Anda di halaman 1dari 24

JOB SHEET

MATA KULIAH MODEL DAN DISAIN PEMBELAJARAN PJOK


PRODI PENDIDIKAN OLAHRAGA S2 FIK UNP
SEMESTER JANUARI-JUNI 2023
Oleh Dr. Damrah. M.Pd dan Dr. Hastria Effendi. M.Form

A. MODEL GERLACH AND ELLY

1. Diskripsi Model Gerlach & Elly

Model ini merupakan suatu model pembelajaran yang sistematis


dengan memperlihatkan hubungan antara elemen yang satu dengan
yang lainnya serta menyajikan suatu pola urutan yang dapat
dikembangkan dalam suatu rencana untuk mengajar.

2. Langkah- Langkah Model Gerlach & Elly

a) Merumuskan tujuan pembelajaran (specification of object), b)


Menentukan isi materi (specification of content), c) Penilaian
Kemampuan awal siswa (assesment of entering behaviors), d)
Menentukan strategi (determination of strategy), e)
Pengelompokan belajar (organization of groups), f) Pembagian
waktu (allocation of time), g) menentukan ruangan (allocation of
space), h) memilih media (allocation of resources), i) evaluasi hasil
belajar (evaluation of performance), j) menganalisis umpan balik (
analysis of feed back).

1
B. MODEL HENICH, MOLANDA, RUSSELL AND SMALDINO
(ASSURE)

1. Deskripsi model ASSURE.

Model ASSURE adalah salah satu petunjuk dan perencanaan yang bisa
membantu untuk bagaimana cara merencanakan, mengidentifikasi,
menentukan tujuan, memilih metode dan bahan, serta evaluasi. Model
Assure ini merupakan rujukan bagi pendidik dalam membelajarkan
peserta didik dalam pembelajaran yang direncanakan dan disusun
secara sistematis dengan mengintegrasikan teknologi dan media
sehingga pembelajaran menjadi lebih efektif dan bermakna bagi
peserta didik. Model ASSURE lebih difokuskan pada perencanaan
pembelajaran untuk digunakan dalam situasi pembelajaran di dalam
kelas secara actual.

2. Langkah-langkah model Assure = Seleksi media, metode, dan bahan =


Memanfaatkan bahan ajar = Melibatkan siswa dalam kegiatan belajar
= Evaluasi dan revisi. Untuk lebih memahami model ASSURE,
berikut ini dikemukakan deskripsi dari setiap komponen yang terdapat
dalam model tersebut:

1) Analyzze Learnes

Pemahaman yang baik tentang karakteristik peserta didik akan


sangat membantu peserta didik dalam upaya mencapai tujuan
pembelajaran. Analisis terhadap karakteristik peserta didik meliputi
beberapa aspek penting, yaitu karakteristik umum, kompetensi
spesifik yang telah dimiliki sebelumnya, dan gaya belajar atau
learning style peserta didik.

2) State Objectives

Langkah selanjutnya dari model desain sistem pembelajaran


ASSURE adalah menetapkan tujuan pembelajaran yang bersifat
spesifik. Tujuan pembelajaran dapat diperoleh dari silabus atau
kurikulum, informasi yang tercacat dalam buku teks, atau
dirumuskan sendiri oleh perancang atau instruktur. Tujuan
pembelajaran merupakan rumusan atau pernyataan yang
mendeskripsikan tentang pengetahuan, keterampilan, dan sikap
yang diperoleh peserta didik setelah menempuh proses
pembelajaran. Setelah menggambarkan kompetensi yang perlu

2
dikuasai oleh peserta didik, rumusan tujuan pembelajaran juga
mendeskripsikan kondisi yang diperlukan oleh peserta didik untuk
menunjukkan hasil belajar yang telah dicapai dan tingkat
penguasaan peserta atau degree terhadap pengetahuan dan
keterampilan yang dipelajari.

3) Select Methods, Media, and Materials

Langkah berikutnya adalah memilih metode, media, dan bahan


ajar yang akan digunakan. Ketiga komponen ini berperan penting
dalam membantu peserta didik mencapai tujuan pembelajaran yang
telah digariskan. Pemilihan metode, media, dan bahan ajar yang
tepat akan mampu mengoptimalkan hasil belajar peserta didik dan
membantu peserta didik mencapai kompetensi atau tujuan
pembelajaran. Dalam memilih metode, media, dan bahan ajar yang
akan digunakan, ada beberapa pilihan yang dapat dilakukan, yaitu
memilih media dan bahan ajar yang telah tersedia, dan
memproduksi bahan ajar baru.

4) Utilize Materials

Komponen tersebut dapat berfungsi efektif untuk digunakan dalam


situasi atau setting yang sebenarnya. Langkah berikutnya adalah
menyiapkan kelas dan sarana pendukung yang diperlukan untuk
dapat menggunakan metode, media, dan bahan ajar yang dipilih.
Setelah semuanya siap, ketiga komponen tersebut dapat digunakan.

