Anda di halaman 1dari 12

PRAKTIKUM 2

LAPORAN PRAKTIKUM

PENGINDERAAN JAUH DAN INTERPRETASI CITRA

Mata Kuliah : Pengindraan Jauh

Dosen Pengampu : Listumbinang Halengkara, S.Si, M.Sc.

Semester : Genap

Disusun oleh :

Eni Ayu Lestari (1613034006)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI


JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2018
ACARA 2
INTERPRETASI BENTUK LAHAN PADA CITRA SRTM

I. Tujuan

Melakukan identifikasi bentukan lahan pada Citra SRTM secara visual dan
deliniasi menggunakan software menggunakan unsur-unsur interpretasi.

II. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan meliputi antara lain :

1. Spidol OHP 5. Selotip


2. Kertas Trasparan 6. Perangkat Komputer
3. Penggaris 7. Program ArcGIS
4. Citra Satelit/Foto Udara

Bahan yang digunakan antara lain :

a. Foto Udara : Citra SRTM Provinsi Lampung

III. Tinjauan Pustaka

1. Pengertian dan Karaktristik Citra SRTM

Menurut JAEA (1999) SRTM (Shuttle Radar Topography Mission) adalah


“mounted on a Space Shuttle and obtains Earth surface data by remote sensing
technology utilizing a synthetic aperture radar. Obtained data will be converted
into height data called a Digital Elevation Model (DEM), and will be utilized to
generate a more precise three-dimensional map of larger observation area of the
Earth than has ever been possible”

SRTM (Shuttle Radar Topography Mission) merupakan citra yang saat ini banyak
digunakan untuk melihat secara cepat bentuk permukaan. SRTM adalah data
elevasi resolusi tinggi merepresentasikan topografi bumi dengan cakupan global
(80% luasan dunia). Data SRTM adalah data elevasi muka bumi yang dihasilkan
dari satelit yang diluncurkan NASA (National Aeronautics and Space
Administration). Data ini dapat digunakan untuk melengkapi informasi ketinggian
dari produk peta 2D, seperti kontur, profil. Ketelitian bisa mencapai 15 m dan
berguna untuk pemetaan skala menengah sampai dengan skala tinggi (Lili
Somantri).

Alasan menggunakan SRTM dalam GIS tentu karena kelebihannya. Beberapa


kelebihan citra SRTM diantarannya :

1. Gratis :kelebihan utama yang dimiliki SRTM. Siapa saja dan di mana saja
dapat mendownload SRTM tanpa bayar.
2. Digital : SRTM dapat didownload secara digital melalui aplikasi Global
Mapper. SRTM dapat didownload dengan format HGT, ASCII, atau GEOTIFF,
kita bisa mengkonversi ke format yang kita inginkan misalnya Grid ArcView
3. Resolusi : Resolusi lumayan tinggi untuk sakala tinjau. Resolusi horizontal
(yang bisa kita download untuk Indonesia) adalah 90m. Tentu saja dengan
resolusi ini SRTM tidak bisa digunakan untuk pemetaan secara detail.

SRTM memiliki struktur data yang sama seperti format GRID lainnya, yaitu
terdiri dari sel-sel yang setiap sel memiliki wakil nilai ketinggian. Nilai ketinggian
pada SRTM adalah nilai ketinggian dari datum WGS 1984, bukan dari permukaan
laut. Tapi karena datum WGS 1984 hampir berimpit dengan permukaan laut maka
untuk skala tinjau dapat diabaikan perbedaan di antara keduanya. Fitur morfologi
utama dari wilayah data DEM yang di hasilkan citra STRM dapat diolah dengan
menggunakan Surfer 8.02 (Golden Software) dan dikendalikan terhadap gambar
Landsat. perangkat lunak ini digunakan untuk mendapatkan model relief
berbayang menunjukkan medan dengan sisi terang dan bayangan (berbayang
bantuan peta adalah peta raster berdasarkan pada grid (xyz koordinat, misalnya
DEM). Peta yang di hasilkan ini menggunakan warna untuk menunjukkan
orientasi lokal permukaan relatif terhadap arah sumber cahaya de-user (orientasi
setiap grid) dari sumber cahaya titik pada permukaan jaringan.

