Anda di halaman 1dari 30

ANALISIS PROSES BELAJAR MOTORIK

“Konsep Pengertian Belajar dan Analisis Motorik”

Disusun Oleh Kelompok 1:


Ahmad Zul Fadli Rambe NIM:22199001
Hamda Putra Darma NIM:22199015
Niningnawati Jasman NIM:22199032
Yose Fakhri NIM:22199050

Dosen Pengampu:
Prof. Dr. Gusril, M.Pd.
Dr. Masrun, M.Kes., AIFO.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN OLAHRAGA S2


FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2022
KATA PENGANTAR

Rasa syukur dan pujian ditujukan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala


karena atas nikmat ilmu, petunjuk, kemudahan, dan pertolongan yang sudah
diberikan-Nya sehingga makalah ini bisa selesai sesuai dengan harapan penulis.
Kemudian, shalawat dan salam dikirimkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu
‘Alaihi Wa Sallam yang telah mampu merubah peradaban jahiliyah ke peradaban
berilmu pengetahuan seperti sekarang ini sesuai dengan cara yang diridhai oleh
Allah ‘Azza Wa Jalla. Selanjutnya, ucapan terima kasih diberikan kepada
berbagai pihak atas bantuan kepada penulis baik itu memberikan isi materi
maupun pemikirannya.
Penulis mengakui bahwa makalah ini mempunyai beberapa kekurangan,
baik dalam aspek teknik penulisan maupun isi materi. Oleh karena itu, penulis
membutuhkan kritik dan saran agar bisa lebih baik dalam membuat karya tulis
ilmiah selanjutnya. Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi para pembaca.

Padang, 06 Januari 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 2
C. Tujuan Penulisan .................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Belajar Menurut Teori ......................................................... 4
B. Sudut Pandang Para Ahli tentang Belajar dan Analisis Motorik ............ 10
C. Hubungan Belajar dan Analisis Motorik dengan Aktivitas Jasmani ....... 15
D. Fungsi Utama Guru dalam Mengajar .................................................... 17
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................................... 25
B. Saran ................................................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 27

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Belajar merupakan kegiatan yang alamiah yang dilakukan oleh
manusia. Kegiatan ini sudah kita lakukan ketika masih menjadi anak kecil
hingga dewasa. Salah satu tanda seseorang sedang belajar adalah adanya
perubahan tingkah laku baik kognitif, psikomotor, dan juga afektif.
Dalam kehidupan manusia tidak bisa terlepas dari belajar, karena dengan
belajar manusia menjadi mengerti dan paham tentang hal – hal yang
sebelumnya belum mereka ketahui. Belajar adalah suatu proses usaha yang
dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang
baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri
dalam interaksi dalam lingkungan. Belajar memegang peranan penting di
dalam perkembangan, kebiasaan, sikap, keyakinan, tujuan, kepribadian
dan persepsi manusia. Oleh karena itu seseorang harus menguasai prinsip
– prinsip dasar belajar agar mampu memahami bahwa aktivitas belajar itu
memegang peranan penting dalam psikologis dan kehidupan yang lebih
baik di masa yang akan datang. Perubahan perilaku yang merupakan hasil
dari proses belajar dapat berwujud perilaku yang tampak (overt behavior)
dan perilaku yang tidak tampak (inner behavior).Perilaku yang tampak
misalnya menulis, memukul, menendang sedangkan perilaku yang tidak
tampak misalnya berfikir, bernalar dan berkhayal.Untuk itu, agar aktivitas
belajar dapat mencapai hasil belajar yang optimal, maka stimulus atau
proses belajar untuk peserta didik harus dirancang secara matang, menarik,
dan spesifik sehingga peserta didik mudah memahami dan merespon
positif materi yang diberikan.
Belajar keterampilan motorik merupakan sebuah proses dimana
seseorang mengembangkan seperangkat respons kedalam suatu gerak yang
terkoordinasi, terorganisasi, dan terpadu (Lutan, dalam Rohisvi &
Neviyarni 2021: 29). Belajar motorik adalah seperangkat proses yang

1
berkaitan dengan latihan atau pengalaman yang mengantarkan ke arah
perubahan permanen dalam perilaku terampil (Schmidt,
dalam (Rohisvi & Neviyarni 2021: 29). Definisi belajar motorik
sebagai peningkatan dalam suatu keahlian keterampilan motorik yang
disebabkan oleh kondisi- kondisi latihan atau diperoleh dari pengalaman,
dan bukan karena proses kematangan atau motivasi temporer dan fluktuasi
fisiologis. Belajar keterampilan motorik ini merupakan suatu keterampilan
dalam melakukan/ melaksanakan yang menunjukkan suatu susunan
ketrampilan yang tinggi dalam arti perbuatan yang dimiliki siswa secara
spesifik, lancar dan efisien dalam (Rohisvi & Neviyarni 2021: 29). Contoh
yang mudah untuk hal ini adalah mengemudi mobil, pada saat kita harus
mengkordinasikan antara yang dilihat dengan apa yang dilakukan..
Adanya ketrampilan motorik ini menuntut kemampuan untuk
merangkaikan sejumlah gerak gerik jasmani, sampai menjadi suatu
keseluruhan yang dilakukan dengan gencar dan luwes, tanpa perlu
memikirkan lagi secara mendetail apa yang dilakukan dan mengapa
dilakukan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian belajar menurut teori?
2. Bagaimana sudut pandang para ahli tentang belajar dan analisis
motorik?
3. Bagaimana hubungan belajar dan analisis motorik dengan aktivitas
jasmani?
4. Apa fungsi utama guru dalam mengajar?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian belajar menurut Teori
2. Untuk mengetahui sudut pandang para ahli tentang belajar dan analisis
motorik

