Anda di halaman 1dari 46

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM LAPANG

MK. REMOTE SENSING 2022


KELURAHAN BONTORAMBA, KECAMATAN BONTORAMBA,
KABUPATEN JENEPONTO

DISUSUN OLEH :

MUH. FARHAN AKHIR RAMADHAN

NIM . 220109511004

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI ICP

JURUSAN GEOGRAFI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2022
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan lengkap Praktikum penginderaan jauh dengan judul “ interprestasi


visual penutup/penggunaan lahan dan pemuktahiran secara fotogrametri
menggunakan wahana drone ’’ ini dibuat oleh:

KELOMPOK : 10 ( Sepuluh )
PRODI : PENDIDIKAN GEOGRAFI ICP
NAMA : MUH. FARHAN AKHIR RAMADHAN

telah diperiksa dan dikonsultasikan oleh Asisten dan Asisten Koordinator,


maka laporan ini dinyatakan telah diterima.

Makassar, Desember 2022


Asisten Dosen Asisten Lapangan

Nurhamdi, S.Si Muh. Arham Suhenra, S.Si

Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab

ABDUL MALIK, S.T.,M.SI.,PH..D.


NIP.19771011 200604 1 001
RINGKASAN

Remote Sensing atau Penginderaan Jauh adalah ilmu teknologi yang


memperoleh tentang informasi suatu obyek di permukaan bumi tanpa benar-
benar berhubungan atau kontak langsung dengan obyek tersebut. Adanya
praktek kuliah lapang remote sensing bertujuan untuk sebagai
pengaplikasian ilmu pengetahuan yang diperoleh dalam kegiatan
pembelajaran di kelas secara langsung di lapangan sehingga dapat
memberikan manfaat kepada mahasiswa yaitu dapat meningkatkan ilmu
yang pengetahuan yang diperoleh sehingga dapat terealisasikan secara
langsung. Adapun bentuk realisasinya yaitu bagaimana menginterpretasikan
citra dan juga pengoperasian alat drone yang kemudian tercipta dalam
bentuk berupa gambar peta. Instrumen yang digunakan pada praktek lapang
ini yaitu GPS, Drone Phantom 4, Baterai Drone, Peta Citra, Handphone
(sebagai display drone), Kabel Data, Memori Card, Laptop, Aplikasi DJI
GO 4 dan Pix4D Capture, dan Alat Tulis. Metode yang digunakan yaitu
metode survey lapangan di lapangan dengan menginterpretasikan peta lalu
disesuaikan dengan keadaan lapangan sebenarnya lalu diuji dengan accuracy
assesment dan fotogrametri menggunakan drone kemudian di layout
ortophoto mosaiking menggunakan agisoft.

Makassar, 2 Desember 2022

Penulis
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan Praktek Lapang Remote Sensing ini. Penyususnan
laporan ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan yang diberikan oleh
beberapa pihak, maka dalam kesempatan ini penulis mengucapkan rasa
terima kasih kepada Bapak Abdul Malik, S.T., M.Si., Ph.D, selaku dosen
penanggungjawab yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan
selama praktek lapang dilaksanakan. Serta Asisten Dosen dan Asisten
Lapangan selaku pembimbing di lapangan yang telah membimbing praktek
lapang dalam penyusunan Laporan. Laporan ini berjudul “Laporan Akhir
Praktikum Remote Sensing 2022 Kelurahan Bontoramba, Kecamatan
Bontoramba, Kabupaten Jeneponto” penulis menyadari bahwa laporan
ini masih banyak kekurangan, sehingga kritik dan saran diharapkan dari
pembaca. Akhir kata penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat
dan menambah wawasan bagi para pembaca.
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN....................................................................i
RINGKASAN............................................................................................. ii
KATA PENGANTAR................................................................................iii
DAFTAR ISI...............................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR..................................................................................v
DAFTAR TABEL...................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................1
1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 2
1.2 Tujuan Praktek Lapang.......................................................................... 2
1.3 Manfaat Praktek Lapang........................................................................ 2
1.4 Ruang Lingkup Praktek Lapang............................................................ 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................3
2.1 Teknologi Penginderaan Jauh ............................................................... 3
2.1.1 Penginderaan Jauh Citra Satelit...........................................................3
2.1.2 Penginderaan Jauh Fotogrametri Drone..............................................4
2.2 Interpretasi Secara Visual...................................................................... 5
2.2.1 Unsur Interpretasi ...............................................................................5
2.2.2 Teknik Interpretasi ............................................................................. 7
2.2.3 Akurasi Hasil Interpretasi Citra ......................................................... 8
BAB III METODE PRAKTEK LAPANG.............................................. 9
3.1 Waktu dan Lokasi Praktek Lapang ....................................................... 9
3.2 Variabel Praktek Lapang........................................................................9
3.3 Instrumen Praktek Lapang..................................................................... 9
3.4 Prosedur Kerja .......................................................................................10
3.4.1 Konvergensi Bukti Hasil Interpretasi .................................................12
3.4.2 Fotogrametri menggunakan Wahana Drone....................................... 12
3.4.3 Ortho-Photo Mosaiking Data Drone .................................................. 13
3.5 Analisa dan Pemrosesan Data ............................................................... 26
3.5.1 Uji Akurasi Hasil Interpretasi Citra.................................................... 26
3.5.2 Layout Ortho-Photo Mosaiking Data Drone ......................................26
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN................................................... 27
4.1 Gambaran Umum Lokasi Praktek Lapang ............................................28
4.2 Hasil dan Pembahasan........................................................................... 29
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN..................................................... 35
5.1 Kesimpulan............................................................................................ 35
5.2 Saran ..................................................................................................... 35
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................36
LAMPIRAN............................................................................................... 37
RIWAYAT HIDUP.................................................................................... 38
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Peta lokasi praktek lapang……………………………………9


Gambar 3.4 Tahap add folder foto udara…………………………………. 13
Gambar 3.6 Tahap allign photo……………………………………………14
Gambar 3.9 Tahap build dense cloud……………………………………...15
Gambar 3.11 Tahap menghilangkan kotak biru…………………………...15
Gambar 3.12 Tahap build mesh…………………………………………... 16
Gambar 3.15 Tahap build texture………………………………………… 17
Gambar 3.20 Tahap build tiled model……………………………………. 18
Gambar 3.25 Tahap build tiled model setelah di save……………………. 20
Gambar 3.27 Tahap save ulang build tiled model………………………... 21
Gambar 3.28 Tahap build DEM…………………………………………...21
Gambar 3.31 Double tap pada DEM di menu workspace…………………22
Gambar 3.32 Hasil build DEM…………………………………………… 22
Gambar 3.33 Tahap export build DEM dengan klik kanan
pada menu DEM………………………………………………………….. 23
Gambar 3.34 Tahap export build DEM…………………………………... 23
Gambar 3.36 Tahap build orthomosaic……………………………………24
Gambar 3.39 Double click pada orthomosaic untuk melihat hasil……….. 25
Gambar 3.40 Tahap export orthomosaic, klik kanan untuk export pada
orthomosaic………………………………………………………………. 25
Gambar 3.41 Tahap export orthomosaic…………………………………. 26
Gambar 4.1 Image Google Earth Kec. Bontoramba……………………… 27
Gambar 4.2 Hasil layout menggunakan arcgis…………………………… 32
DAFTAR TABEL

