Anda di halaman 1dari 13

MODEL PENGEMBANGAN INSTRUKSIONAL

DI SUSUN OLEH:

1. MUH. FARHAN AKHIR RAMADHAN


2. NURLEDY AMANDHA
3. ADRIAN

JURUSAN GEOGRAFI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
BAB I
PENDAHULUAN

Dalam dunia pendidikan, pengembangan program pembelajaran yang efektif


merupakan salah satu faktor kunci dalam mencapai tujuan pendidikan. Oleh karena
itu, para pengajar dan desainer pembelajaran perlu memperhatikan model
pengembangan instruksional sebagai pedoman dalam merancang program
pembelajaran yang berkualitas.

Dalam makalah ini akan membahas tentang model pengembangan instruksional,


termasuk pengertian, definisi, tujuan, dan manfaatnya. Selain itu, penulis juga akan
mengulas beberapa model pengembangan instruksional yang umum digunakan,
seperti model ADDIE, model Dick and Carey, model Rapid Prototyping, dan model
ASSURE. Dalam makalah ini juga akan membahas kriteria-kriteria yang perlu
dipertimbangkan dalam memilih model pengembangan instruksional yang tepat untuk
suatu program pembelajaran, serta cara implementasi dan evaluasi program
pembelajaran yang telah dibuat.

Dengan memahami dan menguasai model pengembangan instruksional, para pengajar


dan desainer pembelajaran diharapkan dapat mengembangkan program pembelajaran
yang lebih efektif, efisien, dan relevan dengan kebutuhan siswa. Selain itu, penulis
juga berharap makalah ini dapat memberikan wawasan yang bermanfaat bagi para
pembaca yang tertarik untuk mempelajari dan mengembangkan program
pembelajaran secara lebih baik dan efektif.
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN MODEL PENGEMBANGAN INSTRUKSIONAL


Pengembangan instruksional adalah suatu proses secara sistematis dan logis
untuk mempelajari problem-problem pengajaran, agar mendapatkan pemecahan
yang teruji validitasnya, dan praktis bisa dilaksanakan. Sistem instruksional
adalah semua materi pelajaran dan metode yang telah diuji dalam praktek yang
dipersiapkan untuk mencapai tujuan dalam keadaan senyatanya. Definisi
pengembangan instruksional adalah "suatu proses menentukan dan menciptakan
situasi dan kondisi tertentu yang menyebabkan siswa dapat berinteraksi
sedemikian rupa sehingga terjadi perubahan di dalam tingkah lakunya.
Pengembangan sistem instruksional lebih lanjut meliputi proses "monitoring"
interaksi siswa dengan situasi dan pengalaman belajar, agar para penyusun desain
instruksional dapat menilai efektivitas suatu desain. Manfaat dan tujuan
menggunakan dan mempelajari desain instruksional adalah Mampu melihat,
mengamati, menganalisis, dan memprediksi program secara keseluruhan, dapat
mengetahui mengapa suatu mata pelajaran diberikan, apakeuntungan anak didik
mempelajari materi pelajaran yang dipilih guru, dan bagaimana
mengorganisasikan pengalaman belajar, dapat melihat apakah proses belajar
mengajar cukup efektif dan efisien.

Dua macam proses pengembangan sistem instruksional. Prosedur atau proses


yang ditempuh oleh para pengembang instruksional bisa meliputi dua cara:

1. Dengan pendekatan secara empiris. Disini paket atau bahan pengajaran


disusun berdasarkan pengalaman si pengembang, siswa disuruh mempelajari
lalu hasilnya diamati. Bila hasilnya tidak sesuaidengan apa yang diharapkan,
materi pengajaran tersebut direvisi dan pekerjaan penyusun paket materi
pengajaran diulang.