Meskipun SRTM memiliki resolusi yang rendah sekitar 90m tetapi masih banyak
digunakan sebagai informasi untuk pekerjaan lapangan serta dimanfaatkan untuk
membuat peta kontur dan lereng (slope). Hasil peta kontur maupun peta lereng
dari pengolahan data SRTM maksimal berskala 1:900000, tetapi dalam
realisasinya banyak yang memperbesar skalanya hingga skala 1:250000 atau
malah lebih besar lagi. Dengan melakukan perbesaran skala tersebut akan
memberikan konsekuensi menyangkut akurasi dari peta kontur maupun peta
lereng yang dihasilkan. Untuk menentukan skala peta hasil dari pengolahan citra
satelit sebenarnya sangat mudah, yaitu dengan menggunakan rumus: (skala peta =
resolusi citra satelit x 10000).

Untuk kaurasi data SRTM memiliki resolusi spasial 30 meter, tetapi sampai saat
ini untuk menghasilkan DEM yang beresolusi 30 meter hanya beberapa wilayah
di Amerika karena untuk mengolah data SRTM 30 meter menjadi data DEM
seluruh dunia dibutuhkan waktu yang lama (+-10 tahun). Perlu diperhatikan
dalam penggunaan data DEM dari SRTM ini adalah bahwa data ketinggiannya
merupakan ketinggian permukaan bumi termasuk tutupan lahannya (jadi bukan
ketinggian permukaan tanah), dalam hal ini termasuk pula ketinggian tajuk
(pohon) dan juga gedung-gedung (ingat daya tembus radar dengan panjang
gelombang 5,6 cm sangat terbatas, tidak mampu menembus batang/ranting yang
lebat-daun sih bisa).

Dalam penggunaan citra SRTM ini juga mempunyai keuntungan dan kerugian,
keuntungan yang di dapatkan dari citra SRTM adalah :

1. Gratis, ini yang paling disuka oleh siapapun, siapapun boleh untuk
memanfaatkan datanya.
2. Resolusi-nya lumayan tinggi dan cocok untuk skala.
3. Datanya berupa Digital (format HGT, ASCII, atau GEOTIFF)   sehingga
dengan mudah dapat dikonversi ke semua format, bergantung software +
brainware yang menanganinya tentunya.

SRTM memiliki struktur data yang sama seperti format GRID lainnya, yaitu
terdiri dari sel-sel yang setiap sel memiliki wakil nilai ketinggian. Nilai ketinggian
pada SRTM adalah nilai ketinggian dari datum WGS1984, bukan dari permukaan
laut. Tapi karena datum WGS 1984 hampir berimpit dengan permukaan laut maka
untuk skala tinjau dapat diabaikan perbedaan diantara keduanya.
Adapun kelemahan dari citra SRTM adalah Dalam pengambilan data
menggunakan radar, antara pesawat dan obyek harus tidak terhalangi. Untuk
daerah yang bergunung hal ini sangat sulit dilakukan. SRTM memiliki 0.2% data
yang tidak terliputi di muka bumi karena berupa pegunungan.

2. Pengertian Lahan dan Bentukan Lahan

Menurut Strahler (1983), bentuk lahan adalah konfigurasi permukaan lahan yang
dihasilkan oleh proses alam. Lebih lanjut Whitton (1984) menyatakan bahwa
bentuklahan merupakan morfologi dan karakteristik permukaan lahan sebagai
hasil interaksi antara proses fisik dan gerakan kerak dengan geologi lapisan
permukaan bumi. Berdasarkan kedua definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa
bentuklahan merupakan bentang permukaan lahan yang mempunyai relief khas
karena pengaruh kuat dari struktur kulit bumi dan akibat dari proses alam yang
bekerja pada batuan di dalam ruang dan waktu tertentu.

Bentuk lahan adalah suatu kenampakan medan yang terbentuk oleh proses alami
yang memiliki komposisi tertentu dan karakteristik fisikal dan visual dengan julat
tertentu yang terjadi dimanapun bentuklahan tersebut terdapat. Berdasarkan
klasifikasi yang dikemukaan oleh Van Zuidam (1969) dan Verstappen maka
bentuk muka bumi dapat diklasifikasikan menjadi 8 satuan bentuklahan utama
(geomorfologi), yang dapat masing-masing dirinci lagi berdasarkan skala peta
yang digunakan. Adapun satuan bentuk lahan tersebut adalah sebagai berikut
(Zmit, 2013).

1.   Bentuklahan asal struktural (St)

Bentuk lahan struktural terbentuk karena adanya proses endogen atau proses
tektonik, yang berupa pengangkatan, perlipatan, dan pensesaran. Gaya (tektonik)
ini bersifat konstruktif (membangun), dan pada awalnya hampir semua bentuk
lahan muka bumi ini dibentuk oleh kontrol struktural. Bentuklahan asal struktural
adalah sebagai berikut (Suhendra, 2009).

