Anda di halaman 1dari 17

BATASAN, PROSES BELAJAR, FAKTOR YANG

MEMPENGARUHI, TEORI BELAJAR GERAK


Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas
Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran Penjas

Disusun Oleh :
Kelas 2 E
Kelompok 1

Ulfi Faiza Islami 172191129


Sherly Aprilianti I 172191175
Bayu Nur Syamsu 172191189

JURUSAN PENDIDIKAN JASMANI


FAKULTAS KEGURUAN DAN IMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SILIWANGI
TASIKMALAYA
2018
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan ke hadirat allah SWT karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehinga penulis dapat menyusun makalah ini
tepat pada waktunya. Makalah ini membahas tentang batasan, proses belajar, factor
yang mempengaruhi, teori belajar gerak.
Dalam penyusuan makalah ini, penulis banyak mendapatkan hambatan akan
tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak hambatan tersebut bisa teratasi. Oleh
karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini, semoga segala bentuk bantuan baik
material ataupun non-material mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik
dari bentuk penyusunan maupun materinya, Kritik konstruktif dari pembaca sangat
penulis untuk penyempurnaan makalah selanjutnya, dan semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat.

Tasikmalaya, 31 Januari 2019

Tim Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................


DAFTAR ISI ...................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .....................................................................................
B. Rumusan Masalah ................................................................................
C. Tujuan Penulis Makalah .......................................................................
D. Manfaat Makalah ................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Belajar Menurut Beberapa Ahli .............................................
B. Proses Belajar Gerak ............................................................................
C. Faktor-Faktor yang Mempelajari Belajar Gerak ..................................
D. Teori Behaviorisme…………………………………………………...
E. Teori Kognitifisme……………………………………………………
F. Teori Konstrutivisme…………………………………………………
G. Teori Humanistik……………………………………………………..
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ..........................................................................................
B. Saran .....................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pengertian belajar gerak tidak terlepas dari belajar pada umumnya.
Belajar gerak atau olahraga merupakan bagian dari belajar yang melibatkan
emosi atau perasaan dan aktifitas fisik. Belajar yang menekankan pada berfikir
disebut kognitif, yang menekankan pada aktifitas emosi atau perasaan disebut
afektif yang menekankan pada gerak tubuh disebut psikomotorik. Setiap mata
pelajaran mempunyai karakteristik masing-masing yang bisa dilihat dari materi
yang dipelajarinya, proses pembelajarannya, kondisinya interaksi dan hasil dari
proses pembelajarannya. Di dalam pelajaran pendidikan jasmani yang dipelajari
adalah pola gerak ketrampilan tubuh yang proses pembelajarannya meliputi
pengamatan gerak ketrampilan tubuh yang benar sesuai dengan anatomi tubuh.
B. Rumusan Masalah
Terkait dengan latar belakang diatas, adapun beberapa rumusan masalah
yang dibahas adalah sebagai berikut:
1. Apa definisi belajar menurut belajar menurut beberapa ahli?
2. Bagaimana proses belajar gerak?
3. Apa saja faktor-faktor yang mempelajari belajar gerak?
4. Bagaimana teori behaviorisme?
5. Bagaimana teori kognitivisme?
6. Bagaimana Teori Konstruktivisme?
7. Bagaimana Teori Humanistik?
C. Tujuan Penulis Makalah
Tujuan khusus penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi salah
satu tugas mata kuliah pengelolaan pendidikan, secara umum yaitu untuk :
