Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

PERENCANAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Dosen Pengampu:

Muhamad Rokim S,Pd M.Pd

Disusun Oleh:
1. AHMAD SYIFA ZAMZAMY
2. M. BAHA’UDIN ASRORI
3. KEVIN RICKY MAHENDRA

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM HIDAYATUT THULLAB

(STAIHIT) KEDIRI

TAHUN 2020

1
2

BAB I

LATABELAKANG

A. Pendahuluan

Istilah pengembangan sistem instruksional (instructional system


design) dan disain instruksional (instructional design) sering dianggap
sama. “Disain” berarti membuat sketsa, pola, outline atau rencana
pendahuluan “mengembangkan” berarti membuat tumbuh secara teratur
untuk menjadikan sesuatu lebih besar, lebih baik, lebih efektif, dan
sebagainya.

Oleh sebab itu berbagai macam model pengembangan


pembelajaran dikembangkan dengan tujuan,

Pertama: Mudah dikomunikasikan kepada calon pemakai, baik guru


maupun para pengelola pendidikan.

Kedua: Memperlihatkan tugas-tugas utama yang harus dikerjakan untuk


pengelolaan pembelajaran.

Ketiga: Memperlihatkan struktur semacam matrix antara tujuan belajar


dan strategi belajar yang dapat dibandingkan antara satu dengan yang
lainnya.

Banyak sekali model pendekatan sistematik dalam pembelajaran,


timbulnya model yang banyak ini disebabkan :

1. Para ahli pendidikan menganggap situasi yang dihadapinya sangat


khusus, sehingga perlu pendekatan khusus pula.

2. Kurangnya usaha untuk memvalidasikan model sehingga ada


keraguan untuk menerapkan model orang lain.

3. Adanya ketidakpercayaan atau persaingan pada jenjang akademik


di antara para ahli yang merasa dirinya ahli dalam bidang
pengajaran.
3

4. Adanya model-model yang bersifat pleksibel sehingga bagian-


bagiannya dapat diubah atau dikembangkan lebih lanjut yang akan
melahirkan model baru. 

5. Adanya model-model yang menghendaki latar dan persyaratan


khusus.

BAB II

PEMBAHASAN

B. Pengertian Pengembangan Instruksional


4

Pengembangan Sistem Instruksional ialah suatu proses


menentukan dan menciptakan situasi dan kondisi tertentu yang
menyebabkan siswa dapat berinteraksi sedemikian rupa sehingga terjadi
perubahan di dalam tingkah lakunya.1 Pengembangan ini senantiasa
didasarkan pada pengalaman, pengamatan yang sesama dan percobaan
yang terkendali.

Ada dua proses pengembangan, pertama ialah pendekatan secara


empiris yang menggunakan dasar-dasar teori, bahan pengajaran disusun
berdasarkan pengalaman pengembang. Pendekatan kedua ialah dengan
pendekatan model. Dalam penyusunan rancangan pengajaran ada
langkah-langkah secara sistem: cara mencapainya dipilihkan cara-cara
tertentu, kondisi tertentu, dan perubahan tertentu. Hasil uji coba memberi
informasi tertentu yang dapat dijadikan bahan penilaian perihal tingkat
kesulitan suatu program.2

C. Model-Model Pengembangan Intruksional

Model merupakan seperangkat prosedur yang berurutan untuk


mewujudkan suatu proses, seperti penilaian suatu kebutuhan, pemilihan
media, dan evaluasi. Model sibernetik dasar masukan diolah untuk
menghasilkan sesuai keinginan lalu dibandingkan dengan yang
diinginkan, bila terdapat perbedaan maka diolah kembali untuk
mendapatkan hasil yang sesuai. Istilah pengembangan dan desain
sebenarnya mengandung pengertian yang berbeda.

1
Diamond. R & Carey. S, Developmental Changes in the Representation of Faces
Journal of Experimental Child Psychology (1977), j. 23, h. 1-22 .
2
Intens, Wayan, Pemilihan Strategi Instruksional (Jakarta: PAU-UT dan Pustekkom
Dikbud, 1986), h.33.
5

Pengembangan pembelajaran mempunyai arti yang lebih luas


karena meliputi desain pembelajaran. Pengembangan pembelajaran
adalah: suatu pendekatan sistematik dalam desain, produksi, evaluasi,
dan pemanfaatan sistem pembelajaran yang lengkap, meliputi semua
komponen system yang tepat dengan suatu pola manajemen untuk
menggunakannya.3

Seorang yang telah mengetahui bagaimana strategi dan metode


pembelajaran saja belum dikatakan cukup dalam proses pembelajarannya,
maka dari itu penulis akan menambahkan dengan pengembangan
instruksional. Apakah pengembangan instruksional itu? Penulis akan
sajikan dalam pemaparan berikut.