2. Bentuklahan asal denudasional (D)


Proses denudasional (penelanjangan) merupakan kesatuan dari proses pelapukan
gerakan tanah erosi dan kemudian diakhiri proses pengendapan. Semua proses
pada batuan baik secara fisik maupun kimia dan biologi sehingga batuan menjadi
desintegrasi dan dekomposisi. Batuan yang lapuk menjadi soil yang berupa
fragmen, kemudian oleh aktifitas erosi soil dan abrasi, tersangkut ke daerah yang
lebih landai menuju lereng yang kemudian terendapkan. Pada bentuk lahan asal
denudasional, maka parameter utamanya adalah erosi atau tingkat. Derajat erosi
ditentukan oleh : jenis batuannya, vegetasi, dan relief. Bentuklahan asal
denudasional adalah sebagai berikut (Suhendra, 2009).

3. Bentuklahan asal gunungapi (vulkanik) (V)


Volkanisme adalah berbagai fenomena yang berkaitan dengan gerakan magma
yang bergerak naik ke permukaan bumi. Akibat dari proses ini terjadi berbagai
bentuk lahan yang secara umum disebut bentuk lahan gunungapi atau vulkanik.
Bentuklahan asal gunungapi adalah sebagai berikut (Suhendra, 2009).

4. Bentuklahan asal fluvial (F)


Bentuklahan asal proses fluvial terbentuk akibat aktivitas aliran sungai yang
berupa pengikisan, pengangkutan dan pengendapan (sedimentasi) membentuk
bentukan-bentukan deposisional yang berupa bentangan dataran aluvial (Fda) dan
bentukan lain dengan struktur horisontal, tersusun oleh material sedimen berbutir
halus. Bentuklahan asal fluvial adalah sebagai berikut (Suhendra, 2009).

5.    Bentu Lahan Asal Antropogenik (A)


Bentuk lahan atau Landform adalah bentuk alam di permukaan bumi khususnya di
daratan yang terjadi karena proses pembentukan tertentu dan melalui serangkaian
evolusi tertentu pula (marsoedi, 1996).
6.    Bentuk lahan asal marin (M)

Aktifitas marine yang utama adalah abrasi, sedimentasi, pasang-surut, dan


pertemuan terumbu karang. Bentuk lahan yang dihasilkan oleh aktifitas marine
berada di kawasan pesisir yang terhampar sejajar garis pantai. Pengaruh marine
dapat mencapai puluhan kilometer ke arah darat, tetapi terkadang hanya beberapa
ratus meter saja. Sejauh mana efektifitas proses abrasi, sedimentasi, dan
pertumbuhan terumbu pada pesisir ini, tergantung dari kondisi pesisirnya. Proses
lain yang sering mempengaruhi kawasan pesisir lainnya, misalnya : tektonik masa
lalu, berupa gunung api, perubahan muka air laut (transgresi/regresi) dan litologi
penyusun. Bentuklahan asal marin adalah sebagai berikut (Suhendra, 2009).

7.       Bentuk lahan asal Solusional (So)

Bentuk lahan karst dihasilkan oleh proses pelarutan pada batuan yang mudah
larut. Karst adalah suatu kawasan yang mempunyai karekteristik relief dan
drainase yang khas, yang disebabkan keterlarutan batuannya yang tinggi. Dengan
demikian Karst tidak selalu pada batu gamping, meskipun hampir semua topografi
karst tersusun oleh batu gamping. Bentuklahan asal pelarutan adalah sebagai
berikut (Suhendra, 2009).
8. Bentuk lahan asal Eolin (E)
Gerakan udara atau angin dapat membentuk medan yang khas dan berbeda dari
bentukan proses lainnya. Endapan angin terbentuk oleh pengikisan, pengangkatan,
dan pengendapan material lepas oleh angin. Endapan angin secara umum
dibedakan menjadi gumuk pasir dan endapan debu. Bentuklahan asal eolin adalah
sebagai berikut (Suhendra, 2009).

9. Bentuklahan asal glasial (G)

Bentukan ini tidak berkembang di Indonesia yang beriklim tropis ini, kecuali
sedikit di puncak Gunung Jaya Wijaya, Papua. Bentuk lahan asal glasial
dihasilkan oleh aktifitas es/gletser yang menghasilkan suatu bentang alam
(Suhendra, 2009).

10. Bentul Lahan Asal Organik (O)


Organik itu sendiri adalah bentuklahan atau landform yang secara
alamiah terbentuk dari proses kegiatan makhluk hidup, contohnya
adalah bentuklahan terumbu karang (coral reefs)
Semua satuan bentuklahan tersebut memiliki karakter yang khas dan
mencerminkan ciri tertentu. Dengan demikian maka, dengan mengenal nama
satuan bentuklahan akan dapat dibayangkan sifat alaminya. Satuan bentuklahan
ini sangat penting terutama dalam konteks kajian lingkungan, baik lingkungan
fisik, biotis, maupun kultural (Suhendra, 2009).

