Anda di halaman 1dari 17

DAMPAK PERUBAHAN IKLIM DAN CURAH HUJAN DI KOTA MAKASSAR

Fatih Muhammad, Aulia Salsabila, Muh Sabil Iksan, Adrian.


muhsabiliksan@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menginvestigasi perubahan iklim dan pola curah hujan yang
ekstrem di Kota Makassar. Terdapat dua tujuan utama yang ingin dicapai melalui penelitian
ini: 1) Menganalisis perubahan dalam pola curah hujan yang terjadi di Kota Makassar, dan 2)
Menyelidiki perubahan iklim yang terjadi di Kota Makassar. data intensitas hujan akan
digunakan untuk menganalisis perubahan iklim serta karakteristik curah hujan dari tahun ke
tahun. Curah hujan diukur dalam satuan milimeter, mengindikasikan jumlah air hujan yang
terkumpul pada alat pengukur hujan yang ditempatkan pada permukaan datar yang tidak
menyerap, mengalir, atau kehilangan air. Selain itu, suhu juga memainkan peran penting
dalam proses pembentukan hujan.
Kata kunci: Perubahan iklim, intensitas hujan, suhu

ABSTRACT
This study aims to investigate climate change and extreme rainfall patterns in Makassar City.
There are two main objectives to be achieved through this research: 1) To analyze changes in
rainfall patterns that have occurred in Makassar City, and 2) To investigate climate change
that has occurred in Makassar City. Rain intensity data will be used to analyze climate change
and rainfall characteristics from year to year. Rainfall is measured in millimeters, indicating
the amount of rainwater that collects on a rain gauge placed on a flat surface that does not
absorb, drain, or lose water. In addition, temperature also plays an important role in the
process of rain formation.
Keywords: Climate change, rainfall, temperature
iklim. Es adalah bentuk presipitasi yang
berhubungan dengan pertanyaan tentang
PENDAHULUAN
penggunaan udara. kemudian mendingin
Fenomena iklim adalah fenomena alam dan berubah menjadi tetesan air dan kristal
atau fenomena yang terjadi dalam sistem es yang akhirnya turun sebagai hujan.
iklim bumi. Fenomena iklim dapat Menurut Ramli (2010), curah hujan adalah
mencakup perubahan jangka pendek istilah yang mengacu pada air hujan yang
seperti siklon tropis, badai salju atau terjadi dalam jangka waktu tertentu yang
kekeringan, serta perubahan jangka tidak tetap. Udara di troposfer yang
panjang seperti perubahan suhu global atau dikenal sebagai prespipitasi dipengaruhi
kenaikan permukaan laut dan curah hujan oleh suhu, atmosfer, dan angin. Hujan
yang meningkat Curah Bagi adalah kekhasan yang muncul dari iklim
Prawirowardoyo (1996) hujan adalah selama tugas bisnis. Garam dan es adalah
curah hujan yang berbentuk cair atau padat komponen paling penting dari
atau endapan air yang berasal dari (a). pengendalian polusi udara. Air naik di
hujan (Mulyono, 2016) udara, di atas atmosfer bagian bawah,

Variabilitas curah hujan juga menambal dan membentuk pandangan

mempengaruhi sektor pertanian yang udara dan batu mulia, yang sekarang

secara tidak langsung mempengaruhi dianggap sebagai hujan. Karena

ketahanan pangan, kesejahteraan sosial (Triatmojo, 1998) Presipitasi adalah

dan aktivitas ekonomi masyarakat (Baidu ketinggian air hujan yang terakumulasi
et al., 2017). pada suatu daerah datar, tanpa menguap,
meresap atau meluap (Ramli, 2010).
Curah hujan merupakan faktor penting
Berapa banyak udara yang terpakai pada
dalam siklus air dan keseimbangan energi
permukaan struktur dapat dimanfaatkan
di Bumi, serta memiliki peran krusial
sebagai komponen penghangat. Standar
dalam pemantauan bencana dan
mencerminkan perubahan umum dalam Satuan yang digunakan untuk mengukur

waktu dan jumlah curah hujan (Cai et al., intensitas curah hujan adalah milimeter per