Tabel 3.3 Instrumen alat dan fungsinya…………………………………... 10


Tabel 4.1 Interpretasi Citra……………………………………………….. 29
Tabel 4.2 Tabel Akurasi Data…………………………………………….. 31
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Geografi adalah ilmu yang mempelajari tentang lokasi serta
persamaan dan perbedaan (variasi) keruangan atas fenomena fisik dan
manusia di atas permukaan bumi . Kata geografi berasal dari bahasa
yunani yaitu gêo (“Bumi”) dan graphein (“menulis”, atau
“menjelaskan”). Untuk itu di dalam mempelajari geografi ilmu yang
perlu kita pahami dengan baik yaitu ilmu yang berhubungan dalam
mengkaji peta, agar mempermudah kita melakukan pengamatan di
lapangan dan dapat membandingkan keadaan pada peta dengan keadaan
yang sebenarnya. Salah satu ilmu yang mengkaji tentang peta adalah
penginderaan jauh, di sini kita akan membandingkan keadaan pada peta
citra landsat dengan keadaan sebenarnya di lapangan.
Permasalahan yang sedang terjadi di Indonesia yaitu perubahan
penggunaan lahan yang setiap tahunnya terjadi secara meningkat.
Banyak hutan-hutan yang ditebang untuk dijadikan lahan perkebunan
ataupun untuk pemukiman warga, disini jelas sekali dampak yang akan
terjadi menyebabkan global warming (pemanasan global). Dari
permasalahan pemanasan global ini maka akibat yang ditimbulkan akan
merusak alam dan merugikan manusia.
Kita bisa mengetahui perubahan tata guna lahan tanpa harus
langsung ke lapangan, karena bisa diidentifikasi dengan menggunakan
teknologi penginderaan jauh melalui citra satelit. Dalam interpretasi
citra pengenalan objek merupakan bagian yang sangat penting. Prinsip
pengenalan objek pada citra didasarkan pada penyelidikan karakteristik
pada citra. Karakteristik yang tergambar pada citra dan digunakan untuk
mengenali objek disebut unsure interpretasi citra.
Teknologi penginderaan jauh merupakan teknologi yang mempunyai
dapat mengikuti perkembangan kebutuhan masyarakat. Kemampuan
penyediaan data dan informasi kebumian yang bersifat dinamik
bermanfaat dalam pembangunan di era Otonomi Daerah. Data dan
informasi mutakhir sangat diperlukan. Ketersediaan data dan informasi
yang diimbangi dengan pengolahan data menjadi informasi wilayah
dapat dilakukan dengan sistem informasi geografis (SIG).
Data-data penggunaan lahan juga dapat dimanfaatkan untuk
kepentingan lain misalnya untuk pembangunan, untuk mengetahui
seberapa besar perubahan penggunaan lahan di suatu wilayah, juga
dapat digunakan untuk keperluan perencanaan wilayah apakah lahan
tersebut sesuai atau tidak.
Analisis penggunaan lahan dilakukan untuk mengetahui bentuk-
bentuk penguasaan, penggunaan, dan kesesuaian pemanfaatan lahan
untuk kegiatan budidaya dan lindung. Selain itu, dengan analisis ini
dapat diketahui besarnya fluktuasi intensitas kegiatan di suatu kawasan,
perubahan, perluasan fungsi kawasan, okupasi kegiatan tertentu
terhadap kawasan, benturan kepentingan sektoral dalam pemanfaatan
ruang, kecenderungan pola perkembangan kawasan budidaya dan
pengaruhnya terhadap perkembangan kegiatan sosial ekonomi serta
kelestarian lingkungan.

1.2 TUJUAN PRAKTEK LAPANG


Praktek lapang Remote Sensing dilakukan dengan tujuan untuk lebih
memahami cara bagaimana menginterpretasikan citra melalui 8 unsur
interpretasi citra lalu membuktikannya dengan melalui groundtruth
serta memahami cara mengambil data citra dan mengolahnya.

1.3 MANFAAT PRAKTEK LAPANG


Adapun manfaat dari praktek lapang ini adalah mahasiswa dapat
lebih memahami bagaimana cara menginterpretasikan citra dan
mengambil data citra sendiri lalu mengolahnya.

1.4 RUANG LINGKUP PRAKTEK LAPANG


Ruang lingkup dalam praktek lapang ini yaitu interpretasi peta,
groundtruth, fotogrametri dengan drone dan mengolah data drone. Hal
ini dilakukan dengan konvergensi bukti interpretasi peta, uji akurasi
hasil interpretasi peta, fotogrametri menggunakan wahana drone, dan
ortho-photo mosaiking data drone.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 TEKNOLOGI PENGINDERAAN JAUH


Penginderaan jauh adalah ilmu atau seni cara merekam suatu objek
tanpa kontak fisik dengan menggunakan alat pada pesawat terbang,
balon udara, satelit, dan lain-lain. Dalam hal ini yang direkam adalah
permukaan bumi untuk berbagai kepentingan manusia. Sedangkan arti
dari citra adalah hasil gambar dari proses perekaman penginderaan jauh
(inderaja) yang umumnya berupa foto. “Teknologi penginderaan jauh
(Remote Sensing) merupakan teknologi baru (mutakhir) yang dirancang
untuk mengindera bumi dari jarak jauh (menggunakan pesawat udara
dan atau satelit) guna mengimbangi kecepatan perubahan objek dinamik
di permukaan bumi,” ungkap Prof. Totok. Sebuah platform PJ
dirancang sesuai dengan beberapa tujuan khusus. Tipe sensor dan
kemampuannya, platform, penerima data, pengiriman dan pemrosesan
harus dipilih dan dirancang sesuai dengan tujuan tersebut dan beberapa
faktor lain seperti biaya, waktu, dan sebagainya. Keunggulan
pemanfaatan teknologi penginderaan jauh dibandingkan dengan
pemotretan foto udara diantaranya dari segi harga, periode ulang
terhadap perekaman daerah yang sama, pemilihan spectrum panjang
gelombang untuk mengatasi hambatan atmosfer, serta kombinasi
saluran spectral (spectral band) yang dapat diatur sesuai dengan tujuan
pengguna (Danoedoro 2012).