Yang dimaksud dengan pengembangan instruksional adalah cara


yang sistematis dalam mengidentifikasi, mengembangkan dan
mengevaluasi seperangkat materi dan strategi yang diarahkan untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu. 4 Hasil akhir pengembangan
instruksional terhadap materi dan strategi belajar mengajar yang
dikembangkan secara empiris secara konsisten untuk mencapai tujuan
instruksional tertentu.

Pengembangan instruksional ini terdiri dari seperangkat kegiatan


meliputi perencanaan, pengembangan dan evaluasi terhadap sistem
instruksional yang sedang dikembangkan tersebut sehingga mengalami
revisi beberapa kali dan dapat memuaskan bagi pengembangan. 5
Pengembangan instruksional adalah teknik pengelolaan dalam mencari
pemecahan masalah-masalah instruksional atau setidak-tidaknya dapat
mengoptimalkan pemanfaatan sumber belajar yang ada untuk
memperbaiki pendidikan.

3
Miarso. Yusufhadi, Menyemai Teknologi Pendidikan (Jakarta: Kencana, 2007), h. 245.
4
Mudhoffir,Teknologi Instruksional (Bandung: Remadja Karya, 1986), h.24.
5
Arief Sukadi, Pengembangan Sistem Instruksional (Jakarta: PAU-UT dan Pustekkom
Dikbud, 1986), h.56.
6

Ada beberapa model pengembangan instruksional, antara lain


pengembangan instruksional model Banathy, PPSI, model Kemp, model
Briggs, model Gerlach &  Ely, model IDI (Instruksional Development
Institute), dan lain-lainnya, adapun pembahasannya sebagai berikut:

1. Model Bela H. Banathy


Pengembangan Instruksional model Banathy ini dapat
diinformasikan dalam enam langkah sebagai berikut:

Langkah pertama; merumuskan tujuan (Formulate objectives)

Langkah kedua; mengembangkan test (develop test)

Langkah ketiga; menganalisis kegiatan belajar (analyze learning task)

Langkah keempat; mendesain struktur instruksional (design system)

Langah kelima; melaksanakan kediatan dan mengetes hasil

(Implement and test output)

Langkah keenam; mengadakan perbaikan (change to improve).6

2. Model Pengembangan Sistem Instruksional (MPSI)


Istilah pengembangan sistem instruksional (instructional
systems development) dan disain instruksional (instructional
design) sering dianggap sama, atau setidak-tidaknya tidak
dibedakan secara tegas dalam penggunaannya, meskipun menurut
arti katanya ada perbedaan antara "disain" dan "pengembangan".
Kata "disain" berarti "membuat sketsa atau pola atau outline atau
ren cana pendahuluan". Sedang "mengembangkan" berarti
"membuat tumbuh secara teratur untuk menjadikan sesuatu lebih
besar, lebih baik, lebih efektif, dan sebagainya."

3. Model Briggs
6
Rahardjo, R., dan L. Hariandja, Media Instruksional (Jakarta: PAU-UT dan Pustekkom
Dikbud, 1986), h.23-30.
7

Model Brigs ini berorientasi pada rancangan sistim dengan


sasaran dosen atau guru yang akan bekerja sebagai perancang
kegiatan instruksional maupun tim pengembangan instruksional
yang susunan anggotanya meliputi: dosen, administrator, ahli
bidang studi, ahli evaluasi, ahli media dan perancang
instruksional.7
Brigs berkeyakinan bahwa banyak pengetahuan tentang
belajar mengajar dapat diterapkan untuk semua jaajaran dalam
bidang pendidikan dan latihan. Karena itu dia berpendapat bahwa
model ini juga sesuai untuk pengembangan program latihan
jabatan, tidak hanya terbatas pada program-program akademis
saja. Di samping itu, model ini dirancang sebagai metodologi
pemecahan masalah instruksional.8
Dalam pengembangan instruksional ini berlaku prinsip
keselarasan antara tujuan yang akan dicapai, strategi
pencapaiannya dan evaluasi keberhasilannya, yang ketiganya
merupakan tiang pancang desain instruksionalnya Briggs.

