Anda di halaman 1dari 16

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................i
DAFTAR ISI ...................................................................................................ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan........................................................................................1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Hakikat Belajar...........................................................................................2
2.2 Hakikat Pembelajaran ................................................................................6
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan ...............................................................................................13
3.2 Saran ..........................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................15

i
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan menurut Undang-undang No. 20 Tahun 2003 Tentang
SISDIKNAS adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan negara.
Belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dan berperan
penting dalam pembentukan pribadi dan perilaku individu Proses belajar pada
hakekatnya juga merupakan kegiatan mental yang tidak dapat dilihat. Artinya, proses
perubahan yang terjadi dalam diri seseorang yang belajar tidak dapat disaksikan.
Manusia hanya mungkin dapat menyaksikan dari adanya gejala-gejala perubahan
perilaku yang tampak.
Oleh karena itu, George R. Knight (1982: 82) menganjurkan lebih banyak
kebebasan untuk berekspresi bagi peserta didik dan lingkungan yang lebih terbuka
sehingga peserta didik dapat mengerahkan energinya dengan cara yang efektif. Lebih
lanjut, peserta didik harus dianggap sebagai makhluk yang dinamis, sehingga harus
diberi kesempatan untuk menentukan harapan dan tujuan mereka dan guru (pendidik)
lebih berperan sebagai penasehat, penunjuk jalan, dan rekan seperjalanan. Guru
bukanlah satu-satunya orang yang paling tahu. Oleh karena itu, pembelajaran harus
berpusat pada peserta didik (child centered), tidak tergantung pada text book atau
metode pengajaran tekstual.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan hakikat belajar ?
2. Apa yang dimaksud dengan hakikat pembelajaran ?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui hakikat dari belajar
2. Untuk mengetahui hakikat dari pembelajaran

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Hakikat Belajar


a. Pengertian Hakikat belajar
Kata hakikat (Haqiqat)  merupakan kata benda yang berasal dari bahasa Arab
yaitu dari kata “Al-Haqq”, dalam bahasa indonesia menjadi kata pokok yaitu kata
“hak“ yang berarti milik (kepunyaan), kebenaran, atau yang benar-benar ada,
sedangkan secara etimologi Hakikat berarti inti sesuatu, puncak atau sumber dari
segala sesuatu. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, hakikat berarti dasar atau inti
sari sedangkan belajar berarti berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu. Jadi
kesimpulannya, hakikat belajar yaitu dasar jika seseorang ingin pandai atau
memperoleh ilmu, ia harus melakukan proses belajar, yang tadinya tidak tahu menjadi
tahu. Adapun, pengertian dari belajar menurut para ahli dibawah ini sebagai berikut:
Belajar menurut W. Gulö (2002: 23) adalah suatu proses yang berlangsung di
dalam diri seseorang yang mengubah tingkah lakunya, baik tingkah laku dalam
berpikir, bersikap, dan berbuat. James O. Whittaker (Djamarah,1999:22) menyatakan
bahwa belajar adalah Proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui
latihan atau pengalaman. Sedanghkan menurut R. Gagne (Djamarah ; 1999:22)
Belajar adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan,
ketrampilan, kebiasaan dan tingkah laku.
Pada dasarnya belajar merupakan tahapan perubahan prilaku siswa yang relatif
positif dan mantap sebagai hasil interaksi dengan lingkungan yang melibatkan
proses kognitif (syah, 2003), dengan kata lain belajar merupakan kegiatan berproses
yang terdiri dari beberapa tahapan yaitu :
a. Tahap acquisition, yaitu tahapan perolehan informasi;
b. Tahap storage, yaitu tahapan penyimpanan informasi;
c. Tahap retrieval, yaitu tahapan pendekatan kembali informasi (Syah, 2003).
b. Tujuan Belajar
Diantara belajar, mengajar, dan pembelajaran menunjuk pada sesuatu yang
berbeda, namun kesemuanya merujuk pada tujuan yang sama, yaitu terjadinya
perubahan sikap dan tingkah laku, baik yang dapat diamati ataupun tidak dapat