IV. Langkah Kerja

1. Siapkan citra SRTM yang aka di guanakan untuk menganalisis bentukan


lahan yang berada di citra SRTM tersebut
2. Print Citra SRTM tersebut menggunakan Ukuran A3 agar lebih jelas
3. Letakkan selembar kertas transparan di ats citra satelit /foto udara tersebut
4. Indentifikasi/ interpretasi bentuk lahan yang tampak pada citra satelit/foto
udara tersebut dengan menggunakan spidol OHP
5. Bedakan menjadi beberapa jenis bentuklahan sesuai dengan klasifikasi
dari Vertappen (1983) sebaga berikut :

Kode Bentuk Lahan Asal Proses Kode Bentuk Lahan Asal Proses
V Vulkanik E Eolin
St Struktural M Marin
F Fluvia G Glasial
So Solusional O Organik
D Denudasional A Antropogeik

V. Pembahasan

Bentukan lahan yang terdapat di provinsi lampung sangatlah bervasiari betukan


lahan terdiri dari bentukan lahan secara endogen adalah tenaga yang berasal dari
dalam bumi yang bersifat membangun (konstruktif). Tenaga ini di kelompokan
menjadi 3 jenis yaitu
1. Tektonisme
2. Vulkanisme
3. Gempa Bumi

Pembentukan lahan pun dapat terjadi secara Tenaga eksogen adalah tenaga dari
luar bumi yang bersifat merusak. Tenaga ini menimbulkan kerusakan atau
kehancuran pada perubahan kulit bumi yang berasal dari tenaga endogen. Tenaga
ini di kelompokkan menjadi

1. pelapukan
2. pengikisan
3. pengendapan
4. amblesan

Bentukan lahan marin yang terdapat dalam Provinsi Lampung terdapat di bagian
pinggir daerah Provinsi Lampung yaitu dari kabupaten Pesisir Barat sampai
dengan kabupaten Tulang Bawang . Proses pembentukan lahan ini terjadi akibat
abrasi yang di tibulkan di daerah pesisir pantai. Daerah yang mempunyai lahan
marin aadala daerah pantai yang dapat di identifikasi bahwa daerah tersebut
banyak yang bermata pencaharian sebagai nelayan karena lahan yang terdapat di
sekitarnya merupakan lautan. Pesisir barat sampai dengan selatan mempunyai
ketingggian pesisir yang relatif rendah dan begitu pula dengan bagian timur
Provinsi Lampung yang homogen mempunyi pesisir yang relatif rendah dalam
wilayah dengan ketinggian 0-100 m dari arah utara selatan secara keseluruhan
dengan luas 59.427 ha. Dallam hal ini dapat di simpulkan bahwa pesisir yang
terdapat di Provinsi Lampung adalah pesisir dengan dataran randah.

Bentuk lahan struktural di provinsi Lampung terdapat di bagian barat provinsi


lampung karena wilayah tersebut masih dalam daerah pegunungan bukit barisan.
yang di dalamnya terjadi akibat proses subduksi antara lempeng indo australia
dengan lempeng euresia yang terjadi penangkatan di bagian barat sumatra
sehingga terjadinya pengangkatan yang kita kenal dengan pegunungan bukit
barisan. yang terajadi antara lempeng indo-Australia dan lempeng Eurasia pada
masa lalu. Peristiwa tersebut mengakibatkan rangkaian perubahan siste dari
pergerakan relative lengpeng-lempeng di sertai dengan perubahan kecepatan
relative antar lempeng yang sebelum bergerak bebas. Akibatnya menabrak ke dua
lempeng (benua) eursia akibat dari bagian lempeng hindia Australia yaitu kerak
samudra dan tersubduksi tenggelam jauh dalam mantel. Sedangkan ada yang
terjadi di bagian barat Sumatra terjadi benturan antar subduksi lempeng Australia
dan Eurasia sehingga salah satu di antaranya alah dan membentuk
barisan.Provinsi Lampung yang masih dalam pulau sumatra terdat dampak
tersebut sehingga ada bagian barat provinsi lampung yang mempunyai lahan
struktural. Jadi di provinsi lampung bagian barat banyak pegunungan sehingga
daerah tersebut relatif dingin di bandingkan dengan kabupaten yang terdapat di
bagian timur Provinsi Lampung.