2
3. Untuk mengetahui hubungan belajar dan analisis motorik dengan
aktivitas jasmani
4. Untuk mengetahui fungsi utama guru dalam mengajar

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Belajar Menurut Teori


Belajar merupakan perubahan perilaku atau perubahan kecakapan

yang mampu bertahan dalam waktu tertentu dan bukan berasal dari proses

pertumbuhan (Gagne dalam Winarno 1995). Pendapat yang hampir sama

dikemukakan Singer (1980) yang menyatakan belajar adalah terjadinya

perubahan perilaku yang potensial sebagai akibat dari latihan dan

pengalaman masa lalu dalam menghadapi suatu tugas tertentu. Annarino

(1980) menyatakan belajar adalah terjadinya suatu perubahan perilaku dari

organisasi manusia. Sedangkan Bowerd dan Hilgard (1981) menyatakan

bahwa belajar adalah terjadinya suatu perubahan perilaku yang potensial

terhadap situasi tertentu yang diperoleh dari pengalaman yang dilakukan

berulang kali. Oxendine (1984) menggambarkan bahwa belajar sebagai:

(1) akumulasi pengetahuan, (2) penyempurnaan dalam suatu kegiatan, (3)

pemecahan suatu masalah, dan (4) penyesuaian dengan sistuasi yang

berubah-ubah.

Kesimpulan yang dapat ditarik dari beberapa definisi belajar di

atas, bahwa belajar adalah suatu proses perubahan perilaku yang relatif

permanen sebagai akibat dari latihan dan pengalaman dimasa lalu.

Perubahan yang terjadi sebagai hasil belajar menurut Gagne (1985) dapat

dikategorikan menjadi lima kelompok, yaitu: (1) Keterampilan intelektual,

(2) Informasi verbal, (3) Strategi kognitif, (4) Sikap, (5) Keterampilan

motorik. Sedangkan menurut Bloom (1985) perubahan perubahan yang


4
terjadi sebagai hasil belajar dapat dikelompokkan kedalam tiga domain,

yaitu: (1) Kognitif, (2) Afektif dan (3) Psikomotor.

Terjadinya perubahan pada keterampilan intelektual, informasi

verbal, dan strategi kognitif atau menurut Bloom disebut domain kognitif

merupakan bentuk dalam pengetahuan yang menunjuk pada informasi

yang tersimpan dalam pikiran. Sedangkan perubahan yang terjadi pada

sikap dan keterampilan motorik atau menurut Bloom meliputi domain

afektif dan psikomotor merupakan bentuk dalam gerakan yang

menunjukkan aksi atau reaksi yang dilakukan seseorang dalam mencapai

tujuan.

1. Belajar Menurut Teori Psikologi

a. Teori Behavioristik

Menurut teori behavioristik, belajar adalah perubahan tingkah laku

sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon.

Dengan kata pembelajaran lain merupakan bentuk perubahan yang

Dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku

dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan

respon (Syauqi, 2019). menurut teori ini yang terpenting adalah : a

Masukan atau input yang berupa stimulus dan keluaran atau output

yang berupa respon. Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru

kepada siswa misalnya alat pertambahan, alat peragaan, pedoman

kerja atau cara-cara tertentu untuk membantu belajar siswa,

sedangkan respon adalah reaksi atau tanggapan siswa terhadap

5
stimulus yang diberikan guru tersebut. Teori ini juga

mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu

hal yang penting untuk melihat terjadi tidak ada perubahan

perilaku laku tersebut. b Penguatan (penguat); Penguatan adalah

apa saja yang dapat memperkuat penguatan tanggapan. Misalnya,

ketika peserta didik diberi tugas oleh guru, ketika pekerjaan

ditambahkan maka ia akan semakin giat belajarnya, maka

penambahan tugas tersebut merupakan penguatan positif dalam

belajar, begitu juga sebaliknya Dalam hal ini konsep behavioristik

memandang bahwa perilaku individu merupakan hasil belajar yang

dapat diubah dengan memanipulasi dan mengkreasikan kondisi

belajar dan didukung dengan berbagai penguatan penguatan

Semuanya itu timbul setelah manusia mengalami kontak dengan

alam dan lingkungan sosial budayanya dalam proses Pendidikan

(Syauqi, 2019).

b. Teori Kognitivisme

Menurut teori behavioristik, belajar adalah perubahan tingkah laku

sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon.

