Anda di halaman 1dari 6

Dasar Desain Pembelajaran

Oleh : Dr. Iswandi, MA

A. Pengertian Desain Pembelajaran


Desain pembelajaran dapat dimaknai dari berbagai sudut pandang, misalnya sebagai
disiplin, disiplin ilmu, sebagai sistem dan sebagai proses. Sebagai disiplin, desain
pembelajaran membahas berbagai penelitian dan teori tentang strategi serta proses
pengembangan pembelajaran pelaksanaannya. Sebagai ilmu, desain pembelajaran merupakan
ilmu untuk menciptakan spesifikasi pengembangan, pelaksanaan, penilaian, serta
pengelolaan situasi yang memberikan fasilitas layanan pembelajaran dalam skala makro dan
mikro untuk berbagai mahasiswa pada berbagai tingkatan kompleksitas. Sebagai sistem,
desain pembelajaran merupakan pengembangan sistem pembelajaran dan sistem
pelaksanaannya termasuk sarana serta prosedur untuk meningkatkan mutu belajar.
Sementara itu desain pembelajaran sebagai proses menurut Syaiful Sagala (2005:136)
adalah pengembangan pengajaran secara sistematik yang digunakan secara khusus teori-teori
pembelajaran untuk menjamin kualitas pembelajaran. Pernyataan tersebut mengandung arti
bahwa penyusunan perencanaan pembelajaran harus sesuai dengan konsep pendidikan dan
pembelajaran yang dianut dalam kurikulum yang digunakan.
Dengan demikian dapat disimpulkan desain pembelajaran adalah praktek penyusunan
media teknologi komunikasi dan isi untuk membantu agar dapat terjadi transfer pengetahuan
secara efektif antara dosen dan mahasiswa. Proses ini berisi penentuan status awal dari
pemahaman mahasiswa, perumusan tujuan pembelajaran, dan merancang “perlakuan”
berbasis-media untuk membantu terjadinya transisi.
B. Model-model Desain Pembelajaran
Dalam desain pembelajaran dikenal beberapa model yang dikemukakan oleh para
ahli. Secara umum, model desain pembelajaran dapat diklasifikasikan ke dalam model
berorientasi kelas, model berorientasi sistem, model berorientasi produk, model berorientasi
prosedural dan model melingkar.
Model berorientasi kelas biasanya ditujukan untuk mendesain pembelajaran level
mikro (kelas) yang hanya dilakukan setiap dua jam pelajaran atau lebih. Contohnya adalah
model ASSURE. Model berorientasi produk adalah model desain pembelajaran untuk
menghasilkan suatu produk, biasanya media pembelajaran, misalnya video pembelajaran,
multimedia pembelajaran, atau modul. Contoh modelnya adalah model Hannafin and Peck.
Satu lagi adalah model berorientasi sistem yaitu model desain pembelajaran untuk
menghasilkan suatu sistem pembelajaran yang cakupannya luas, seperti desain sistem suatu
pelatihan, kurikulum sekolah, dll. Contohnya adalah model ADDIE. Selain itu ada pula yang
biasa kita sebut sebagai model prosedural dan model melingkar. Contoh dari model
prosedural adalah model Dick and Carey sementara contoh model melingkar adalah model
Kemp.
Adanya variasi model yang ada ini sebenarnya juga dapat menguntungkan kita,
beberapa keuntungan itu antara lain adalah kita dapat memilih dan menerapkan salah satu
model desain pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik yang kita hadapi di lapangan,
selain itu juga, kita dapat mengembangkan dan membuat model turunan dari model-model
yang telah ada, ataupun kita juga dapat meneliti dan mengembangkan desain yang telah ada
untuk dicobakan dan diperbaiki.
Beberapa contoh dari model-model di atas akan diuraikan secara lebih jelas berikut
ini :
1. Model Dick and Carrey
Salah satu model desain pembelajaran adalah model Dick and Carey (1985).
Model ini termasuk kedalam model prosedural. Langkah-langkah Desain Pembelajaran
menurut Dick and Carey adalah :
a. Mengidentifikasikan capaian pembelajaran
b. Melaksanakan analisis pembelajaran
c. Mengidentifikasikan tingkah laku masukan dan karakteristik siswa
d. Merumuskan kemampuan akhir yang diharapkan
e. Mengembangkan butir-butir te acuan patokan
f. Mengembangkan strategi pembelajaran
g. Mengembangkan dan memilih materi pembelajaran
h. Mendesain dan melaksanakan evaluasi formatif
i. Merevisi bahan pembelajaran
j. Mendesain dan melaksanakan evaluasi sumatif.
