PENDAHULUAN
Perubahan kondisi iklim bumi secara global akibat efek gas rumah kaca telah memberi
dampak pada kondisi cuaca/iklim ekstrim regional dan local wilayah Indonesia, dampak
kondisi penyimpangan iklim (cuaca ekstrem) yang nyata adalah meningkatnya
intensitas curah hujan, banjir bandang, badai lokal/angin putting beliung, suhu
perkotaan kian naik, kekeringan dan tanah longsor. Data curah hujan sangat penting
untuk perencanaan teknik khususnya untuk bangunan air misalnya irigasi, bendungan,
drainase perkotaan, pelabuhan, dermaga, dan lain-lain.
kota ternate adalah sebuah kota yang berada di bawah kaki gunung api gamalama
dipulau ternate provinsi maluku utara indonesia. Kota Ternate pernah menjadi ibu
kota sementara provinsi maluku utara secara de facto dari tahun 1999 hingga 2010. Pada
tanggal 4 Agustus 2010, sofifi diresmikan menjadi ibu kota Maluku Utara pengganti
Ternate, sebuah kelurahan di kota tidore kepulauan yang berada di pulau halmahera.
ukan data curah hujan setiap tahunnya.
Secara geografi Kota Ternate terletak antara 3° Lintang Utara dan 3° Lintang Selatan
serta 124-129° Bujur Timur. Wilayah Kota Ternate di sebelah utara, selatan dan barat
berbatasan dengan Laut Maluku, dan di sebelah timur berbatasan dengan Selat
Halmahera
Ternate menyebabkan sering terjadinya hujan akibat faktor orografik. Hal ini sejalan
dengan penjelasan Asdak (2004),yang menagatakan posisi Indonesia yang diapit kedua
daratan besar ini, menyebabkan hujan yang terjadi adalah jenis konvektif dan orografik.
Dari data curah hujan di Stasiun Metrologi Bandara Babullah Ternate dalam periode 22
tahun (1994 -2015) , dapat diketahui jumlah curah hujan rata-rata tahunan adalah 2.225
mm/tahun, dengan jumlah hari hujan pertahun rata-rata 202 hari. Curah hujan terbesar
terjadi pada tahun 1996 dan paling sedikit ada pada tahun 2015.
1.2 Rumusan Masalah
Pada penyusunan penelitan ini, dapat dirumuskan masalah yang didapatkan yaitu
sebagai berikut:
1. Berapa intensitas curah hujan yang terjadi di kota ternate
2. Bagaimana proses untuk melakukan klarifikasi intensitas curah hujan berdasarkan
data hasil yang didapatkan dari proses pengukuran?
2. untuk melakukan pengukuran dan mengklarifikasi jenis – jenis curah hujan dan
tinggi rendahnya intensitas curah hujan yang terjadi.
TINJAUAN PUSTAKA
Siklus Hidrologi adalah proses transportasi air secara kontinyu dari laut ke atmosfer dan
dari atmosfer ke permukaan tanah yang akhirnya kembali ke laut. Siklus hidrologi dapat
diterangkan sebagai berikut:
1. Energi panas matahari menimbulkan penguapan (evaporasi) pada permukaan laut,
permukaaan tanah, permukaan sungai dan permukaan danau.
2. Energi panas matahari juga menjadi sumber tenaga untuk penguapan pada tubuh-
tumbuhan (transpirasi).
3. Uap air pada ketinggian tertentu akan diubah menjadi awan.
4. Dengan proses meteorologi selanjutnya akan diubah menjadi awa hujan atau
mendung. Setelah mengalami proses kondensasi di atmosfer dan proses selanjutnya
akan terjadilan hujan.
5. Sebagian hujan sebelum mencapai tanah ada yang diuapkan kembali.
6. Air hujan yang jatuh ke permukaan tanah sebagian mengalir sebagai airan
permukaan (surface run off).
7. Sedangkan sebagian lainnya meresap kedalam tanah sebagai infiltrasi dan perlokasi.
8. Air tanah yang mengalami infiltrasi pada kondisi tanah yang memungkinkan
mengalir secara horizontalsebagai inter flow.
9. Sebagian air tanah akan tinggal dalam masa tanah sebagai Soil moinsture contetnt
dan sisanya mengair vertikal ke bawah secara perlokasi, hingga mencapai air tanah.
10. Selanjutya air tanah sebagian mengalir ke danau da sungai kemudian mengalir ke
laut. (Hadisusanto, 2010)
Gambar 2.1 Siklus Hidrologi. (Sumber:
https://simplenews05.blogspot.co.id/2015/04/tahapan-proses-siklus-
hidrologi.html).
2.2 Hujan
hujan merupakan salah satu bentuk presipitasi uap air yang berasal dari alam yang
terdapat di atmosfer. Bentuk presipitasi lainnya adalah salju dan es. Hujan berasal
dariuap air di atmosfer sehingga mendingin dan terjadi kondensi menjadi butir-butir
air dan kristal-kristal es yang akhirnya jatuh sebagai hujan (Triatmodjo, 1998).
Sedangkan menurut (Subarkah, 1980) hujan adalah sebuah proses kondensasi uap air,
terutama air laut yang naik ke atmosfer, dan mendingin, kemudia menyuling dan jatuh
sebagian di atas laut dan sebagian di atas daratan.