2015). jam (mm/jam). Intensitas curah hujan


mengindikasikan jumlah air hujan yang
Presipitasi adalah salah satu cara umum di
jatuh dalam satu jam pada suatu lokasi
mana udara dihasilkan di lapisan troposfer.
tertentu, atau kejadian hujan paling
Udara terbentuk melalui perubahan suhu,
ekstrem yang terjadi selama satu hari.
tekanan udara, dan angin. Dalam konteks
Perubahan cuaca dapat diamati melalui
perubahan komponen utama udara, seperti
b) iklim
temperatur, musim (hujan dan kemarau),
Bagaimana Terjadinya perubahan iklim kelembaban, dan angin. Dari berbagai
yakni ditandainya dengan adanya variabel tersebut, suhu dan curah hujan
peningkatan suhu global. Dampak dari sering dikutip sebagai parameter utama
perubahan ini adalah adanya perubahan (BMKG, 2011).
dalam berbagai aspek di Bumi, terutama
Cuaca merupakan keadaan statistik yang
komposisi atmosfer, yang berpotensi
melibatkan berbagai parameter
mempengaruhi kehidupan di planet ini
meteorologi, seperti presipitasi, suhu,
(IPCC, 2014; Bappenas, 2011).
tekanan, angin, kelembaban, dan
Hawa merupakan kondisi universal penguapan. Kondisi cuaca ini berlangsung
dimana keadaan cuaca bermacam- macam dalam jangka waktu yang lama di suatu
dari hari ke hari. Dengan kata lain, hawa area. Saat mempelajari iklim suatu daerah,
ialah kelanjutan dari hasil yang dicatat tiap penting untuk memahami bagaimana
hari dalam jangka waktu yang lama. Jadi kondisi cuaca lokal dan sistem iklim
hawa merupakan rata- rata dari faktor global dapat mempengaruhi daerah
cuaca universal di permukaan bumi. tersebut. Sistem atmosfer terdiri dari lima
Sebagian besar perdebatan tentang komponen utama, yaitu atmosfer, litosfer,
implikasi keamanan dari pergantian hawa hidrosfer, kriosfer, dan biosfer.
berkisar pada apakah cuaca berubah pola Komponen-komponen ini saling
hendak menimbulkan konflik di masa berinteraksi dan memainkan peran penting
depan. dalam membentuk iklim suatu daerah.

Dalam studi tentang empat musim di zona Maka udara di berbagai tempat akan

iklim, terbukti bahwa vegetasi dapat memiliki perbedaan karakteristik. Bukti

menyerap karbondioksida (CO2) dari bahwa cuaca berubah sangat banyak

udara. Hal ini terlihat saat pohon (Smith et al., 2009; Fussel, 2009). Emisi

kehilangan semua daunnya pada akhir historis memperhitungkan beberapa

musim dingin dan pada akhir musim tingkat pemanasan Bumi di masa depan,

panas, ketika kerapatan daun menurun meskipun ada kemajuan dalam mitigasi,

(Hengkelare et al., 2021). dan kemungkinan akan melebihi ambang


batas 2°C yang banyak dianggap sebagai
gangguan "berbahaya" (Ramanathan dan
Feng, 2008; Dengan tidak adanya tersebut, yang diperkuat dan terus menerus
kerangka kerja internasional untuk diintensifkan oleh Mt. -angin lembah.
menstabilkan emisi, pemanasan global melalui penggabungan kumulatif (Qian,
kemungkinan akan meningkat sebesar 4 2008; Persona et al., 2012). Tingkat curah
derajat pada tahun 2100(Adger dan hujan harian di Pulau Jawa tertinggi pada
Barnett, 2009). Adaptasi tidak bisa musim hujan DJF, diikuti oleh MAM dan
dihindari. SON, dan terendah pada musim kemarau
JJA (Qian, 2008).
Karakteristik curah hujan harian seperti
mantra kering, mantra basah, panjang Tren curah hujan saat ini dapat digunakan
mantra maksimum, dll. untuk mengekstrapolasi ke masa depan.
apapun itu Jelas ekstrapolasi seperti itu
dihasilkan menggunakan spreadsheet
akan sangat tidak pasti karena tidak ada
Excel yang telah dilengkapi dengan
dasar fisik untuk pilihan tersebut Jenis
simulasi Monte Carlo kemampuan yang
kurva ekstrapolasi. Estimasi dampak
disebut sebagai 'Bola Kristal'.
perubahan iklim terhadap variabel iklim,
Curah hujan adalah jumlah air yang turun termasuk curah hujan ekstrim, sebagian
atau jatuh ke permukaan datar selama besar didasarkan pada hasil simulasi
periode waktu tertentu, seperti per jam, per dengan model iklim (model sirkulasi
hari, atau per bulan. Pengukuran dilakukan atmosfer-laut: model sirkulasi umum
pada permukaan horizontal dalam satuan (GCM) dan model iklim regional (RCM)).
besar yaitu milimeter, tanpa RCM bisa menggunakan kondisi awal dan
mempertimbangkan penguapan, limpasan, batas keluaran GCM untuk periode terpilih
dan infiltrasi. Dalam konteks ini, curah dari proses global. Ini sering disebut
hujan 1 milimeter mengacu pada jumlah sebagai teknik pemodelan iklim regional
air yang dapat terakumulasi pada bersarang. Sejauh ini pendekatan ini telah
permukaan tanah datar seluas satu meter sekali pakai; Tidak ada mekanisme umpan
persegi. Jumlah air ini setara dengan 1 liter balik dari simulasi RCM ke GCM
atau 1000 ml. (Ayundari & Sutikno, 2019) penggerak. Dalam sistem simulasi ini,

