (team
partisipatory). Tugas tim ada 3, yakni (1) menciptakan dan mendukung tim partisipasi, (2)
melakukan pemecahan masalah secara progresif, dan (3) mengembangkan pemahaman
konstekstual.
Tim pengembang terdiri dari perwakilan pebelajar, pembelajar, desainer, seniman
grafis, dan sebagainya. Tim bekerja mulai awal pengembangan produk sampai akhir.
Anggota tim bisa melibatkan 1 -3 orang dari sudut pandang yang beragam, misalnya
psikolog,. Mereka diharapkan dapat memberikan masukan dari sudut pandang yang berbeda
6
[6]
Dari pembentukan team ini nantinya akan diperoleh masukan-masukan dan masalah-
masalah yang akan dihadapi. Sehingga nantinya bisa dihindari segala kemungkinan yang
menjadi permasalahan.

2. Design and Development Focus

Desain dan pengembangan merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan, karena
terkait dengan pengembangan pronesis dan pemecahan masalah secara progresif. Ada 4
aktivitas dilakukan dalam desain dan pengembangan ini, yakni (1) memilih lingkungan, (2)
memilih format produk dan media, (3) menentukan format penilaian, dan (4) mendesain dan
mengembangan produk. Dalam memilih lingkungan dan format media perlu memperhatikan
3 karakteristik penting yaitu power, flexibility, and accessibility dengan 2 komponen, yakni
(1) perlengkapan/peralatan desain (tools of design), misalnya chart, video, komputer, dan lain
-lain, (2) proses desain (process of design). Prosedur evaluasi lebih menekankan pada
evaluasi formatif dengan pendekatan kualitatif. Alat pengumpul data yang diperlukan
menggunakan metode observasi dan dukumentasi.
3. Dissemination Focus
Sebagaimana model sistem desain pembelajaran pada umumnya, fokus desiminasi
terdiri dari 4 kegiatan yakni (1) evaluasi, (2) produk akhir, (3) difusi, dan (4) adopsi. Pada
tahap ini produk pengembangan digunakan pembelajaran di sekolah/kampus dalam kelas

6[6] http://pasca.tp.ac.id/site/teori-model-dan-penelitian-pengembangan-dalam-perspektif-teknologi-
pembelajaran diakses pada tanggal 10 September 2013
yang sebenarnya. Perlu ditegaskan bahwa produk hasil pengembangn mungkin hanya cocok
untuk konteks lokal, bukanuntuk semua konteks pembelajaran
Dalam evaluasi, data-data yang dikumpulkan adalah data kualitatif. Variabel-variabel
yang diangkat lebih banyak bersifat kontekstual (ruang, waktu, kasus, masalah, materi)
sehingga produk hasil pengembangan tidak dapat digeneralisasikan untuk semua latar
(setting). Kerja yang berubah-ubah inilah kunci kesulitan dalam merancang pembelajaran
konstruktivistik..7[7]

BAB III
7[7] Ibid
KESIMPULAN
A. Kesimpulan

1. Desain Pembelajaran adalah praktek penyusunan media teknologi komunikasi dan isi
untuk membantu agar dapat terjadi transfer pengetahuan secara efektif antara guru
dan peserta didik
2. Dalam bidang pendidikan desain pendidikan berkenaan dengan kurikulum, konseling,
administrasi, evaluasi, dan pembelajaran. Kurikulum terutama berkenaan dengan apa
yang akan diajarkan, sementara pembelajaran adalah bagaimana mengajarkannya.
3. Dalam desain pembelajaran terdapat banyak model desain diantaranya:
1. Walter Dick & Lou Carey..
2. Model Pengembangan Perangkat Four-D Model
3. Model Desain Pembelajaran Wong dan Roulerson
4. Model Pengembangan Desain Sistem Intruksional PPSI
5. Model J.E. Kemp
6. Model Briggs
4. Dalam pengembangan desain pembelajaran pendidikan Islam ini lebih cocok
menggunakan teori Dick & Carey dengan beberapa pertimbangan diantaranya:

1. Setiap langkah jelas, sehingga dapat diikuti


2. teratur, Efektif dan Efisien dalam pelaksanaan
3. Merupakan model atau perencanaan pembelajaran yang terperinci, sehingga
mudah diikuti
4. Adanya revisi pada analisis instruksional, dimana hal tersebut merupakan hal
yang sangat baik, karena apabila terjadi kesalahan maka segera dapat
dilakukan perubahan pada analisis instruksional tersebut, sebelum kesalahan
didalamnya ikut mempengaruhi kesalahan pada komponen setelahnya.
• Model Dick & Carey sangat lengkap komponennya, hampir mencakup
semua yang dibutuhkan dalam suatu perencanaan pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA
Harjanto, Perencanaan Pengajaran, Jakarta: Rineka Cipta, 2008.
http://zuhairistain.blogspot.com/2009/04/pengertian-desain-pembelajaran_16.html diakses
pada tanggal
Walter Dick & Lou Carey, The Systematic design of Intrustion, Boston: Library of Congress
Cataloging-in-Publication Data, 1937.
Thiagarajan, S., Semmel, D. S & Semmel, M. I. 1974. Instructional Development for
Training Teachers of Expectional Children. Minneapolis, Minnesota: Leadership Training
Institute/Special Education, University of Minnesota.
Gagne, Robert,M. The Conditions of Learning, Holt, Rinehart and Winston, New York, 1977

Anda mungkin juga menyukai