Anda di halaman 1dari 9

ANALISIS KERAPATAN VEGETASI UNTUK AREA PEMUKIMAN

MENGGUNAKAN CITRA SATELIT LANDSAT DI KOTA


TASIKMALAYA

Diki Nurul Huda1 – 1606901306


1
Undergraduate Student Departmen Geografi, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia, Depok
diki.nurul@ui.ac.id

ABSTRACT
The city is the center of many human activities. Increasing human demand for land use can reduce
existing vegetation density levels. The use of digital data intercepts data distribution of vegetation
density on each type of land use. Thanks to the density of vegetation can be done quickly by way of
digital image interpretation using NDVI (Normalized Difference Vegetation Index) transformation.
The purpose of this research is to know the land arrangement in Tasikmalaya City and for vegetation
index of residential area in Tasikmalaya City. The object of this research is residential area in
Tasikmalaya City. The data used are Landsat Image 8 OLI TIRS Path 122 Row 64 year 2017. The
software used is ENVI 5.1 and ArcGIS 10.3 software. The method used is the classification of land
use and the calculation of NDVI in ENVI which then classified based on the range of NDVI index
values. The results show that land use in Tasikmalaya City is still dominated by rice field, moor,
plantation and forest, and vegetation index in residential area in Tasikmalaya area is quite low.
Keywords: NDVI, Vegetation Density, Landsat Satellite Imagery

ABSTRAK
Kota merupakan pusat dari berbagai macam aktivitas manusia. Semakin bertambahya kebutuhan
manusia akan pemanfaatan lahan dapat menngurangi tingkat kerapatan vegetasi yang ada.
Penggunaan data digital memungkinkan penyadapan data sebaran kerapatan vegetasi pada tiap jenis
penggunaan lahan. Identifikasi kerapatan vegetasi dapat dilakukan dengan cepat dengan cara
interpretasi citra secara digital menggunakan transformasi NDVI (Normalized Difference Vegetation
Index). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tata lahan di Kota Tasikmalaya dan untuk
mendapatkan nilai indeks vegetasi area pemukiman di Kota Tasikmalaya. Objek dalam penelitian
ini adalah kawasan pemukiman penduduk di Kota Tasikmalaya. Data yang digunakan adalah Citra
Landsat 8 OLI TIRS Path 122 Row 64 tahun 2017. Perangkat lunak yang digunakan adalah software
ENVI 5.1 dan ArcGIS 10.3. Metode yang digunakan adalah pengklasifikasian tata guna lahan dan
perhitungan NDVI di ENVI yang kemudian di klasifikan berdasarkan range value nilai indeks
NDVI. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tata guna lahan di Kota Tasikmalaya masih didominasi
oleh sawah, tegalan, perkebunan dan hutan, dan nilai indeks vegetasi di area pemukiman di kawasan
Tasikmalaya cukup rendah.
Kata Kunci : NDVI, Kerapatan Vegetasi, Citra Satelit Landsat