Analisis Qian (2008) tentang siklus diurnal peran GCM adalah mensimulasikan

berdasarkan curah hujan tiga jam dan respons sirkulasi global terhadap

angin di atas pulau Jawa menunjukkan pemaksaan skala besar. RCM

bahwa siklus diurnal paling dipengaruhi memperhitungkan kekuatan skala yang

oleh konvergensi angin laut di pulau-pulau lebih halus, seperti B. fitur topografi,
secara fisik dan meningkatkan simulasi rata spasial. Hubungan IDF Empiris Khas
variabel iklim pada skala spasial tersebut. dalam Sastra Seni (Bilham WMO 2009)
Namun, model RCM tidak melibatkan
Perubahan iklim mempengaruhi banyak
simulasi fitur fisik seperti cluster sel,
aspek yang berbeda, termasuk pola curah
mengarah ke bias sistematis dalam
hujan yang ekstrim. Dalam pengertiannya,
perkiraan curah hujan ekstrim (Dibike et
presipitasi adalah banyaknya Jadi untuk
al., 2008; ). Sejauh ini, ini adalah sebagian
memeriksa jumlah hujan, Anda
besar simulasi model iklim regional
memerlukan alat pengukur. Perangkat
Tersedia dalam skala waktu harian dan
yang mengukur curah hujan disebut flow
skala spasial 25-50 km, ada juga yang
meter, dan curah hujan ekstrim antara lain
berskala jam dan skala spasial 10 km
intensitas curah hujan tinggi dalam waktu
Skala.
singkat, banjir dan kekeringan
Hujan adalah proses ketika air jatuh dari berkepanjangan. Hujan adalah sumber dari
atmosfer ke permukaan bumi dan dapat semua air permukaan dan reservoir di atas
terjadi di berbagai lokasi. Dua faktor dan di bawah tanah. (Prayuda, 2015)
utama yang mempengaruhi terjadinya
Menurut siklus air, persediaan air di bumi
hujan adalah adanya udara yang kaya akan
tetap konstan dan terus berputar dalam
kelembapan dan kondisi meteorologi yang
siklusnya. Meskipun siklus air ini terus
memungkinkan udara tersebut mengembun
menerus, siklus air tidak merata karena
dan berubah menjadi butiran air yang jatuh
dipengaruhi oleh waktu. Banjir terjadi
sebagai hujan. (Prayuda, 2015)
ketika siklus air terganggu dan terjadi
Menurut Prawirowardoyo (1996), aliran air yang berlebihan. Untuk
presipitasi adalah presipitasi atmosfer mengurangi dampak yang ditimbulkan
dalam bentuk cair atau padat. oleh banjir, perlu dilakukan upaya
pengendalian banjir ketika terjadi aliran air
Karakteristik dasar curah hujan ekstrim
yang berlebihan. (Pabalik et al., 2015)
dapat dinyatakan sebagai rasio intensitas-
durasi-frekuensi (IDF) (juga disebut rasio Sebagai sebuah kota besar, Kota Makassar
kedalaman-durasi), yang merangkum selalu menghadapi bencana alam. Setiap
intensitas curah hujan pada panjang dan tahun bencana alam sering terjadi di kota
periode ulang yang berbeda (Chew et al. Makassar akibat kondisi cuaca yang buruk.
1988, WMO 2000). Rasio ini juga dapat Banjir adalah salah satu bencana alam
dihitung untuk presipitasi titik dan rata- yang sering terjadi pada periode awal
musim hujan. Iklim dengan tingkat curah Analisis kebutuhan perubahan iklim tren
hujan yang tinggi adalah faktor penyebab jangka panjang dalam pola iklim, bukan
utama terjadinya banjir. peristiwa cuaca individual.

-Meningkatkan intensitas hujan: Studi tentang perubahan cuaca melibatkan


Perubahan iklim dapat menyebabkan analisis cuaca di masa lalu, pemahaman
peningkatan intensitas curah hujan di tentang pola cuaca saat ini, dan upaya
beberapa titik. Artinya, hujan yang lebih untuk memprediksi apa yang mungkin
deras dan lebih deras dapat terjadi dalam terjadi di masa depan, baik dalam beberapa
waktu yang lebih singkat. Hal ini dekade maupun abad mendatang. Oleh
meningkatkan risiko banjir dan tanah karena itu, kajian tentang perubahan iklim
longsor. membutuhkan pengkajian yang terintegrasi