5) Requires Learner Participation

Proses pembelajaran memerlukan keterlibatan mental peserta didik


secara aktif dengan materi atau substansi yang sedang dipelajari.
Pemberian latihan merupakan contoh cara melibatkan aktifitas
mental peserta didik dengan materi yang sedang dipelajari.

Peserta didik yang terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran akan


dengan mudah mempelajari materi pembelajaran. Setelah aktif
melakukan proses pembelajaran, pemberian umpan balik berupa
pengetahuan tentang hasil belajar akan memotivasi peserta didik
untuk mencapai prestasi belajar yang lebih tinggi.

6) Evaluate and Revise

Setelah mendesain aktifitas pembelajaran maka langkah


selanjutnya yang perlu dilakukan adalah evaluasi. Tahap evaluasi

3
dalam model ini dilakukan untuk menilai efektivitas pembelajaran
dan juga hasil belajar peserta didik. Proses evaluasi terhadap semua
komponen pembelajaran perlu dilakukan agar dapat memperoleh
gambaran yang lengkap tentang kualitas program pembelajaran.

C. MODEL MORRISON, ROSS AND KEMP

1. Deskripsi Model Kemp

Menurut Morisson, Ross, dan Kemp, model desain sistem


pembelajaran ini akan membantu pendidik sebagai perancang
program atau kegiatan pembelajaran dalam memahami kerangka
teori dengan lebih baik dan menerapkan teori tersebut untuk
menciptakan aktivitas pembelajaran yang lebih efektif dan efisien

2. Langkah-langkah model Kemp

Secara singkat, menurut model ini terdapat beberapa langkah, yaitu: 1)


Menentukan tujuan dan daftar topik, 2) Menganalisis karakteristik
peserta didik, untuk siapa pembelajaran tersebut didesain 3)
Menetapkan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dengan syarat
dampaknya dapat dijadikan tolok ukur perilaku peserta didik, 4)
Menentukan isi materi pelajaran yang dapat mendukung tiap tujuan, 5)
Pengembangan penilaian awal untuk menentukan latar belakang
peserta didik dan pemberian level pengetahuan terhadap suatu topik,
6) Memilih aktivitas dan sumber pembelajaran yang menyenangkan
atau menentukan strategi pembelajaran, jadi peserta didik akan mudah
menyelesaikan tujuan yang diharapkan, 7) Mengkoordinasi dukungan
pelayanan atau sarana penunjang yang meliputi personalia, fasilitas,

4
perlengkapan, dan jadwal untuk melaksanakan rencana pembelajaran.
8) Mengevaluasi pembelajaran peserta didik dengan syarat mereka
menyelesaikan pembelajaran serta melihat kesalahan-kesalahan dan
peninjauan kembali beberapa fase dari perencanaan yang
membutuhkan perbaikan yang terus menerus, evaluasi yang dilakukan
berupa evaluasi formatif dan evaluasi sumatif.

D. MODEL BERGMAN AND MOORE

1. Deskripsi Model Bergman dan Moore

Bergman dan Moore mempublikasikan sebuah model yang khusus


ditujukan untuk membimbing dan mengelola produk dari multimedia
interaktif. Setiap kegiatan menentukan masukan, penyampaian (output),
dan strategi evaluasi. Output dari setiap kegiatan memberikan masukan
untuk kegiatan berikutnya. Mereka mengacu pada setiap baris horizontal
dari model tersebut sebagai fase dan mengingatkan pembaca bahwa
meskipun tidak ditampilkan, mungkin perlu untuk meninjau fase dan
menguji kembali aktivitas yang dipilih. Mereka juga menekankan
pentingnya mengevaluasi output (penyampaian) dari setiap kegiatan
sebelum melanjutkan. Daftar pengecekan yang mereka berikan untuk
melakukan evaluasi ini sangat luas dan akan berharga jika salah satu
menggunakan model pengembangan produk yang berbeda untuk
pengembangan multimedia interaktif.

2. Langkah-langkah Model

Model Bergman dan Moore yang berisi enam kegiatan utama, yaitu : 1)
Analisis, 2) Desain, 3) Mengembangkan 4) Memproduksi, 5) Author
(coding, testing, running) 6) Memvalidasi

5
E. MODEL BATES

1. Deskripsi model Bates

Model Bates mengharuskan adanya persyaratan bagi peserta didik


untuk belajar, dan untuk sebagian peserta didik yang memiliki
keterbelakangan, dan sebuah langkah yang menentukan untuk
menyediakan pendidikan pada bentuk yang sesuai untuk memecahkan
masalah keterbelakangan tersebut. Tujuan yang lain adalah untuk
menciptakan lingkungan belajar jarak jauh yang akan meningkatkan
pengalaman bagi peserta didik melalui interaksi. Dalam
mempertimbangkan pengaturan pendidikan, Bates juga mengklaim
"karena jenis kelamin, ras, dan penampilan fisik, status, atau
pengalaman yang tidak nampak, dan karena akses ke konferensi dapat
dibuat dan disediakan bagi peserta didik dan guru secara bersama, dan
setiap orang yang berpartisipasi yang dinilai semata-mata pada nilai
kontribusi mereka, meskipun hal ini sangat tergantung pada pendekatan
yang dilakukan oleh tutor atau moderator" (Bates, 1995: 11). Model
yang tepat untuk diterapkan dalam pengembangan desain isntruksional
Diklat Jarak Jauh Online adalah model dari kelompok yang
berorientasi produk. Salah satu model yang tepat adalah model
pengembangan instruksional Bates karena memiliki kekhasan yaitu
dikembangkan khusus untuk pembelajaran mandiri, memiliki kejelasan
hubungan antara langkah, pelaku dan produk dan langkahnya tidak
kompleks.