Dengan kata pembelajaran lain merupakan bentuk perubahan yang

Dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku

dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan

respon menurut teori ini yang terpenting adalah : a Masukan atau

input yang berupa stimulus dan keluaran atau output yang berupa

6
respon. Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada siswa

misalnya alat pertambahan, alat peragaan, pedoman kerja atau

cara-cara tertentu untuk membantu belajar siswa, sedangkan respon

adalah reaksi atau tanggapan siswa terhadap stimulus yang

diberikan guru tersebut. Teori ini juga mengutamakan pengukuran,

sebab pengukuran merupakan suatu hal yang penting untuk melihat

terjadi tidak ada perubahan perilaku laku tersebut. b Penguatan

(penguat); Penguatan adalah apa saja yang dapat memperkuat

penguatan tanggapan. Misalnya, ketika peserta didik diberi tugas

oleh guru, ketika pekerjaan ditambahkan maka ia akan semakin

giat belajarnya, maka penambahan tugas tersebut merupakan

penguatan positif dalam belajar, begitu juga sebaliknya Dalam hal

ini konsep behavioristik memandang bahwa perilaku individu

merupakan hasil belajar yang dapat diubah dengan memanipulasi

dan mengkreasikan kondisi belajar dan didukung dengan berbagai

penguatan penguatan Semuanya itu timbul setelah manusia

mengalami kontak dengan alam dan lingkungan sosial budayanya

dalam proses Pendidikan (Syauqi, 2019).

c. Teori Kontruktivisme

Pengertian belajar kontruktivisme Asal kata konstruktivisme

adalah “to construct” yang artinya membangun atau menyusun.

suatu teori belajar yang menenkankan bahwa para siswa sebagai

pebelajar tidak menerima begitu saja pengetahuan yang mereka

7
dapatkan, tetapi mereka secara aktif membengun pengetahuan

secara individu Menurut Von Glasersfeld (dalam Anggriamurti

dalam Asror) bahwa konstruktivisme adalah salah satu filsafat

pengetahuan yang desakan bahwa pengetahuan kita adalah

konstruksi (bentukan) kita sendiri. Pengetahuan itu dibentuk oleh

struktur konsepsi seseorang sewaktu berinteraksi dengan

lingkungannya. Teori Konstruktivisme didefinisikan sebagai

pembelajaran yang bersifat generatif, yaitu tindakan mencipta

sesuatu makna dari apa yang dipelajari. Beda dengan aliran

behavioristik yang memahami hakikat belajar sebagai kegiatan

yang bersifat mekanistik antara stimulus respon, kontruktivisme

lebih memahami belajar sebagai kegiatan manusia membangun

atau menciptakan pengetahuan dengan memberi makna pada

pengetahuannya sesuai dengan pengalamanya Dalam konteks

filsafat pendidikan, konstruktivisme adalah suatu upaya

membangun tata susunan hidup yang berbudaya modern.

Konstruktivisme merupakan landasan berpikir (filosofi)

pembelajaran kontekstual, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh

manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui

konteks yang terbatas dan tidak secara tiba – tiba. Pengetahuan

bukanlah set fakta – fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk

diambil dan diingat. Konstruktivisme adalah sebuah filosofi

pembelajaran yang dilandasi premis bahwa dengan pengalaman

8
sejati, kita membangun, mengkonstruksi pengetahuan pemahaman

kita tentang dunia tempat kita hidup. Kontruktivisme melandasi

pemikirannya ahwa pengetahuan bukanlah sesuatu yang diberikan

dari alam, tetapi pengetahuan merupakan hasil konstruksi

(bentukan) aktif manusia itu sendiri (Syauqi, 2019)

d. Teori Humanistik

Pengertian teori belajar humanisme Teori belajar humanisme

adalah pengalaman terapeutiknya yang banyak dipengaruhi oleh

teori kebutuhan kebutuhan. Menurut kebutuhan teori, di dalam diri

setiap individu terdapat sejumlah kebutuhan yang tersusun secara

berjenjang, mulai dari kebutuhan yang kebutuhan fisiologis yang

paling rendah dan mendasar sampai pada tahapan paling tinggi

sendiri aktualisasi. Teori belajar humanistik proses belajar harus

berhulu dan bermuara pada manusia itu sendiri, artinya bahwa

tujuan belajar itu adalah memanusiakan manusia dimana belajar

dianggap berhasil jika siswa atau pelajar memahami pelajaran yang

dipelajari. Meskipun teori ini sangat tekanan pentingya isi dari

proses pembelajaran, dalam kenyataan teori ini lebih banyak

berbicara tentang pendidikan dan proses belajar dalam bentuk yang

paling ideal. Teori ini lebih tertarik pada ide belajar dalam

bentuknya yang paling ideal dari pada belajar seperti apa adanya,

seperti apa yang bisa kita amati dalam keseharian dunia Setiap

individu mempunyai keinginan untuk mengaktualisasikan diri,

9
yang disebut Dorongan untuk menjadi dirinya sendiri menjadi

seseorang. Pada teori belajar humanistik, belajar Dianggap berhasil

jika si pelajar memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Siswa

dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia mampu

mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Teori belajar ini

berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang

pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya (Syauqi, 2019).