PENDAHULUAN 108o18’31,77’’ BT dan 7o14’14,64’’ -


7o272’2,5’’ LS, sehingga cukup
1.1 Latar Belakang strategis karena berada pada poros
Kota Tasikmalaya merupakan lalulintas di bagian selatan Pulau
salah satu kota yang secara Jawa. Kota Tasik memiliki 10
administratif terletak di Provinsi Jawa kecamatan dan 69 kelurahan. Kota ini
Barat. Secara geografis Kota berbatasan dengan Kabupaten
Tasikmalaya terletak di bagia Tasikmalaya dan Kabupaten Ciamis
tenggara wilayah Provinsi Jawa di utara (dengan batas Sungai
Barat, yaitu pada 108o08’51,62’’ - Citanduy), Kabupaten Tasikmalaya di
selatan (dengan batas sungai daerah tersebut. Kerapatan vegetasi
Citanduy), dan Kabupaten inilah yang akan menciptakan
Tasikmalaya di timur dan barat. kenyamanan dan kesejukan disuatu
Berdasarkan bentang penggunaan lahan. Semakin tinggi
alamnya, Kota Tasikmalaya termasuk kerapatan vegetasi pada suatu lahan,
dalam kategori dataran sedang, maka akan cenderung semakin rendah
dengan ketinggian wilayah berada suhu permukaan disekitar lahan
pada ketinggian 201 mdpl (di tersebut, begitu juga sebaliknya. Suhu
Kelurahan Urug Kecamatan Kawalu) permukaan yang tinggi ini banyak
sampai 503 mdpl (di Kelurahan ditemui didaerah perkotaan, karena
Bungursari Kecamatan Indihiang). penggunaan lahannya seringkali
Kondisi Rupa Bumi (geomorfologi) mempunyai kerapatan vegetasi yang
ini membagi dua wilayah Kota rendah. Tinggi rendahnya suatu
Tasikmalaya dalam arah Barat Laut kerapatan vegetasi dapat diketahui
ke arah Selatan Kota Tasikmalaya. dengan menggunakan 2anjan NDVI
Kondisi fisik bentang alam ini sangat (Normalized Difference Vegetation
terkait dengan kondisi hidrologinya, Index), yang merupakan sebuah
dimana Kota Tasikmalaya terbagi transformasi citra penajaman spektral
kedalam dua daerah aliran sungai untuk menganalisa hal-hal yang
(DAS), di sebelah Utara hingga berkaitan dengan vegetasi (Putra,
Timur Laut merupakan DAS 2011). Identifikasi obyek dengan
Citanduy dengan aliran air menuju menggunakan teknologi
kearah Kecamatan Cikoneng penginderaan jauh dilaksanakan
Kabupaten Ciamis. Sedangkan di dengan beberapa pendekatan antara
sebelah Barat hingga Barat Daya lain; karakteristik spektral citra,
merupakan DAS Ciwulan dimana visualisasi, floristik, geografi dan
aliran air menuju kearah Kecamatan phsygonomik (Hartono, 1998),
Sukaraja dan Tanjung Jaya di Khususnya pada sistem satelit (citra
Kabupaten Tasikmalaya. satelit) lebih banyak didasarkan atas
Vegetasi merupakan salah karakteristik spektral. Objek yang
satu unsur penyusun perkotaan yang berbeda akan memberikan pantulan
mempunyai banyak manfaat. Manfaat spektral yang berbeda pula, bahkan
vegetasi perkotaan dapat obyek yang sama dengan kondisi dan
mempengaruhi udara secara langsung kerapatan yang berbeda akan
maupun tidak langsung dengan cara memberikan nilai spektral yang
mengubah kondisi atmosfer berbeda. (Swain, 1978). Indeks
lingkungan di udara (Irwan, 2008). vegetasi merupakan suatu algoritma
Vegetasi sebagai penyusun perkotaan yang diterapkan terhadap citra satelit,
ini sangat beranekaragam. Kumpulan untuk menonjolkan aspek kerapatan
dari berbagai beranekaragaman ini vegetasi ataupun aspek lain yang
akan menghasilkan kerapatan yang berkaitan dengan kerapatan, misalnya