2
diamati. Belajar mungkin saja terjadi tanpa pembelajaran, namun pengaruh aktivitas
pembelajaran dalam belajar hasilnya lebih sering menguntungkan dan biasanya lebih
mudah diamati. Hal ini dikarenakan pembelajaran yang berupaya mengubah masukan
berupa siswa yang belum terdidik, menjadi siswa terdidik, siswa yang belum
memiliki pengetahuan, menjadi siswa yang memiliki pengetahuan.
Dalam hal ini, Benyamin S. Bloom (1956) mengemukakan perubahan perilaku
yang terjadi sebagai hasil belajar meliputi perubahan dalam kawasan (domain)
kognitif, afektif dan psikomotor, beserta tingkatan aspek-aspeknya.
1) Cognitive Domain (Kawasan Kognitif). Adalah kawasan yang berkaitan dengan
aspek-aspek intelektual atau secara logis yang biasa diukur dengan pikiran atau
nalar. Kawasan ini tediri dari:
a. Pengetahuan (Knowledge).
b. Pemahaman (Comprehension).
c. Penerapan (Aplication)
d. Penguraian (Analysis).
e. Memadukan (Synthesis).
f. Penilaian (Evaluation).
2) Affective Domain (Kawasan afektif). Adalah kawasan yang berkaitan dengan
aspek-aspek emosional, seperti perasaan, minat, sikap, kepatuhan terhadap moral
dan sebagainya. Kawasan ini terdiri dari:
a. Penerimaan (receiving/attending).
b. Sambutan (responding).
c. Penilaian (valuing).
d. Pengorganisasian (organization).
e. Karakterisasi (characterization).
3) Psychomotor Domain (Kawasan psikomotorik). Adalah kawasan yang berkaitan
dengan aspek-aspek keterampilan yang melibatkan fungsi sistem syaraf dan otot
(neuronmuscular system) dan fungsi psikis. Kawasan ini terdiri dari:
a. Kesiapan (set)
b. Meniru (imitation)
c. Membiasakan (habitual)
d. Adaptasi (adaption)

3
Moh Surya (1997) mengemukakan ciri-ciri dari perubahan perilaku, yaitu :
1. Perubahan yang disadari dan disengaja (intensional).
Perubahan perilaku yang terjadi merupakan usaha sadar dan disengaja dari
individu yang bersangkutan. Begitu juga dengan hasil-hasilnya, individu yang
bersangkutan menyadari bahwa dalam dirinya telah terjadi perubahan
2. Perubahan yang berkesinambungan (kontinyu).
Bertambahnya pengetahuan atau keterampilan yang dimiliki pada dasarnya
merupakan kelanjutan dari keterampilan yang telah diperoleh sebelumnya.
3. Perubahan yang fungsional.
Setiap perubahan perilaku yang terjadi dapat dimanfaatkan untuk kepentingan
hidup individu yang bersangkutan, baik untuk kepentingan masa sekarang
maupun masa mendatang.
4. Perubahan yang bersifat positif.
Perubahan perilaku yang terjadi bersifat normatif dan menujukkan ke arah
kemajuan.
5. Perubahan yang bersifat aktif.
Untuk memperoleh perilaku baru, individu yang bersangkutan aktif berupaya
melakukan perubahan.
6. Perubahan yang bersifat pemanen.
Perubahan perilaku yang diperoleh dari proses belajar cenderung menetap dan
menjadi bagian yang melekat dalam dirinya.
7. Perubahan yang bertujuan dan terarah.
Individu melakukan kegiatan belajar pasti ada tujuan yang ingin dicapai, baik
tujuan jangka pendek, jangka menengah maupun jangka panjang.
8. Perubahan perilaku secara keseluruhan.
Perubahan perilaku belajar bukan hanya sekedar memperoleh pengetahuan
semata, tetapi termasuk memperoleh pula perubahan dalam sikap dan
keterampilannya. seorang guru menguasai “Teori-Teori Belajar”. Begitu juga, dia
memperoleh keterampilan dalam menerapkan “Teori-Teori Belajar”.
Selanjutntya, Moh. Surya (1997) mengemukakan bahwa hasil belajar akan
tampak dalam :
a) Kebiasaan; seperti : peserta didik belajar bahasa berkali-kali menghindari
kecenderungan penggunaan kata atau struktur yang keliru, sehingga akhirnya
ia terbiasa dengan penggunaan bahasa secara baik dan benar.
b) Keterampilan; seperti : menulis dan berolah raga yang meskipun sifatnya
motorik, keterampilan-keterampilan itu memerlukan koordinasi gerak yang
teliti dan kesadaran yang tinggi.