B. Sudut Pandang Para Ahli tentang Belajar dan Analisis Motorik

Kiram (2019) mengemukakan bahwa fase belajar motorik adalah

suatu fase yang menggambarkan keadaan penguasaan keterampilan

motorik seseorang dalam melaksanakan aksi-aksi motorik. Pengertian

belajar motorik pada prinsipnya tidak jauh berbeda dengan pengertian

belajar secara umum. Drowaztky (1981) dalam winarno (195) menyatakan

belajar motorik adalah belajar yang diwujudkan melalui respons-respons

muskuler yang umum nya di ekspresikan dalam bentuk gerakan tubuh atau

bagian tubuh. Oxendine (1984) menyatakan, belajar motorik adalah suatu

proses terjadinya perubahan yang bersifat tetap dalam perilaku motorik

sebagai hasil dari latihan dan pengalaman. Schmidt (1988) menyatakan

belajar motorik adalah seperangkat proses yang berkaitan dengan latihan

atau pengalaman yang mengantarkan kearah perubahan permanen dalam

perilaku terampil. Rahantoknam (1988) memberikan definisi belajar

motorik sebagai peningkatan dalam suatu keahlian keterampilan motorik

yang disebabkan oleh kondisi-kondisi latihan atau diperoleh dari

10
pengalaman, dan bukan karena proses kematangan atau motivasi temporer

dan fluktuasi fisiologis. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut maka

dapat disimpulkan belajar motorik adalah proses untuk meningkatkan

keterampilan motorik ke tahap yang lebih baik melalui latihan yang

terprogram, terukur, dan berkesinambungan

Meskipun tekanan belajar motorik adalah penguasaan

keterampilan, bukan berarti aspek lain seperti domain kognitif dan afektif

diabaikan. Belajar motorik dalam olahraga mencerminkan suatu kegiatan

yang disadari dari mana aktivitas belajar diarahkan untuk mencapai suatu

tujuan yang telah ditetapkan. Menurut Magill (1980) perubahan perilaku

yang terjadi dalam belajar motorik ternyata dapat diamati bahkan dapat

diukur dari sikap dan penampilannya dalam suatu gerakan atau

penampilan tertentu.

Karakteristik penampilan merupakan indikator dari pengembangan

belajar atau penguasaan keterampilan yang telah dikembangkan

menjadikan seseorang dapat memiliki keterampilan yang lebih baik dari

sebelumnya, dan semakin meningkatnya penguasaan keterampilan

tersebut, maka waktu yang diperlukan untuk menampilkan keterampilan

tersebut juga semakin singkat. Oleh karena itu konsep belajar motorik

berkaitan erat dengan konsep belajar yang dikembangkan oleh Gagne dan

Bloom, yaitu perubahan sikap dan keterampilan atau perubahan yang

terjadi pada domain afektif dan psikomotor. Schmidt (1988) menjelaskan

tentang karakteristik belajar motorik sebagai berikut: (1) Belajar motorik

11
merupakan serangkaian proses, (2) Belajar motorik menghasilkan

kemampuan untuk merespon, (3) Belajar motorik tidak dapat diamati

secara langsung, (4) Belajar motorik relatif permanen, (5) Belajar motorik

adalah karena hasil latihan, dan (6) Belajar motorik dapat menimbulkan

efek negatif. Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan

sebagai berikut: (l) belajar motorik merupakan suatu proses, (2) belajar

motorik merupakan hasil latihan, (3) kapabilitas bereaksi sebagai hasil

belajar motorik, (4) hasil belajar motorik bersifat relatif permanen, (5)

belajar motorik dapat menimbulkan efek negatif.

1. Belajar Motorik Merupakan Suatu Proses

Dalam psikologi kognitif dijelaskan bahwa sebuah proses adalah

seperangkat kejadian atau peristiwa yang berlangsung bersama-sama,

dan mengasilkan beberapa perilaku tertentu. (Schmidt, l988). Dalam

belajar motorik pun juga demikian, di dalamnya terlibat sutu proses

yang menyebabkan terjadinya perubahan dalam perilaku motorik

sebagai hasil latihan. Oleh karena itu fokus dari belajar motorik adalah

terjadinya perubahan dalam organisme yang memungkinkan untuk

melakukan sesuatu yang berbeda (lebih baik) dari keadaan sebelum

berlatih.

Lutan (1988) mengemukakan bahwa proses belajar motorik

dipengaruhi oleh dua macam kondisi yaitu: kondisi internal dan

eskternal. Kondisi internal meliputi karakteristik yang melekat pada

diri siswa, seperti kepribadian, inteligensi, tipe tubuh, motivasi, atau

12
atribut lainya yang membedakan seseorang dengan yang lain. Kondisi

eksternal adalah suatu keadaan di luar diri si belajar (siswa) yang

memberikan pengaruh secara langsung atau tidak langsung terhadap

terjadinya penguasaan keterampilan motorik.

2. Belajar Motorik adalah Hasil Latihan.

Perubahan perilaku motorik yang berupa keterampilan dipahami

sebagai hasil dari latihan dan pengalaman. Belajar dan latihan dapat

dilihat sebagai proses yang menghasilkan kemampuan respons.

Rahantoknam (l986) menjelaskan hasil belajar diperoleh dari kondisi

latihan atau pengalaman, bukan karena proses kematangan dan

fluktuasi fisiologis.

3. Kapabilitas Bereaksi Merupakan Hasil Belajar Motorik.

Secara umum dapat dinyatakan tujuan belajar atau latihan adalah untuk

memperkuat atau memantapkan sejumlah perubahan yang terdapat

pada kondisi internal. Kondisi internal ini biasa disebut dengan istilah

kebiasaan. Istilah kapabilitas penting sekali maknanya karena

berimplikasi pada suatu keadaan berikut: Apabila telah terjadi suatu

kebiasaan, dan kebiasaan itu kuat, keterampilan akan dapat

diperagakan selama situasi yang ada mendukung.