-Banjir: Perubahan iklim dapat Sistem udara atau sistem bumi. Karena
menyebabkan peningkatan frekuensi dan (Susanandi, 2006) Dampak perubahan
tingkat keparahan banjir. Peningkatan iklim di masa depan diproyeksikan
curah hujan dan intensitas hujan yang semakin parah dan mengganggu
lebih tinggi dapat menyebabkan kehidupan manusia. Perubahan ini dapat
peningkatan frekuensi banjir, terutama di menjadi ancaman serius terhadap
daerah yang rentan. penyebaran vegetasi alami dan
keanekaragaman hayati. Selain itu,
- Kekeringan: Di sisi lain, perubahan iklim
dampaknya juga dapat meningkatkan
juga dapat menyebabkan musim kering
risiko erosi tanah dan kejadian badai yang
yang lebih lama dan intensitas curah hujan
lebih intensif. Karakteristik presipitasi
yang lebih rendah di beberapa daerah. Hal
mengacu pada karakteristik atau pola
ini dapat mengganggu pasokan air dan
presipitasi yang dapat digunakan untuk
pertanian, mengancam kelestarian air, dan
menggambarkan distribusi, intensitas, dan
meningkatkan risiko kebakaran hutan.
durasi presipitasi di suatu wilayah. Berikut
Perubahan iklim juga dapat mempengaruhi adalah beberapa karakteristik utama
pola cuaca secara umum, termasuk presipitasi:
perubahan musim dan distribusi curah
hujan secara spasial. Namun, penting
untuk diingat bahwa tidak ada peristiwa
cuaca tunggal yang dapat langsung
dikaitkan dengan perubahan iklim.
intensitas: Intensitas hujan dapat bervariasi terjadi selama periode waktu tertentu.
dari hujan ringan hingga hujan lebat. Frekuensi dapat diukur dengan curah hujan
Intensitas yang tinggi seringkali disertai harian, bulanan atau tahunan. Informasi
dengan curah hujan yang ekstrim dan tentang frekuensi curah hujan penting
dapat menyebabkan banjir. untuk pemodelan risiko banjir dan
perencanaan infrastruktur.
Distribusi waktu: Distribusi temporal
curah hujan menggambarkan pola waktu di Kemungkinan untuk berubah: Variabilitas
mana hujan turun selama tahun atau curah hujan menggambarkan sejauh mana
periode waktu tertentu. Ini termasuk pola pola curah hujan berfluktuasi atau berubah
curah hujan musiman, seperti musim hujan dari waktu ke waktu. Variasi dapat
dan kemarau, serta frekuensi curah hujan merujuk pada fluktuasi alami dalam
pada skala waktu yang berbeda seperti presipitasi atau perubahan jangka panjang
harian, bulanan, atau tahunan. yang dapat terkait dengan perubahan
iklim.
Distribusi spasial: Distribusi curah hujan
spasial mengacu pada bagaimana curah Memahami karakteristik curah hujan
hujan didistribusikan di wilayah geografis penting dalam berbagai bidang, termasuk
tertentu. Ini bisa berarti perbedaan curah pertanian, pengelolaan sumber daya air,
hujan antara wilayah yang berdekatan atau mitigasi risiko banjir, dan perencanaan
perubahan curah hujan di wilayah yang infrastruktur.
lebih luas. Distribusi spasial presipitasi
Bagi kurun hidrologi, muatan enceran
dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti
dimuka mayapada merupakan mengirat
topografi, pola angin, dan pengaruh lautan.
serta melantas mengamalkan
Periode: Durasi presipitasi adalah jumlah pengembaraan dibumi yang bercorak
waktu hujan terjadi selama acara hujan kurun. Walaupun kurun hidrologi hidup
tertentu. Durasi hujan dapat bervariasi dari secara kontinyu, tetapi gelombang enceran
beberapa menit hingga beberapa hari. ini tidak menyeluruh( dipengaruhi waktu).
Curah hujan dalam periode yang lebih Banjir ditimbulkan sebab terdapatnya
lama cenderung memberikan kontribusi hambatan gelombang enceran yang
yang lebih besar terhadap curah hujan bercorak gelombang enceran yang
total. berlebih. Bila kelahirannya gelombang
yang lebih( air sebak), dongeng wajib di
Keteraturan: Frekuensi hujan mengacu
adakan upayaupaya jalur keluar air sebak
pada seberapa sering peristiwa hujan
supaya dampak yang ditimbulkannya Karakteristik Metode Deskriptif :
terhadap publik menurun.
Deskripsi : Metode ini berfokus pada
Analisis hidrologi kepada problem air deskripsi objektif dan terinci tentang suatu
sebak merupakan keingkaran esa norma fenomena, termasuk karakteristik, sifat,
yang kelewatan dipakai bagian dalam hubungan, dan pola-pola yang terkait.
menganalisa air sebak. Metode- norma
Mengamati: Metode deskriptif biasanya
analisa hidrologi yang digunakan
melibatkan pengumpulan data melalui
merupakan: ibarat hidrograf debet,
pengamatan langsung terhadap fenomena
penyelidikan air sebak, norma rasional,
yang diteliti. Pengamatan dapat dilakukan
norma empiris, norma statistik, serta
secara langsung atau menggunakan alat
model matematik. Ditaksir debet pucuk
dan instrumen yang sesuai.
mengabdikan resam ibarat hidrograf debet
mulai semenjak masukan yang dicatat Analisis Kualitatif dan Kuantitatif :

mulai semenjak 2 akhir stasiun perasan Metode ini dapat menggunakan analisis

enceran yang bersanding bagian dalam esa kualitatif, yaitu memahami makna dan

DAS tambah watak sama. Penelusuran air konteks fenomena, serta analisis

sebak memusatkan muka total- total kuantitatif, yaitu menggambarkan

mengerti masuk( I) serta mengerti fenomena dalam bentuk angka dan

keluar( O) sehingga dapat didetetapkan statistik.

sempurna S( total penampungan). Tata Tujuan dan Fokus : Metode deskriptif


cara rasional dapat menarangkan ikatan digunakan untuk memberikan gambaran
seslat debet tambah lebarnya limpah tahi yang akurat, obyektif, dan sistematis
angin kepada sesuatu DAS. tentang fenomena yang diteliti, tanpa