2.1.1 Penginderaan Jauh Citra Satelit


Citra digital penginderaan jauh adalah citra yang menggambarkan
kenampakan permukaan (atau dekat permukaan) bumi yang diperoleh
melalui proses perekaman pantulan (reflectance), pancaran (emittance),
maupun hamburan balik (backscatter) gelombang elektromagnetik
dengan sensor optik-elektronik yang terpasang pada suatu wahana, baik
itu wahana dimenara, pesawat udara maupun wahana luar angkasa
(Danoedoro, 2012). Citra merupakan salah satu dari beragam hasil
proses penginderaan jauh. Definisi citra banyak dikemukakan oleh para
ahli, salah satu di antaranya pengertian tentang citra menurut (Hornby,
1974) dalam (Sutanto, 1992) yang dapat ditelaah menjadi lima, berikut
ini tiga di antaranya:
1. Likeness or copy of someone or something, especially one made in
wood, stone, etc.
2. Mental pictures or idea, concept of something or someone.
3. Reflection seen in a mirror or through the lens of a camera.
Resolusi menurut Danoedoro (2012) atau disebut juga sebagai daya
pisah/resolving power merupakan kemampuan sistem optic-elektronik
untuk membedakan informasi spasial yang berdekatan atau secara
spektral memiliki kemiripan/kesamaan. Dan seiring perkembangan
zaman resolusi tidak hanya sebatas pada pengertian di atas karena
terdapat unsur waktu yang disebut sebagai resolusi temporal. Menurut
Purwadhi dan Sanjoto (2009:24). Karakteristik citra satelit meliputi:
a. Resolusi Spasial
Resolusi spasial merupakan salah satu resolusi yang sering
disebut dan memiliki peran penting di dalam penyajjian data
perekaman penginderan jauh. Yang dimaksud dengan resolusi
spasial yakni ukuran terkecil suatu obyek yang masih dapat dideteksi
oleh suatu sistem penginderaan jauh. Semakin tinggi resolusi spasial
suatu citra maka citra tersebut mampu merekam obyek secara detail
dan mampu menyajikan kenampakan obyek dengan satuan kecil
yang ada di permukaan bumi. Citra satelit resolusi tinggi diantaranya
adalah worldview, quickbird, ikonos, google earth, Geo-Eye, dsb.
Beberapa citra tersebut dapat dimanfaatkan untuk keperluan
penyusunan data spasial dengan skala besar.
b. Resolusi Spektral
Danoedoro (2000) menyebutkan bahwasannya yang dimaksd
dengan resolusi spektral merupakan kemampuan sutu sistem
opticelektromagnetik yang berfungsi untuk membedakan informasi
obyek berdasarkan nilai pantulan ataupun nilai pancaran spektralnya.
Dalam konteks ini maka apabila sebuah citra memiliki jumlah
saluran yang lebih banyak dan masing-masing saluran tersebut
cukup sempit maka apabila dilakukan analisis kemungkinan citra
dalam membedakan obyek berdasarkan respon spektralnya.
Sehingga yang dimaksud citra yang memiliki resolusi spektral yang
tinggi adalah citra tersebut memiliki jumlah saluran yang banyak dan
semakin sempit interval panjang gelombangnya.
c. Resolusi Temporal
Resolusi temporal merupakan suatu kemampuan sistem
perekaman citra satelit yang mampu merekam ulang wilayah/daerah
yang sama. Resolusi temporal ini memiliki peran dan seringkali
dimanfaatkan untuk analisis 9 perubahan penggunaan lahan ataupun
monitoring tingkat kesesuaian penggunaan lahan, dsb. Setiap citra
satelit memiliki resolusi temporal yang berbeda beberapa citra satelit
mampu merekam obyek yang sama dalam waktu yang selangnya
tidak lama sebagai contohnya yakni citra GMS memiliki
kemampuan merekam obyek yang sama dalam waktu 2 kali selama
satu hari. Sementara beberapa satelit sumber daya yakni Landsat
memiliki resolusi temporal 16 hari, dan untuk citra SPOT memiliki
resolusi temporal yakni 26 hari sekali.
d. Resolusi Radiometrik
Resolusi radiometrik merupakan kemampuan sensor dalam mencatat
respons spektral obyek. Kemampuan ini memiliki keterkaitan
dengan kemampuan coding (digital coding), yakni kemampuan
mengubah intensitas pantulan atau pancaran spektral menjadi sebuah
angka digital atau disebut dengan bit. Sebuah citra yang baik
diantaranya memiliki kemampuan tingkatan bit yang lebih tinggi
yakni hingga mencapai 11 bit coding atau sebesar 2048 tingkat.
Seiring perkembangan penginderaan jauh maka saat ini beberapa
citra satelit contohnya adalah Quickbird, Ikonos maupun Orbview
mampu memiliki sistem koding hingga 11 bit atau sebesar 2048
tingkatan (Danoedoro 2000).
e. Resolusi Layar
Resolusi Layar adalah kemampuan layar monitor dalam
menyajikan kenampakan objek pada citra secara lebih halus.
Semakin tinggi resolusi layarnya, semakin tinggi kemampuannya
untuk menyajikan gambar dengan butir-butir piksel yang halus.
Dengan kata lain semakin banyak pula jumlah sel citra (piksel) yang
dapat ditampilkan pada layar. Biasanya ukuran piksel layar serin
disebut dot pitch sebesar 0,26 milimeter sudah bisa memadai untuk
penginderaan jauh (Danoedoro 2012).

2.1.2 Penginderaan Jauh Fotogrametri Drone


Fotogrametri adalah suatu seni, pengetahuan dan teknologi untuk
memperoleh informasi yang dapat dipercaya tentang suatu obyek fisik
dan keadaan di sekitarnya melalui proses perekaman, pengamatan atau
pengukuran dan interpretasi citra fotografis atau rekaman gambar
gelombang elektromagnetik. Seiring berkembangnya ilmu dan
teknologi, teknik fotogrametri terus berkembang. Mulai dari
fotogrametri analog, fotogrametri analitik hingga fotogrametri digital
(Softcopy Photogrammetry) (Santoso, 2001 dalam Syauqani,
Subiyanto, & Suprayogi, 2017).
Fotogrametri berasal dari kata Yunani dari kata “photos” yang
berarti sinar “gramma” yang berarti sesuatu yang tergambar atau ditulis,
dan “metron” yang berarti mengukur. Oleh karena itu konsep dari
fotogrametri sendiri adalah pengukuran secara grafik dengan
menggunakan sinar ( Hadi, 2007).
Kegiatan pemetaan secara fotogrametris yaitu menggunakan foto
udara yang dilakukan selama puluhan tahun menyebabkan semakin
berkembang pula peralatan dan teknik dalam pemetaan, diikuti dengan
perkembangan fotogrametri yang akurat dan efisien, serta sangat
menguntungkan didalam bidang pemetaan. Fotogrametri dapat
dimanfaatkan untuk kegiatan pemetan yang memerlukan ketelitian
tinggi, sehingga perkembangan selanjutnya sebagian besar pemetaan
topografi dan juga pemetaan persil dilakukan dengan menggunakan
fotogrametri (Suyudi, 2014).
Akusisi data fotogrametri tidak melakukan kontak fisik secara
langsung itu menjadikan perbedaan yang absolut dengan surveying.
Terdapat informasi penting dari akusisi fotogrametri tersebut, yaitu:
1. Informasi Geometris
Informasi Geometris meliputi posisi spasial dan bentuk dari obyek.
Hal ini merupakan sumber informasi paling penting yang bisa
diperoleh dari fotogrametri.
2. Informasi Temporal
Informasi Temporal berkaitan dengan perubahan obyek dari waktu
ke waktu. Biasanya dilakukan dengan membandingkan beberapa
gambar yang direkam dari waktu yang berbeda.

2.2 INTERPRETASI SECARA VISUAL


Interpretasi visual merupakan langkah untuk meninjau foto udara
atau citra satelit dengan tujuan untuk mengidentifikasi objek dan
menilainya. Interpretasi citra udara dan satelit adalah metode untuk
memperoleh informasi tentang objek dan lanskap. Ini adalah proses
khusus mempelajari realitas geografis berdasarkan deteksi, identifikasi,
dan lokalisasi spasial objek individu dan bentuk medan yang ditangkap
dalam foto udara dan rekaman citra satelit. Objek juga memiliki
karakteristik visual yang memungkinkan kita untuk membedakannya.