4
c) Pengamatan; yakni proses menerima, menafsirkan, dan memberi arti
rangsangan yang masuk melalui indera-indera secara obyektif sehingga
peserta didik mampu mencapai pengertian yang benar.
d) Berfikir asosiatif; yakni berfikir dengan cara mengasosiasikan sesuatu dengan
lainnya dengan menggunakan daya ingat.
e) Berfikir rasional dan kritis yakni menggunakan prinsip-prinsip dan dasar-
dasar pengertian dalam menjawab pertanyaan kritis seperti “bagaimana”
(how) dan “mengapa” (why).
f) Sikap yakni kecenderungan yang relatif menetap untuk bereaksi dengan cara
baik atau buruk terhadap orang atau barang tertentu sesuai dengan
pengetahuan dan keyakinan.
g) Inhibisi (menghindari hal yang mubazir).
h) Apresiasi (menghargai karya-karya bermutu.
i) Perilaku afektif yakni perilaku yang bersangkutan dengan perasaan takut,
marah, sedih, gembira, kecewa, senang, benci, was-was dan sebagainya.
Menurut Gagne (dalam Abin Syamsuddin Makmun, 2003), perubahan perilaku
yang merupakan hasil belajar dapat berbentuk:
a. Informasi verbal; yaitu penguasaan informasi dalam bentuk verbal, baik
secara tertulis maupun tulisan, misalnya pemberian nama-nama terhadap suatu
benda, definisi, dan sebagainya.
b. Kecakapan intelektual; yaitu keterampilan individu dalam melakukan
interaksi dengan lingkungannya dengan menggunakan simbol-simbol,
misalnya: penggunaan simbol matematika. Termasuk dalam keterampilan
intelektual adalah kecakapan dalam membedakan (discrimination),
memahami konsep konkrit, konsep abstrak, aturan dan hukum. Ketrampilan
ini sangat dibutuhkan dalam menghadapi pemecahan masalah.
c. Strategi kognitif; kecakapan individu untuk melakukan pengendalian dan
pengelolaan keseluruhan aktivitasnya. Dalam konteks proses pembelajaran,
strategi kognitif yaitu kemampuan mengendalikan ingatan dan cara – cara
berfikir agar terjadi aktivitas yang efektif. Kecakapan intelektual
menitikberatkan pada hasil pembelajaran, sedangkan strategi kognitif lebih
menekankan pada pada proses pemikiran.
d. Sikap; yaitu hasil pembelajaran yang berupa kecakapan individu untuk
memilih macam tindakan yang akan dilakukan. Dengan kata lain. Sikap
adalah keadaan dalam diri individu yang akan memberikan kecenderungan
vertindak dalam menghadapi suatu obyek atau peristiwa, didalamnya terdapat
unsur pemikiran, perasaan yang menyertai pemikiran dan kesiapan untuk
bertindak.

5
e. Kecakapan motorik; ialah hasil belajar yang berupa kecakapan pergerakan
yang dikontrol oleh otot dan fisik.
2.2 Hakikat Pembelajaran
a. Pengertian Hakikat pembelajaran
Secara umum istilah belajar dimaknai sebagai suatu kegiatan yang
mengakibatkan terjadinya perubahan tingkah laku. Dengan pengertian demikian,
maka pembelajaran dapat dimaknai sebagai suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru
sedemikian rupa, sehingga tingkah laku peserta didik berubah ke arah yang lebih baik
(Darsono, 2000: 24).
Pembelajaran pada hakikatnya adalah proses interaksi antara peserta didik
dengan lingkungan, sehingga terjadi perubahan perilaku kearah yang lebih baik. Dan
tugas guru adalah mengkoordinasikan lingkungan agar menunjang terjadinya
perubahan perilaku bagi peserta didik. Pembelajaran juga dapat diartikan sebagai
usaha sadar pendidik untuk membantu peserta didik agar mereka dapat belajar sesuai
dengan kebutuhan dan minatnya. Disini pendidik berperan sebagai fasilitator yang
menyediakan fasilitas dan menciptakan situasi yang mendukung peningkatan
kemampuan belajar peserta didik.
b. Tujuan Pembelajaran
Menurut Robert F. Meager (Sumiati dan Asra, 2009:10), tujuan pembelajaran
adalah maksud yang dikomunikasikan melalui pernyataan yang menggambarkan
tentang perubahan yang diharapkan dari siswa. Menurut H. Daryanto (2005:58),
tujuan pembelajaran adalah tujuan yang menggambarkan pengetahuan, kemampuan,
keterampilan, dan sikap yang harus dimiliki siswa sebagai akibat dari hasil
pembelajaran yang dinyatakan dalam bentuk tingkah laku yang dapat diamati dan
diukur. Sedangkan menurut B. Suryosubroto menegaskan bahwa tujuan pembelajaran
adalah rumusan secara terperinci apa saja yang harus dikuasai oleh siswa sesudah ia
melewati kegiatan pembelajaran yang bersangkutan dengan hasil.
c. Fungsi Pembelajaran
1) Pembelajaran sebagai sistem
Pembelajaran sebagai sistem terdiri dari sejumlah komponen yang terorganisir
antara lain tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, strategi dan metode

