1
B. MODEL HENICH, MOLANDA, RUSSELL AND SMALDINO
(ASSURE)
Model ASSURE adalah salah satu petunjuk dan perencanaan yang bisa
membantu untuk bagaimana cara merencanakan, mengidentifikasi,
menentukan tujuan, memilih metode dan bahan, serta evaluasi. Model
Assure ini merupakan rujukan bagi pendidik dalam membelajarkan
peserta didik dalam pembelajaran yang direncanakan dan disusun
secara sistematis dengan mengintegrasikan teknologi dan media
sehingga pembelajaran menjadi lebih efektif dan bermakna bagi
peserta didik. Model ASSURE lebih difokuskan pada perencanaan
pembelajaran untuk digunakan dalam situasi pembelajaran di dalam
kelas secara actual.
1) Analyzze Learnes
2) State Objectives
2
dikuasai oleh peserta didik, rumusan tujuan pembelajaran juga
mendeskripsikan kondisi yang diperlukan oleh peserta didik untuk
menunjukkan hasil belajar yang telah dicapai dan tingkat
penguasaan peserta atau degree terhadap pengetahuan dan
keterampilan yang dipelajari.
4) Utilize Materials
3
dalam model ini dilakukan untuk menilai efektivitas pembelajaran
dan juga hasil belajar peserta didik. Proses evaluasi terhadap semua
komponen pembelajaran perlu dilakukan agar dapat memperoleh
gambaran yang lengkap tentang kualitas program pembelajaran.
4
perlengkapan, dan jadwal untuk melaksanakan rencana pembelajaran.
8) Mengevaluasi pembelajaran peserta didik dengan syarat mereka
menyelesaikan pembelajaran serta melihat kesalahan-kesalahan dan
peninjauan kembali beberapa fase dari perencanaan yang
membutuhkan perbaikan yang terus menerus, evaluasi yang dilakukan
berupa evaluasi formatif dan evaluasi sumatif.
2. Langkah-langkah Model
Model Bergman dan Moore yang berisi enam kegiatan utama, yaitu : 1)
Analisis, 2) Desain, 3) Mengembangkan 4) Memproduksi, 5) Author
(coding, testing, running) 6) Memvalidasi
5
E. MODEL BATES
6
2. Langkah-langkah model
F. MODEL NIEVEEN
a. Valid
b. Praktis
c. Efektif
2. Langkah-langkah model
Seels dan Glasgow dalam Arsyad (2002) membagi media ke dalam dua
kelompok besar, yaitu: media tradisional dan media teknologi mutakhir.
Pilihan media tradisional berupa media visual diam tak diproyeksikan dan
yang diproyeksikan, audio, penyajian multimedia, visual dinamis yang
diproyeksikan, media cetak, permainan, dan media realita. Sedangkan
pilihan media teknologi mutakhir berupa media berbasis telekomunikasi
(misal teleconference) dan media berbasis mikro prosesor (misal:
permainan komputer dan hypermedia). Dari beberapa pengelompokkan
media yang dikemukakan di atas, tampaknya bahwa hingga saat ini belum
8
terdapat suatu kesepakatan tentang klasifikasi (sistem taksonomi) media
yang baku. Dengan kata lain, belum ada taksonomi media yang berlaku
umum dan mencakup segala aspeknya, terutama untuk suatu sistem
instruksional (pembelajaran). Atau memang tidak akan pernah ada suatu
sistem klasifikasi atau pengelompokan yang sahih dan berlaku umum.
Meskipun demikian, apapun dan bagaimanapun cara yang ditempuh dalam
mengklasifikasikan media, semuanya itu memberikan informasi tentang
spesifikasi media yang sangat perlu kita ketahui. Pengelompokan media
yang sudah ada pada saat ini dapat memperjelas perbedaan tujuan
penggunaan, fungsi dan kemampuannya, sehingga bisa dijadikan pedoman
dalam memilih media yang sesuai untuk pembelajaran tertentu.