berbeda-beda pada tiap penggunaan biomassa, Leaf Area Index (LAI),
lahan disuatu daerah. konsentrasi klorofil. Atau lebih
Kerapatan vegetasi yang praktis, indeks vegetasi adalah
terdapat di Kota Tasikmalaya relatif merupakan suatu transformasi
akan mempengaruhi suhu permukaan matematis yang melibatkan beberapa
saluran sekaligus untuk menghasilkan penyerapan cahaya merah oleh
citra baru yang lebih representatif klorofil dan pemantulan cahaya
dalam menyajikan aspek-aspek yang inframerah dekat oleh jaringan
berkaitan dengan vegetasi mesofil yang terdapat pada daun akan
(Danoedoro, 1996). Selanjutnya membuat nilai kecerahan yang
dikatakan Jensen (1998) bahwa diterima sensor satelit pada kanal-
metode 3anjang indeks vegetasi ada kanal tersebut akan jauh berbeda.
beberapa macam antara lain; NDVI Pada daratan non-vegetasi, termasuk
(Normalized Difference Vegetation diantaranya wilayah perairan,
Index), GI (Green Indeks) dan WI pemukiman penduduk, tanah kosong
(Wetness Index). terbuka, dan wilayah dengan kondisi
Informasi data kerapatan vegetasi yang rusak, tidak akan
vegetasi, luas lahan, dan keadaan di menunjukkan nilai rasio yang tinggi
lapangan dapat dideteksi dari 3anjan (minimum). Sebaliknya pada wilayah
penginderaan jauh dengan bervegetasi sangat rapat, dengan
menggunakan citra satelit . Perubahan kondisi sehat, perbandingan kedua
kerapatan vegetasi ini dapat dipantau kanal tersebut akan sangat tinggi
menggunakan citra satelit. Dalam (maksimum). Nilai perbandingan
melakukanya digunakan citra satelit, kecerahan kanal cahaya merah
yaitu Landsat 8 OLI/TIRS. dengan cahaya inframerah dekat atau
NIR/RED, adalah nilai suatu indeks
1.2 Tujuan Penelitian vegetasi (yang sering disebut ”simple
Adapun tujuan penelitian yang ratio”) yang sudah tidak dipakai lagi.
dilakukan dari penelitian ini adalah Hal ini disebabkan karena nilai dari
sebagai berikut: rasio NIR/RED akan memberikan
1) Untuk mengetahui penggunaan nilai yang sangat besar untuk
lahan di Kota Tasikmalaya tumbuhan yang sehat . Oleh karena
2) Untuk mendapatkan nilai indeks itu, dikembangkanlah suatu algoritma
vegetasi area pemukiman di Kota indeks vegetasi yang baru dengan
Tasikmalaya dengan normalisasi, yaitu NDVI (Normalized
menggunakan metode NDVI. Difference Vegetation Index). NDVI
adalah perbedaan nilai reflektansi
TINJAUAN PUSTAKA merah dekat dan inframerah yang
2.1 Indeks Vegetasi dinormalisasi karena pantulan
(Burgan, 1993 dalam Winter). Secara
Indeks vegetasi adalah khusus,
besaran nilai kehijauan vegetasi yang
diperoleh dari pengolahan sinyal NDVI = (NIR – RED) / (NIR + RED)
dijital data nilai kecerahan Keterangan:
(brightness) beberapa kanal data NIR = Band yang memiliki 3anjang
sensor satelit. Untuk pemantauan inframerah dekat (band 5)
vegetasi, dilakukan proses RED = Pantulan pada band merah
pembandingan antara tingkat (band 4) yang terlihat
kecerahan kanal cahaya merah (red) Persamaan tersebut akan
panjang cahaya inframerah dekat menghasilkan rentang nilai -1 hingga
(near infrared). Fenomena 1. Nilai -1 menunjukan objek awan,
salju, air, non-vegetasi. Sedangkan,
nilai 1 menunjukan objek vegetasi.
Adapun klasifikasinya yaitu tersaji
dalam tabel 1.
Tabel 1. Klasifikasi NDVI
Rentang Kerapatan Vegetasi
Klasifikasi
-1 – 0 Awan, -
Badan Air,
Nonvegetasi