4. Hasil Belajar Motorik Relatif Permanen.

Proses belajar selalu menghasilkan perubahan yang relatif permanen,

dan akan bertahan dalam waktu yang relatif lama. Dan hal ini

merupakan salah satu ciri dari belajar motorik. Salah satu dari tujuan

13
belajar motorik selain untuk menguasai materi keterampilan yang

dipelajari, juga agar keterampilan yang telah dikuasai tetap dapat

dipertahankan. Karena keterbatsan kemampuan manusia maka

diperlukan latihan untuk tetap mempertahankan hasil latihan yang

telah diperoleh sebelumnya. Dengan kata lain dapat dinyatakan bahwa

hasil belajar itu bersifat relatih permanen sehingga keterampilan

motorik akan tetap dapat dikuasai selama yang bersangkutan tetap

berlatih untuk menjaga dan mempertahankan kondisi yang telah

dimiliki. Keterbatasan yang dimiliki manusia tersebut terbukti dengan

munculnya teori lupa yang menjelaskan, bahwa kemampuan manusia

untuk mengingat sangat terbatas dan makin lama makin berkurang,

bahkan bisa hilang atau lupa sama sekali (Schmidt, l988).

5. Belajar Motorik Dapat Menimbulkan Efek Negatif

Pada hakekatnya keinginan belajar keterampilan motorik berusaha

meningkatkan atau mempertahankan keterampilan yang telah dikuasai,

namun dalam kenyataannya hasil belajar tidak selalu mengarah ke

perbaikan. Perubahan perilaku sebagai hasil latihan pada seseorang

dapat dianggap menimbulkan efek negatif

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar Motorik.

Menurut Suryabrata (l98l) terdapat beberapa faktor yang berpengaruh

terhadap proses dan hasil belajar, faktor-faktor tersebut adalah:(l) bahan

yang dipelajari; (2) faktor lingkungan yaitu: lingkungan alami dan

14
lingkungan sosial; (3) faktor instrumental, baik seperangkat alat keras

maupun seperangkat alat lunak; (4) kondisi individu siswa meliputi, minat,

motivasi, kecerdasan, bakat dan kemampuan kognitif. Singer (l980)

menjelaskan, dalam proses belajar motorik perlu mempertimbangkan tiga

faktor utama yaitu: (l) Faktor proses belajar, artinya bagaimana siswa

mengolah informasi sehingga terjadi otomatisasi dalam melakukan

gerakan; (2) Faktor-faktor personal meliputi, ketajaman berpikir, persepsi,

intelegensi, ukuran fisik, pengalaman, emosi, kapabilitas, motivasi, sikap,

jenis kelamin dan usia; (3) Faktor-faktor situasi meliputi, situasi alami dan

sosial. Khusus untuk anak usia delapan sampai sembilan tahun perbedaan

jenis kelamin belum banyak berpengaruh terhadap proses belajar motorik

(Annarino, l980)

C. Hubungan dengan Aktivitas jJsmani dan Analisis Motorik

Aktifitas jasmani merupakan hal yang menjadi dasar bagi

kemajuan perkembangan berikutnya. Aktifitas fisik yang dilakukan

seccara rutin juga memperbaiki psikologis seseorang melalui penurunan

stress, kecemasan dan depresi ( wells & sazeli,2013). Ketika fisik

berkembang dengan baik kemungkinan anak untuk dapat lebih

mengembangkan keterampilan fisiknya, dan eksplorasi lingkungannya

dengan tanpa bantuan orang lain. Perkembangan anak adalah segala

perubahan yang terjadi pada anak, dilihat dari berbagai aspek, antara lain

emosi,kognitif dan psikososial.

15
Menurut Gusril (2008) motorik adalah kualitas kemampuan

seseorang yang dapat mempermudah dalam melakukan keterampilan

gerak. Perkembangan motorik merupakan salah satu faktor yang sangat

penting dalam perkembangan individu secara keseluruhan. Gerak motorik

yang dimiliki setiap orang berbeda tergantung kepada banyaknya

pengalaman gerakan yang dikuasai. Dengan demikian dapat dikatakan

siswa yang memiliki gerak motorik tinggi,maka dia akan mudah

melakukan menyelesaikan gerakannya.

Dilihat melalui aktivitas jasmani saat pembelajaran berlangsung

dilapangan terlihat gerak motorik anak belum berjalan dengan baik

nampak dari keterampilan gerak dasar anak yang tidak terkoordinasi dan

pengalaman gerak masih kurang sehingga tidak sesuai dengan yang

diharapkan. Untuk mengembangkan kemampuan motorik anak diperlukan

keterampilan gerak dari kebiaasaan aktivitas gerak yang dilakukan siswa

sehari-hari. Kebanyakan anak pada zaman yang seba modern ini teknologi

pada gedget mengalami pekembangan pesat, dan selalu muncul aplikasi –

aplikasi yang membuat anak lebih sering menghabiskan waktu bemain

game daripada melakukan aktivitas yang langsung melibatkan anggota

tubuh untuk bergerak.