METODE PENELITIAN melakukan pengujian hipotesis atau


generalisasi.
Dengan mendeskripsikan interpretasi data
menggunakan tolak ukur Prediksi Langkah-langkah dalam Metode

perubahan iklim dan intensitas hujan di Deskriptif:

masa depan menggunakan data yang Penentuan Topik Penelitian : Pilih topik
diperoleh beberapa tahun yang lalu, atau fenomena yang akan dideskripsikan
jenis/metode studi artikel ini bersifat dan tentukan tujuan penelitian.
deskriptif dan berkaitan dengan pemodelan
Pengumpulan Data : Kumpulkan data
iklim.
melalui observasi langsung, wawancara,
kuesioner, dokumen, atau sumber data dataran rendah dengan ketinggian antara 1
lainnya yang relevan dengan fenomena hingga 25 meter di atas permukaan laut.
yang diteliti. Secara astronomis, Kota Makassar terletak
pada koordinat 119ᵒ24'17'38" Bujur Timur
Analisis data: Menganalisis data yang
dan 5ᵒ8'6'19" Lintang Selatan. Luas
terkumpul dengan menggunakan metode
wilayah Kota Makassar adalah 175,77
analisis yang tepat, baik kualitatif maupun
km². Kota ini terdiri dari 15 kecamatan
kuantitatif. Identifikasi pola kunci,
dengan Kabupaten Makassar sebagai
kesimpulan, atau karakteristik yang
ibukotanya.
muncul dari data.
Kondisi iklim dan hidrologi
Interpretasi dan Deskripsi : Interpretasikan
data dan berikan deskripsi yang sistematis Di Kota Makassar, intensitas curah hujan
dan terperinci tentang fenomena yang mencapai 311 mm. Selain hujan deras,
diteliti. Gunakan bahasa yang jelas dan banjir juga sering terjadi karena luapan
objektif dalam menjelaskan temuan sungai. Kota Makassar memiliki tiga DAS
penelitian. (Daerah Aliran Sungai), yaitu Sungai
Tallo, Sungai Pampang, dan Sungai
Presentasi Hasil : Sajikan hasil penelitian
Jeneberang. Menurut data Badan Pusat
dalam bentuk laporan penelitian, artikel,
Statistik Kota, jumlah penduduk Kota
presentasi, atau bentuk komunikasi lainnya
Makassar pada tahun 2019 mencapai
yang sesuai dengan audiens atau konteks
1.508.154 jiwa, terdiri dari 746.951 laki-
tertentu.
laki dan 761.203 perempuan. Kepadatan
Metode deskriptif berguna dalam berbagai penduduk Kota Makassar adalah 8.580
disiplin ilmu, seperti sosiologi, psikologi, jiwa/km²..
ekonomi, dan ilmu sosial lainnya. Metode
Indonesia adalah negara kepulauan yang
ini membantu dalam memahami dan
memiliki luas daratan sekitar 1,9 juta
menjelaskan fenomena secara terinci,
kilometer persegi dan luas lautan sekitar
untuk memberikan pemahaman yang lebih
5,8 juta kilometer persegi. Kondisi
baik tentang subjek dapat dicari
geografis ini menyebabkan sebagian besar
HASIL DAN PEMBAHASAN penduduk Indonesia tinggal di wilayah

Gambar wilayahnya pesisir. Namun, karena rentang


kepulauannya yang luas, Indonesia sangat
Kota Makassar adalah ibu kota provinsi
Sulawesi Selatan, Indonesia. Terletak di
rentan terhadap perubahan iklim dan Sumber : Climate Charts Makassar 2010-
pemanasan global. 2020 temperature and precipitation scale

Foto di atas menampilkan data kota


Makassar dalam kurun tahun 2010-2020
Hasil analisis hujan kota Makassar masa
dari bulan Januari sampai desember
2020 bisa dilihat pada foto di dasar ini:
berdasarkan temperatur dan skala
presipitasinya. Terlihat bahwa pada awal
dan akhir tahun terjadi hujan lebat di kota
tersebut. Disertakan menunjukkan bulan-
bulan basah mulai dari Maret hingga Mei
Bulan Hujan Ekstrim terjadi Pada Akhir
Bulan Desember dan awal Bulan, lalu
bulan Juni, sementara bulan-bulan kering
terjadi dari Juli hingga Oktober, seperti

yang ditunjukkan dalam gambar.


Parameter hujan lebat dapat tercapai ketika
skala presipitasi mencapai 200-an per hari,
sedangkan hujan ekstrem terjadi ketika beberapa faktor salah satunya Suhu. Pada
curah hujan melebihi 300-an per hari. Di Kota Makassar Curah Hujan Ekstrim
Kota Makassar, hujan lebat sering terjadi Terjadi di Awal dan Akhir Bulan.
pada beberapa bulan awal, dan bulan-
bulan Agustus dan Oktober memiliki curah
hujan yang lebih tinggi.