6
2. Langkah-langkah model

Model pengembangan intruksional Bates terdiri dari empat


langkah yaitu: 1) Pengembangan outline diklat 2) Pemilihan media 3)
Pengembangan dan produksi bahan ajar 4) Uji coba dan perbaikan.

F. MODEL NIEVEEN

1. Deskripsi model Nieveen

Guru dapat memilih dan menggunakan model pembelajaran yang


baik. Adapun kriteria model pembelajaran yang baik menurut Nieveen
(Trianto, 2007: 8) adalah sebagai berikut.

a. Valid

Validitas atau ketepatan model pembelajaran berhubungan dengan


dua hal, yaitu rasional teoritik yang kuat dan memilki konsistensi
internal.

b. Praktis

Kriterium praktis menunjuk pada pertama, para ahli dan praktisi


menyatakan bahwa apa yang mereka kembangkan dapat diterapkan dan
kedua, kenyataan menunjukkan bahwa apa yang mereka kembangkan
tersebut betul-betul dapat diterapkan.

c. Efektif

Efektivitas suatu model pembelajaran ditunjukkan dengan


parameter: pertama, para ahli dan praktisi berdasarkan pengalamannya
7
menyatakan bahwa model pembelajaran tersebut efektif, dan kedua,
secara operasional model pembelajaran tersebut memberikan hasil
sesuai dengan yang diharapkan.

2. Langkah-langkah model

a. Preliminary research (studi pendahuluan)

Pada tahap ini dilakukan analisis permasalahan dan pengembangan


kerangka konseptual berdasarkan studi literatur dan penelitian-
penelitian terdahulu. Hasil dari studi pendahuluan ini akan menjadi
blueprint pertama pada tahapan pengembangan ini.

b. Prototyping stage (tahap prototiping)

Pada tahap ini dirancang prototype untuk selanjutnya diuji cobakan,


dievaluasi dan direvisi. Ujicoba dalam tahap ini dimaksudkan sebagai
ujicoba oleh ahli untuk selanjutnya dilakukan evaluasi formatif
(kevalidan & kepraktisan) dari prototipe berdasarkan penilaian ahli
(expert judgement).

c. Assessment stage (tahap penilaian)

d. Systematic reflection and documentation (refleksi dan


dokumentasi)

Refleksi dan dukumentasi merupakan kegiatan yang kontinu pada


setiap tahap yang ada dalam proses pengembangan ini. Secara tidak
langsung tahap yang keempat ini telah berada pada ketiga tahap
pengembangan sebelumnya.

G. MODEL SEELS AND GALSGOW

1. Deskripsi model Seels dan Glasgow

Seels dan Glasgow dalam Arsyad (2002) membagi media ke dalam dua
kelompok besar, yaitu: media tradisional dan media teknologi mutakhir.
Pilihan media tradisional berupa media visual diam tak diproyeksikan dan
yang diproyeksikan, audio, penyajian multimedia, visual dinamis yang
diproyeksikan, media cetak, permainan, dan media realita. Sedangkan
pilihan media teknologi mutakhir berupa media berbasis telekomunikasi
(misal teleconference) dan media berbasis mikro prosesor (misal:
permainan komputer dan hypermedia). Dari beberapa pengelompokkan
media yang dikemukakan di atas, tampaknya bahwa hingga saat ini belum

8
terdapat suatu kesepakatan tentang klasifikasi (sistem taksonomi) media
yang baku. Dengan kata lain, belum ada taksonomi media yang berlaku
umum dan mencakup segala aspeknya, terutama untuk suatu sistem
instruksional (pembelajaran). Atau memang tidak akan pernah ada suatu
sistem klasifikasi atau pengelompokan yang sahih dan berlaku umum.
Meskipun demikian, apapun dan bagaimanapun cara yang ditempuh dalam
mengklasifikasikan media, semuanya itu memberikan informasi tentang
spesifikasi media yang sangat perlu kita ketahui. Pengelompokan media
yang sudah ada pada saat ini dapat memperjelas perbedaan tujuan
penggunaan, fungsi dan kemampuannya, sehingga bisa dijadikan pedoman
dalam memilih media yang sesuai untuk pembelajaran tertentu.