2.2.1 Unsur Interpretasi


Unsur interpretasi Citra terdiri atas 9 unsur yaitu Rona atau warna,
ukuran, bentuk, tekstur, pola, tinggi bayangan, situs dan asosiasi serta
konvergensi bukti.
a. Rona atau Warna
Rona pada citra mengacu pada terang atau gelap relatif suatu
obyek. Variasi rona disebabkan oleh karakter refleksi, emisi,
transmisi atau absorpsi suatu obyek. Ini mungkin berbeda dari satu
obyek ke obyek lainnya dan juga berubah dengan mengacu pada pita
yang berbeda. Rona berkaitan dengan cahaya yang keluar dari
benda. Contoh rona misalnya pasir kering akan merefleksikan warna
putih, sedangkan tanah yang basah akan merefleksikan warna
kehitaman. Sedangkan, Warna dapat diartikan sebagai wujud yang
terlihat oleh mata dengan menggunakan spektrum sempit, lebih
sempit dari spektrum tampak. Tampak warna yang terlihat pada
suatu objek dapat diidentifikasi serta di definisikan sebagai hal yang
berkaitan pada benda. Warna yang ada pada peta itu dapat
menggambarkan suatu objek. Contoh interpretasi citra pada unsur
yang satu ini misalnya pada foto udara pankromatik, ladang jagung
yang sudah siap panen terlihat berwarna kuning, sedangkan sungai
hutan hujan terlihat berwarna hijau gelap. Apabila menggunakan
inframerah, maka tumpahan minyak di laut bisa dikenali dari
warnanya yang gelap.
b. Ukuran
Unsur yang satu ini bergantung pada skala dan resolusi gambar /
foto. Fitur yang lebih kecil akan dengan mudah menjorok ke dalam
gambar/foto berskala besar. Ukuran merupakan atribut obyek yang
bisa berupa jarak, luas, volume lereng, ketinggian tempat dan
kemiringan. Contoh interpretasi citra yang berkaitan dengan ukuran
suatu obyek misalnya lapangan olahraga dicirikan oleh bentuknya
yang berupa segi empat, dengan ukuran sekitar 80 m x 100 m untuk
lapangan sepak bola, sekitar 15 m x 30 m untuk lapangan tenis, dan
sekitar 8 m x 15 m untuk lapangan bulu tangkis.
c. Bentuk
Ciri-ciri obyek alamiah atau buatan manusia dan alam seringkali
memiliki bentuk yang begitu khas sehingga hanya ciri ini yang
memberikan identifikasi yang jelas. Objek pastilah memiliki suatu
bentuk yang dapat dideskripsikan oleh para peneliti untuk
penelitiannya. Contohnya yaitu perkebunan kelapa sawit mempunyai
bentuk seragam, sedangkan hutan bakau mempunyai bentuk tidak
teratur. Bentuk mesjid bisa dilihat dari adanya kubah sedangkan
bentuk jalan adalah lurus dengan berbagai percabangan.
d. Tekstur
Tekstur merupakan frekuensi perubahan rona yang
menimbulkan kesan visual yang ditumbulkan sehinnga dari
permukaan yang kasar atau halus benda tersebut dapat dirasakan.
Unsur yang satu ini bergantung pada ukuran, bentuk, pola, dan
bayangan. Tekstur pada peta dapat dilihat melalui interpretasi citra.
Tekstur digunakan sebagai petunjuk penting dalam interpretasi
gambar. Sangat mudah bagi penafsir untuk memasukkannya ke
dalam proses mental mereka. Kebanyakan pola tekstur tampak tidak
beraturan pada citra. Contoh tekstur misalnya padang rumput yang
luas akan mencitrakan tekstur halus, sedangkan hutan konifer akan
mencitrakan tekstur yang cenderung kasar.
e. Pola
Pola merupakan pengaturan spasial suatu obyek menjadi bentuk
berulang yang khas: Hal ini dapat dengan mudah dijelaskan melalui
pola jalan raya dan jalur kereta api. Meski keduanya linier, namun
jalan utama berasosiasi dengan tikungan yang curam dan banyak
persimpangan dengan jalan kecil. Pola juga bisa diartikan sebagai
susunan keruangan merupakan ciri bagi beberapa obyek alamiah.
Sebagai contoh pola aliran sungai seringkali menandai struktur
geologi, litologi, dan jenis tanah yang ada di suatu wilayah. Misalnya
pola aliran trellis menandai struktur lipatan; pola aliran dendritik
menandai jenis tanah atau jenis batuan serba sama dengan sedikit
atau tanpa pengaruh lipatan maupun patahan.
f. Tinggi Bayangan
Bayangan dapat mengungkapkan informasi tentang ukuran dan
bentuk obyek yang tidak dapat dilihat dari tampilan atas saja. Efek
bayangan dalam citra Radar disebabkan oleh sudut pandang dan
kemiringan medan. Fitur yang lebih tinggi menghasilkan bayangan
yang lebih besar daripada fitur yang lebih pendek. Contoh unsur
interpretasi citra yang satu ini misalnya cerobong asap, menara,
tangki minyak, dan bak air yang dipasang tinggi lebih tampak dari
bayangannya. Lereng terjal juga terlihat lebih jelas dengan adanya
bayangan.
g. Situs
Situs mengacu pada posisi topografi di bumi. Misalnya, tanaman
tertentu biasanya ditanam di lereng bukit atau di dekat badan air
yang besar. Situs juga bisa diartikan sebagai kedudukan suatu obyek
terhadap obyek lain yang saling berkaitan di sekitarnya.
h. Asosiasi
Asosiasi menunjukkan kemunculan satu jenis obyek yang dapat
digunakan untuk menyimpulkan keberadaan obyek lain yang
umumnya terkait di dekatnya. Atau secara sederhana bisa dikatakan
bahwa asosiasi adalah keterkaitan antara obyek yang satu dengan
obyek yang lain. Karena adanya keterkaitan tersebut maka
terlihatnya suatu obyek pada citra seringkali menjadi petunjuk
adanya obyek lain. Contoh interpretasi citra yang berkaitan dengan
unsur yang satu ini yaitu stasiun kereta api yang memiliki asosiasi
dengan jalan kereta api yang jumlahnya lebih dari satu (bercabang).
i. Konvergensi Bukti
Konvergensi bukti merupakan upaya untuk mengenali obyek
dengan menggunakan lebih dari satu unsur interpretasi citra. Apabila
unsur interpretasi citra yang digunakan semakin banyak, maka
semakin menciut lingkupnya ke arah titik simpul tertentu. Itulah
yang dinamakan dengan konvergensi bukti, atau bukti-bukti yang
mengarah ke satu titik simpul. Misalnya pada foto udara terlihat
tumbuh-tumbuhan yang tajuknya berbentuk bintang.

2.2.2 Teknik Interpretasi


Teknik Interpretasi Citra adalah cara-cara khusus untuk
melaksanakan metode penginderaan jauh secara ilmiah. Teknik ini
terdiri atas cara-cara interpretasi dengan mempertimbangkan
kemudahan pelaksanaan interpretasi, akurasi hasil interpretasi atau
jumlah informasi yang diperoleh. Interpretasi Citra merupakan
perbuatan mengkaji foto udara dan/atau citra dengan maksud untuk
mengidentifikasi obyek dan menilai arti pentingnya obyek tersebut
(Estes dan Simonett, 1975). Dalam menginterpretasi citra ada langkah
yg harus kita lalui yaitu : deteksi, identifikasi, dan analisis.
a) Deteksi, merupakan pengamatan atas ada tidaknya suatu obyek
pada citra (keterangan bersifat global)
b) Identifikasi, yaitu mencirikan obyek yang telah dideteksi dengan
memakai keterangan yang cukup (keterangan setengah rinci)
c) Analisis, Memberikan keterangan yang rinci terhadap obyek atau
menilai pentingnya obyek yang telah dikenali tersebut
2.2.3 Akurasi Hasil Interpretasi Citra
Akurasi hasil interpretasi citra merupakan kesesuaian antara hasil
interpretasi citra dengan nilai yang dianggap benar. Semakin sesuai
atau semakin kecil beda antara dua nilai tersebut, berarti semakin
akurat interpretasinya. Pengujian dilakukan untuk mencocokkan hasil
klasifikasi dengan keadaan sebenarnya di lapangan. Metode yang
digunakan untuk menghitung akurasi klasifikasi dengan menggunakan
confusion matrix/error matrix. Metode confusion matrix/error matrix
membandingkan data per kategori (kelas) antara data yang sebenarnya
di lapangan (reference data) dengan data hasil klasifikasi. Jensen
(2005) mendiskripsikan cara perhitungan masing-masing faktor
akurasi sebagai berikut:
a) Akurasi keseluruhan (overall accuracy), cara menghitungnya
dengan membagi jumlah piksel benar (jumlah diagonal utama)
dengan jumlah total piksel dalam matriks kesalahan
b) Akurasi produser (producer’s accuracy), cara menghitungnya
dengan membagi jumlah piksel benar dalam satu kategori dengan
jumlah total piksel dalam kolom kategori tersebut.
c) Akurasi pemakai (user’s accuracy), cara menghitungnya dengan
membagi jumlah piksel benar dalam satu kategori dengan jumlah
total piksel dalam baris kategori tersebut.
BAB III
METODE PRAKTEK LAPANG

3.1 WAKTU DAN LOKASI PRAKTEK LAPANG


Praktek lapang Remote Sensing dilakukan pada tanggal 25-27
November 2022 yang berlokasi pada koordinat 119º41’11” BT dan
5º35’56” LS di Kelurahan Bontoramba, Kecamatan Bontoramba,
Kabupaten Jeneponto, Provinsi Sulawesi Selatan. Peta lokasi praktek
bisa di lihat di bawah ini:

Gambar 3.1 Peta Lokasi Praktek Lapang

3.2 VARIABEL PRAKTEK LAPANG


Secara umum variabel praktek lapang merupakan sesuatu yang
menjadi objek pengamatan di lapangan. Variabel juga merupakan salah
satu unsur yang penting karena dalam suatu proses pengumpulan fakta
atau pengukuran dapat dilakukan dengan baik, bila dapat dirumuskan
variabel dengan tegas (Nasution, 2012). Dalam kegiatan praktek
lapang, terdapat beberapa variabel yang teramati melalui kegiatan
yakni interpretasi citra dalam hal ini kegiatan ground truth dan
penangkapan foto citra. Pada umumnya objek yang dimaksud
tergambar seperti adanya permukiman, sawah, ladang, dan lain
sebaginya.