0 – 0,25 Vegetasi Pemukiman,


Jarang Lahan Gambar 1. Citra Jawa Barat Hasil
Kosong Layer Stacking
3.2 Perangkat yang digunakan
0,25– 0,55 Cukup Sawah,
Rapat Tegalan Penelitian ini dilaksanakan
menggunakan menggunakan
0,55– 0,78 Rapat Sawah, perangkat computer dengan
Semak spesifikasi hardware dan software
Belukar sebagai berikut :

0,78 – 1 Sangat Hutan a. Processor : AMD A8-6410 APU


Rapat b. Kapasitas RAM : 2.00 GB
c. VGA : AMD Radeon R5 Graphic
d. Sistem Operasi : Windows 10
METODE PENGOLAHAN e. Software : ArcGIS 10.3 dan ENVI
5.1
3.1 Data Penelitian
3.3 Pengolahan Data
Dalam penelitian ini data yang
digunakan yaitu Citra Satelit Landsat 3.3.1 Diagram Alir Pengolahan
8 OLI/TIRS yaitu berupa citra yang Data
diperoleh dari GloVis USGS yang Pengolahan data dapat dilihat
terletak di Path 122 Row 64 Tahun pada flowchart dibawah ini:
2017. Dalam data citra tersebut
terdapat Kota Tasikmalaya dengan
zona 49S dalam datum WGS 1984. Citra
Data tersebut merupakan data yang
open acces sehingga dapat dengan
mudah diperoleh oleh siapapun dan Layer Stacking
kapanpun.

Subseting Region

Koreksi Atmosfer
Gambar 3. Hasil Layer Stacking
3.3.3 Subseting Wilayah Studi
Enhancement
Subseting atau pemotongan
data citra digunakan untuk memotong
Proses NDVI scene data citra sesuai dengan daerah
pengamatan. Proses ini dilakukan di
software ArcGIS 10.3.
Klasifikasi Lahan Langkah-langkah dalam
melakukan subseting pada data citra
yaitu sebagai berikut:
Pembuatan Peta
1. Membuka software ArcGIS, add
data, masukan file shapefile
administrasi Kota Tasikmalaya
Peta (*.shp)

Gambar 2. Alur Pengolahan Data


3.3.2 Layer Stacking
1. Pilih menu toolbox, pilih raster
management, lalu klik layer
stacking
2. Ubah output map projection
menjadi UTM, datum WGS 1984
dan zone 49S
3. Setelah itu pilih import file,
kemudian select citra dari band 1
hingga band 7
4. Klik Enter output name, pilih Gambar 4. Shapefile
lokasi citra yang akan disimpan Administrasi Kota Tasikmalaya
lalu klik ‘ok’. Hasil layer stacking
akan terlihat seperti Gambar 3. 2. Eksport data citra yang sudah
diambil dari GloVis USGS.
3. Pada menu toolbox pilih raster
management, lalu klik raster,
kemudian klik raster processing,
dan terakhir klik clip. Setelah itu,
pada clip input citra dan shp
administrasi sebagai outputnya.
4. Save as dengan nama yang
berbeda untuk menjaga data asli.
Hasil subseting dapat dilihat pada
Gambar 5.
gt 0 and b1 lt
1000)*float(b1)/1000}
3. Kemudian gunakan compute
statistic untuk mengetahui nilai
minimal dan maksimal band.
Nilai maksimal dan minimal band
dapat terlihat pada Gambar 6.