2. Langkah-langkah model

Model pengembangan intruksional Seels dan Glasgow terdiri dari empat


langkah yaitu: 1) Menganalisis kebutuhan (needs Analysis), 2) evaluasi
sumatif (summative evaluation, 3) Development (material development)
4) Evaluation (formatif and sumatif evaluation)

SEEL’S AND GLASGOW’S MODELS

H. MODEL GENTRY (IPDM)

1. Deskripsi model

Gentry (1994) disebut juga Instructional Project Development and


Management (IPDM) dimaksudkan untuk memperkenalkan kedua konsep
dan prosedur dasar dari intruksional desain proses dan proses pendukung.
Model ini hadir “untuk apa perlu dilakukan” dan bagaimana sesuatu
dilakukan selama proyek pengembangan instruksional. Model Gentry ini
disertai oleh berbagai teknik dan alat bantu pekerjaan untuk menyelesaikan
tugas-tugas yang terkait dengan pengembangan instruksional. Menurut

9
Gentry, model IPDM ditujukan untuk mahasiswa pascasarjana, berlatih
pengembangan instruksional, dan guru. Namun, deskripsi komprehensif dari
seluruh proses dan alat-alat yang menyertainya untuk mengelola proyek-
proyek besar membuatnya cocok untuk mengembangkan sistem skala besar.
Model Gentry ini dibagi menjadi dua kelompok, yaitu komponen:
pengembang dan komponen pendukung dengan komponen komunikasi yang
menghubungkan dua bagian. Model IPDM menekankan pentingnya berbagi
informasi antara dua kelompok komponen selama proyek pengembangan
instruksional. komponen komunikasi adalah "proses dimana informasi
penting didistribusikan dan beredar di kalangan orang yang bertanggung
jawab, atau terlibat dalam kegiatan proyek. Membuat pengenalan yang
komprehensif untuk proses dan teknik pengembangan instruksional.

1. Langkah-langkah model

Komponen pengembangan terdiri dari 8 komponen yaitu: Need analysis,


Adoptio, Desig, Production, Prototyping, Installation, Operation, dan
Evaluation.

1) Analisis (menetapkan kebutuhan dan tujuan prioritas untuk instruksi yang


ada atau yang diusulkan)

2) Adaptasi (membangun penerimaan oleh pengambil keputusan, dan


memperoleh komitmen sumber daya)

3) Desain kebutuhan (menentukan tujuan, strategi, teknik dan media) 4)


Produksi (membangun elemen proyek ditentukan oleh desain dan revisi
data)

5) Prototipe (merakit, uji coba, memvalidasi, dan menyelesaikan unit


instruksional)

6) Instalasi (membangun kondisi yang diperlukan untuk operasi yang efektif


dari produk instruksional baru)

7) Operasi (merawat produk instruksional setelah instalasi)

8) Evaluasi (mengumpulkan, menganalisis, dan meringkas data untuk


memungkinkan keputusan revisi).

Ada lima komponen pendukung yaitu Manajemen, Informasi penanganan,


Alokasi anggaran/sumber daya, Personil, Fasilitas.

10
1) Manajemen (proses dimana sumber daya dikendalikan, terkoordinasi,
terpadu, dan dialokasikan untuk mencapai tujuan proyek)

2) Informasi penanganan (proses memilih, mengumpulkan, menghasilkan,


mengorganisir, menyimpan, mengambil, mendistribusikan, dan menilai
informasi yang diperlukan oleh intruksional desain proyek)

4) Personil (proses untuk menentukan kebutuhan staf, mempekerjakan,


pelatihan, menilai, memotivasi, anggota konseling, mencela, dan
mengabaikan intruksional desain proyek)

5) Fasilitas (proses untuk mengatur dan merenovasi ruang untuk desain,


implementasi, dan pengujian unsur instruksi).

I. MODEL DIAMOND

1. Deskripsi model

Model pembelajaran yang dibuat mengacu pada Model Diamond yang


dikembangkan oleh Eichsteller & Holthoff. yang meliputi Sejahtera dan
Bahagia (Well-Being & Happiness), Hubungan yang baik (Relationship),
Belajar Holistik (Holistic Learning), Pemberdayaan (Empowerment) yang
akan menghasilkan pengalaman yang positif.

Model ini telah berlangsung beberapa tahun, Diamond mengembangkan dan


menyempurnakan model pengembangan yang khusus untuk lembaga
pendidikan tinggi (Seefig. 1998). Walaupun Model Diamond mungkin
dianggap berorientasi kelas, kami telah menempatkan dalam kategori sistem
karena keyakinannya bahwa pengembangan adalah upaya tim dan sering
diarahkan pada keluasan kurikulum. Diamond juga menekankan kebutuhan

11
untuk peka terhadap isu-isu politik dan sosial yang ada di kampus dan dalam
departemen akademik. Menjamin bahwa upaya pengembangan yang
diusulkan konsisten dengan prioritas. Organisasi dan misi merupakan
perhatian penting lain yang agak unik untuk model ini. Diamond diyakini
bahwa intruksional desain adalah proses tim dengan memasukan yang
signifikan dari personil Universitas yang secara khusus ditugaskan untuk
membantu Fakultas. Untuk semua alasan ini, model ini tampaknya paling
tepat untuk klasifikasi sebagai model sistem.