3.3 INSTRUMEN PRAKTEK LAPANG


Adapun alat dan fungsinya yang digunakan pada praktek lapangan
ini di Kelurahan Bontoramba, Kecamatan Bontoramba, Kabupaten
Jeneponto adalah sebagai berikut:

Tabel 3.3 Instrumen alat dan fungsinya

NO ALAT FUNGSI
Peta Citra Praktik Untuk melihat titik yang ditindai pada citra
1.
Lapang lokasi
2. Drone Untuk menghasilkan citra udara
3. Baterai Drone Sebagai energi atau tenaga drone
4. Handphone Sebagai display untuk wahana drone
Untuk menghubungkan handphone sebagai
5. Kabel Data
display pada drone
6. GPS Untuk menentukan titik koordinat
7. Laptop Untuk mengolah data hasil citra udara
Sebagai tempat penyimpanan hasil citra udara
8. Memori Card
menggunakan drone
Untuk mengontrol drone dalam menangkap
9. Aplikasi DJI GO 4
citra foto udara
Aplikasi Pix4D Untuk menentukan jalur yang akan dilalui
10.
Capture drone

3.4 PROSEDUR KERJA


1. Interpretasi Citra
 Yang pertama adalah kita harus melakukan deteksi untuk
mengetahui sebuah benda dan juga gejala yang ada di sekitar
lingkungan menggunakan alat sensor.
 Kemudan setelah itu, kita melakukan identifikasi sebuah objek
dengan 9 unsur interpretasi citra : rona/warna, ukuran, bentuk,
tekstur, pola, bayangan, situs dan asosiasi.
 Melakukan pengenalan terhadap suatu objek secara langsung.
 Setelah itu kita melakuakan analisis yang bertujuan untuk
mengelompokkan sebuah objek yang mempunyai sebuah citra
sama dengan identifikasi sebuah objek.
 Setelah itu kita melakukan deduksi yang didasarkan pada bukti
yang mengarah kepada khususan.
 Kemuadian klasifikasi atau mendeskripsikan sebuah
penampakan yang dibatasi.
 Dan yang terakhir adalah idealis yaitu menyajikan hasil dari
interpretasi citra kedalam bentuk peta.
2. Pengambilan Data
 Membuat jalur terbang terlebih dahulu menggunakan
Pix4DCapture yang telah di kontrol pada HP.
 Siapkan alat dan bahan dan cek kelengkapan sebelum menuju ke
lapangan.
 Melakukan pemasangan bagian-bagian terhadap wahana drone,
yaitu pemasangan propeller dan baterai.
 Menyalakan Remote Kontrol.
 Mengaktifkan Drone untuk mengecek apakah pemasangan
bagian-bagian drone telah terpasang dengan baik
 Matikan kembali drone
 Letakkan Handphone pada remote sebagai display drone
 Melakukan koneksi antara Remote Kontrol dengan handphone
 Menghubungkan remote drone dengan HP yang telah
menginstal aplikasi DJI GO 4 dan Pix4Dcapture.
 Pastikan mode drone berada pada huruf P (autopilot).
 Menghidupkan Drone kembali.
 Drone akan terbang mengikuti jalur terbang yang telah dibuat
dan melakukan pengambilan gambar.
 Untuk menerbangkan drone dibutuhkan pilot dan Co pilot. Pilot
bertugas untuk mengamati keadaan drone berupa baterai dan
lajur terbang drone pada layar HP dan Co pilot bertugas untuk
mengamati doren secara langsung ketika terbang.
 Pilot harus selalu mengarahkan antena kearah terbangnya drone.
 Setelah telah selesai melakukan pengembalian data, drone akan
otomatis kembali ke titik pilot berada.
 Pada ketinggian 20m, tekan pause pada aplikasi Pix4D Capture
dan lakukan landing manual sampai Co pilot memegang drone
tersebut.
 Lakukan pencabutan bagian bagian drone dan menyimpan di
tempat nya kembali

3. Pengolahan Data
 Resizer data foto yang sudah diambil dengan menggunakan
aplikasi Faststone photo resizer
 Kemudian lanjut mengolah data dengan memasukan foto yang
tadi di aplikasi Agisoft metashape pro
a) Pilih menu workflow > add folder > pilih file > select folder
> single camera > oke
b) Workflow > align photo, accuracy : low, source > oke
c) Workflow > build dense cloud, quality : low > oke
d) Workflow > build mesh, source data : dense cloud, surface
type : arbitrary (3D), face count : low (22,363) > oke
e) Workflow > Build texture, texture type : diffuse map >
source data : images, mapping mode : adaptive ortophoto,
blending mode : mosaic (default), texture size : 4096 > oke
f) Workflow > build tiled model, source data : dense cloud,
pixel size : 0.129088, title size : 1024, face count : low > oke
g) File > save > pilih folder untuk menyimpan file > save
h) Workflow > build DEM, geographic, WGS 84, source data :
dense cloud, interpolation : enabled (default), > oke
i) Double tap DEM > export DEM > export TIFF,BIL,XYZ >
Export > Pilih folder untuk menyimpan file DEM > Save
j) Workflow > build orthomosaic, surface : mesh, blending
mode : mosaic (default), pixel size > oke
k) Double tap orthomosaic > export orthomosaic > export
JPEG/TIFF/PNG > pilih folder untuk menyimpan file >
export
 Kemudian layout di aplikasi Arcmap/Arcgis

3.4.1 Konvergensi Bukti Hasil Interpretasi


Konvergensi bukti hasil interpretasi di lakukan dengan cara
ground truth atau pembuktian secara langsung dengan cara datang ke
titik yang akan diinterpretasi yang telah ditentukan sebelumnya pada
peta citra.
a. Menentukan titik yang akan diinterpretasi pada peta citra
b. Melakukan identifikasi terhadap titik yang telah dipilih dan
ditandai pada peta citra
c. Melakukan ground truth dengan cara mendatangi lokasi atau titik
yang telah ditentukan secara langsung
d. Kemudian mengidentifikasi jenis penggunaan lahan yang benar,
apakah sesuai dengan identifikasi sebelumnya yang telah dilakukan
sebelum turun kelapangan.
e. Mengambil foto atau gambar menggunakan handphone serta
menentukan titik koordinat tiap lokasi
f. Kemudian melakukukan penghitungan akurasi dengan
menggunakan tabel akurasi.