6
pembelajaran, media pembelajaran/alat peraga, pengorganisasian kelas, evaluasi
pembelajaran, dan tindak lanjut pembelajaran (remedial dan pengayaan).
2) Pembelajaran sebagai proses
Pembelajaran sebagai proses merupakan rangkaian upaya atau kegiatan guru
dalam rangka membuat siswa belaja, meliputi:
a. Persiapan, merencanakan program pengajaran tahunan, semester, dan
penyusunan persiapan mengajar (lesson plan) dan penyiapan perangkat
kelengkapannya antara lain alat peraga, dan alat evaluasi, buku atau media
cetak lainnya.
b. Melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan mengacu pada persiapan
pembelajaran yang telah dibuatnya. Banyak dipengaruhi oleh pendekatan
atau strategi dan metode-metode pembelajaran yang telah dipilih dan
dirancang penerapannya, serta filosofi kerja dan komitmen guru , persepsi,
dan sikapnya terhadap siswa;
c. Menindaklanjuti pembelajaran yang telah dikelolanya. Kegiatan pasca
pembelajaran ini dapat berbentuk enrichment (pengayaan), dapat pula berupa
pemberian layanan remedial teaching bagi siswa yang berkesulitan belajar.
d. Ciri-ciri Pembelajaran
Darsono dalam Hamdani [2011:47] berpendapat bahwa ciri-ciri pembelajaran
adalah sebagai berikut:
1. Pembelajaran dilakukan secara sadar dan direncanakan dengan sistematis.
2. Pembelajaran dapat menumbuhkan perhatian dan motivasi siswa dalam
belajar.
3. Pembelajaran dapat menyediakan bahan belajar yang menarik perhatian dan
menantang siswa.
4. Pembelajaran dapat menggunakan alat bantu belajar yang tepat dan menarik.
5. Pembelajaran dapat menciptakan suasana belajar yang aman dan
menyenangkan bagi siawa.
6. Pembelajaran dapat membuat siswa siap menerima pelajaran, baik secara fisik
maupun secara psikologi.
7. Pembelajaran menekankan keaktifan siswa.

7
8. Pembelajaran dilakukan secara sadar dan sengaja.
e. Komponen-komponen Pembelajaran
Karena pembelajaran merupakan suatu proses, maka dalam proses pembelajaran
ada beberapa komponen yang saling berinteraksi satu dengan yang lain sehingga
disebut sebagai sistem. Sebagai suatu sistem, proses belajar itu saling berkaitan dan
bekerja sama untuk mencapai tujuan yang ingin dicapainya. Adapun komponen-
komponen proses pembelajaran adalah:
1. Tujuan
Tujuan adalah suatu harapan atau cita-cita yang ingin dicapai dari pelaksanaan
suatu kegiatan. Tidak ada suatu kegiatan pembelajaran yang tidak mempunyai tujuan,
dan hal ini telah dipersiapkan oleh seorang guru sebelum kegiatan pembelajaran yang
tertera dalam rencana pembelajaran yang dirumuskan melalui tujuan pembelajaran
khusus.
2. Materi Pembelajaran
Materi pelajaran merupakan substansi yang akan disajikan dalam kegiatan
pembelajaran. Tanpa materi pembelajaran program pembelajaran tidak akan berjalan.
Karena itu, guru yang akan mengajar harus memiliki dan menguasai materi pelajaran
yang akan disampaikan kepada siswa.
3. Pendekatan, Model, Strategi, Metode, Teknik
Komponen yang ketiga ini mempunyai fungsi yang sangat menentukan.
Keberhasilan pencapaian tujuan sangat ditentukan oleh komponen ini. Bagaimanapun
lengkap dan jelasnya komponen lain, tanpa dapat diimplementasikan melalui strategi
yang tepat, maka komponen-komponen tersebut tidak akan memiliki makna dalam
proses pencapaian tujuan.
4. Media
Media merupakan wahana penyalur informasi belajar atau penyalur pesan. Dalam
proses pembelajaran kehadiran media mempunyai arti yang sangat penting. Karena
dalam kegiatan tersebut ketidak jelasan materi yang disampaikan dapat dibantu
dengan menghadirkan media sebagai perantara.