The Diamond Model khusus untuk pendidikan instruksional desain


pendidikan tinggi. Dengan asumsi yang mendasar adalah ;

1) Isu-isu politik dan sosial yang ada di kampus dan dalam departemen
akademik sangat penting.

2) Pengembangan instruksional adalah upaya team, yang konsisten dengan


prioritas dan misi organisasi. menyumbang pada tujuan, waktu, sumber daya
manusia dan lainnya, dan kebutuhan peserta didik.

Selama di kedua tempat dari kegiatan yang ditentukan dalam model


Diamond, maka setiap unit kursus kurikulum berlangsung melalui proses
tujuh langkah. Langkah pertama adalah untuk menentukan tujuan unit ini
diikuti oleh desain instrumen evaluasi dan prosedur, langkah yang keluar
bersamaan dengan memilih format instruksional dan memeriksa bahan yang
ada untuk mendapatkan kesimpulan yang ada dalam sistem. Setelah
langkah-langkah telah diambil, bahan-bahan baru yang diproduksi dan bahan-
bahan yang ada dimodifikasi. Menariknya Diamond ini termasuk percobaan
bidang pendidikan sebagai bagian dari langkah yang sama seperti produksi
bahan pembelajaran, walaupun sebagian besar pengembang model yang
membuat langkah mereka terpisah. Juga implisit untuk langkah ini adalah
revisi dari instruksi berdasarkan data uji lapangan. Di samping langkah
terakhir adalah mengkoordinasikan logistik untuk pelaksanaan, diikuti
dengan implementasi skala penuh, termasuk evaluasi dan revisi. Berlian
menekankan cocok dengan keputusan tentang apakah untuk terlibat dalam
pembangunan untuk misi kelembagaan dan rencana strategis, serta masalah
instruksional. Dia juga menekankan perlunya untuk menjamin Fakultas kapal
pemilik hasil dari upaya pembangunan dan kebutuhan untuk sebuah
organisasi formal untuk mendukung upaya pengembangan Fakultas.

2. Langkah-langkah model

Model Diamond ini dibagi menjadi dua fase pemilihan proyek, desain, dan
produksi, pelaksanaan dan evaluasi.

12
a. Pemilihan proyek, desain, dan produksi

Pemilihan proyek merupakan langkah pertama, langkah dimana menentukan


apa yang akan dikerjakan. Desain merupakan perancangan apa yang akan
dibuat. Sedangkan produksi yaitu menentukan bagaimana model itu akan
dikerjakan dan langkah mengerjakan sebuah perancangan.

b. Pelaksanaan dan evaluasi

Melihat sesuatu yang telah dibuat tadi memerlukan perbaikan atau sesuatu itu
siap digunakan di lapangan.

J. MODEL PPSI

1. Deskripsi Model PPSI

PPSI dilihat dari segi makna kata. Kata “prosedur” berarti tahap
kegiatan untuk menyelesaikan suatu aktifitas. Kata “pengembangan”
berarti membuat tumbuh secara teratur untuk menjadikan sesuatu lebih
besar, lebih baik, lebih efektif dan sebagainya. Kata “Intruksional”
berhubungan dengan proses pembelajaran. Dari arti kata tersebut,
PPSI dapat di artikan adalah suatu tahapan kegiatan pengembangan
perencanaan komponen-komponen pembelajaran untuk mencapai
tujuan yang telah di tentukan.

13
2. Langkah-langkah Model PPSI

Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam Model PPSI ini adalah:


1) Merumuskan tingkah laku dan kompetensi yang akan dimiliki oleh
peserta didik. Sebelum melakukan proses pembelajaran, guru harus
merumuskan tingkah laku dan kompetensi yang nantinya akan di
miliki oleh peserta didik setelah melakukan proses pembelajaran, satu
rumusan untuk satu tingkah laku dan kompetensi.
2) Perumusan alat evaluasi atau tes. Perumusan alat evaluasi ini
ditujukan untuk mengukur dan menilai sampai berapa jauh
kemampuan yang telah dikuasai peserta didik, yang akan dibuat acuan
untuk merumuskan apa yang harus dilakukan oleh guru untuk
mencapai tujuan yang telah ditentukan. Hal ini dilakukan untuk
melakukan pre-test dan post test, yang nantinya dapat memberi
informasi seberapa jauh pemahaman peserta didik tentang materi yang
nantinya akan di sampaikan.
3) Perumusan kegiatan belajar. Guru menetapkan kegiatan belajar
yang sesuai dengan tujuan yang telah di tentukan, penentuan kegiatan
belajar di lakukan dengan bertahap. Tahapan pertama menentukan
seluruh kegiatan yang di mungkinkan dilakukan oleh peserta didik.
Tahap kedua mengeliminasi kegiatan yang tidak sesuai dengan tujuan.
Tahap terahir menentukan dan menetapkan kegiatan-kegiatan yang di
lakukan dalam proses pembelajaran. misalnya kegiatan belajar berapa
diskusi, tanya jawab antar peserta didik atau bisa yang lainya.
4) Menentukan program kegiatan. Setelah kegiatan belajar di
putuskan, maka selanjutnya untuk memastikan tercapainya kegiatan
belajar tersebut di lakukan, harus di tentukan program kegiatan yang
menjamin terlaksananya kegiatan belajar. misalnya menentukan
program kegiatan berupa presentasi makalah kelompok, maka yang
harus di lakukan adalah menentukan materi presentasi, pembagian
anggota kelompok, mencari referensi, menentukan sistematika
presentasi, menentukan media yang akan dipakai dalam presentasi,
penentuan waktu presentasi makalah kelompok, menentukan tempat
presentasi.