Hujan juga mempengaruhi suhu di sekitar


kota Suhu udara dapat mempengaruhi
curah hujan melalui beberapa mekanisme
yakni :

Konveksi: Pemanasan udara di permukaan


bumi menyebabkan udara menjadi lebih
panas dan cenderung naik. Proses ini
dikenal sebagai konveksi. Ketika udara Sumber : Climate Charts Data Makassar

naik, ia mendingin secara adiabatik (yaitu, 2010-2020

mendingin karena ekspansi), yang dapat Berikut grafik temperature dan skala
menyebabkan terbentuknya awan dan presipitasi intensitas Iklim di Makassar
hujan. Jadi, suhu yang tinggi dapat Tahun 2010 hingga 2020.
memicu konveksi yang lebih intens,
Model curah hujan di Indonesia secara
sehingga meningkatkan potensi curah
umum dapat dibagi menjadi tiga model
hujan.
iklim utama berdasarkan pertimbangan
Presipitasi konvektif: Suhu yang tinggi terhadap curah hujan tahunan. Penelitian
dapat memicu perkembangan awan yang dilakukan oleh Aldrian dan Susanto
cumulonimbus yang tinggi dan kuat. Awan menyediakan klasifikasi iklim Indonesia
ini sering terkait dengan hujan lebat dan yang mendukung pembagian tersebut.
badai. Ketika suhu permukaan bumi sangat sebagaiberikut:
tinggi, energi termal yang tinggi dapat
- Pola intensitas hujan musiman
menghasilkan pertumbuhan vertikal awan
yang lebih kuat, meningkatkan Pola ditandai dengan curah hujan muson
kemungkinan terjadinya hujan lebat. non-modal, dengan Juni, Juli, dan Agustus
merupakan musim kemarau, sedangkan
Berdasarkan data diperoleh bahwa sanya
Dalam pola iklim Indonesia, bulan
Curah Hujan Ekstrim dipengaruhi oleh
Desember, Januari, dan Februari dianggap dengan perubahan kondisi cuaca yang
sebagai bulan-bulan basah, sedangkan lebih stabil.
enam bulan sisanya adalah masa transisi
-Model presipitasi khatulistiwa
atau peralihan antara musim kemarau dan
musim hujan. Tiga bulan peralihan Pola intensitas hujan lokal mempunyai ciri

pertama terjadi dari musim kemarau ke khas yang berbeda dengan rezim

musim hujan, sedangkan tiga bulan khatulistiwa. Pada pola ini, curah hujan

peralihan kedua terjadi dari musim hujan tidak terjadi dalam dua puncak seperti

ke musim kemarau. pada rezim khatulistiwa, melainkan hanya


terdapat satu puncak curah hujan. Pola ini
berbeda dari pola curah hujan musiman
yang umumnya terjadi. Wilayah yang
terpengaruh oleh pola curah hujan lokal
mencakup Maluku, Sulawesi, dan sebagian
Papua.

KESIMPULAN

Berdasarkan temuan dari penelitian ini,


Sumber: Balai Meteorologi, Klimatologi beberapa kesimpulan dapat diambil:
dan Geofisika (BBMKG) Wilayah IV
Curah hujan yang melimpah di Kota
Makassar 2020-09-18
Makassar dapat dikaitkan dengan letak
BMKG Makassar juga menyaatakan, geografis Makassar yang berada di pesisir
intensitas hujan pada bulan Juni hingga selatan Pulau Sulawesi, dekat Laut
Oktober dasar bulan pertama bulan Juli Makassar. Daerah tersebut dipengaruhi
terbilang ringan ringan. oleh musim hujan dan sistem cuaca yang
membawa uap air dari laut, yang dapat
Wilayah-wilayah yang dominan mengikuti
menyebabkan terbentuknya awan dan
pola musim ini meliputi Sumatera Selatan,
hujan.
Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan,
Jawa, Bali, Nusa Tenggara, dan beberapa Curah hujan di kota Makassar bertipe
bagian di Papua. Di wilayah-wilayah monsoon yang berarti hujan deras di awal
tersebut, curah hujan cenderung lebih dan akhir tahun serta hujan kering di
tinggi selama bulan-bulan basah, pertengahan tahun. Curah hujan juga
sementara bulan-bulan transisi ditandai dipengaruhi oleh suhu, tetapi suhu udara
juga berperan penting dalam pembentukan selalu berubah-ubah. Pada akhir Bulan dan
curah hujan. Udara yang memiliki suhu awal bulan, terlihat bahwa terdapat dua
lebih tinggi memiliki kapasitas yang lebih periode puncak suhu tertinggi di beberapa
besar untuk menampung uap air daripada bulan. Bulan May Agustus, September,
udara yang lebih dingin. Ketika udara yang dan Oktober menunjukkan intensitas hujan
lembap naik dan mendingin, uap airnya yang lebih tinggi dibandingkan bulan-
akan berubah menjadi tetesan air dan bulan lainnya. Di periode ini, suhu
membentuk awan. Kemudian, proses ini cenderung mencapai puncaknya,
dapat berlanjut dan menghasilkan hujan. menunjukkan kondisi panas dan Tinggi
Suhu rata-rata bulanan di kota Makassar nya Intensitas Hujan.