3.4.2 Fotogrametri Menggunakan Wahana Drone


a) Membuat jalur terbang terlebih dahulu menggunakan
Pix4DCapture yang telah di kontrol pada HP.
b) Siapkan alat dan bahan dan cek kelengkapan sebelum menuju ke
lapangan.
c) Melakukan pemasangan bagian-bagian terhadap wahana drone,
yaitu pemasangan propeller dan baterai.
d) Menyalakan Remote Kontrol.
e) Mengaktifkan Drone untuk mengecek apakah pemasangan bagian-
bagian drone telah terpasang dengan baik
f) Matikan kembali drone
g) Letakkan Handphone pada remote sebagai display drone
h) Melakukan koneksi antara Remote Kontrol dengan handphone
i) Menghubungkan remote drone dengan HP yang telah menginstal
aplikasi DJI GO 4 dan Pix4Dcapture.
j) Pastikan mode drone berada pada huruf P (autopilot).
k) Menghidupkan Drone kembali.
l) Drone akan terbang mengikuti jalur terbang yang telah dibuat dan
melakukan pengambilan gambar.
m) Untuk menerbangkan drone dibutuhkan pilot dan Co pilot. Pilot
bertugas untuk mengamati keadaan drone berupa baterai dan lajur
terbang drone pada layar HP dan Co pilot bertugas untuk
mengamati doren secara langsung ketika terbang.
n) Pilot harus selalu mengarahkan antena kearah terbangnya drone.
o) Setelah telah selesai melakukan pengembalian data, drone akan
otomatis kembali ke titik pilot berada.
p) Pada ketinggian 20m, tekan pause pada aplikasi Pix4D Capture dan
lakukan landing manual sampai Co pilot memegang drone tersebut.
q) Lakukan pencabutan bagian bagian drone dan menyimpan di
tempat nya kembali

3.4.3 Orto-Photo Mosaiking Data Drone


Ortho-Photo Mosaiking Data Drone menggunakan aplikasi
agisoft dengan melakukan beberapa tahap yaitu sebagai berikut:
1. Memasukkan folder foto udara

Gambar 3.4 Tahap Add folder foto udara


Gambar 3.5 Tahap Add folder foto udara

2. Proses melakukan allign photo

Gambar 3.6 Tahap Allign Photo

Gambar 3.7 Tahap Allign Photo


Gambar 3.8 Tahap Allign Photo

3. Proses pembuatan build dense cloud

Gambar 3.9 Tahap Build Dense Cloud

Gambar 3.10 Tahap Build Dense Cloud


Gambar 3.11 Tahap Menghilangkan kotak biru pada gambar
4. Proses pembuatan build mesh

Gambar 3.12 Tahap Build Mesh


Gambar 3.13 Tahap Build Mesh

Gambar 3.14 Tahap Build Mesh


5. Proses pembuatan build texture

Gambar 3.15 Tahap Build Texture


Gambar 3.16 Tahap Build Texture

Gambar 3.17 Tahap Build Texture

Gambar 3.18 Tahap Build Texture


Gambar 3.19 Hasil Build Texture

6. Proses pembuatan build tiled model

Gambar 3.20 Tahap Build Tiled Model

Gambar 3.21 Tahap Build Tiled Model


Gambar 3.22 Tahap Build Tiled Model

Gambar 3.23 Tahap Build Tiled Model

Gambar 3.24 Tahap Save Build Tiled Model


Gambar 3.25 Tahap Build Tiled Model Setelah Di Save

Gambar 3.26 Tahap Build Tiled Model Setelah Di Save

Gambar 3.27 Tahap Save Ulang Build Tiled Model


7. Proses pembuatan build DEM

Gambar 3.28 Tahap Build DEM

Gambar 3.29 Tahap Build DEM

Gambar 3.30 Tahap Build DEM


Gambar 3.31 Double tap pada DEM di menu workspace

Gambar 3.32 Hasil Build DEM

Gambar 3.33 Tahap export build DEM dengan


klik kanan pada menu DEM
Gambar 3.34 Tahap export build DEM

Gambar 3.35 Tahap export build DEM

8. Proses pembuatan build orthomosaic


Gambar 3.36 Tahap build orthomosaic

Gambar 3.37 Tahap build orthomosaic

Gambar 3.38 Tahap build orthomosaic


Gambar 3.39 Double click pada orthomosaic untuk melihat hasil

Gambar 3.40 Tahap export orthomosaic,


klik kanan untuk export pada orthomosaic

Gambar 3.41 Tahap export orthomosaic


Gambar 3.42 Tahap export orthomosaic

3.5 ANALISIS DAN PEMROSESAN DATA


3.5.1 Uji Akurasi Hasil Interpretasi Citra
Pengujian akurasi citra dilakukan dengan membandingkan objek
yang teridentifikasi pada peta terhadap keadaan sebenarnya. Adapun
langkah – langkah yang dilakukan sebagai berikut :
a. Membuat tabel akurasi data. Titik yang akan di interpretasi
yaitu 10 titik.
b. Mengimput nilai hasil ground truth yang telah dilakukan.
c. Tabel ini akan menunjukkan jumlah identifikasi yang salah
dan identifikasi yang benar.
d. Nilai-nilai yang ada dalam tabel akurasi kemudian
dijumlahkan, lalu dibagi dengan jumlah titik yang telah
diinterpretasi pada saat melakukan ground truth.
e. Hasil penjumlahan tersebut kemudian di kalikan dengan 100
untuk mendapatkan nilai persentasi akurasi hasil ground
truth.
Hasil dari interpretasi awal dimasukkan ke dalam table.
Disesuaikan apakah hasil penggunaan lahan berdasarkan interpretasi
awal sudah sesuai dengan penggunaan lahan berdasarkan metode ground
truth. Jika interpretasi benar, diberikan angka 1, jika salah diberikan
angka 0. Untuk menghitung tingkat akurasi interpretasi digunakan rumus
yakni :
Total Objek Benar
Total Akurasi (%) = ×100 %
Total Objek

3.5.2 Layout Ortho-Photo Mosaiking Data Drone


Pada umumnya layout bertujuan untuk memudahkan pembaca dalam
menangkap informasi pada suatu gambar serta penataan isi dalam suatu
gambar terkonsep secara baik. Adapun proses layout untuk hasil dari
ortho-photo mosaicking data drone yaitu dengan menggunakan aplikasi
arcmap atau arcgis untuk membuat layout ortho-photo mosaiking.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 GAMBARAN UMUM LOKASI PRAKTEK LAPANG


Kabupaten Jeneponto merupakan salah satu kabupaten yang ada
di Sulawesi Selatan, Indonesia. Lokasi pratik lapangan kali ini
bertempatkan di Kelurahan Bontoramba, Kecamatan Bontoramba,
Kabupaten Jeneponto. Kelurahan Bontoramba secara astronomis
terletak pada 119º41’11” BT dan 5º35’56” LS. Seperti daerah pada
umumnya, di Kelurahan Bontoramba terdapat kawasan pemukiman,
persawahan dan ladang. Selain itu, terdapat pula beberapa lahan yang
digunakan untuk memelihara hewan ternak seperti ayam, sapi dan kuda,
juga terdapat banyak pepohonan di pekarangan tiap permukiman seperti
pohon rambutan, pohon mangga, pohon jambu biji. Tempat tinggal
masyarakat desa ini mayoritas rumah batu dan ada juga perumahan
dalam tahap pembangunan. Pendidikan di desa ini juga pada umumnya
cukup baik karena disediakan sekolah dari taman kanak-kanak (TK)
sampai sekolah menengah atas (SMA). Masyarakat di desa ini pada
umumnya bekerja sebagai petani, pedagang, dan pengusaha.