14
K. MODEL BANATHY

1. Deskripsi model

Model Banathy dikembangkan pada tahun 1968 oleh Bela H.


Banahty.Model. Model ini berorientasi pada hasil
pembelajaran, sedangkan pendekatan yang digunakan adalah
pendekatan sistem. Pengembangan sistem instruksional yaitu
suatu proses menentukan dan menciptakan situasi dan kondisi
tertentu yang menyebabkan peserta didik dapat berinteraksi
sedemikian rupa sehingga terjadi perubahan di dalam tingkah
lakunya.

2. Langkah-langkah model.

Secara garis besar, pengembangan system instruksional model


Banathy dapat diformulasikan dalam enam langkah, sebagai berikut:
1) Merumuskan tujuan. Dalam langkah ini guru harus merumuskan
kemampuan yang harus dikuasai peserta didik setelah mengikuti
program pengajaran tertentu. 2) Mengembangkan test, Dalam
mengembangkan evaluasi ini perlu didasarkan pada tujuan

15
instruksioanal yang telah dirumuskan. 3) Menganalisis kegiatan
belajar. Dalam langkah ini perlu dirumuskan kegiatan belajar yang
harus dilakukan peserta didik dalam rangka mencapai tujuan. 4)
Mendesain system instruksional. Dalam langkah ini ditetapkan jadwal
dan tempat dari masing-masing komponen instruksional. Seluruh
komponen instruksional yang telah dirumuskan perlu ditetapkan
sebagai suatu system pengajaran. 5) Melaksanakan kegiatan dan
mengetes hasil. Dalam langkah ini sistem instruksional yang telah
didesain perlu diujicobakan dan dilaksanakan, selain itu juga perlu
mengadakan penilaian terhadap hasil belajar yang dicapai peserta
didik. 6) Mengadakan perbaikan Hasil yang diperoleh dari evaluasi
dapat digunakan sebagai umpan balik (feed back) dalam rangka
mengadakan perbaikan sistem.

L. MODEL SMITH AND RAGAN

1. Deskripsi model

Smith dan Ragan telah membuat dan memproses desain instruksional


Model yang menjadi semakin populer dengan mahasiswa dan
profesional di bidang teknologi instruksional yang sangat tertarik pada
dasar psikologi kognitif dari proses intruksional desain. Hampir
setengah dari prosedur dalam model mereka mengatasi desain dalam
strategi struksional.
Model Smith dan Ragan mencerminkan keyakinan bahwa filosofis
mereka adalah menerapkan proses yang sistematis, pemecahan
masalah dapat mengakibatkan efektifnya instruksi, berpusat pada
peserta didik. Model mereka mempunyai keterangan yang kuat di

16
bidang pengembangan strategi pembelajaran yang spesifik, dibanding
sebuah kelemahan umum yang banyak pada model lainnya.
Model Smith dan Ragan dianggap sangat kuat di bidang
pengembangan strategi instruksional, sehingga efektif dalam
pembelajaran yang berpusat pada peserta didik.

2. Langkah-langkah model

Model ini terdiri dari tiga Fase, yaitu:

a. AnaIisis

1) Menganalisis lingkungan belajar,


2) Menganalisis peserta intruksional desain (menggambarkan
karakter stabil peserta didik; menggarnbarkan perubahan arah
peserta didik)
3) Menganalisis tugas belajar,
4) Menulis item-item test.

b.Tentukan strategi instruksional

1) Menghasilkan lnstruksi (kembangkan bahan Intruksional)


2) Melakukan evaluasi formatif 3) Merevisi instruksional
2) Strategi penyampaian
3) Strategi pengelolaan, selanjutnya
4) Tulis dan produksi instruksional

c. Evaluasi

1) Melakukan Evaluasi Formatif


2) Merevisi instruksional

17
M. MODEL GERLACH AND ELLY

3. Diskripsi Model Gerlach & Elly

Model ini merupakan suatu model pembelajaran yang sistematis


dengan memperlihatkan hubungan antara elemen yang satu dengan
yang lainnya serta menyajikan suatu pola urutan yang dapat
dikembangkan dalam suatu rencana untuk mengajar.