Perkembangan anak adalah segala perubahan yang terjadi pada

anak, dilihat dari berbagai aspek, antara lain aspek fisik (motorik)

emosi,kognitif dan psikososial (bagaimana anak berinteraksi dengan

lingkungannya). Anak juga sudah memilih keterampilan motorik atau

16
bemain. Berkaitan dengan perkembangan gerakan motorik, yakni

perkembangan pengendalian gerakan tubuh melalui kegiatan yang

terkoordinasi antara susunan saraf, otot, otak, dan spinal cord.

Perkembangan motorik meliputi motorik kasar dan halus. Motorik adalah

gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar atau

seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri

D. Fungsi Utama Guru dalam Mengajar

Guru dalam bahasa jawa adalah menunjuk pada seorang yang

harus digugu dan ditiru oleh semua murid dan bahkan masyarakat. Harus

digugu artinya segala sesuatu yang disampaikan olehnya senantiasa

dipercaya dan diyakkini sebagai kebenaran oleh semua murid. Sedangkan

ditiru artinya seorang guru harus menjadi suri teladan (panutan) bagi

semua muridnya.Secara tradisional guru adalah seorang yang berdiri

didepan kelas untuk menyampaikan ilmu pengetahuan.

Guru sebagai pendidik dan pengajar anak, guru diibaratkan seperti

ibu kedua yang mengajarkan berbagai macam hal yang baru dan sebagai

fasilitator anak supaya dapat belajar dan mengembangkan potensi dasar

dan kemampuannya secara optimal,hanya saja ruang lingkupnya guru

berbeda, guru mendidik dan mengajar di sekolah negeri ataupun swasta.

Adapun pengertian guru menurut para ahli:

1. Menurut Noor Jamaluddin (1978: 1) Guru adalah pendidik, yaitu

orang dewasa yang bertanggung jawab memberi bimbingan atau bantuan

kepada anak didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya agar

17
mencapai kedewasaannya, mampu berdiri sendiri dapat melaksanakan

tugasnya sebagai makhluk Allah khalifah di muka bumi, sebagai makhluk

sosial dan individu yang sanggup berdiri sendiri.

2. Menurut Peraturan Pemerintah Guru adalah jabatan fungsional, yaitu

kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak

seorang PNS dalam suatu organisasi yang dalam pelaksanaan tugasnya

didasarkan keahlian atau keterampilan tertentu serta bersifat mandiri.

3. Menurut Keputusan Men.Pan Guru adalah Pegawai Negeri Sipil yang

diberi tugas, wewenang dan tanggung jawab oleh pejabat yang berwenang

untuk melaksanakan pendidikan di sekolah.

4. Menurut Undang-undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru adalah

pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,

membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta

didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan

dasar, dan pendidikan menengah.

2. Fungsi Guru

Para pakar pendidikan di Barat telah melakukan penelitian tentang peran

guru yang harus dilakoni. fungsi guru yang beragam telah diidentifikasi

dan dikaji oleh Pullias dan Young (1988), Manan (1990) serta Yelon dan

Weinstein (1997). Adapun fungsi tersebut adalah sebagai berikut :

1. Guru Sebagai Pendidik

18
Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan dan identifikasi bagi

para peserta didik, dan lingkungannya. Oleh karena itu, guru harus

memiliki standar kualitas tertentu, yang mencakup tanggung jawab,

wibawa, mandiri dan disiplin. Peran guru sebagai pendidik (nurturer)

berkaitan dengan meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anak

untuk memperoleh pengalaman-pengalaman lebih lanjut seperti

penggunaan kesehatan jasmani, bebas dari orang tua, dan orang dewasa

yang lain, moralitas tanggungjawab kemasyarakatan, pengetahuan dan

keterampilan dasar, persiapan.untuk perkawinan dan hidup berkeluarga,

pemilihan jabatan, dan hal-hal yang bersifat personal dan spiritual. Oleh

karena itu tugas guru dapat disebut pendidik dan pemeliharaan anak. Guru

sebagai penanggung jawab pendisiplinan anak harus mengontrol setiap

aktivitas anak-anak agar tingkat laku anak tidak menyimpang dengan

norma-norma yang ada.

2. Guru Sebagai Pengajar

Peranan guru sebagai pengajar dan pembimbing dalam kegiatan belajar

peserta didik dipengaruhi oleh berbagai factor, seperti motivasi,

kematangan, hubungan peserta didik dengan guru, kemampuan verbal,

tingkat kebebasan, rasa aman dan keterampilan guru dalam

berkomunikasi. Jika factor-faktor di atas dipenuhi, maka melalui

pembelajaran peserta didik dapat belajar dengan baik. Guru harus berusaha

membuat sesuatu menjadi jelas bagi peserta didik dan terampil dalam

memecahkan masalah.

19
Ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh seorang guru dalam

pembelajaran, yaitu: Membuat ilustrasi, Mendefinisikan, Menganalisis,

Mensintesis, Bertanya, Merespon, Mendengarkan, Menciptakan

kepercayaan, Memberikan pandangan yang bervariasi, Menyediakan

media untuk mengkaji materi standar, Menyesuaikan metode

pembelajaran, Memberikan nada perasaan.

Agar pembelajaran memiliki kekuatan yang maksimal, guru-guru harus

senantiasa berusaha untuk mempertahankan dan meningkatkan semangat

yang telah dimilikinya ketika mempelajari materi standar.