4. Model Kemp

Pengembangan instruksional yang dikembangkan oleh


Kemp (1977) ini juga disebut sebagai Desain Instruksional, yang
terdiri dari 10 langkah.

1) Penentuan tujuan instruksional umum (TIU); yaitu tujuan yang


ditetapkana menurut masing-masing pokok bahasan.
2) Menganalisis karakteristik siswa; dalam analisis ini memuat hal-
hal yang berkenaan dengan latar belakang pendidikan siswa,
sosial budaya yang memungkinkan dapat mengikuti program
kegiatan belajar, serta langkah-langkah apa yang perlu
ditetapkan.
7
Mudhoffir,Teknologi Instruksional…, h. 34.
8
Arief Sukadi, Pengembangan Sistem…, h.48-50.
8

3) Menentukan tujuan instruksional khusus (TIK); yakni tujuan yang


ditetapkan secara operasional, spesifik dan dapat diukur.
Dengan demikian siswa dapat mengetahui apa yang akan
mereka lakukan, bagaimana melakukannya dan apa ukuran
yang digunakan bahwa mereka dapat mencapai tujuan belajar
tersebut.
4) Menentukan materi pelajaran;yang sesuai dengan tujuan
instruksional khusus yang telah ditetapkan.
5) Mengadakan penjajakan awal (preassesment); langkah ini sama
halnya dengan test awal yang fungsinya untuk mengetahui
kemampuan yang dimiliki siswa, apakah telah memenuhi
syarat belajar yang ditentukan ataukah belum.
6) Menentukan strategi belajar dan mengajar yang relevan; sebagai
patokan untuk memilih strategi yang dimaksud, Kemp
menentukan 4 kriteria;
a) Efisiensi;
b) Keefektifan;
c) Ekonomis;
d) Kepraktisan.

Dalam memilih strategi belajar-mengajar tersebut harus melalui

analisis alternatif.

7) Mengkoordinasi sarana penunjang yang dibutuhkan, meliputi:


a) Biaya;
b) Fasilitas;
c) Peralatan;
d) Waktu dan
e) Tenaga
8) Mengadakan evaluasi; hasil evaluasi tersebuut digunakan untuk
mengontrol dan mengkaji sejauhmana keberhasilan suatu
program yang telah direncanakan mencapai sasaran yang
9

diinginkan. Hasil evaluasi merupakan umpan balik untuk


merevisi kembali tentang; program instruksional yang telah
dibuat, instrument tes, metode strategi yang dipakai dan
sebagainya.9

5. Model IDI

Pengembangan instruksional model ID (Instruksional


Development Institute) merupakan suatu hasil konsorsium antar
perguruan tinggi di Amerika Serikat yang dikenal dengan
Uniiversity Consorsium Instructional Development and
Technology (UCIDT).

Model IDI ini telah dikembangkan dan diuji-cobakan pada


beberapa negara di Asia dan Eropa dan telah berhasil di 334
institusi pendidikan di Amerika. Sebagaimana halnya dengan
model-model pengembangan instruksional lainnya, model ini juga
menggunakan model pendekatan sistim yang meliputi tiga
tahapan, yakni; Pembatasan (define), Pengembangan (develop),
Penilaian (evaluate).

1) Tahap pembatasan (define)


Identifikasi masalah, dimulai dengan analisis kebutuhan atau
yang disebut need assesment. Pada dasarnya need assisment ini
berusaha menemukan suatu perbedaan (descrypancy) antara apa
yang ada dan apa yang idealnya (yang diinginkan). Karena
banyaknya kebutuhan pengajaran, maka perlu diadakan prioritas
mana yang didahulukan dan mana yang dikemudian.
2) Tahap Pengembangan
Identifikasi tujuan; tujuan instruksional yang hendak dicapai
perlu diidentifikasikan terlebih dahulu, baik tujuan instruksional
umum (TIU) dalam hal ini IDI menyebutkan dengan Terminal
9
Surachmad. Winarno, Metodologi Pengajaran Nasional (Bandung: Sari Didaktik,
1976), h. 89. Lihat juga: Mudhoffir,Teknologi Instruksional…, h. 22.
10