2. Model Kemp
Model Kemp termasuk kedalam contoh model melingkar jika ditunjukkan dalam
sebuah diagram. Secara singkat, menurut model ini terdapat beberapa langkah dalam
penyusunan sebuah bahan ajar, yaitu :
a. Menentukan tujuan dan daftar topik, menetapkan capaian pembelajaran tiap topiknya;
b. Menganalisis karakteristik mahasiswa, untuk siapa pembelajaran tersebut didesain;
c. Menetapkan capaian pembelajaran yang ingin dicapai dengan syarat dampaknya
dapat dijadikan tolak ukur perilaku mahasiswa;
d. Menentukan isi materi pelajaran yang dapat mendukung tiap tujuan;
e. Pengembangan pra penilaian/penilaian awal untuk menentukan latar belakang
mahasiswa dan pemberian level pengetahuan terhadap suatu topik;
f. Memilih aktivitas pembelajaran dan sumber pembelajaran yang menyenangkan atau
menentukan strategi belajar mengajar, jadi mahasiswa akan mudah menyelesaikan tujuan
yang diharapkan
g. Mengkoordinasi dukungan pelayanan atau sarana penunjang yang meliputi
personalia, fasilitas-fasilitas, perlengkapan, dan jadwal untuk melaksanakan rencana
pembelajaran.
h. Mengevaluasi pembelajaran mahasiswa dengan syarat mereka menyelesaikan
pembelajaran serta melihat kesalahan-kesalahan dan peninjauan kembali beberapa
fase dari perencanaan yang membutuhkan perbaikan yang terus menerus, evaluasi
yang dilakukan berupa evaluasi formatif dan evaluasi sumatif.
3. Model ASSURE
Model ASSURE merupakan suatu model yang merupakan sebuah formulasi
untuk Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) atau disebut juga model berorientasi kelas.
Menurut Heinich et al (2005) model ini terdiri atas enam langkah kegiatan yaitu:
a. Analyze Learners. Menurut Heinich et al (2005) jika sebuah media pembelajaran
akan digunakan secara baik dan disesuaikan dengan ciri-ciri mahasiswa, isi dari
pelajaran yang akan dibuatkan medianya, media dan bahan pelajaran itu sendiri.
Lebih lanjut Heinich 2005, menyatakan sukar untuk menganalisis semua ciri
mahasiswa yang ada, namun ada tiga hal penting dapat dilakukan untuk mengenal
mahasiswa. Berdasarkan ciri-ciri umum, keterampilan awal khusus dan gaya belajar.
b. States Objectives. Menyatakan Tujuan. Menyatakan tujuan adalah tahapan ketika
menentukan tujuan pembelajaran baik berdasarkan buku atau kurikulum Tujuan
pembelajaran akan menginformasikan apakah yang sudah dipelajari anak dari
pengajaran yang dijalankan. Menyatakan tujuan harus difokuskan kepada
pengetahuan, kemahiran, dan sikap yang baru dipelajari
c. Select Methods, Media, and Material. Heinich et al (2005) menyatakan ada tiga hal
penting dalam pemilihan metode, bahan dan media yaitu menentukan metode yang
sesuai dengan tugas pembelajaran, dilanjutkan dengan memilih media yang sesuai
untuk melaksanakan media yang dipilih, dan langkah terakhir adalah memilih dan
atau mendesain media yang telah ditentukan.
d. Utilize Media and Materials. Menurut Heinich Et Al (2005) terdapat lima langkah
bagi penggunaan media yang baik yaitu, preview bahan, sedia bahan, tersedia di
sekitar, mahasiswa dan pengalaman pembelajaran.
e. Require Learner Participation. Sebelum mahasiswa dinilai secara formal, mahasiswa
perlu dilibatkan dalam aktivitas pembelajaran seperti memecahkan masalah, simulasi,
kuis atau presentasi.
f. Evaluate and revise. Sebuah media pembelajaran yang telah siap perlu dinilai untuk
menguji keberkesanan dan dampak pembelajaran. Penilaian yang dimaksud
melibatkan beberapa aspek diantaranya menilai pencapaian mahasiswa, pembelajaran
yang dihasilkan, memilih metode dan media, kualitas media, penggunaan dosen dan
penggunaan mahasiswa.