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud belajar menurut belajar menurut
beberapa ahli.
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan proses belajar gerak.
3. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan faktor-faktor yang
mempelajari belajar gerak.
4. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan teori behaviorisme.
5. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan teori kognitivisme.
6. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan teori konstruktivisme
7. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan teori humanistik.
D. Manfaat Makalah
Dari latar belakang yang telah di uraikan maka kegunaan makalah
adalah untuk lebih mengetahui tentang pengertian kepemimpinan, fungsi
pemimpin, tipe pemimpin,syarat pemimpin dalam pendidikan dan
keterampilan pemimpin dalam pendidikan, serta menjadi salah satu referensi
pengetahuan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Belajar Menurut Beberapa Ahli
Pengertian Belajar Menurut KBBI
Definisi belajar menurut KBBI adalah berusaha memperoleh kepandaian atau
ilmu, berlatih, berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh
pengalaman.
1. Menurut Winkel
Pengertian belajar adalah semua aktivitas mental atau psikis yang
berlangsung dalam interaksi aktif dalam lingkungan, yang menghasilkan
perubahan-perubahan dalam pengelolaan pemahaman.
2. Menurut Ernest R. Hilgard dalam (Sumardi Suryabrata, 1984:252)
Belajar merupakan proses perbuatan yang dilakukan dengan sengaja,
yang kemudian menimbulkan perubahan, yang keadaannya berbeda dari
perubahan yang ditimbulkan oleh lainnya. Sifat perubahannya relatif
permanen, tidak akan kembali kepada keadaan semula. Tidak bisa
diterapkan pada perubahan akibat situasi sesaat, seperti perubahan akibat
kelelahan, sakit, mabuk, dan sebagainya.
3. Menurut Gagne dalam bukunya The Conditions of Learning 1977
Belajar merupakan sejenis perubahan yang diperlihatkan dalam
perubahan tingkah laku, yang keadaaannya berbeda dari sebelum individu
berada dalam situasi belajar dan sesudah melakukan tindakan yang serupa
itu. Perubahan terjadi akibat adanya suatu pengalaman atau latihan. Berbeda
dengan perubahan serta-merta akibat refleks atau perilaku yang bersifat
naluriah.
4. Moh. Surya (1981:32)
Definisi belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu
untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru keseluruhan,
sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya dengan
lingkungan. Kesimpulan yang bisa diambil dari kedua pengertian di atas,
bahwa pada prinsipnya, belajar adalah perubahan dari diri seseorang.
5. Menurut Nasution
Belajar adalah menambah dan mengumpulkan sejumlah pengetehuan.
6. Menurut W. Gulo (2002: 23)
Pengertian belajar adalah suatu proses yang berlangsung di dalam diri
seseorang yang mengubah tingkah lakunya, baik tingkah laku dalam
berpikir, bersikap, dan berbuat
7. Menurut Notoatmodjo
Belajar adalah usaha untuk menguasai segala sesuatu yang berguna untuk
hidup.
B. Proses Belajar Gerak
Proses belajar yang bertujuan untuk menguasai gerakan keterampilan
berlangsung dalam 3 tahapan atau fase. Tiga fase belajar gerak menurut FITTS
dan POSNER.
1. Fase Kognitif
Fase kogtinif merupakan tahap awal dalam belajar gerak
keterampilan. Disini pelajar berusaha untuk memahami bentuk gerakan yang
dipelajari, kemudian mencoba untuk melakukan berulang-ulang. Pada fase
ini aktivitas kognitif atau aktivitas berpikir masih menonjol karena harus
berusaha memahami bagaimana bentuk gerakan dan bagaimana harus
melakukannya.
Pada saat pelajar mencoba berulang-ulang melakukan gerakan,
gerakannya masih sangat dipengaruhi oleh fikirannya. Ia berusaha
menampilkan bayangan gerakan yang ada dalam pikirannya kedalam gerakan
yang nyata, pada awalnya seringkali pelajar masih mengalami kesulitan.
Namun dengan cara berulang ulang, pelajar akan mampu melakukannya
dengan bentuk gerakan yang makin menyerupai dengan gerakan yang