Bentukan Lahana Vulkani yang terdapat di Provinsi Lampung ini di sebabkan


oleh pergerakan magma di permukaan bumi yang secara umum terbentuk karena
proses gunung api. Daerah yang memiliki lahan vulkanik di provinsi lampung
terdapat di bagian barat Provinsi Lampung yaitu dari Kabupaten Pesisir barat
sampai dengan Kabupaten Tanggamus. Daerah yang terdapat lahan vulkanik
merupakan daerah yang subur untuk daerah pertanian. Hal ini dapat di buktikan di
kabupaten Lampung barat yang banyak terdapat lahan kopi dan di masing-masing
kecamatannya terdapat pengelolaan tanaman khusunya di kecamatan way tenong.
Kabupaten Tanggamus juga terdapat lahan vulkanik di buktikannya dengan
banyaknya lahan pertanian yang terdapat di daerah tanggamus khususnya
kecamatan Gisting dengan banyaknya tanaman sayuran di dalamnya.

Bentukan lahan fluvia yang terdapat di Provinsi Lampung yaitu bentukan lahan
yang terjadi akibat proses aliran sungai karena provinsi Lampung merupakan
provinsi yang terdapat dua sungai besar yaitu sungai Way sekampung dan sungai
way mesuji. Daerah yang mempunai aliran sungai tersebut yaitu daerah provinsi
lampung bagian timur. Daerah aliran sungai biasanya banyak penduduk yang
bermukin di daerah tersebut memusat karena mencari sumber daya alam yang
dapat di manfaatkan.
Bentuk lahan daerah organik yang terdapat di Provinsi Laampung Terdapat di
sepanjang pesisir karena salah satu proses nya terjadi dari pesisir yang di
akibatkan oleh terunbu karang jadi daerah organik hampir merata berada di bagian
Provinsi Lampung.

Bentukan lahan Antropogenik merupakan bentukan lahan yang terdapat di daerah


daratan. Hampis seluruh wilayah di Provinsi Lampung yang merupaka bentukan
lahan Antropogenik yaitu bagaian tengah, selatan, utara sampai dengan bagian
timur Provinsi Lampung. Karena wilayah yang ada di provinsi lampung bagian
barat hanya terdapat pegunungan jadi daaran tingg terdapat di wilayah barat yang
identik dengan kesuburan tanahnya. Pengelolaan lahan Antropogenik banyak di
manfaatkan untuk berbagai macam kebutuhan misanya daera pertanian,
perindustrian maka dari itu Provinsi Lampung dari tahun ke tahun mengalami
pertumbuhan jumlah penduduk karena banyak daerah atau lahan yang dapat di
manfaatkan oleh penduduk sekitar.

Bentuk lahan Solusional yang terdapat di Provinsi Lampung terdapat di bagian


barat provinsi lampung karena daerah ujung Kaabupaten Pesisir barat merupakan
daerah dengan banyak batuan gamping hasil dari daerah kars. Jadi daerah tersebut
kurang baik untuk penanaman atau daerah pertanian

Bentuk Lahan denudasional terjadi akibat erosi jadi daerah yang terdapat
bentukan lahan erosi terdapat di bagian barat Provinsi Lampung. Kerena daerah
tersebut dekat dengan gunung api jadi proses erosi yang terjadi di daerah tersebut
tinggi sehingga bentukan lahannya menjadi bentukan lahan dedudasional.

VI Kesimpulan

Bentukan lahan di Provinsi Lampung sangatlah bervariasi di akibatkan oleh teaga


yang berasal dari dalam (endogen) dan yang berasal dari luar (Eksogen).
Bentukan lahan terbanyak yang terdapat di Provinsi Lampung terdapat bentukan
lahan Antropogenik. Sedangkan bentukan lahan yang sangat bervariasi terjadi di
bagian barat Provinsi Lampung mulai dari bentukan lahan vulkani yang di
sebakan oleh proses gunung api, bentukan lahan struktural yang terjadi akibat
lipatan atau patahan yang membentuk bukit barisan, serta daerah denudasional
yang terdapat daerah karst. Bagian timur identik dengan daerah yang terdapat
aliran sungai yaitu terdapat dua sungai besar yaitu way sekampuh dan sungai
mesuji. Dalam hal ini bagian tengah mendominasi bentuk lahan Antropogenik.

VII. Daftar Pustaka

Sugiyanta, I Gede 2017 “Geomorfologi” Yogyakarta mobius

Jurnal Karaktristik citra SRTM Frinila jenista, Padang


https://www.academia.edu/9163507/CITRA_SRTM

Anda mungkin juga menyukai