4. Model ADDIE
Ada satu model desain pembelajaran yang lebih sifatnya lebih generik yaitu
model ADDIE (Analysis-Design-Development-Implement-Evaluate). ADDIE muncul
pada tahun 1990-an yang dikembangkan oleh Reiser dan Mollenda. Salah satu fungsinya
ADDIE yaitu menjadi pedoman dalam membangun perangkat dan infrastruktur program
pelatihan yang efektif, dinamis dan mendukung kinerja pelatihan itu sendiri. Model ini
menggunakan 5 tahap pengembangan yakni:
a. Analysis (analisa). Tahapan analisis merupakan suatu proses mendefinisikan apa yang
akan dipelajari oleh peserta belajar, yaitu melakukan needs assessment (analisis
kebutuhan), mengidentifikasikan masalah (kebutuhan), dan melakukan analisis tugas
(task analysis). Oleh karena itu, output yang akan kita hasilkan adalah berupa
karakteristik atau profil calon peserta pelajar, identifikasi kesenjangan, identifikasi
kebutuhan dan analisis tugas yang rinci didasarkan atas kebutuhan.
b. Design (desain/perancangan). Tahap ini dikenal juga dengan istilah membuat
rancangan (blueprint). Ibarat bangunan, maka sebelum dibangun gambar rancangan
(blueprint) diatas kertas harus ada terlebih dahulu. Apa yang kita lakukan dalam tahap
desain ini? Pertama merumuskan tujuan pembelajaran yang SMART
(spesifik, measurable, applicable, dan realistic). Selanjutnya menyusun tes, dimana
tes tersebut harus didasarkan pada tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan tadi.
Kemudian tentukanlah strategi pembelajaran yang tepat harusnya seperti apa untuk
mencapai tujuan tersebut. Dalam hal ini ada banyak pilihan kombinasi metode
metode dan media yang dapat kita pilih dan tentukan yang paling relevan. Disamping
itu, pertimbangkan pula sumber-sumber pendukung lain, misalnya sumber belajar
yang relevan, lingkungan belajar yang seperti apa seharusnya, dan lain-lain. Semua
itu tertuang dalam suatu dokumen bernama blue-print yang jelas dan rinci.
c. Development (pengembangan). Pengembangan adalah proses mewujudkan blue-print
alias desain tadi menjadi kenyataan. Artinya, jika dalam desain diperlukan suatu
software berupa multimedia pembelajaran, maka multimedia tersebut harus
dikembangkan. Atau diperlukan modul cetak, maka modul tersebut perlu
dikembangkan. Begitu pula halnya dengan lingkungan belajar lain yang akan
mendukung proses pembelajaran. Semuanya harus disiapkan dalam tahap ini. Satu
langkah penting dalam tahap pengembangan adalah uji coba sebelum
diimplementasikan. Tahap uji coba ini memang merupakan bagian dari salah satu
langkah ADDIE, yaitu evaluasi. Lebih tepatnya evaluasi formatif, karena hasilnya
digunakan untuk memperbaiki sistem pembelajaran yang sedang kita kembangkan.
d. Implementation (implementasi/eksekusi). Implementasi adalah langkah nyata untuk
menerapkan sistem pembelajaran yang sedang kita buat. Artinya, pada tahap ini
semua yang telah dikembangkan diinstal atau diset sedemikian rupa sesuai dengan
peran atau fungsinya agar bisa diimplementasikan. Misal, jika memerlukan software
tertentu maka software tersebut harus sudah diinstal. Jika penataan lingkungan harus
tertentu, maka lingkungan atau setting tertentu tersebut juga harus ditata. Barulah
diimplementasikan sesuai skenario atau desain awal.
e. Evaluation (evaluasi/umpan balik). Evaluasi adalah proses untuk melihat apakah
sistem pembelajaran yang sedang dibangun berhasil, sesuai dengan harapan awal atau
tidak. Sebenarnya tahap evaluasi bisa terjadi pada setiap empat tahap diatas. Evaluasi
yang terjadi pada setiap empat tahap diatas itu dinamakan evaluasi formatif, karena
tujuannya untuk kebutuhan revisi. Misal, pada tahap rancangan, mungkin kita
memerlukan salah satu bentuk evaluasi formatif misalnya review ahli untuk
memberikan input terhadap rancangan yang sedang kita buat. Pada tahap
pengembangan, mungkin perlu uji coba dari produk yang kita kembangkan atau
mungkin perlu evaluasi kelompok kecil dan lain-lain.
5. Model Hanafin and Peck
Model Hannafin dan Peck adalah model desain pengajaran yang terdiri daripada
tiga fase yaitu fase Analisis keperluan, fase desain, fase pengembangan dan implementasi
(Hannafin & Peck 1988). Dalam model ini, penilaian dan pengulangan perlu dijalankan
dalam setiap fase. Model ini adalah model desain pembelajaran berorientasi produk.
Fase pertama dari model Hannafin dan Peck adalah analisis kebutuhan. Fase ini
diperlukan untuk mengidentifikasikan kebutuhan-kebutuhan dalam mengembangkan
suatu media pembelajaran termasuk di dalamnya tujuan dan objektif media pembelajaran
yang dibuat, pengetahuan dan kemahiran yang diperlukan oleh kelompok sasaran,
peralatan, dan keperluan media pembelajaran. Setelah semua keperluan diidentifikasikan
Hannafin dan Peck (1988) menekankan untuk menjalankan penilaian tersebut hasil itu
sebelum meneruskan pembangunan ke fase desain.