DAFTAR PUSTAKA
Ayundari, I., & Sutikno, S. (2019). Penentuan Zona Musim di Mojokerto Menurut
Karakteristik Curah Hujan Dengan Metode Time Series Based Clustering. Inferensi,
2(2), 63. https://doi.org/10.12962/j27213862.v2i2.6819
Hengkelare, S. H. S., Rogi, O. H. A., & Suryono. (2021). Mitigasi Risiko Bencana Banjir.
Jurnal Spasial, 8(2), 267–274.
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/spasial/article/view/35037/32821
Mulyono, D. (2016). Analisis Karakteristik Curah Hujan Di Wilayah Kabupaten Garut
Selatan. Jurnal Konstruksi, 12(1), 1–9. https://doi.org/10.33364/konstruksi/v.12-1.274
Pabalik, I., Ihsan, N., & Arsyad, M. (2015). Analisis Fenomena Perubahan Iklim dan
Karakteristik Curah Hujan Ekstrim di Kota Makassar. In Jurnal Sains dan Pendidikan
Fisika (Vol. 11, Issue 1, pp. 88–92).
Prayuda, D. D. (2015). Analisis Karakteristik Intensitas Hujan di Wilayah Lereng Gunung
Merapi. Jurnal Rekayasa Insfrastruktur, 1, 14–19.
https://rekayasainfrastruktur.unwir.ac.id/index.php/jri/article/view/52
Arnbjerg-Nielsen, K., Willems, P., PARAMETER IKLIM
Olsson, J., Beecham, S., Pathirana, BULANAN). Agromet, 21(1), 12-
A., Bülow Gregersen, I., ... & 20.
Nguyen, V. T. V. (2013). Impacts
Bongi, A., Rogi, O. H., & Sela, R. L.
of climate change on rainfall
(2020). Mitigasi Risiko Bencana
extremes and urban drainage
Banjir di Kota Makassar. Sabua:
systems: a review. Water science
Jurnal Lingkungan Binaan dan
and technology, 68(1), 16-28.
Arsitektur, 9(1), 1-12.
Arham, M., Arsyad, M., & Palloan, P.
Change, I. C. (2014). Mitigation of climate
(2015). Analisis karakteristik curah
change. Contribution of working
hujan dan tinggi muka air daerah
group III to the fifth assessment
aliran sungai (das) pute rammang-
report of the intergovernmental
rammang kawasan karst maros.
panel on climate change, 1454, 147
Jurnal Sains Dan Pendidikan
Fisika, 11(1), 82-87. Chen, G., Hou, J., Wang, T., Lv, J., Jing,
J., Ma, X., ... & Ji, G. (2022). The
Berrang-Ford, L., Ford, J. D., & Paterson,
effect of spatial–temporal
J. (2011). Are we adapting to
characteristics of rainfall on urban
climate change?. Global
inundation processes. Hydrological
environmental change, 21(1), 25-
Processes, 36(8), e14655.
33.
Dg Sipato, W. (2021). ANALISIS
Boer, R., Notodiputro, K. A., & Las, I.
KEBIJAKAN PEMERINTAH
(2007). PREDICTION OF DAILY
KOTA MAKASSAR UNTUK
RAINFALL
ADAPTASI PERUBAHAN
CHARACTERISTICS FROM
IKLIM (Doctoral dissertation,
MONTHLY CLIMATE INDICES
Universitas Hasanuddin).
(PREDIKSI KARAKTERISTIK
CURAH HUJAN HARIAN DARI
Djuraidah, A., Suheni, C., & Nabila, B. specific impacts of climate change
(2019). Peramalan curah hujan on hydrology. Soil erosion and
ekstrim di provinsi banten dengan crop yield in the loess Planteau of
model ekstrim spasial. Media China. Springer-Verlag. China.
Statistika, 12(1), 50-62.
Mattalunru, M. R., Annas, S., & Aidid, M.
Guo, X., Cui, P., Marchi, L., & Ge, Y. K. (2022). APLIKASI
(2017). Characteristics of rainfall MULTIVARIATE ADAPTIVE
responsible for debris flows in REGRESSION SPLINES (MARS)
Wenchuan Earthquake area. UNTUK MENGETAHUI
Environmental Earth Sciences, 76, FAKTOR YANG
1-16. MEMPENGARUHI CURAH
HUJAN DI KOTA MAKASSAR.
Hendrix, C. S., & Salehyan, I. (2012).
VARIANSI: Journal of Statistics
Climate change, rainfall, and social
and Its application on Teaching and
conflict in Africa. Journal of peace
Research, 4(1), 9-19.
research, 49(1), 35-50.
Malino, C. R., Arsyad, M., & Palloan, P.
Hermawan, E. (2010). Pengelompokkan
(2021). Analisis Parameter Curah
Pola Curah Hujan yang terjadi di
Hujan dan Suhu Udara di Kota
beberapa kawasan P. Sumatera
Makassar Terkait Fenomena
berbasis hasil analisis teknik
Perubahan Iklim. Jurnal Sains dan
spektral. Jurnal meteorologi dan
Pendidikan Fisika, 17(2), 139-145.
geofisika, 11(2).
Marpaung, S., Satiadi, D., & Harjana, T.
Jakarta city during the past 130 years.
(2012). Analisis Kejadian Curah
International Journal of
Hujan Ekstrem Di Pulau Sumatera
Climatology, 36(9), 3207-3225.
Berbasis Data Satelit Trmm Dan
Kaptué, A. T., Hanan, N. P., Prihodko, L., Observasi Permukaan [Analysis of