dibayangkannya.
2. Fase Asosiatif
Fase asosiatif merupaka fase kedua dalam belajar gerak keterampilan.
Yang membatasi antara fase kognitif dan fase asosiatif adalah dalam hal
rangkaian gerak yang biasa dilakukan oleh pelajar. Pada fase asosiatif,
pelajar sudah sampai pada taraf merangkaikan bagian-bagian gerakan secara
keseluruhan.
Pada fase asosiatif ini, dengan cara melakukan rangkaian gerakan
secara berulang ulang, penguasaan atas gerakan akan semakin meningkat.
Peningkatan penguasaan atau keterampilan gerak akan Nampak dalam hal:
gerakan semakin lancer, makin sesuai dengan kemauan atau makin sesuai
dengan bayangan gerakan yang ingin dilakukan, kesalahan gerakan semakin
berkurang dan semakin konsisten, dan pelaksanaannya semakin halus.
3. Fase Otonom
Fase otonom merupakan fase akhir dalam pembelajaran keterampilan
gerak. Pada fase ini pelajar mencapai tingkat penguasaan gerakan yang
paling tertinggi. Pelajar bias melakukan rangkaian gerakan keterampilan
secara otonom dan secara otomatis. Gerakan bias dilakukan secara otonom
artinya bahwa pelajar mampu melakukan gerakan keterampilan tertentu
walaupun pada saat yang bersamaan ia harus melakukan aktivitas lain.
Gerakan yang otomatis adalah gerakan yang bias dilakukan seperti
yang bisa dilakukan secara otomatis adalah gerakan yang bisa dilanjutkan
seperti yang dikehendaki walaupun ia tidak memikirkan unsur-unsur bentuk
bentuk gerakan yang ingin dilakukan itu. Misalnya pada pemain sepak bola
yang sedang mendribling, begitu ia mengamati bahwa bolanya akan direbut
oleh lawan maka secara otomatis dia akan menjauhkan bola tersebut baik itu
dengan cara mendribling lebih cepat atau melakukan gerakan membelokan
bola (Caping).
Untuk mencapai pada fase otomom, diperlukan pemraktikan gerakan
berulang ukang kasi secara teratur dalam jumlah ulangan yang banyak sekali
dalam jangka waktu yang relatif lama. Gerakan yang telah mampu dilakukan
secara otomatis, akan sulit untuk diubah polanya. Oleh karena itu bagi pelatih
olahraga perlu berhati-hati dalam melatihkan bentuk gerakan tertentu.
C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar Gerak
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses hasil belajar gerak dibedakan
atas dua kategori, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Kedua faktor tersebut
saling mempengaruhi dalam proses individu sehingga menentukan kualitas hasil
belajar.
1. Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri
individu dan dapat mempengaruhi hasil belajar individu. Faktor-faktor
internal ini meliputi faktor fisiologis dan faktor psikologis.
a. Faktor Fisiologis
Faktor-faktor fisiologis adalah faktor-faktor yang berhubungan
dengan kondisi fisik individu. Faktor-faktor ini dibedakan menjadi dua
macam.
Pertama, keadaan tonus jasmani. Keadaan tonus jasmani pada
umumnya sangat mempengaruhi aktivitas belajar seseorang . kondisi fisik
yang sehat dan bugar akan memberikan pengaruh positif terhadap kegiatan
belajar individu. Sebaliknya, kondisi fisik yang lemah atau sakit akan
menghambat tercapainya hasil belajar yang maksimal. Oleh karena itu
keadaan tonus jasmani sangat mempengaruhi proses belajar , maka perlu
ada usaha untuk menjaga kesehatan jasmani.
Kedua, keadaan fungsi jasmani/fisiologis. Selama proses belajar
berlangsung, peran fungsi fisiologis pada tubuh manusia sangat
mempengaruhi hasil belajar, terutama panca indra. Panca indra yang
berfungsi dengan baik akan mempermudah aktivitas belajar dengan baik.
b. Faktor Psikologis
Faktor–faktor psikologis adalah keadaan psikologis seseorang yang
dapat mempengaruhi proses belajar. Beberapa faktor psikologis yang
utama mempengaruhi proses belajar adalah kecerdasan siswa, motifasi,
minat, sikap dan bakat.
1) Kecerdasan /Intelegensia Siswa
Pada umumnya kecerdasan diartikan sebagai kemampuan
psiko-fisik dalam mereaksikan rangsangan atau menyesuaikan diri