Objectives dan tujuan instruksional khusus (TIK) yang disebut


Enabling Objectives. TIK adalah penjabaran yang lebih rinci dari
TIU, maka TIK dianggap penting sekali dalam pengembangan
instruksional, disamping itu TIK perlu karena;
a) Membantu siswa dan guru untuk memahami secara jelas apa-
apa yang diharapkan sebagai hasil kegiatan instruksional;
b) TIK merupakan building blocks dari pengajaran yang diberikan.
c) TIK merupakan penanda tingkah laku yang harus diperlihatkan
oleh siswa sesuai dengan kegiatan instruksional yang diberikan.
Penentuan metode;
a. Untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan perlu
ditempuh suatu cara, dalam hal ini metode apa yang cocok
digunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkn
tersebut.
b. Bagaimanakah urutan isi/ bahan yang akan disajikan?
c. Bentuk instruksional apakah yang dipilih sesuai dengan
karakteristik siswa dalam situasi dan kondisinya? Apakah
dipakai metode ceramah, diskusi, praktikum, karyawisata,
tugas individual dan lain-lainnya?
3) Tahap penilaian
Tes uji coba; Setelah prototipa program instruksional
tersebut disusun, maka langkah berikutnya harus diadakan uji-
coba. Uji-coba ini dapat dilakukan pada sampel audien untuk
menentukan kelemahan dan kebaikan serta efesiensi dan
keefektifan suatu program yang dikembangkan.10
Analisis hasil; Hasil uji coba yang dilakukan perlu dianalisis
terutama yang berkenaan dengan;
a. Apakah tujuan dapat dicapai, bila tidak atau belum
semuanya, dimanakah letak kesalahannya?
10
Intens, Wayan, Pemilihan Strategi…, h.57-58. lihat juga: Depdikbud, Dirjen Dikti,
NKK, Kumpulan Naskah Penataran Bimbingan dan Konseling untuk Tenaga Pengajar Perguruan
Tinggi Se-Indonesia (Jakarta: Psikologi Belajar, 1981), h. 22-29.
11

b. Apakah metode atau teknik yang dipakai sudah cocok


denganpencapaian tujuan-tujuan tersebut, mengingat
karakteristik siswa yang telah diidentivikasi?
c. Apakah tidak ada kesalahan dalam pembuatan instrumen
evaluasi?
d. Apakah sudah dievaluasi hal-hal yang seharusnya perlu
dievaluasi?

Namun ada lima buah model pengembangan instruksional selain yang tersebut
diatas dapat dibaca dalam buku dan karangan berikut:

No. Judul Pengarang Tahun

1 Instructional System Design Gagne 1979

Departemen
Prosedur Pengembangan Sistem
2 Pendidikan dan 1975
Instruksional ( PPSI )
Kebudayaan RI

System Approach Model for


3 Dick and Carey 1985
Designing Instruction

4 Instructional Development Model AT&T 1985

Model Pengembangan
5 M. Atwi Suparman 1987
Instruksional (MPI)

D. Penutup

Pengembangan instruksional adalah proses yang sistematis dalam


mencapai tujuan instruksional secara efektif dan efisien melalui
pengidentifikasian masalah, pengembangan strategi dan bahan
instruksional, serta pengevaluasian terhadap strategi dan bahan
instruksional tersebut untuk menentukan apanya yang harus dievaluasi.
12

Pada garis besarnya model-model yang berkembang begitu banyak


memiliki dasar dan prinsip belajar dan instruksional tiga tahap, yaitu
tahap definisi, tahap analisis dan pengembangan system, tahap evaluasi.

DAFTAR PUSTAKA

Arief Sukadi, Pengembangan Sistem Instruksional, Jakarta: PAU-UT dan


Pustekkom Dikbud, 1986.

Depdikbud, Dirjen Dikti, NKK, Kumpulan Naskah Penataran Bimbingan dan


Konseling untuk Tenaga Pengajar Perguruan Tinggi Se-Indonesia,
Jakarta: Psikologi Belajar, 1981.

Diamond. R & Carey. S, Developmental Changes in the Representation of Faces


Journal of Experimental Child Psychology, 1977.

Intens, Wayan, Pemilihan Strategi Instruksional, Jakarta: PAU-UT dan


Pustekkom Dikbud, 1986.

Miarso. Yusufhadi, Menyemai Teknologi Pendidikan, Jakarta: Kencana, 2007.

Mudhoffir,Teknologi Instruksional, Bandung: Remadja Karya, 1986.

Rahardjo, R., dan L. Hariandja, Media Instruksional, Jakarta: PAU-UT dan


Pustekkom Dikbud, 1986.

Surachmad. Winarno, Metodologi Pengajaran Nasional, Bandung:


Sari Didaktik, 1976.

Suparman, M. Atwi, Desain Instruksional, Jakarta: Pusat Penerbitan


Universitas Terbuka, 2001.

Anda mungkin juga menyukai