Fase yang kedua dari model Hannafin dan Peck adalah fase desain. Di dalam fase
ini informasi dari fase analisis dipindahkan ke dalam bentuk dokumen yang akan menjadi
tujuan pembuatan media pembelajaran. Hannafin dan Peck (1988) menyatakan fase
desain bertujuan untuk mengidentifikasikan dan mendokumenkan kaidah yang paling
baik untuk mencapai tujuan pembuatan media tersebut. Salah satu dokumen yang
dihasilkan dalam fase ini adalah dokumen story board yang mengikuti urutan aktivitas
pengajaran berdasarkan keperluan pelajaran dan objektif media pembelajaran seperti
yang diperoleh dalam fase analisis keperluan. Seperti halnya fase pertama, penilaian
perlu dijalankan dalam fase ini sebelum dilanjutkan ke fase pengembangan dan
implementasi.
Fase ketiga dari model Hannafin dan Peck adalah fase pengembangan dan
implementasi. Hannafin dan Peck (1988) menyatakan aktivitas yang dilakukan pada fase
ini adalah penghasilan diagram alur, pengujian, serta penilaian formatif dan penilaian
sumatif. Dokumen storyboard akan dijadikan landasan bagi pembuatan diagram alur yang
dapat membantu proses pembuatan media pembelajaran. Untuk menilai kelancaran media
yang dihasilkan seperti kesinambungan link, penilaian dan pengujian dilaksanakan pada
fase ini. Hasil dari proses penilaian dan pengujian ini digunakan dalam proses mengubah
sesuai untuk mencapai kualitas media yang dikehendaki. Model Hannafin dan Peck
(1988) menekankan proses penilaian dan pengulangan harus mengikuti sertakan proses-
proses pengujian dan penilaian media pembelajaran yang melibatkan ketiga fase secara
berkesinambungan Lebih lanjut Hannafin dan Peck (1988) menyebutkan dua jenis
penilaian yaitu penilaian formatif dan penilaian sumatif. Penilaian formatif adalah
penilaian yang dilakukan sepanjang proses pengembangan media sedangkan penilaian
sumatif dilakukan setelah media telah selesai dikembangkan.Selain model desain tersebut
di atas, Atwi Suparman mengembangkan desain pembelajaran yang diharapkan dapat
mengatasi kendala-kendala pembelajaran. Model yang disebut Model Pengembangan
Instruksional/Pembelajaran (MPI) ini berlandaskan teori belajar dan pembelajaran (aliran
psikologi: humanisme, behaviorisme, kognitivisme, konstruktivisme, dan cybernetisme),
prinsip-prinsip pembelajaran, dan pendekatan sistem. Berikut ini penjelasan terkait model
tersebut.
6. Model Pengembangan Instruksional /Pengembangan (MPI).
Model Pengembangan Instruksional (MPI) terdiri dari 3 tahap yakni:
a. Definisi. langkah-langkah adalah :
1) Mengidentifikasikan kebutuhan instruksional dan menulis tujuan instruksional
umum.
2) Melakukan analisis instruksional
3) Mengidentifikasi perilaku dan karakteristik awal peserta didik
b. Analisis dan pengembangan prototype sistem, langkah-langkahnya adalah :
1) Menulis tujuan instruksional umum
2) Menulis alat penilaian belajar
3) Menyusun Strategi Instruksional
4) Mengembangkan bahan instruksional
c. Melaksanakan evaluasi formatif, langkah-langkahnya adalah :
1) Penelaahan oleh pakar dan revisi
2) Evaluasi oleh 1-3 peserta dan revisi
3) Uji coba dalam skala terbatas dan revisi
4) Uji coba lapangan dengan melibatkan semua komponen dalam sistem
sesungguhnya.
C. Penutup
Model-model pengembangan Pembelajaran semakin lama semakin banyak. karena
setiap ahli setiap institusi cenderung menciptakan model sendiri sesuai dengan kebutuhan
institusi yang akan menggunakannya dan kebutuhan populasi sasaran. Tetapi pada garis
besarnya setiap model dapat dibagi dalam tiga tahap, yaitu: tahap definisi, tahap analisis
daftar pengembangan sistem, dan tahap evaluasi. Setiap tahap terdiri dari beberapa langkah.
Setiap model desain pembelajaran dimaksudkan untuk menghasilkan suatu sistem
pembelajaran. Prosedur yang mirip digunakan antara satu dengan yang lain, tetapi mereka
menggunakan penjelasan urutan dan bahasa yang tidak selalu sama. Seorang pengembang
pembelajaran dapat memilih salah satu di antaranya yang dianggapnya sesuai, atau mungkin
pula mengkombinasikan beberapa di antaranya untuk menyusun suatu model.

Anda mungkin juga menyukai