dengan lingkungan melalui cara yang tepat. Dengan demikian,
kecerdasan bukan hanya berkaitan dengan kualitas otak saja, tetapi juga
organ-organ tubuh lainnya. Namun bila dikaitkan dengan kecerdasan,
tentunya otak merupakan organ yang penting dibandingkan organ yang
lain, karena fungsi otak itu sebagai organ pengendali
tertinggi(executive control) dari hampir seluruh aktivitas manusia.
2) Motivasi
Motivasi adalah salah satu faktor yang mempengaruhi
keefektifan kegiatan belajar siswa. Motivasilah yang mendorong siswa
ingin melakukan kegiatan belajar. Para ahli psikologi mendefinisikan
motivasi sebagai proses di dalam diri individu yang aktif, mendorong,
memberikan arah, dan menjaga perilaku setiap saat (Slavin, 1994).
Motivasi juga diartikan sebagai pengaruh kebutuhan-kebutuhan dan
keinginan terhadap intensitas dan arah perilaku seseorang.
3) Minat
Secara sederhana, minat (interest) berarti kecenderungan dan
kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu.
Menurut Reber (Syah, 2003) minat bukanlah istilah yang popular
dalam psikologi disebabkan ketergantungannya terhadap berbagai
faktor internal lainnya, seperti pemusatan perhatian, keingintahuan,
moativasi, dan kebutuhan.
4) Sikap
Dalam proses belajar, sikap individu dapat mempengaruhi
keberhasilan proses belajarnya. Sikap adalah gejala internal yang
mendimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau
merespons dangan cara yang relative tetap terhadap obyek, orang,
peristiwa dan sebaginya, baik secara positif maupun negative (Syah,
2003).
5) Bakat
Faktor psikologis lain yang mempengaruhi proses belajar
adalah bakat. Secara umum, bakat (aptitude) didefinisikan sebagai
kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai
keberhasilan pada masa yang akan dating (Syah, 2003).
2. Faktor eksternal
a. Lingkungan social
1) Lingkungan sosial sekolah
Seperti guru, administrasi, dan teman-teman sekelas dapat
mempengaruhi proses belajar seorang siswa. Hubungan harmonis
antara ketiganya dapat menjadi motivasi bagi siswa untuk belajar lebih
baik disekolah. Perilaku yang simpatik dan dapat menjadi teladan
seorang guru atau administrasi dapat menjadi pendorong bagi siswa
untuk belajar.
2) Lingkungan sosial masyarakat
Kondisi lingkungan masyarakat tempat tinggal siswa akan
mempengaruhi belajar siswa. Lingkungan siswa yang kumuh, banyak
pengangguran dan anak terlantar juga dapat mempengaruhi aktivitas
belajarsiswa, paling tidak siswa kesulitan ketika memerlukan teman
belajar, diskusi, atau meminjam alat-alat belajar yang kebetulan belum
dimilikinya.
3) Lingkungan sosial keluarga
Lingkungan ini sangat mempengaruhi kegiatan belajar.
Ketegangan keluarga, sifat-sifat orang tua, demografi keluarga (letak
rumah), pengelolaan keluarga, semuannya dapat memberi dampak
terhadap aktivitas belajar siswa. Hubungan antara anggota keluarga,
orangtua, anak, kakak, atau adik yang harmonis akan membantu siswa
melakukan aktivitas belajar dengan baik.
b. Lingkungan non-sosial
Faktor-faktor yang termasuk lingkungan non sosial adalah
1) Lingkungan alamiah
Seperti kondisi udara yang segar, tidak panas dan tidak dingin,
sinar yang tidak terlalu silau/kuat, atau tidak terlalu lemah/gelap,
suasana yang sejuk dan tenang.
Lingkungan alamiah tersebut mmerupakan faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi aktivitas belajar siswa. Sebaliknya, bila kondisi
lingkungan alam tidak mendukung, proses belajar siswa akan
terlambat.
2) Faktor instrumental
yaitu perangkat belajar yang dapat digolongkan dua macam.
Pertama, hardware, seperti gedung sekolah, alat-alat belajar,fasilitas
belajar, lapangan olah raga dan lain sebagainya. Kedua, software,
seperti kurikulum sekolah, peraturan-peraturan sekolah, buku
panduan, silabus dan lain sebagainya.
3) Faktor materi pelajaran (yang diajarkan ke siswa)
Faktor ini hendaknya disesuaikan dengan usia perkembangan
siswa begitu juga denganmetode mengajar guru, disesuaikandengan