2. Langkah-langkah model
1. Deskripsi model
9
Gentry, model IPDM ditujukan untuk mahasiswa pascasarjana, berlatih
pengembangan instruksional, dan guru. Namun, deskripsi komprehensif dari
seluruh proses dan alat-alat yang menyertainya untuk mengelola proyek-
proyek besar membuatnya cocok untuk mengembangkan sistem skala besar.
Model Gentry ini dibagi menjadi dua kelompok, yaitu komponen:
pengembang dan komponen pendukung dengan komponen komunikasi yang
menghubungkan dua bagian. Model IPDM menekankan pentingnya berbagi
informasi antara dua kelompok komponen selama proyek pengembangan
instruksional. komponen komunikasi adalah "proses dimana informasi
penting didistribusikan dan beredar di kalangan orang yang bertanggung
jawab, atau terlibat dalam kegiatan proyek. Membuat pengenalan yang
komprehensif untuk proses dan teknik pengembangan instruksional.
1. Langkah-langkah model
10
1) Manajemen (proses dimana sumber daya dikendalikan, terkoordinasi,
terpadu, dan dialokasikan untuk mencapai tujuan proyek)
I. MODEL DIAMOND
1. Deskripsi model
11
untuk peka terhadap isu-isu politik dan sosial yang ada di kampus dan dalam
departemen akademik. Menjamin bahwa upaya pengembangan yang
diusulkan konsisten dengan prioritas. Organisasi dan misi merupakan
perhatian penting lain yang agak unik untuk model ini. Diamond diyakini
bahwa intruksional desain adalah proses tim dengan memasukan yang
signifikan dari personil Universitas yang secara khusus ditugaskan untuk
membantu Fakultas. Untuk semua alasan ini, model ini tampaknya paling
tepat untuk klasifikasi sebagai model sistem.
1) Isu-isu politik dan sosial yang ada di kampus dan dalam departemen
akademik sangat penting.
2. Langkah-langkah model
Model Diamond ini dibagi menjadi dua fase pemilihan proyek, desain, dan
produksi, pelaksanaan dan evaluasi.
12
a. Pemilihan proyek, desain, dan produksi
Melihat sesuatu yang telah dibuat tadi memerlukan perbaikan atau sesuatu itu
siap digunakan di lapangan.
J. MODEL PPSI
PPSI dilihat dari segi makna kata. Kata “prosedur” berarti tahap
kegiatan untuk menyelesaikan suatu aktifitas. Kata “pengembangan”
berarti membuat tumbuh secara teratur untuk menjadikan sesuatu lebih
besar, lebih baik, lebih efektif dan sebagainya. Kata “Intruksional”
berhubungan dengan proses pembelajaran. Dari arti kata tersebut,
PPSI dapat di artikan adalah suatu tahapan kegiatan pengembangan
perencanaan komponen-komponen pembelajaran untuk mencapai
tujuan yang telah di tentukan.
13
2. Langkah-langkah Model PPSI
14
K. MODEL BANATHY
1. Deskripsi model
2. Langkah-langkah model.
15
instruksioanal yang telah dirumuskan. 3) Menganalisis kegiatan
belajar. Dalam langkah ini perlu dirumuskan kegiatan belajar yang
harus dilakukan peserta didik dalam rangka mencapai tujuan. 4)
Mendesain system instruksional. Dalam langkah ini ditetapkan jadwal
dan tempat dari masing-masing komponen instruksional. Seluruh
komponen instruksional yang telah dirumuskan perlu ditetapkan
sebagai suatu system pengajaran. 5) Melaksanakan kegiatan dan
mengetes hasil. Dalam langkah ini sistem instruksional yang telah
didesain perlu diujicobakan dan dilaksanakan, selain itu juga perlu
mengadakan penilaian terhadap hasil belajar yang dicapai peserta
didik. 6) Mengadakan perbaikan Hasil yang diperoleh dari evaluasi
dapat digunakan sebagai umpan balik (feed back) dalam rangka
mengadakan perbaikan sistem.
1. Deskripsi model
16
bidang pengembangan strategi pembelajaran yang spesifik, dibanding
sebuah kelemahan umum yang banyak pada model lainnya.
Model Smith dan Ragan dianggap sangat kuat di bidang
pengembangan strategi instruksional, sehingga efektif dalam
pembelajaran yang berpusat pada peserta didik.