8
5. Evaluasi
Evaluasi bukan saja berfungsi untuk melihat keberhasilan siswa dalam proses
pembelajaran, tetapi juga berfungsi sebagai umpan balik bagi guru atas kinerjanya
dalam pengelolaan pembelajaran. Melalui evaluasi kita dapat melihat kekurangan
dalam pemanfaatan berbagai komponen sistem pembelajaran.
f. Peran Guru Dalam Proses Pembelajaran
Peran guru dalam proses pembelajaran sangat penting. Sanjaya [2008:21]
mengemukakan beberapa peran guru dalam proses pembelajaran, yaitu sebagai
berikut:
1. Guru sebagai sumber belajar, Peran sebagai sumber belajar berkaitan erat
dengan penguasaan materi pembelajaran.
2. Guru sebagai fasilitator, Guru berperan dalam memberi layanan untuk
memudahkan siswa dalam kegiatan proses pembelajaran.
3. Guru sebagai pengelola, Guru berperan dalam menciptakan iklim belajar yang
memungkinkan siswa dapat belajar secara nyaman.
4. Guru sebagai demonstrator, Peran guru sebagai demonstrator adalah peran
untuk mempertunjukkan kepada siswa segala sesuatu yang dapat membuat
siswa lebih mengerti dan memahami setiap pesan yang disampaikan.
5. Guru sebagai pembimbing, Peran guru sebagai pembimbing adalah
membimbing siswa agar dapat menemukan berbagai potensi yang dimilikinya
sebagai bekal hidup mereka, membimbing siswa agar dapat mencapai dan
melaksanakan tugas-tugas perkembangan mereka, sehingga dengan
ketercapaian itu ia dapat tumbuh dan berkembang sebagai manusia ideal yang
menjadi harapan setiap orang tua dan masyarakat.
6. Guru sebagai motivator, Guru dituntut kreatif membangkitkan motivasi
belajar siswa, yaitu:
a. Memperjelas tujuan yang ingin dicapai
b. Membangkitkan minat siswa
c. Ciptakan suasana yang menyenangkan dalam belajar
d. Diberilah pujian yang wajar terhadap setiap keberhasilan siswa
e. Berikan penilaian

9
f. Berilah komentar terhadap hasil pekerjaan siswa
g. Ciptakan persaingan dan kerjasama
7. Guru sebagai evaluator, Guru berperan untuk mengumpulkan data atau
informasi tentang keberhasilan pembelajaran yang telah dilakukan.
g. Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Sistem Pembelajaran
Sanjaya [2009:52] mengemukakan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
proses sistem pembelajaran yaitu, "faktor guru, faktor siswa, sarana, alat dan media
yang tersedia, serta faktor lingkungan".
1. Faktor Guru
Dalam proses pembelajaran, guru tidak hanya berperan sebagai teladan bagi siswa
yang diajarnya, tetapi juga sebagai pengelola pembelajaran {manager or learning},
Sanjaya [2009:52]. Oleh karenanya, keberhasilan suatu proses pembelajaran sangat
ditentukan oleh kualitas atau kemampuan guru. Menurut Dunkin dalam Harefa
[2010:26] ada sejumlah aspek yang dapat mempengaruhi kualitas proses
pembelajaran dilihat dari faktor guru yaitu:
a. Teacher formative experience, meliputi jenis kelamin serta semua pengalaman
hidup guru yang menjadi latar belakang sosial mereka.
b. Teacher training experience, meliputi pengalaman-pengalaman yang
berhubungan dengan aktivitas dan latar belakang pendidikan guru.
c. Teacher properties, segala sesuatu yang berhubungan dengan yang dimiliki
guru.
2. Faktor Siswa
Siswa adalah organisme yang unik dan berkembang sesuai dengan tahap
perkembangannya. Proses pembelajaran dapat dipengaruhi oleh perkembangan anak
yang tidak sama. Sanjaya [2009:54] menjelaskan bahwa: Faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi proses pembelajaran dilihat dari Aspek siswa meliputi aspek latar
belakang siswa disebut pupil formative experience yaitu jenis kelamin siswa, dari
keluarga yang bagaimana siswa berasal, dan lain-lain, serta faktor sifat yang dimiliki
siswa {pupil propeties} yaitu kemampuan dasar, pengetahuan, dan sikap siswa.