4. Langkah- Langkah Model Gerlach & Elly

b) Merumuskan tujuan pembelajaran (specification of object), b)


Menentukan isi materi (specification of content), c) Penilaian
Kemampuan awal siswa (assesment of entering behaviors), d)
Menentukan strategi (determination of strategy), e)
Pengelompokan belajar (organization of groups), f) Pembagian
waktu (allocation of time), g) menentukan ruangan (allocation of
space), h) memilih media (allocation of resources), i) evaluasi hasil
belajar (evaluation of performance), j) menganalisis umpan balik (
analysis of feed back).

18
N. MODEL HANAFIN AND PECK

1. Deskripsi model.

Model Hannafin dan Peck ialah model desain pembejaran yang terdiri dari
pada tiga fase, yaitu fase analisis kebutuhan, fase desain dan fase
pengembangan atau implementasi. Dalam model ini, penilaian dan
pengulangan perlu dijalankan dalam setiap fase. Model ini adalah model
desain pembelajaran berorientasi produk. Penjelasan di bawah ini
menunjukkan tiga fase utama dalam model Hannafin dan Peck.

Fase pertama dari model Hannafin dan Peck adalah analisis kebutuhan.
Fase ini diperlukan untuk mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan dalam
mengembangkan media pembelajaran termasuk di dalamnya tujuan dan
objektif media pembelajaran yang dibuat, pengetahuan dan kemahiran
yang diperlukan oleh kelompok sasaran, peralatan dan keperluan media
pembelajaran. Setelah semua keperluan diidentifikasi, Hannafin dan Peck
menekankan untuk menjalankan penilaian terhadap hasil itu sebelum
meneruskan ke fase desain.

Fase yang kedua dari model Hannafin dan Peck adalah fase desain. Di
dalam fase ini informasi dari fase analisis dipindahkan ke dalam bentuk
dokumen yang akan menjadi tujuan pembuatan media pembelajaran.
Hannafin dan Peck dalam Supriatna & Mulyadi, (2009 : 14) menyatakan
fase desain bertujuan untuk mengidentifikasikan dan mendokumenkan
kaidah yang paling baik untuk mencapai tujuan pembuatan media tersebut.
Salah satu dokumen yang dihasilkan dalam fase ini ialah dokumen story
board yang mengikut urutan aktivitas pengajaran berdasarkan keperluan
peserta didik dan objektif media pembelajaran seperti yang diperoleh
dalam fase analisis keperluan. Seperti halnya pada fase pertama, penilaian

19
perlu dijalankan dalam fase ini sebelum dilanjutkan ke fase pengembangan
dan implementasi. Dokumen story board akan dijadikan landasan bagi
pembuatan diagram alir yang dapat membantu proses pembuatan media
pembelajaran. Untuk menilai kelancaran media yang dihasilkan seperti
kesinambungan link, penilaian dan pengujian dilaksanakan pada fase ini.
Hasil dari proses penilaian dan pengujian ini akan digunakan dalam proses
penyesuaian untuk mencapai kualitas media yang dikehendaki. Model
Hannafin dan Peck dalam Supriatna & Mulyadi (2009 : 14) menekankan
proses penilaian dan pengulangan harus mengikutsertakan proses
pengujian dan penilaian media pembelajaran yang melibatkan ketiga fase
secara berkesinambungan. Lebih lanjut Hannafin dan Peck dalam
Supriatna & Mulyadi (2009 : 14) menyebutkan dua jenis penilaian yaitu
penilaian formatif dan penilaian sumatif. Penilaian formatif ialah penilaian
yang dilakukan sepanjang proses pengembangan media, sedangkan
penilaian sumatif dilakukan setelah media telah selesai dikembangkan.
Dengan berpedoman pada sebuah desain pembelajaran yang telah tersusun,
maka pembelajaran di kelas dapat dilaksanakan dengan lebih terarah dan
terencana.

2. Langkah-langkah model

a. Fase analisis kebutuhan.

Fase ini diperlukan untuk mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan dalam


mengembangkan media pembelajaran termasuk di dalamnya tujuan dan
objektifitas media pembelajaran yang dibuat, pengetahuan dan kemahiran
yang diperlukan oleh kelompok sasaran, peralatan dan keperluan media
pembelajaran.

b. Fase desain.

Di dalam fase ini informasi dari fase analisis dipindahkan ke dalam bentuk
dokumen yang akan menjadi tujuan pembuatan media pembelajaran.
Hannafin dan Peck mengatakan aktivitas yang dilakukan pada fase ini
ialah penghasilan diagram alur, pengujian, serta penilaian formatif dan
penilaian sumatif.

20
O. MODEL ADDIE

1. Deskripsi model

Sebagian besar orang mengatakan bahwa ADDIE merupakan model


pengembangan intruksional. Maksud model ADDIE adalah model
representasi yang akurat menyerupai struktur yang ada. Berdasarkan
definisi tersebut, model pengembangan intruksional ADDIE seharusnya
akan menjadi representasi yang mencerminkan struktur yang ada untuk
desain instruksional. Namun demikian, kenyataannya ADDIE tidak hanya
dapat digunakan sebagai model pengembangan instruksional. ADDIE
dapat digunakan dalam berbagai aspek kehidupan. Sehingga dapat
dikatakan bahwa ADDIE bukanlah sebuah model pengembangan
instruksional, melainkan hanya berupa model umum, atau dapat juga
disebut sebagai sebuah kerangka konseptual.