2. Dengan mengikuti atau membuat suatu model. menurut pendekatan ini, hasil
yang diharapkan, bisa duklasifikasikan sesuai dengan tipe-tipe tertentu.
Untuk tiap-tiap tujuan khusus dapat dililihkan cara-cara tertentu untuk
mencapainya, kondisi tertentu untuk mengamati responsi siswa bisa
diciptakan dan perubahan-perubahan bilamana perlu bisa diadakan.
Model pengembangan sistem instruksional di lain pihak berusaha untuk
menentukan prosedur secara khusus dalam mengamati berbagai macam
klasifikasi tingkah laku siswa belajar, dan prosedur untuk mengubah rangsangan
sedemikian rupa sehingga tingkah laku siswa sesuai dengan hasil yang
diharapkan dalam suatu interaksi dengan lingkungan. Jadi, titik beratnya adalah
pada mekanisme dan proses dalam suatu macam lingkungan tertentu, dalam
suatu susunan tertentu untuk membawa perubahan tingkah laku siswa.
pengembangan sistem instruksional menentukan kondisi dan lingkungan untuk
mengubah dan mengamati perubahan tingkah laku siswa. Sumber:
http://rairarinn13.blogspot.com/2016/10/model-pengembangan-
instruksional.html

B. MODEL – MODEL PENGEMBANGAN INSTRUKSIONAL


Berikut ini beberapa contoh model pengembangan instruksional yang sering
digunakan dalam merancang program pembelajaran:
1. Model ADDIE (Analysis, Design, Development, Implementation,
Evaluation)
Model Penelitian Pengembangan ADDIE sesuai namanya merupakan model
yang melibatkan tahap-tahap pengembangan model dengan lima langkah/fase
pengembangan meliputi: Analysis, Design, Development or Production,
Implementation or Delivery dan Evaluations). Model ADDIE dikembangkan
oleh Dick and Carry pada tahun 1996 untuk merancang sistem pembelajaran
(Mulyanitiningsih, 2016).

Tahap analisis kebutuhan melibatkan identifikasi tujuan pembelajaran,


kebutuhan siswa, dan lingkungan pembelajaran. Tahap desain instruksional
melibatkan merancang strategi pembelajaran, menentukan konten
pembelajaran, dan merancang asesmen. Tahap pengembangan instruksional
melibatkan pengembangan materi pembelajaran. Tahap implementasi
instruksional melibatkan implementasi materi pembelajaran di kelas. Tahap
evaluasi instruksional melibatkan mengevaluasi hasil pembelajaran dan
memperbaiki materi pembelajaran jika diperlukan.

Dalam langkah-langkah pengembangan produk, model penelitian


pengembangan ADDIE dinilai lebih rasional dan lebih lengkap.
Mulyatiningsih (2016) mengemukakan Model ini dapat digunakan untuk
berbagai macam bentuk pengembangan produk dalam kegiatan pembelajaran
seperti model, strategi pembelajaran, metode pembelajaran, media dan bahan
ajar. Sumber: https://ranahresearch.com/model-penelitian-pengembangan-
addie/

2. Model Dick and Carrey


Model pembelajaran Dick dan Carey merupakan model pembelajaran yang
dikembangkan melalui pendekatan sistem (System Approach). Terhadap
komponen-komponen dasar dari desain sistem pembelajaran yang meliputi
analisis, desain, pengembangan, implementasi dan evaluasi. Model sistem
pembelajaran yang dikembangkan oleh Dick dkk terdiri atas beberapa
komponen yang perlu dilakukan untuk membuat rancangan aktifitas
pembelajaran yang lebih besar.

Dick dan Carey memasukkan unsur kognitif dan behavioristik yang


menekankan pada respon siswa terhadap stimulus yang dihadirkan.
Implementasi model desain sistem pembelajaran ini memerlukan proses yang
sistematis yang menyeluruh. Hal ini diperlukan untuk dapat menciptakan
desain sistem pembelajaran yang mampu digunakan secara optimal dalam
mengatasi masalah-masalah pembelajaran. Komponen-komponen sekaligus
langkah-langkah utama dari model desain sistem pembelajaran yang
dikemukakan oleh Dick dkk yang terdiri atas:

1. Mengidentifikasi tujuan pembelajaran


2. Melakukan analisis instruksional
3. Analisis Siswa dan Konteks
4. Merumuskan tujuan pembelajaran khusus
5. Mengembangkan instrument penelitian
6. Mengembangkan strategi pembelajaran
7. Penggunaan Bahan Ajar
8. Merancang dan mengembangkan evaluasi formatif
9. Melakukan revisi terhadap program pembelajaran
10. Merancang dan mengembangkan evaluasi sumatif.
Sumber: https://www.taufiq.net/2019/09/model-pembelajaran-dick-n
carry.html

3. Model Rapid Prototyping


Model Rapid Prototyping adalah model pengembangan instruksional yang
berfokus pada pengembangan program pembelajaran yang fleksibel dan
responsif terhadap perubahan. Model ini melibatkan iterasi dan pengujian
prototipe dalam pengembangan program pembelajaran. Model ini cocok
digunakan untuk program pembelajaran yang membutuhkan adaptasi cepat
terhadap perubahan.