Gambar 5. Hasil Subseting


3.3.3 Koreksi Atmosfer
Terdapat beberapa metode
yang dilakukan untuk melakukan
koreksi atmosfer. Peneliti memilih
metode Quick Atmospheric Gambar 6. Compute Statistic dari
Correction (QuAC). Adapun Citra yang telah di Koreksi
langkah-langkahnya yaitu sebagai
4. Lalu Enter output name, pilih
berikut:
lokasi citra yang akan disimpan
1. Pada menu toolbox pilih lalu klik ‘ok’.
Radiometric Correction, lalu pilih
3.3.4 Enhancement (Penajaman)
Atmosphere Correction Module,
kemudian klik Quick Atmospheric Untuk penajaman citra,
Correction select input data yaitu metode yang digunakan yaitu
data yang telah di layer stacking pansharpening. Langkah-langkahnya
2. Lalu Enter output name, pilih sebagai berikut:
lokasi citra yang akan disimpan
lalu klik ‘ok’. 1. Klik swipe pada menu ENVI 5.1
2. Pilih image sharpening dalam
Setelah dilakukan QuAC range toolbox, lalu klik Gram Schmit
minimal band berubah yaitu nilai 3. Lalu, masukan citra
band minimal bernilai 0, akan tetapi panchromatic, yaitu citra yang
nilai band maksimalnya lebih dari 1 memiliki saluran 8 (band 8)
sehingga harus di koreksi agar nilai 4. Kemudian, Enter output name,
band maksimal tersebut bernilai tidak pilih lokasi citra yang akan
lebih dari 1. Langkah-langkah yang disimpan lalu klik ‘ok’.
digunakan yaitu:
1. Pilih band ratio pada menu
toolbox, lalu klik band math
2. Setelah itu masukan persamaan
{(b1 le 0)*0+(b1 ge 1000)*1+(b1
4. Setelah itu, klik kanan citra pada
layer manager lalu klik change
colour table, lalu ubah ke type
green/white linear, lalu klik
reverse. Hasil akhirnya seperti
berikut

Gambar 7. Hasil Penajaman


Citra
3.3.5 Proses NDVI
Berikut merupakan langkah-
langkah untuk memproses NDVI
pada citra:
1. Pilih band ratio pada toolbox lalu Gambar 9. Citra Hasil Proses
klik band math NDVI Setelah Melakukan
2. Setelah itu masukan persamaan Perubahan Colour Table
float(b5)-float(b4)/float(b5)+(b4)
3. Setelah itu, Enter output name, 3.3.6 Klasifikasi Lahan
pilih lokasi citra yang akan Setelah dilakukan proses
disimpan lalu klik ‘ok’. Hasil NDVI, dalam cursor value akan
proses NDVI dapat dilihat pada terlihat indeks nilai NDVI berada
Gambar 8 pada rentang -1 hingga 1. Tahap
selanjutnya setelah diketahui nilai
tersebut yaitu membuat klasifikasi
lahan. Klasifikasi lahan ini dilakukan
berdasarkan Tabel 1. Dalam
klasifikasi ini terdapat dua metode
alternatif, yaitu supervised
(terbimbing) atau unsupervised (tak
terbimbing). Pada penelitian ini
peneliti menggunakan metode
unsupervised dengan menggunakan
K-Means. Berikut merupakan
langkah-langkahnya

Gambar 8. Citra Hasil Proses


NDVI
1. Pilih classification pada toolbox, Berdasarkan Rencana Tata
lalu klik unsupervised Ruang Wilayah Kota Tasikmalaya
classification dan pilih K-Means 2014, hanya sekitar 455 Ha (2,56%)
2. Input data citra NDVI, lalu klik kawasan yang berfungsi lindung yang
‘ok’ ditetapkan dalam wilayah Kota
3. Number of classes isi dengan Tasikmalaya. Kawasan lindung
angka 6 (sesuai kebutuhan), itupun hanya sebatas kawasan
Untuk maximum iterations lindung setempat, berupa sempadan
dilakukan sebanyak 5 kali. sungai, sempadan jaringan listrik, dan
4. Save sempadan situ/danau. Namun
5. Setelah itu pilih Edit Envi Header demikian, RTRW Kota Tasikmalaya
pada toolbox 2014 menetapkan pula adanya
6. Gunakan post classification kawasan budidaya yang berfungsi
lindung, yaitu : hutan produksi milik
Perhutani dan hutan rakyat, yang
terletak di bagian selatan wilayah
Kota Tasikmalaya, seluas 162,55 Ha
atau sekitar 0,95% dari luas seluruh
wilayah Kota Tasikmalaya
4.2 Hasil NDVI