Gambar 4.1 Image Google Earth Kec. Bontoramba


4.2 HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Konvergensi Hasil Bukti Interpretasi

Tabel 4.1 Interpretasi Citra


TABEL INTERPRETASI CITRA

Hasil
Kenampakan di Kunci
Titik Unsur Interpretasi Interpretasi
Citra (Screenshoot) Interpretasi
Sementara
1. Rona/ Ronanya Sawah
Warna :Cerah/ cerah dan
Coklat Muda warnanya
2. Ukuran : Besar coklat
3. Bentuk : Persegi
Panjang
4. Tekstur : Halus
1
5. Pola : Tidak
teratur
6. Bayangan :
Tidak Ada
7. Situs :
8. Asosiasi :

1. Rona/Warna : Kubah dan Masjid


Cerah/Hijau menara
2. Ukuran : Kecil masjid
3. Bentuk : Persegi
4. Tekstur : Halus
5. Pola : Teratur
2 6. Bayangan : Ada
7. Situs : Kubah
8. Asosiasi :Dikelili
ngi Rumah
Warga dan
pepohonan

3 1. Rona/Warna : Berasosiasi Sekolah


Cerah/ Merah dengan
2. Ukuran: sedang lapangan
3. Bentuk : Persegi
panjang
4. Tekstur : Kasar
5. Pola : Teratur
6. Bayangan : Ada
7. Situs : Sekolah
8. Asosiasi:
Lapangan

1. Rona/ Ronanya Rumah Warga


Warna :Gelap/ gelap
Putih
2. Ukuran : Kecil
3. Bentuk : Persegi
4 4. Tekstur : Kasar
5. Pola : Teratur
6. Bayangan : Ada
7. Situs :
8. Asosiasi :

1. Rona/ Atap rumah Rumah Warga


Warna :Cerah/ warga yang
Putih dan Merah berwarna
2. Ukuran : Sedang merah
3. Bentuk : Persegi
4. Tekstur : Kasar
5. Pola :Bergeromb
5
ol/ mengikuti
jalan
6. Bayangan :Tidak
Ada
7. Situs :
8. Asosiasi :

6 1. Rona/ Ronanya Jalan Raya


Warna :Gelap/ gelap dan
Abu abu warnanya
2. Ukuran : Panjang abu-abu
3. Bentuk : Persegi
Panjang
4. Tekstur : Halus
5. Pola : Mengikuti
jalan
Memanjang/tidak
teratur
6. Bayangan :
Tidak Ada
7. Situs : Jalan
8. Asosiasi : Mobil
dan motor
1. Rona/Warna : Makam Kuburan
Gelap/ Coklat
2. Ukuran : Kecil
3. Bentuk : Persegi
4. Tekstur : Kasar
5. Pola : Tidak
7
teratur
6. Bayangan :
Tidak ada
7. Situs :
8. Asosiasi :

1. Rona/Warna : Kebun Lahan Jagung


Cerah/Coklat
2. Ukuran : Besar
3. Bentuk : Persegi
4. Tekstur :Kasar
8 5. Pola : Tidak
teratur
6. Bayangan : Ada
7. Situs :
8. Asosiasi :

1. Rona/ Ronanya Sawah


Warna Cerah
:Cerah/Hijau
2. Ukuran : Sedang
3. Bentuk : Persegi
4. Tekstur : Halus
9
5. Pola : Teratur
6. Bayangan :
Tidak Ada
7. Situs :
8. Asosiasi :

10 1. Rona/Warna : Berkelok- Sungai


Gelap/Abu Abu kelok
2. Ukuran : Panjang
3. Bentuk : Panjang
4. Tekstur : Agak
Kasar
5. Pola : Berkelok-
kelok
6. Bayangan : Ada
7. Situs :
8. Asosiasi :
Jembatan
Berdasarkan tabel diatas, kita dapat mengetahui bahwa ada 10
objek yang akan diuji kesesuiannya dengan keadaaan yang
sebenarnya di lapangan. Diantara 10 objek tersebut, masing mansing
terdiri dari daerah sawah atau ladang, perkebunan, perumahan,
lapangan terbuka, tanah kosong bangunan sekolah, peternakan serta
permukiman. Pengamatan objek disetiap titik koordinat menjadikan
peta sebagai acuan dalam interpretasi.
Melalui peta citra, kita mula-mula melakukan proses interpretasi
terhadap 10 titik lokasi dengan memerhatikan 8 unsur interpretasi
citra, setelah itu melakukan groundtruth atau konvergensi bukti dari
hasil interpretasi yang telah di lakukan tadi. Adapun kunci
interpretasi yang digunakan yaitu berdasarkan unsur-unsur
interpretasi citra yang nampak melalui citra tersebut, yang
diantaranya yaitu Rona, Warna, Tekstur, Bentuk, Ukuran, Pola,
Bayangan, Situs, dan Asosiasi (Arsy, 2013; Agoes, 2018).
Setelah proses identifikasi dilakukan, dapat diketahui bahwa
terdapat 8 objek berupa penggunaan lahan yang berhasil
teridentifikasi. Kemudian, dilakukan proses konvergensi data untuk
dapat mengetahui tingkat akurasi dari proses interpretasi yang telah
dilakukan. Mengetahui tingkat akurasi penting untuk dilakukan
untuk dapat mengetahui keakuratan dari proses analisis dan hasil
interpretasi yang dilakukan agar dapat memberi informasi yang tepat
(Lubis, 2017).
Adapun proses konvergensi data dilakukan dengan melakukan
groundtruth atau pengecekan secara langsung di lapangan. Setelah
itu, hasil pengecekan lapangan ini kemudian dimasukkan ke dalam
tabel sebagai berikut untuk dapat menghitung tingkat akurasinya.

Tabel 4.2 Tabel Akurasi Data


Hasil Groundtruth
Sawah Masjid Sekolah Pemukiman Jalan Kuburan Lahan Jagung Sungai Total Baris Akurasi Pengguna (%)
Sawah 2 0 0 0 0 0 0 0 2 100%
Masjid 0 1 0 0 0 0 0 0 1 100%
Sekolah 0 0 1 0 0 0 0 0 1 100%
Hasil Klasifikasi Pemukiman 0 0 0 2 0 0 0 0 2 100%
Jalan 0 0 0 0 1 0 0 0 1 100%
Kuburan 0 0 0 0 0 1 0 0 1 100%
Lahan Jagung 0 0 0 0 0 0 1 0 1 100%
Sungai 0 0 0 0 0 0 0 1 1 100%
Total Kolom 2 1 1 2 1 1 1 1 10
Akurasi Produsen (%) 100 100 100 100 100 100 100 100
Total Akurasi (%) 100
Total Tingkat Akurasi (%) = ( 2+1+1+2+1+1+1+1 ) / (10) x 100% =
100
Syarat tingkat persentase hasil uji ketelitian >85% untuk
tutupan/penggunaan lahan ( dapat dikatakan akurat ) .

2. Visualisasi Layout Ortho-Photo Mosaiking Data Drone

Gambar 4.2 Hasil layout menggunakan arcgis


Layout gambar di atas di hasilkan dari akuisisi foto udara
menggunakan wahana drone yang sudah dilaukan di lapangan. Sebelum
dilakukan layout, hasil akuisisi data foto udara mencakup wilayah yang
sempit yakni daerah persawahan disekitar tambak. Layout diatas di
hasilkan dari hasil fotogrametri menggunakan drone yang kemudian
datanya akan kita olah di aplikasi agisoft lalu setelah di olah di agisoft
kemudian di layout menggunakan arcgis. Pada agisoft, dimasukkan foto-
foto hasil drone kemudian dilakukan align photo, build dense cloud,
build mesh, build texture, build tiled model, build dem kemudian
orthomozaic sehingga menghasilkan peta yang selanjutnya akan di layout
di arcgis.

3. Pembahasan
Interpretasi citra adalah kegiatan mengkaji foto udara atau citra
yang bertujuan untuk mengidentifikasi objek dan menilai arti pentingnya
objek tersebut. Dengan melakukan interpretasi citra, penafsir dapat lebih
mudah dalam menganalisis karena telah mengenal kenampakan objek
yang tergambar. Mengutip buku Ensiklopedia Geografi Penginderaan
Jauh oleh Nur Fitriana Sari (2014), terdapat tiga tahapan yang dilakukan
dalam proses interpretasi citra, yaitu:
1. Deteksi
Tahapan deteksi adalah kegiatan pengamatan suatu objek dalam hasil
rekaman citra. Di tahap inilah ditentukan ada atau tidaknya suatu
objek. Misalnya, di dalam sungai terdapat objek bukan air.
2. Identifikasi
Tahapan ini dilakukan untuk mengenali objek yang tergambar pada
citra. Objek ini dapat dikenali berdasarkan ciri yang terekam oleh
sensor menggunakan alat stereoskop. Contohnya, berdasarkan bentuk,
ukuran, dan letaknya, objek bukan air yang terdapat pada sungai
terdeteksi sebagai gosong sungai.
3. Analisis
Tahap analisis ini memiliki kaitan dengan proses keterangan lebih
lanjut. Misalnya, pengumpulan keterangan dilakukan dengan
mengamati kenampakan objek secara lebih detail. Dengan demikian,
dapat disimpulkan bahwa gosong sungai yang telah dideteksi
dimanfaatkan untuk menanam padi.