3. Guru Sebagai Pembimbing

Guru dapat diibaratkan sebagai pembimbing perjalanan, yang berdasarkan

pengetahuan dan pengalamannya bertanggung jawab atas kelancaran

perjalanan itu. Dalam hal ini, istilah perjalanan tidak hanya menyangkut

fisik tetapi juga perjalanan mental, emosional, kreatifitas, moral dan

spiritual yang lebih dalam dan kompleks.

Sebagai pembimbing perjalanan guru memerlukan kompetensi yang tinggi

untuk melaksanakan empat hal berikut:

1. Guru harus merencanakan tujuan dan mengidentifikasi kompetensi

yang hendak dicapai.

2. Guru harus melihat keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran,

dan yang paling penting bahwa peserta didik melaksanakan kegiatan

belajar itu tidak hanya secara jasmaniah, tetapi mereka harus terlibat

secara psikologis.

20
3. Guru harus memaknai kegiatan belajar.

4. Guru harus melaksanakan penilaian.

4. Guru Sebagai Pemimpin

Guru diharapkan mempunyai kepribadian dan ilmu pengetahuan. Guru

menjadi pemimpin bagi peserta didiknya. Ia akan menjadi imam.

5. Guru Sebagai Pengelola Pembelajaran

Guru harus mampu menguasai berbagai metode pembelajaran. Selain itu,

guru juga dituntut untuk selalu menambah pengetahuan dan keterampilan

agar supaya pengetahuan dan keterampilan yang dirnilikinya tidak

ketinggalan jaman.

6. Guru Sebagai Model dan Teladan

Guru merupakan model atau teladan bagi para peserta didik dan semua

orang yang menganggap dia sebagai guru. Terdapat kecenderungan yang

besar untuk menganggap bahwa peran ini tidak mudah untuk ditentang,

apalagi ditolak. Sebagai teladan, tentu saja pribadi dan apa yang dilakukan

guru akan mendapat sorotan peserta didik serta orang disekitar

lingkungannya yang menganggap atau mengakuinya sebagai guru. Ada

beberapa hal yang harus diperhatikan oleh guru: sikap dasar, bicara dan

gaya bicara, kebiasaan bekerja, sikap melalui pengalaman dan kesalahan,

pakaian, hubungan kemanusiaan, proses berfikir, perilaku neurotis, selera,

keputusan, kesehatan, gaya hidup secara umum.

Perilaku guru sangat mempengaruhi peserta didik, tetapi peserta didik

harus berani mengembangkan gaya hidup pribadinya sendiri.

21
Guru yang baik adalah yang menyadari kesenjangan antara apa yang

diinginkan dengan apa yang ada pada dirinya, kemudian menyadari

kesalahan ketika memang bersalah. Kesalahan harus diikuti dengan sikap

merasa dan berusaha untuk tidak mengulanginya.

7. Guru sebagai administrator

Seorang guru tidak hanya sebagai pendidik dan pengajar, tetapi juga

sebagai administrator pada bidang pendidikan dan pengajaran. Guru akan

dihadapkan pada berbagai tugas administrasi di sekolah. Oleh karena itu

seorang guru dituntut bekerja secara administrasi teratur. Segala

pelaksanaan dalam kaitannya proses belajar mengajar perlu

diadministrasikan secara baik. Sebab administrasi yang dikerjakan seperti

membuat rencana mengajar, mencatat hasil belajar dan sebagainya

merupakan dokumen yang berharga bahwa ia telah melaksanakan

tugasnya dengan baik.

8. Guru Sebagai Penasehat

Guru adalah seorang penasehat bagi peserta didik juga bagi orang tua,

meskipun mereka tidak memiliki latihan khusus sebagai penasehat dan

dalam beberapa hal tidak dapat berharap untuk menasehati orang.

Peserta didik senantiasa berhadapan dengan kebutuhan untuk membuat

keputusan dan dalam prosesnya akan lari kepada gurunya. Agar guru dapat

menyadari perannya sebagai orang kepercayaan dan penasihat secara lebih

mendalam, ia harus memahami psikologi kepribadian dan ilmu kesehatan

mental.

22
9. Guru Sebagai Pembaharu (Inovator)

Guru menerjemahkan pengalaman yang telah lalu ke dalam kehidupan

yang bermakna bagi peserta didik. Dalam hal ini, terdapat jurang yang

dalam dan luas antara generasi yang satu dengan yang lain, demikian

halnya pengalaman orang tua memiliki arti lebih banyak daripada nenek

kita. Seorang peserta didik yang belajar sekarang, secara psikologis berada

jauh dari pengalaman manusia yang harus dipahami, dicerna dan

diwujudkan dalam pendidikan.

Tugas guru adalah menerjemahkan kebijakan dan pengalaman yang

berharga ini kedalam istilah atau bahasa moderen yang akan diterima oleh

peserta didik. Sebagai jembatan antara generasi tua dan genearasi muda,

yang juga penerjemah pengalaman, guru harus menjadi pribadi yang

terdidik.

10. Guru Sebagai Pendorong Kreatifitas

Kreativitas merupakan hal yang sangat penting dalam pembelajaran dan

guru dituntut untuk mendemonstrasikan dan menunjukkan proses

kreatifitas tersebut. Kreatifitas merupakan sesuatu yang bersifat universal

dan merupakan cirri aspek dunia kehidupan di sekitar kita. Kreativitas

ditandai oleh adanya kegiatan menciptakan sesuatu yang sebelumnya tidak

ada dan tidak dilakukan oleh seseorang atau adanya kecenderungan untuk

menciptakan sesuatu.