10
3. Faktor sarana dan prasarana
Sarana adalah segala sesuatu yang mendukung secara langsung terhadap
kelancaran proses pembelajaran: misalnya media pembelajaran, alat-alat pelajaran,
perlengkapan sekolah dan lain sebagainya. Prasarana adalah suatu yang secara tidak
langsung dapat mendukung keberhasilan proses pembelajaran, misalnya jalan menuju
sekolah, penerangan sekolah, kamar kecil, dan lain sebagainya.
4. Faktor Lingkungan
Dilihat dari dimensi lingkungan ada dua faktor yang dapat mempengaruhi proses
pembelajaran yaitu, faktor organisasi kelas dan faktor iklim sosial-psikologis. Faktor
organisasi kelas, meliputi jumlah siswa dalam satu kelas. Sedangkan faktor iklim
sosial-psikologis merupakan keharmonisan hubungan antara orang yang terlibat
dalam proses pembelajaran.
h. Kriteria Keberhasilan Proses Pembelajaran
E. Mulyasa [2005:132-133] mengemukakan bahwa "keberhasilan proses
pembelajaran dapat dilihat dalam jangka pendek, jangka menengah dan jangka
panjang". Kriteria-kriteria tersebut diuraikan, sebagai berikut:
1. Kriteria jangka pendek
a. Sekurang-kurangnya 75% isi dan prinsip-prinsip pembelajaran dapat
dipahami, diterima dan diterapkan oleh para peserta didik di kelas
b. Sekurang-kurangnya 75% peserta didik merasa mendapat kemudahan, senang
dan memiliki kemauan belajar yang tinggi
c. Para peserta didik berpartisipasi secara aktif dalam proses pembelajaran
d. Materi yang dikomunikasikan sesuai dengan kebutuhan peserta didik, dan
mereka memandang bahwa hal tersebut akan sangat berguna bagi
kehidupannya kelak
e. Pembelajaran yang dikembangkan dapat menumbuhkan minat belajar para
peserta didik untuk belajar lebih lanjut {continuing}
2. Kriteria jangka menengah
a. Adanya umpan balik terhadap para guru tentang pembelajaran yang
dilakukannya bersama peserta didik

11
b. Para peserta didik menjadi insan yang kreatif dan mampu menghadapi
berbagai permasalahan yang dihadapinya
c. Para peserta didik tidak memberikan pengaruh negatif terhadap masyarakat,
lingkungannya dengan cara apapun
3. Kriteria jangka panjang
a. Adanya peningkatan mutu pendidikan, yang dapat dicapai oleh sekolah
melalui kemandirian dan inisiatif kepala sekolah, guru dalam mengelola dan
mendayagunakan sumber-sumber yang tersedia
b. Adanya peningkatan efisiensi dan efektifitas pengelolaan dan penggunaan
sumber-sumber pendidikan, melalui pembagian tanggung jawab yang jelas,
transparan dan demokratis.
c. Adanya peningkatan tanggungjawab sekolah kepada pemerintah, orangtua
peserta didik dan masyarakat pada umumnya berkaitan dengan mutu sekolah,
baik dalam intra maupun ekstrakurikuler
d. Adanya kompetisi yang sehat antar sekolah dalam peningkatan mutu
pendidikan melalui upaya-upaya inovatif dengan dukungan orangtua, peserta
didik, masyarakat dan pemerintah daerah setempat
e. Tumbuhnya kemandirian dan berkurangnya ketergantungan dikalangan warga
sekolah, bersifat adiktif dan produktif, serta memiliki jiwa kewirausahaan
yang tinggi ulet, inovatif dan berani mengambil resiko)
f. Terwujudnya proses pembelajaran yang efektif, yang lebih menekankan pada
belajar mengetahui {learning to know}, belajar berkarya {learning to do},
belajar menjadi diri sendiri {learning to be}, dan belajar hidup bersama
{learning to live together}
g. Terwujudnya iklim sekolah yang aman, nyaman dan tertib, sehingga proses
pembelajaran dapat berlangsung
h. Adanya proses evaluasi dan perbaikan secara berkelanjutan. Evaluasi secara
teratur bukan hanya ditujukan untuk mengetahui tingkat daya serap dan
kemampuan peserta didik, tetapi untuk memanfaatkan hasil evaluasi belajar
tersebut bagi perbaikan dan penyempurnaan proses pembelajaran di sekolah.