Dalam proses pengembangan sistem instruksional, ADDIE merupakan


sebuah kerangka konseptual yang mengacu pada proses utama dari proses
ISD secara generik: analisis, desain, pengembangan, implemetasi, dan
evaluasi. Dikatakan sebagai kerangka konseptual karena ADDIE menjadi
dasar pemikiran para ahli dalam mengembangakan model desain
instruksional. Model-model instruksional yang ada hingga saat ini
menunjukkan bahwa secara umum di dalamnya unsur-unsur ADDIE,
meskipun secara rinci pelaksanaannya berbeda-beda. Hal ini disebabkan
karena adanya perbedaan tujuan yang dihasilkan dari masing-masing
model pengembangan instruksional.

21
D. MODEL DICK AND CAREY

1. Deskripsi model Dick and Carey

Model yang dikembangkan didasarkan pada penggunaan pendekatan


sistem terhadap komponen-komponen dasar desain pembelajaran yang
meliputi analisis desain pengembangan, implementasi dan evaluasi.

2. Langkah-langkah Model Dick and Carey.

Adapun komponen dan sekaligus merupakan langkah-langkah utama


dari model desain pembelajaran yang dikemukakan oleh Dick, Carey
& Carey adalah: 1) Mengidentifikasi tujuan pembelajaran. 2)
Melakukan analisis instruksional. 3) Menganalisis karakteristik
peserta didik dan konteks pembelajaran. 4) Merumuskan tujuan
pembelajaran khusus. 5) Mengembangkan instrumen penilaian. 6)
Mengembangkan strategi pembelajaran. 7) Mengembangkan dan
memilih bahan ajar. 8) Merancang dan mengembangkan evaluasi
formatif. 9) Melakukan revisi terhadap program pembelajaran. 10)
Merancang dan mengembangkan evaluasi sumatif.

22
Q. MODEL DAN DESAIN PEMBELAJARAN HYBRID.

R. MODEL DAN DESAIN PEMBELAJARAN PROJEK

S. MODEL DAN DESAI PEMBELAJARAN PROBLEM

T. MODEL DAN DESAIN PEMBELAJARAN UbD.

DAFTAR PUSTAKA

Wicaksono, D. 2016. Instructional Development Models. Tersedia pada:


http://alivixongko.blogspot.co.id/2016/09/instructional-development-models
.html. (23 Desember 2016).

Sujarwo. Desain Sistem Pembelajaran. Tersedia pada:


http://staff.uny.ac.id/sites/
default/files/penelitian/Dr.%20Sujarwo,%20M.Pd./Desain

%20Pembelajaran-pekerti.pdf. (23 Desember 2016).

Awan’n, M. Bergman dan Moore. Tersedia pada:


https://www.scribd.com/doc/14 5522383/Bergman-Dan-Moore. (23
Desember 2016).

Suryadi, A. 2013. Penerapan Model Bates Dalam Desain Djj Online.


Tersedia pada:
23
http://www.academia.edu/4226508/PENERAPAN_MODEL_BATE S_
DALAM_DESAIN_DJJ_ONLINE. (23 Desember 2016).

Nurrohmah, C. 2015. Model Desain Pembelajaran Menurut a. W. Bates.


Tersedia pada: http:// www.edukasi.in/2015/08/model-desain-pembelajaran-
menurut-w.html. (23 Desember 2016).

Kuntjojo. 2009. Model Pembelajaran. Tersedia pada: https://ebekunt.word


press.com/2009/09/25/ untitled-2/. (23 Desember 2016).

Rahmawati, U. 2013. Pengembangan Model Pembelajaran Matematika.


Tersedia pada: http://eprints.uny.ac.id/11632/7/tessis-uki-rahmawati-
11709251040. pdf. (23 Desember 2016).

Juliantara, P. 2015. Media Pembelajaran: Arti, Posisi, Fungsi, Klasifikasi,


dan Karakteristiknya. Tersedia pada:
http://www.kompasiana.com/ikpj/media-pembelajaranarti-posisi-fungsi-
klasifikasi-dan-karakteristiknya_54ff4771a3 3311874a50fb9a. (23 Desember
2016).

Mita, S. 2015. Model Pengembangan Instruksional. Tersedia pada:


https://septia nimitaa.wordpress.com/tag/model-pengembangan-
instruksional/. (23 Desem ber 2016).

Sujarwo. Desain Sistem Pembelajaran. Tersedia pada:


http://staff.uny.ac.id/sites/
default/files/penelitian/Dr.%20Sujarwo,%20M.Pd./Desain %20Pembelajaran-
pekerti.pdf. (21 Desember 2016).

Setiawati, Eti. 2015. DESAIN Analisis Perbandingan Model Pembelajaran.


Tersedia pada: http://www.academia.edu/19909381/DESAIN_analisis_per
bandingan_model_pembelajaran. 21 Desember 2016).

24

Anda mungkin juga menyukai