Matriks kesalahan (Confusion Matrix) Error Matrix ( matriks


kesalahan) atau confusion matrix merupakan susunan angka yang diatur
dalam baris dan kolom yang merupakan representasi jumlah unit sampel
(seperti piksel, kelompok piksel, atau poligon), diisikan sesuai dengan
kategori, relatif terhadap kategori aktual (Congalton, 2008). Matriks ini
secara teknis berisi kelas-kelas penutup hasil klasifikasi citra pada
barisnya, dan kelas-kelas penutup hasil pengecekan lapangan pada
kolom, sedangkan isi matriks menunjukkan jumlah objek. Semakin
banyak objek yang menunjukkan kesamaan kelas pada baris dan kolom,
maka akurasi hasil klasifikasi semakin tinggi.
Fotogrametri atau aerial surveying adalah teknik pemetaan melalui
fotoudara. Hasil pemetaan secara fotogrametrik berupa peta foto dan
tidak dapat langsung dijadikan dasar atau lampiran penerbitan peta.
Pemetaan secara fotogrametrik tidak dapat lepas dari referensi
pengukuran secara terestris, mulai dari penetapan ground controls (titik
dasar kontrol) hingga kepada pengukuran batas tanah. Batas-batas tanah
yang diidentifikasi pada peta foto harus diukur dilapangan. Fotogrametri
adalah suatu seni, ilmu dan teknik untuk memperoleh data-data tentang
objek fisik dan keadaan di permukaan bumi melalui proses perekaman,
pengukuran, dan penafsiran citra fotografik. Citra fotografik adalah foto
udara yang diperoleh dari pemotretan dari udara yang menggunakan
pesawat terbang atau wahana terbang lainnya. Hasil dari proses
fotogrametri adalah berupa peta foto atau peta garis. Peta ini umumnya
dipergunakan untuk berbagai kegiatanperencanaan dan desain seperti
jalan raya, jalan kereta api, jembatan, jalur pipa, tanggul, jaringan listrik,
jaringan telepon, bendungan, pelabuhan, pembangunan perkotaan, dsb
Fotogrametri diperlukan karena :
a. Untuk menentukan letak relatif objek atau fenomena dan untuk
menentukanukuran lainnya.
b. Untuk menggambarkannya pada peta.

Salah satu karateristik fotogrametri adalah pengukuran terhadap


objek yang dilakukan tanpa perlu berhubungan ataupun bersentuhan
secara langsung objek tersebut. Pengukuran terhadap objek tersebut
dilakukan melalui data yang diperoleh pada sistem sensor yang
digunakan

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan pemaparan yang telah dijelaskan dapat disimpulkan
bahwa penginderaan jauh berfungsi dalam memberikan informasi yang
berasal dari pengumpulan, pengolahan data hasil objek yang diperoleh.
Di era teknologi sekarang, data objek dari penginderaan jauh sering
diperoleh melalui perekaman foto udara menggunaan drone yang
kemudian diproses menggunakan aplikasi seperti faststone, agisoft,
global mapper hingga arcmap yang digunakan sebagai media untuk
layout.
Selain melalui media drone, terdapat dasar yang perlu dilakukan
oleh seorang pengamat yakni interpretasi peta citra yang mana
merupakan bagian dari penginderaan jauh dasar.

5.2 SARAN
Diharapkan kepada mahasiswa agar lebih bersungguh-sungguh saat
mengikuti praktek lapang selanjutnya agar apa saja yang diajarkan saat
di lapangan dapat dipahami dengan baik dan semoga praktikan
kedepannya lebih serius lagi dalam menginterpretasi citra, dan lebih
memperhatikan lagi 8 unsur interpretasi citra, dan semoga kedepannya
lebih disiplin lagi dalam mengambil data.
DAFTAR PUSTAKA

Amelia, R. (2015). Pembuatan Peta Penutupan Lahan Menggunakan Foto


Udara yang Dibuat dengan Paramotor di Taman Nasional Lore Lindu
(TNLL) (Studi Kasus Desa Pakuli Kecamatan Gumbasa Kabupaten
Sigi). Warta Rimba Vol.3, 65-72.
Danudoero. (1996). Pengolahan Citra Digital (Teori dan aplikasinya dalam
penginderaan jauh).
Danoedoro, P., 2012, Pengantar Penginderaan Jauh Digital, Penerbit Andi,
Yogyakarta
Herjuno, G. (2013). Tinjauan Pemotretan Udara Format Kecil
Menggunakan Pesawat Model Skywalker 1680 (Studi Kasus: Area
Sekitar Kampus UNDIP). Jurnal Geodesi Undip Vol.2, 78-94.
J.E, E. (1974). Imaging with Photographic and Nonphotographic Sensor
System, In: Remote Sensing Tehcniques for Environmental Analysis.
California : Hamilton Publishing Company.
Komang. (2016). Mengubah Ukuran Banyak Foto Sekaligus dengan
FastStone Image Viewer. Dalam
http://komang.my.id/2016/10/04/mengubah-ukuran-banyak-foto-
sekaligus-dengan-faststone-image-viewer. Diakses pada 1 Desember
2021.
Liliesand, T., & R.W, K. (2008). Remote Sensing and image interpretation.
New York: John Wiley and Sons.
Lubis, D. P., Pinem, M., & Simanjuntak, M. A. N. (2017). Analisis
Perubahan Garis Pantai Dengan Menggunakan Citra Penginderaan
Jauh (Studi Kasus di Kecamatan Talawi Kabupaten Batubara). Jurnal
Geografi, 9(1): 21-31.
Projo, D. (2012). Pengantar Penginderaan Jauh Digital. Yogyakarta: Andi.
Purnomo, L. (2018). Pengolahan Data Drone Tanpa GCP dengan Aplikasi
Agisoft. https://www.coursehero.com/file/56470290/Tutorial-Agisoft-
Tanpa-GCPpdf. Diaksen 12 Desember 2021.
Purwadhi, S. H., & Sanjoto. (2008). Pengantar Interpretasi Citra
Penginderaan Jauh. Semarang: Lembaga Penerbangan dan Antariksa
Nasional dan Universitas Negeri Semarang.
Schowengerdt, R.A., 1983, Techniques for Image Processing and
Classification in Remote Sensing, Academic Press, London.
Sutanto, 2010, Remote Sensing Research: A User’s Perspective, Indonesian
Journal of Geography, Faculty of Geography Gadjah Mada Univ. and
The Indonesian Geographers Association, hal: 131.

LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Muh. Farhan Akhir Ramadhan lahir


di Bone-Bone pada tanggal 24 November 2003.
Penulis merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara.
Mulai menempuh pendidikan di TK Negeri 4 Bone-
Bone 2008, kemudian melanjutkan pendidikannya di
SD Negeri 210 Minna pada tahun 2009 sampai
dengan tahun 2015. Di tahun 2015 penulis
melanjutkan pendidikannya di SMP Negeri 1 Bone-
Bone. Setelah tamat pada tahun 2018 penulis
melanjutkan studi pend-
idikannya SMK Negeri 1 Luwu Utara dan tamat pada tahun 2021. Setelah
menamatkan pendidikan dasar dan menengah baik menengah pertama
maupun menengah atas, penulis melanjutkan pendidikan pada tahun 2022 di
Universitas Negeri Makassar (UNM) Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, jurusan Geografi, prodi Geografi.

Anda mungkin juga menyukai