4. Model ASSURE (Analyzing Learners, State Objectives, Select Media and


Materials, Utilize Media and Materials, Require Learner Participation,
Evaluate and Revise)
Model pembelajaran ASSURE adalah salah satu strategi pembelajaran di
ruang kelas yang memadukan penggunaan teknologi dan media
pembelajaran, serta dikembangkan melalui pemilihan dan pemanfaatan
metode, bahan ajar dan peran siswa dalam proses pembelajaran. Model
pembelajaran ASSURE dikembangkan oleh oleh Sharon Smaldino, Robert
Henich, James Russell, dan Michael Molenda pada tahun 1989 yang
diterbitkan dalam sebuah buku berjudul Instructional Technology and Media
For Learning.

Model pembelajaran ASSURE merupakan singkatan dari komponen atau


langkah penting yang ada di dalamnya, yaitu; Analyze learner characteristic
(menganalisis karateristik siswa); State performance objectives (menetapkan
tujuan pembelajaran); Select methods, media and materials (memilih metode,
media, dan bahan pelajaran); Utilize, technology, media, and materials
(penggunaan teknologi, media, dan bahan); Requirez learner participation
(mengaktifkan keterlibatan siswa); dan Evaluation and revision (evaluasi dan
revisi).

Model pembelajaran ASSURE adalah sebuah prosedur panduan untuk


mendesain perencanaan dan bimbingan pembelajaran yang mengombinasikan
antara materi, metode dan media. Dimana setiap melakukan kegiatan belajar
dan pembelajaran di samping guru memberikan materi, guru juga harus
menyertakan metode dan media yang dibutuhkan. Model pembelajaran ini
akan membuat siswa menjadi lebih aktif dan kegiatan belajar siswa semakin
efektif. Sumber: https://www.kajianpustaka.com/2022/08/model-
pembelajaran-assure.html
5. Model Kemp Design
Model Kemp Design adalah model pengembangan instruksional yang
menggabungkan pendekatan sistematis dan kreatif dalam merancang program
pembelajaran. Model ini terdiri dari sembilan tahapan, mulai dari analisis
situasi hingga evaluasi program. Model ini cocok digunakan untuk program
pembelajaran yang memerlukan pendekatan yang kreatif dan inovatif.

Model Kemp memberikan bimbingan kepada para siswanya untuk berpikir


tentang masalah-masalah umum dan tujuan-tujuan pembelajaran. Model ini
juga mengarahkan para pengembang desain instruksional untuk melihat
karakteristik para siswa serta menentukan tujuan-tujuan belajar yang tepat.
Langkah berikutnya adalah spesifikasi isi pelajaran dan mengembangkan
pretest dari tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Selanjutnya adalah
menetakan strategi dan langkah-langkah dalam kegiatan belajar mengajar
serta sumber-sumber belajar yang akan digunakan. Selanjutnya, materi/isi
(content) kemudian dievaluasi atas dasar tujuan-tujuan yang telah
dirumuskan. Langkah berikutnya adalah melakukan identifikasi dan revisi
didasarkan atas hasil-hasil evaluasi. Sumber: https://bacamedi.com/model-
design-pembelajaran-kemp/

6. Model Successive Approximation Model (SAM)


Model SAM adalah model pengembangan instruksional yang berfokus pada
pengembangan program pembelajaran yang berbasis proyek. Model ini
melibatkan keterlibatan siswa secara aktif dalam merancang program
pembelajaran. Model ini cocok digunakan untuk program pembelajaran yang
memerlukan pengembangan keterampilan praktis.

Kesemuanya memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, sehingga


penggunaan model yang tepat akan mempengaruhi kualitas program
pembelajaran yang dihasilkan.