12
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Hakikat berarti dasar atau inti sari sedangkan belajar berarti berusaha
memperoleh kepandaian atau ilmu. Jadi kesimpulannya, hakikat belajar yaitu dasar,
dimana seseorang ingin pandai atau memperoleh ilmu, ia harus melakukan proses
belajar, yang tadinya tidak tahu akhirnya menjadi tahu.
Pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungan,
sehingga terjadi perubahan perilaku kearah yang lebih baik. Dan tugas guru adalah
mengkoordinasikan lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan perilaku bagi
peserta didik.
3.2 Saran
a. Pendidik
Sebagai seorang guru, harus lebih jeli dalam memperhatikan perubahan tingkah
laku pada peserta didiknya, dari segi kognitif, afektif dan psikomotor.
b. Mahasiswa
Sebagai seorang mahasiswa, harus lebih memahami perubahan-perubahan seperti
kognitif, afektif dan psikomotor pada siswa sehingga pada saat telah berada
dilapangan dan menjadi seorang guru, sudah memiliki bekal untuk hal tersebut.

13
DAFTAR PUSTAKA

Asra dan Sumiati.2010.Metode Pembelajaran.Bandung:CV Wacana Prima.

Bloom, Benjamin S., etc. 1956. Taxonomy of Educational Objectives : The


Classification of Educational Goals, Handbook I Cognitive Domain.
New York : Longmans, Green and Co.

Darsono. 2000. Belajar dan Pembelajaran. Semarang : IKIP Press.

Daryanto, H. 2005. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Depdiknas .2003. Undang-undang RI No.20 tahun 2003.tentang sistem


pendidikan nasional.

Djamarah, Syaiful Bahri. 1999. Psikologi Belajar; Jakarta: Rineka Cipta.

Gulö, W. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Grasindo.

Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung : Pustaka Setia.

Harefa. (2010). Mindset Therapy. Jakarta: Gramediapustaka utama.

Knight, George R. 1982. Issues and Alternatives in Educational Philosphy. Cet. XII,
Michigan: Andrews University Press.

Makmun, Abin Syamsuddin. 2003. Psikologi Pendidikan. Bandung: Rosda Karya


Remaja.

Mendrofa, Eman. 2014. Hakikat Pembelajaran. (Online) https://emanmendrofa.


Blogspot.com/2014/11/hakikat-pembelajaran.html. di akses pada Senin, 24
November 2014.
Muhibbin Syah. 2003. Psikologi Belajar. Jakarta : PT Raja Grafindo.

Mulyasa, E. 2005. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

Mylieza, 2014. Hakikat belajar dan pembelajaran. (Online) http://my-lieza.blogspot.


com/2014/02/hakikat-belajar-dan-pembelajaran.html. di akses pada Sabtu, 15
Februari 2014.
Nurhibatullah. 2015. Hakekat belajar dan pembelajaran.(Online) https://
nurhibatullah. https:// nurhibatullah. blogspot.com/2015/12/hakekat-belajar-
dan-pembelajaran.html. di akses pada Selasa, 8 Desember 2015.

14
Raxiao18. 2014. Hakikat belajar dan pembelajaran. (Online) https://raxiao18.
wordpress .com/2014/02/09/hakikat-belajar-dan-pembelajaran-2/. Di akses
pada 9 Februari 2014.
Sanjaya, Wina. (2008). Perencanaan dan desain sistem pembelajaran. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
Surya, Moh. 1997. Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Bandung. PPB - IKIP
Bandung.

Suryosubroto, B. (2002). Proses Belajar Mengajar Di Sekolah. Jakarta: PT. Rineka


Cipta.

15

Anda mungkin juga menyukai