& Ramirez, J. A. (2015). Spatial Extreme Rainfall Events Over the
and temporal characteristics of Sumatera Island Based on Trmm
rainfall in A frica: Summary Satellite Data and Surface
statistics for temporal downscaling. Observation]. Jurnal sains
Water Resources Research, 51(4), dirgantara, 9(2).
2668-2679.
Meynecke, J. O., Lee, S. Y., Duke, N. C.,
Kumjian, M. R., & Ryzhkov, A. V. (2010). & Warnken, J. (2006). Effect of
The impact of evaporation on rainfall as a component of climate
polarimetric characteristics of rain: change on estuarine fish production
Theoretical model and practical in Queensland, Australia.
implications. Journal of Applied Estuarine, Coastal and Shelf
Meteorology and Climatology, Science, 69(3-4), 491-504.
49(6), 1247-1267.
Mulyono, D. (2014). Analisis karakteristik
Li Z., Liu W.Z., Zhang X.C. and Zheng curah hujan di wilayah Kabupaten
F.L. (2010). Assessing the site-
Garut Selatan. Jurnal Konstruksi, Prayuda, D. D. (2015). Analisis
12(1). Karakteristik Intensitas Hujan di
Wilayah Lereng Gunung Merapi.
MUSODIQ, A. L. P. (2022). KAJIAN
Jurnal Rekayasa Infrastruktur, 1(1),
TEKNIS SISTEM PENYALIRAN
14-19.
TAMBANG DAN ANALISIS
LAJU EROSI TANAH PADA SETIAWAN, M. V. (2021). Analisis
TAMBANG TERBUKA Dataran Banjir untuk Berbagai
DENGAN STUDI KASUS Kondisi Hujan Ekstrim (Studi
EXTREME RAINFALL (Doctoral Kasus: Sungai Tambakbayan DAS
dissertation, UPN'Veteran" Opak, Daerah Istimewa
Yogyakarta). Yogyakarta) (Doctoral dissertation,
Universitas Jenderal Soedirman).
NUGROHO, E. P. (2015). KAJIAN
KARAKTERISTIK HIDROLOGI Siswanto, S., van Oldenborgh, G. J., van
DAS (STUDI KASUS DAS der Schrier, G., Jilderda, R., & van
TEMPE SUNGAI BILA KOTA den Hurk, B. (2016). Temperature,
MAKASSAR) (Doctoral extreme precipitation, and diurnal
dissertation, Prodi Teknik Sipil rainfall changes in the urbanized
Unika Soegijapranata).
Sigid, M. F., Abdillah, M. R., & Dupe, Z.
Nuryanto D.E (2013). 20th CENTURY L. (2021). PERUBAHAN
RAINFALL CHARACTERISTIC KARAKTERISTIK CURAH
IN JAKARTA BASED ON HUJAN JANGKA PANJANG DI
GLOBAL CLIMATE EVENTS PROVINSI JAWA BARAT
TAHUN 1921-2010. Jurnal Sains
Pabalik, I., Ihsan, N., & Arsyad, M.
Dirgantara, 18(2), 99-110.
(2015). Analisis Fenomena
Perubahan Iklim dan Karakteristik Singh, V. P. (1988). Hydrologic systems.
Curah Hujan Ekstrim di Kota Volume I: Rainfall-runoff
Makassar. Jurnal Sains dan modeling. Prentice Hall,
Pendidikan Fisika, 11(1), 319077. Englewood Cliffs New Jersey.
1988. 480.
Prabawadhani, D. R., Harsoyo, B., Seto, T.
H., & Prayoga, B. R. (2016). Susandi, A. (2006, August). Indonesia's
Karakteristik temporal dan spasial Geothermal: Development and
curah hujan penyebab banjir di CDM Potential. In International
wilayah dki jakarta dan sekitarnya. Geosciences Conference and
Jurnal Sains & Teknologi Exhibition, Jakarta, Indonesia
Modifikasi Cuaca, 17(1), 21-25.
Susilokarti, D., Arif, S. S., Susanto, S., &
Prasetyo, B., Irwandi, H., & Pusparini, N. Sutiarso, L. (2015). Identifikasi
(2018). Karakteristik curah hujan perubahan iklim berdasarkan data
berdasarkan ragam topografi di curah hujan di wilayah selatan
Sumatera Utara. Jurnal Sains & Jatiluhur Kabupaten Subang, Jawa
Teknologi Modifikasi Cuaca, Barat. Agritech, 35(1), 98-105.
19(1), 11-20.
Svoboda, V., Hanel, M., Máca, P., & Yunusa, B., Yusuf, S., Zaharaddeen, I., &
Kyselý, J. (2017). Characteristics Abdussalam, A. (2017).
of rainfall events in regional Characteristics of rainfall
climate model simulations for the variations in Kaduna State,
Czech Republic. Hydrology and Nigeria. Asian Journal of Advances
Earth System Sciences, 21(2), 963- in Agricultural Research, 4(3), 1-
980. 11.
Vijith, H., & Dodge-Wan, D. (2020). Willems, P., Arnbjerg-Nielsen, K., Olsson,
Spatial and temporal characteristics J., & Nguyen, V. T. V. (2012).
of rainfall over a forested river Climate change impact assessment
basin in NW Borneo. Meteorology on urban rainfall extremes and
and Atmospheric Physics, 132(5), urban drainage: Methods and
683-702. shortcomings. Atmospheric
research, 103, 106-118.

Anda mungkin juga menyukai