kondisi perkembangan siswa. Karena itu, agar guru dapat memberikan
kontribusi yang postif terhadap aktivitas belajr siswa, maka guru harus
menguasai materi pelajaran dan berbagai metode mengajar yang dapat
diterapkan sesuai dengan konsdisi siswa.
D. Teori Behaviorisme
Behaviorisme adalah teori perkembangan perilaku, yang dapat diukur,
diamati dan dihasilkan oleh respon pelajar terhadap rangsangan. Tanggapan
terhadap rangsangan dapat diperkuat dengan umpan balik positif atau negatif
terhadap perilaku kondisi yang diinginkan (Arya, 2010). Teori ini lalu
berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap arah
pengembangan teori dan praktik pendidikan dan pembelajaran yang dikenal
sebagai aliran behavioristik yang menekankan pada terbentuknya perilaku yang
tampak sebagai hasil belajar.
Aliran psikologi belajar yang sangat besar pengaruhnya terhadap arah
pengembangan teori dan praktek pendidikan dan pembelajaran hingga kini
adalah aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku
yang tampak sebagai hasil belajar. Teori behavioristik dengan model hubungan
stimulus responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang
pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode drill atau
pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan
reinforcement dan akan menghilang bila dikenai hukuman.
Metode behavioristik ini sangat cocok untuk perolehan kemampuan yang
membutuhkan praktek dan pembiasaan yang mengandung unsur-unsur seperti:
kecepatan, spontanitas, kelenturan, reflek, daya tahan dan sebagainya,
contohnya: percakapan bahasa asing, mengetik, menari, menggunakan
komputer, berenang, olahraga dan sebagainya. Teori ini juga cocok diterapkan
untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan dominansi peran orang
dewasa, suka mengulangi dan harus dibiasakan, suka meniru dan senang dengan
bentuk-bentuk penghargaan langsung seperti diberi permen atau pujian.
E. Teori Kognitivisme
Teori belajar kognitif lebih menekankan pada belajar merupakan suatu
proses yang terjadi dalam akal pikiran manusia. Pada dasarnya belajar adalah
suatu proses usaha yang melibatkan aktivitas mental yang terjadi dalam diri
manusia sebagai akibat dari proses interaksi aktif dengan lingkungannya untuk
memperoleh suatu perubahan dalam bentuk pengetahuan, pemahaman, tingkah
laku, ketrampilan dan nilai sikap yang bersifat relatif dan berbekas.
Ciri-ciri Aliran Kognitivisme:
1. Mementingkan apa yang ada dalam diri manusia.
2. Mementingkan keseluruhan dari pada bagian-bagian.
3. Mementingkn peranan kognitif.
4. Mementingkan kondisi waktu sekarang.
5. Mementingkan pembentukan struktur kognitif
Belajar kognitif ciri khasnya terletak dalam belajar memperoleh dan
mempergunakan bentuk-bentuk reppresentatif yang mewakili obyek-obyek itu
di representasikan atau di hadirkan dalam diri seseorang melalui tanggapan,
gagasan atau lambang, yang semuanya merupakan sesuatu yang bersifat mental,
misalnya seseorang menceritakan pengalamannya selama mengadakan
perjalanan keluar negeri, setelah kembali kenegerinya sendiri. Tampat-tempat
yang dikunjuginya selama berada di lain negara tidak dapat diabawa pulang,
orangnya sendiri juga tidak hadir di tempat-tempat itu. Pada waktu itu sedang
bercerita, tetapi semulanya tanggapan-tanggapan, gagasan dan tanggapan itu di
tuangkan dalam kata-kata yang disampaikan kepada orang yang mendengarkan
ceritanya.
F. Teori Konstruktivisme
Teori Konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat
generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari.
Konstruktivisme sebenarnya bukan merupakan gagasan yang baru, apa yang
dilalui dalam kehidupan kita selama ini merupakan himpunan dan pembinaan
pengalaman demi pengalaman. Ini menyebabkan seseorang mempunyai
pengetahuan dan menjadi lebih dinamis. Pendekatan konstruktivisme
mempunyai beberapa konsep umum seperti:
1. Pelajar aktif membina pengetahuan berasaskan pengalaman yang sudah ada.