2. Langkah-langkah model
a. AnaIisis
c. Evaluasi
17
M. MODEL GERLACH AND ELLY
18
N. MODEL HANAFIN AND PECK
1. Deskripsi model.
Model Hannafin dan Peck ialah model desain pembejaran yang terdiri dari
pada tiga fase, yaitu fase analisis kebutuhan, fase desain dan fase
pengembangan atau implementasi. Dalam model ini, penilaian dan
pengulangan perlu dijalankan dalam setiap fase. Model ini adalah model
desain pembelajaran berorientasi produk. Penjelasan di bawah ini
menunjukkan tiga fase utama dalam model Hannafin dan Peck.
Fase pertama dari model Hannafin dan Peck adalah analisis kebutuhan.
Fase ini diperlukan untuk mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan dalam
mengembangkan media pembelajaran termasuk di dalamnya tujuan dan
objektif media pembelajaran yang dibuat, pengetahuan dan kemahiran
yang diperlukan oleh kelompok sasaran, peralatan dan keperluan media
pembelajaran. Setelah semua keperluan diidentifikasi, Hannafin dan Peck
menekankan untuk menjalankan penilaian terhadap hasil itu sebelum
meneruskan ke fase desain.
Fase yang kedua dari model Hannafin dan Peck adalah fase desain. Di
dalam fase ini informasi dari fase analisis dipindahkan ke dalam bentuk
dokumen yang akan menjadi tujuan pembuatan media pembelajaran.
Hannafin dan Peck dalam Supriatna & Mulyadi, (2009 : 14) menyatakan
fase desain bertujuan untuk mengidentifikasikan dan mendokumenkan
kaidah yang paling baik untuk mencapai tujuan pembuatan media tersebut.
Salah satu dokumen yang dihasilkan dalam fase ini ialah dokumen story
board yang mengikut urutan aktivitas pengajaran berdasarkan keperluan
peserta didik dan objektif media pembelajaran seperti yang diperoleh
dalam fase analisis keperluan. Seperti halnya pada fase pertama, penilaian
19
perlu dijalankan dalam fase ini sebelum dilanjutkan ke fase pengembangan
dan implementasi. Dokumen story board akan dijadikan landasan bagi
pembuatan diagram alir yang dapat membantu proses pembuatan media
pembelajaran. Untuk menilai kelancaran media yang dihasilkan seperti
kesinambungan link, penilaian dan pengujian dilaksanakan pada fase ini.
Hasil dari proses penilaian dan pengujian ini akan digunakan dalam proses
penyesuaian untuk mencapai kualitas media yang dikehendaki. Model
Hannafin dan Peck dalam Supriatna & Mulyadi (2009 : 14) menekankan
proses penilaian dan pengulangan harus mengikutsertakan proses
pengujian dan penilaian media pembelajaran yang melibatkan ketiga fase
secara berkesinambungan. Lebih lanjut Hannafin dan Peck dalam
Supriatna & Mulyadi (2009 : 14) menyebutkan dua jenis penilaian yaitu
penilaian formatif dan penilaian sumatif. Penilaian formatif ialah penilaian
yang dilakukan sepanjang proses pengembangan media, sedangkan
penilaian sumatif dilakukan setelah media telah selesai dikembangkan.
Dengan berpedoman pada sebuah desain pembelajaran yang telah tersusun,
maka pembelajaran di kelas dapat dilaksanakan dengan lebih terarah dan
terencana.
2. Langkah-langkah model
b. Fase desain.
Di dalam fase ini informasi dari fase analisis dipindahkan ke dalam bentuk
dokumen yang akan menjadi tujuan pembuatan media pembelajaran.
Hannafin dan Peck mengatakan aktivitas yang dilakukan pada fase ini
ialah penghasilan diagram alur, pengujian, serta penilaian formatif dan
penilaian sumatif.
20
O. MODEL ADDIE
1. Deskripsi model
21
D. MODEL DICK AND CAREY
22
Q. MODEL DAN DESAIN PEMBELAJARAN HYBRID.
DAFTAR PUSTAKA
24