C. Pemilihan Model Pengembangan Instruksional


Dalam memilih model pengembangan instruksional yang tepat untuk
mengembangkan program pembelajaran, terdapat beberapa kriteria yang harus
dipertimbangkan, di antaranya:
a. Tujuan pembelajaran: Model pengembangan instruksional harus sesuai
dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Beberapa model cocok untuk
tujuan tertentu seperti mengembangkan keterampilan, membentuk sikap, atau
meningkatkan pengetahuan.
b. Karakteristik peserta didik: Karakteristik peserta didik seperti usia, level
pendidikan, dan latar belakang pendidikan harus dipertimbangkan untuk
memilih model pengembangan instruksional yang sesuai. Misalnya, model
pembelajaran keterampilan yang efektif untuk siswa SMA mungkin tidak
cocok untuk anak-anak usia dini.
c. Ketersediaan sumber daya: Model pengembangan instruksional yang dipilih
harus sesuai dengan sumber daya yang tersedia, termasuk anggaran, perangkat
keras, perangkat lunak, dan personil.
d. Keterampilan pengajar: Model pengembangan instruksional yang dipilih harus
sesuai dengan keterampilan dan pengalaman pengajar. Beberapa model
mungkin memerlukan keterampilan teknologi yang lebih tinggi daripada yang
lain.
e. Konteks pembelajaran: Konteks pembelajaran, seperti lingkungan belajar dan
faktor-faktor budaya, harus dipertimbangkan dalam memilih model
pengembangan instruksional yang tepat. Misalnya, model yang lebih interaktif
dan kolaboratif mungkin lebih cocok untuk lingkungan belajar yang lebih
santai.
f. Kemudahan penggunaan: Model pengembangan instruksional yang dipilih
harus mudah digunakan dan diimplementasikan oleh pengajar dan peserta
didik.
g. Efektivitas: Terakhir, efektivitas model pengembangan instruksional dalam
mencapai tujuan pembelajaran harus dipertimbangkan. Pilihlah model yang
terbukti efektif berdasarkan penelitian atau praktik terbaik di bidang
pengembangan instruksional.

Dengan mempertimbangkan kriteria-kriteria ini, pembuat keputusan dapat


memilih model pengembangan instruksional yang tepat untuk mengembangkan
program pembelajaran yang efektif.

D. Implementasi Model Pengembangan Instruksional


Setelah memilih model pengembangan instruksional yang tepat, langkah
selanjutnya adalah melakukan implementasi model tersebut. Berikut adalah
beberapa tahapan dalam implementasi model pengembangan instruksional:
a. Pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
RPP harus disusun dengan mempertimbangkan model pengembangan
instruksional yang dipilih. RPP harus memuat materi yang akan diajarkan, tujuan
pembelajaran, strategi pembelajaran, metode evaluasi, serta materi pendukung
seperti buku teks, alat peraga, dan media pembelajaran.
b. Pengembangan Materi Pembelajaran
Materi pembelajaran harus dikembangkan dengan mempertimbangkan tujuan
pembelajaran dan metode pembelajaran yang digunakan. Materi pembelajaran
harus disesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik peserta didik.

c. Pelatihan Pengajar
Pengajar harus dilatih untuk mengimplementasikan model pengembangan
instruksional yang dipilih. Pelatihan harus mencakup pemahaman tentang model
pengembangan instruksional, keterampilan teknologi, serta strategi dan metode
pembelajaran yang digunakan.

d. Pelaksanaan Pembelajaran
Pelaksanaan pembelajaran harus dilakukan sesuai dengan rencana pelaksanaan
pembelajaran. Pengajar harus mengikuti rencana yang telah disusun dan
memperhatikan karakteristik peserta didik.

e. Evaluasi Pembelajaran
Evaluasi pembelajaran harus dilakukan untuk mengetahui apakah tujuan
pembelajaran telah tercapai atau belum. Evaluasi dapat dilakukan melalui tes
atau penilaian lainnya. Hasil evaluasi dapat digunakan untuk memperbaiki materi
pembelajaran dan strategi pembelajaran.

f. Penyempurnaan Model Pengembangan Instruksional


Setelah implementasi, model pengembangan instruksional yang dipilih dapat
dievaluasi untuk mengetahui keefektifannya. Jika ditemukan kelemahan atau
kesalahan, model tersebut dapat disempurnakan atau diganti dengan model yang
lebih efektif.

Dalam melakukan implementasi model pengembangan instruksional, perlu


diperhatikan faktor-faktor pendukung seperti dukungan dari pihak sekolah,
ketersediaan sumber daya, dan lingkungan pembelajaran yang kondusif. Dengan
memperhatikan faktor-faktor ini, implementasi model pengembangan
instruksional dapat berjalan dengan baik dan menghasilkan pembelajaran yang
efektif.