2. Dalam konteks pembelajaran, pelajar seharusnya membina sendiri
pengetahuan mereka.
3. Pentingnya membina pengetahuan secara aktif oleh pelajar sendiri melalui
proses saling memengaruhi antara pembelajaran terdahulu dengan
pembelajaran terbaru.
4. Unsur terpenting dalam teori ini ialah seseorang membina pengetahuan
dirinya secara aktif dengan cara membandingkan informasi baru dengan
pemahamannya yang sudah ada.
5. Ketidakseimbangan merupakan faktor motivasi pembelajaran yang utama.
Faktor ini berlaku apabila seorang pelajar menyadari gagasan-gagasannya
tidak konsisten atau sesuai dengan pengetahuan ilmiah.
6. Bahan pengajaran yang disediakan perlu mempunyai perkaitan dengan
pengalaman pelajar untuk menarik miknat pelajar.
G. Teori Humanistik
Konsep teori belajar Humanistik yaitu proses memanusiakan manusia,
dimana seorang individu diharapkan dapat mengaktualisasikan diri artinya
manusia dapat menggali kemampuannya sendiri untuk diterapkan dalam
lingkungan. Proses belajar Humanistik memusatkan perhatian kepada diri
peserta didik sehingga menitikberatkan kepada kebebasan individu.
Teori Humanistik menekankan kognitif dan afektif memengaruhi proses.
Kognitif adalah aspek penguasaan ilmu pengetahuan sedangkan afektif adalah
aspek sikap yang keduanya perlu dikembangkan dalam membangun individu.
Belajar dianggap berhasil jika si pelajar memahami lingkungannya dan dirinya
sendiri.
Hal yang penting lagi pada proses pembelajaran Humanisme harus
adanya motivasi yang diberikan agar peserta didik dapat terus menjalani
pembelajaran dengan baik. Motivasi dapat berasal dari dalam yaitu berasal dari
diri sendiri, maupun dari guru sebagai fasilitator.
Karakteristik Teori Humanistik (Suprayogi, 2005):
1. Mementingkan manusia sebagai pribadi.
2. Mementingkan kebulatan pribadi.
3. Mementingkan peranan kognitif dan afektif.
4. Mengutamakan terjadinya aktualisasi diri dan self concept.
5. Mementingkan persepsual subjektif yang dimiliki tiap individu.
6. Mementingkan kemampuan menentukan bentuk tingkah laku sendiri.
7. Mengutamakan insight (pengetahuan/pemahaman).
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Definisi belajar menurut KBBI adalah berusaha memperoleh kepandaian
atau ilmu, berlatih, berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh
pengalaman.
Proses belajar yang bertujuan untuk menguasai gerakan keterampilan
berlangsung dalam 3 tahapan atau fase yaitu kognitif, asosiatif,
automatisasi/otonom.
Factor-faktor yang mempengaruhi belajar gerak ada 2 yaitu ada internal
dan eksternal. Internal dibagi dua yaitu fisiologis dan psikologis. Begiypun
eksternal ada dua yaitu social dan non social.
Behaviorisme adalah teori perkembangan perilaku, yang dapat diukur,
diamati dan dihasilkan oleh respon pelajar terhadap rangsangan. Tanggapan
terhadap rangsangan dapat diperkuat dengan umpan balik positif atau negatif
terhadap perilaku kondisi yang diinginkan (Arya, 2010).
Teori belajar kognitif lebih menekankan pada belajar merupakan suatu
proses yang terjadi dalam akal pikiran manusia.
Teori Konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat
generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari.
Proses belajar Humanistik memusatkan perhatian kepada diri peserta
didik sehingga menitikberatkan kepada kebebasan individu.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.gurupendidikan.co.id/101-pengertian-belajar-menurut-para-
ahli-pendidikan/
https://www.zonareferensi.com/pengertian-belajar/
http://fajar-agni-fauzan.blogspot.com/2012/06/proses-dan-kondisi-belajar-
gerak.html
http://1pelajaran.blogspot.com/2011/06/proses-belajar-gerak.html
http://terasolahraga.com/faktor-internal-yang-mempengaruhi-belajar-
gerak/
http://terasolahraga.com/faktor-eksternal-yang-mempengaruhi-belajar-
gerak/
https://ainamulyana.blogspot.com/2015/12/mengenal-berbagai-jenis-teori-
belajar.html

Anda mungkin juga menyukai