23
Akibat dari fungsi ini, guru senantiasa berusaha untuk menemukan cara

yang lebih baik dalam melayani peserta didik, sehingga peserta didik akan

menilaianya bahwa ia memang kreatif dan tidak melakukan sesuatu secara

rutin saja. Kreativitas menunjukkan bahwa apa yang akan dikerjakan oleh

guru sekarang lebih baik dari yang telah dikerjakan sebelumnya.

11. Guru Sebagai Evaluator

Evaluasi atau penilaian merupakan aspek pembelajaran yang paling

kompleks, karena melibatkan banyak latar belakang dan hubungan, serta

variable lain yang mempunyai arti apabila berhubungan dengan konteks

yang hampir tidak mungkin dapat dipisahkan dengan setiap segi penilaian.

Teknik apapun yang dipilih, dalam penilaian harus dilakukan dengan

prosedur yang jelas, yang meliputi tiga tahap, yaitu persiapan, pelaksanaan

dan tindak lanjut.

Begitu banyak fungsi yang harus diemban oleh seorang guru. Peran yang

begitu berat dipikul di pundak guru hendaknya tidak menjadikan calon

guru mundur dari tugas mulia tersebut. Peran-peran tersebut harus menjadi

tantangan dan motivasi bagi calon guru. Dia harus menyadari bahwa di

masyarakat harus ada yang menjalani peran guru. Bila tidak, maka suatu

masyarakat tidak akan terbangun dengan utuh. Penuh ketimpangan dan

akhirnya masyarakat tersebut bergerak menuju kehancuran

24
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Belajar adalah suatu proses perubahan perilaku yang relatif
permanen sebagai akibat dari latihan dan pengalaman dimasa lalu.
Perilaku yang berubah mencakup afektif, kognitif, dan psikomotor.
Kemudian, di dalam psikologi teori belajar dibagi menjadi 4, diantaranya
yaitu: behavioristik, kognitivisme, kontruksivistik, dan humanistik
Belajar motorik adalah proses untuk meningkatkan keterampilan
motorik ke tahap yang lebih baik melalui latihan yang terprogram, terukur,
dan berkesinambungan. Faktor yang berpengaruh terhadap proses dan
hasil belajar, faktor-faktor tersebut adalah:(l) bahan yang dipelajari; (2)
faktor lingkungan yaitu: lingkungan alami dan lingkungan sosial; (3)
faktor instrumental, baik seperangkat alat keras maupun seperangkat alat
lunak; (4) kondisi individu siswa meliputi, minat, motivasi, kecerdasan,
bakat dan kemampuan kognitif. Karakteristik belajar motorik meliputi, (l)
belajar motorik merupakan suatu proses, (2) belajar motorik merupakan
hasil latihan, (3) kapabilitas bereaksi sebagai hasil belajar motorik, (4)
hasil belajar motorik bersifat relatif permanen, (5) belajar motorik dapat
menimbulkan efek negatif
Gerak motorik yang dimiliki setiap orang berbeda tergantung
kepada banyaknya pengalaman gerakan yang dikuasai. Dengan demikian
dapat dikatakan siswa yang memiliki gerak motorik tinggi,maka dia akan
mudah melakukan menyelesaikan gerakan aktivitasnya. Untuk

25
mengembangkan kemampuan motorik anak diperlukan keterampilan gerak
dari kebiaasaan aktivitas gerak yang dilakukan siswa sehari-hari.
Fungsi guru sangat penting untuk memberikan belajar motorik,
diantaranya yaitu: 1) sebagai pendidik 2) sebagai pengajar 3) sebagai
pembimbing 4) sebagai pemimpin 5) sebagai pengelola pembelajaran 6)
sebagai model dan teladan 7) sebagai administrator 8) sebagai penasehat
9) sebagai pembaharu (inovator) 10) sebagai pendorong kreativitas 11)
sebagai evaluator
B. Saran
Setelah pembaca memahami tentang pengertian belajar dan analisis
motorik, hubungannya dengan aktivitas jasmani, dan fungsi guru dalam
mengajar diharapkan mempraktekkanya di kehidupan sehari-hari.

26
DAFTAR PUSTAKA

Kiram. Y. 2019. Belajar Keterampilan Motorik. Jakarta: Prenada Media

Gusril. 2008. Model Pengembangan Motorik Pada Siswa Sekolah Dasar.

Padang: UNP Press

Gusril 2016. Perkembangan Motorik Pada Masa Anak-Anak. Padang : UNP

Press

Rohisfi, E., & Neviyarni, N. 2021. Analisis Belajar Keterampilan Motorik.

Edukatif: Jurnal Ilmu Pendidikan, 3(1), 27-34.

Sauqy, A. 2019. Inovasi Belajar & Pembelajaran PAI ( Inovatif dan Aplikatif ).

Surabaya: UM Surabaya Publishing.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru

Welis, W., & Sazeli, R. M. 2013. Gizi untuk aktifitas fisik dan kebugaran

Sukabina Press.

Winarno, M. E. 1995. Belajar Motorik. Malang: Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan.

27

Anda mungkin juga menyukai