E. Evaluasi Hasil Pengembangan Instruksional


Evaluasi model pengembangan instruksional sangat penting untuk mengetahui
apakah model tersebut efektif dalam mencapai tujuan pembelajaran atau tidak.
Berikut adalah beberapa tahapan dalam evaluasi model pengembangan
instruksional:

a. Penentuan Tujuan Evaluasi


Sebelum melakukan evaluasi, perlu ditentukan terlebih dahulu tujuan evaluasi
yang ingin dicapai. Tujuan evaluasi dapat berupa peningkatan kualitas
pembelajaran, peningkatan efektivitas pengajaran, atau peningkatan hasil belajar
peserta didik.

b. Pengumpulan Data
Data dapat dikumpulkan melalui berbagai cara seperti tes, observasi, wawancara,
dan kuesioner. Data yang dikumpulkan harus berkaitan dengan tujuan evaluasi
yang telah ditentukan.

c. Analisis Data
Data yang telah dikumpulkan harus dianalisis untuk mengetahui sejauh mana
model pengembangan instruksional yang digunakan efektif dalam mencapai
tujuan pembelajaran. Analisis data dapat dilakukan dengan menggunakan teknik
statistik atau analisis kualitatif.

d. Pelaporan Hasil Evaluasi


Hasil evaluasi harus dilaporkan secara jelas dan mudah dipahami. Laporan
evaluasi harus mencakup informasi tentang tujuan evaluasi, metode yang
digunakan, hasil analisis data, serta rekomendasi untuk perbaikan dan
pengembangan lebih lanjut.

e. Penyempurnaan Model Pengembangan Instruksional


Jika evaluasi menunjukkan bahwa model pengembangan instruksional yang
digunakan tidak efektif, model tersebut harus disempurnakan atau diganti dengan
model yang lebih efektif. Proses penyempurnaan model pengembangan
instruksional dapat dilakukan dengan memperbaiki materi pembelajaran, strategi
pembelajaran, atau metode evaluasi.

Evaluasi model pengembangan instruksional harus dilakukan secara berkala


untuk menjamin kualitas pembelajaran yang terus meningkat. Evaluasi dapat
dilakukan setelah setiap program pembelajaran selesai, setiap semester, atau
setiap tahun akademik. Dengan melakukan evaluasi secara teratur, model
pengembangan instruksional dapat disempurnakan dan menghasilkan
pembelajaran yang lebih efektif.
BAB III
KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa model pengembangan


instruksional merupakan suatu pendekatan yang sistematik dalam mengembangkan
program pembelajaran yang efektif dan efisien. Terdapat beberapa model
pengembangan instruksional yang dapat digunakan seperti ADDIE, ASSURE, SAM,
Dick and Carey, Kemp, dan Rapid Prototyping. Pemilihan model pengembangan
instruksional harus mempertimbangkan beberapa kriteria seperti tujuan pembelajaran,
karakteristik peserta didik, dan materi pembelajaran.

Tahapan-tahapan dalam model pengembangan instruksional meliputi perencanaan,


desain, pengembangan, implementasi, dan evaluasi. Evaluasi model pengembangan
instruksional sangat penting untuk mengetahui sejauh mana model tersebut efektif
dalam mencapai tujuan pembelajaran. Evaluasi dapat dilakukan dengan penentuan
tujuan evaluasi, pengumpulan data, analisis data, pelaporan hasil evaluasi, dan
penyempurnaan model pengembangan instruksional.

Dengan menggunakan model pengembangan instruksional yang tepat dan melakukan


evaluasi secara teratur, pembelajaran dapat menjadi lebih efektif dan efisien. Hal ini
akan memberikan dampak positif pada kualitas pendidikan dan kemampuan peserta
didik dalam menghadapi tantangan masa depan.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

Dick, W., Carey, L., & Carey, J. O. (2005). The systematic design of instruction.
Pearson.

Hamalik, Oemar, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. (Jakarta :


Bumi Akasara, 2002) h. 23

Imam azhar. perncanaan system desain pembelajaran.( Lamongan: staidra. 2013)h. 22

Mukhtar, dan Iskandar. 2012. Desain Pembelajaran Berbasis TIK. Jakarta : Referensi

Anda mungkin juga menyukai