Gambar 10. Hasil


Klasifikasi Lahan
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Tata Guna Lahan Kota
Tasikmalaya
Penggunaan lahan eksisting di
Kota Tasikmalaya didominasi oleh
penggunaan di sektor pertanian
sebesar 12.207 Ha atau setara dengan
68.93 % dari luas wilayah Kota
Tasikmalaya. Lahan pertanian terbagi
atas lahan sawah seluas 6.172 Ha dan Penetapan rentang nilai piksel
lahan non sawah seluas 6.035 Ha. di antara -1 sampai 1. Rentang nilai
Lahan Pertanian terluas ada di pemalang berkisar di -0,78–0,98
Kecamatan Tamansari 24.875% seperti gambar diatas. Nilai piksel
(3.033 Ha) dan terkecil terdapat di menuju ke nilai -1 menunjukkan
Kecamatan Tawang 0.03% (155 Ha). ketidakberadaan vegetasi yang aktif
melakukan fotosintesis yang berarti berupaya untuk terus menjaga dan
vegetasi daerah tersebut tidak ada, melestarikan agar dapat
objek awan, atau badan air. Dan menciptakan suasana yang
begitu pula sebaliknya, Nilai piksel nyaman bagi penduduk kota
menuju ke nilai 1 menunjukkan 2) Permukiman yang saat ini telah
tingkat vegetasi yang sangat aktif berkembang di kawasan lindung
melakukan fotosintesis yang berarti (hutan), maka kegiatan budidaya
vegetasi daerah tersebut semakin masyarakat perlu diatur agar tidak
padat. Warna hijau tua menunjukan mengganggu fungsi lindung
vegetasi yang rapat (hutan), hijau sebagai catchment area.
muda menandakan bahwa didaerah
tesebut terdapat sawah atau tegalan, REFERENSI
merah menunjukan terdapat
pemukiman (lahan terbangun) pada [1] Lillesand dan Kiefer. 2010.
daerah tersebut, dan warna biru Penginderaan Jauh dan
menunjukan adanya badan air. Interpretasi Citra. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta
PENUTUP [2] Putra H, Erwin. 2010.
Penginderaan Jauh dengan Er
5.1 Kesimpulan Mapper. Graha Ilmu, Yogyakarta
Berdasarkan hasil pembahasan di [3] Winter, Damon. “Applied
atas, maka kesimpulan yang dapat Remote Sensing, FRWS 5750,
diambil adalah sebagai berikut : Utah State University, 2003.
[4] http://bpkad.tasikmalayakota.go.i
1) Tata guna lahan di Kota d/download/file/158 Diakses pada
Tasikmalaya sebagian besar tanggal 16 Desember 2017.
didominasi oleh persawahan, [5] https://www.academia.edu/75675
tegalan, perkebunan, dan hutan. 19/Analisis_Kerapatan_Vegetasi
Pemukiman di kabupaten _Untuk_Area_Pemukiman_Deng
pemalang tidak terlalu padat. an_Menggunakan_Citra_Satelit_
2) Indeks vegetasi di area Landsat_Studi_Kasus_Kabupate
pemukiman Kota Tasikmalaya n_Pemalang_Jawa_tengah
bernilai cukup tinggi, hal ini bisa Diakses pada tanggal 16
dilihat dari hasil proses NDVI Desember 2017.
dimana luasan vegetasi yang [6] staff.ui.ac.id/system/files/users/do
ditandai dengan warna hijau tua di.sudiana/publication/dodi2.pdf
dan hijau muda cenderung lebih Diakses pada tanggal 16
mendominasi dibandingkan Desember 2017.
pemukiman.
5.2 Saran
Saran kami berdasarkan hasil
penelitian diatas adalah :
1) Vegetasi yang berada di Kota
Tasikmalaya relatif tinggi,
sehingga pemerintah daerah harus

Anda mungkin juga menyukai