Curah hujan merupakan salah satu parameter cuaca yang mana datanya sangat penting
diperoleh untuk kepentingan BMG dan masyarakat yang memerlukan data curah hujan
tersebut. Hujan memiliki pengaruh yang sangat besar bagi kehidupan manusia, karena
dapat memperlancar atau malah menghambat kegiatan manusia. Oleh karena itu
kualitas data curah hujan yang didapat haruslah bermutu dan memiliki keakuratan yang
tinggi. Maka seorang observer / pengamat haruslah mengetahui tentang alat penakar
hujan yang sering dipakai ialah penakar hujan jenis Hellman (Bungnaen, 2013).
Sedangkan menurut (Sasrodarsono, 2003) curah hujan adalah jumlah air yang yang
jatuh di permukaan tanah selama priode tertentu yang di ukur dengan satuan tinggi
millimeter (mm) di atas permukaan horizontal. Dalam penjelasan lain curah hujan juga
dapat diartikan sebagai ketinggian air hujan yang terkumpul dalam tempat yang datar,
tidak menguap, tidak meresap dan tidak mengalir. Indonesia merupakan Negara yang
memiliki curah hujan yang bervariasi dikarenakan daerahnya yang berbeda pada
ketinggian yangberbeda beda. Curah hujan 1 (satu) millimeter, artinya dalam luasan
satu meter persegi padatempat yang datar tertampung air setinggi satu millimeter atau
tertampung air sebanyak satu liter.
Pada dasarnya hujan dapat terjadi di sembarang tempat, asalkan terdapat dua faktor,
yaitu faktor massa udara yang lembab dan faktor sarana meteorologi yang dapat
mengangkat massa udara tersebut untuk berkondensasi. Hujan terjadi akibat massa
udara yang mengalami penurunan suhu di bawah titikembun yang dapat mengalami
perubahan pembentukan molekul air. Hujanhanya dapat terjadi apabila molekul-
molekul air hujan sudah mencapai ukuran lebih dari 1 mm. Agar hujan dapat terjadi
diperlukan titik-titik kondensasi, amoniak, debu dan asam belerang. Titik-titik
kondensasi ini mempunyai sifat yang dapat mengambil uap air dari udara. Siklus
terjadinya hujan tersebut adalah muktlak terjadi setiap tahunnya, karena tidak bisa
dipungkiri bahwa air merupakan sumber daya alam yang sangat penting untuk
kelangsungan makhluk hidup dan karena manfaat air bagi kehidupan akan
mempengaruhi perkembangan bumi. Awan pada proses terjadinya hujan akan
membedakan jenis hujan yang terjadi di setiap wilayah. Hal ini karena
prosespembentukan awan pada siklus terjadinya hujan dibedakan berdasarkan
lapisannya menjadi seperti berikut :
Merupakan lapisan yang menempati lapisan paling rendah di langit yang membuatnya
letaknya dekat dengan permukaan bumi. Jika awan stratus kemudianberubah warna 1.
Sirus
1. Sirus adalah lapisan yang paling atas yang bentuknya seperti serabut halus berwarna
putih. Pada awan ini, akan membentuk menyerupai kristal es di langit, jika sudah
terbentuk seperti itu biasanya hujan akan turun.
2. Cumulus
Pada lapisan kedua ini, akan membentuk yang biasanya seperti gumpalan putih lembut
yang menandakan kalau cuaca akan panas serta kering. Namun ada juga yang bisa
muncul dengan warna hitam yang menandakan akan turun hujan disertai angin, petir
dan guruh.
3. Stratus
Merupakan lapisan yang menempati lapisan paling rendah di langit yang membuatnya
letaknya dekat dengan permukaan bumi. Jika awan stratus kemudianberubah warna
menjadi abu-abu, hal ini menandakan bahwa awan ini sudah mengandung butiran hujan
yang siap diturunkan. menjadi abu-abu, hal ini menandakan bahwa awan ini sudah
mengandung butiran hujan yang siap diturunkan.
Bagi bidang meteorology pertanian, dikumpulkan curah hujan harian atau setiap
periode 24 jam yang diukur setiap pagi hari. Dari data hujan harian dapat dihimpun data
curah hujan mingguan, sepuluh harian (dasarian), bulanan, tahunan dan sebagainya.
Selanjutnya juga dapat diperhitungkan hari hujannya. Untuk mengetahui banyaknya air
hujan, digunakanlah alat penakar hujan
Alat pengukur curah hujan ada beberapa tipe antara lain adalah :
Penakar hujan Observatorium (Obs) merupakan penakar hujan yang haru diukur secara
manual dengan menggunakan gelar ukur untuk mengukur air hujan, karenaitu lah type
penakaar hujan ini adalah type-non-recording atau tidak dapat mencatat sendiri. Prinsip
Alat Kerja Saat terjadi hujan, air hujan yang tercurah masuk dalam corong penakar.
Air hujan yang masuk dalam penakar dialirkan oleh pipa dan terkumpul di dalam
tabung penampung.
1. Jam Pengamatan
2. Pengamatan dilaksanakan setiap pukul 07.00 waktu setempat (WS) untuk metode
pengamatan agroklimat, sedangkan untuk pengamatan sinoptik diamati tiap 3 jam.
3. Penakar Hujan Tipe Hilman
Penakar hujan jenis Hellman merupakan suatu instrument/alat untuk mengukur curah
hujan. Penakar hujan jenis hellman ini merupakan suatu alat penakar hujan berjenis
recording atau dapat mencatat sendiri. Alat ini dipakai di stasiun-stasiun pengamatan
udara permukaan. Pengamatan dengan menggunakan alat ini dilakukan setiap hari pada
jam-jam tertentu mekipun cuaca dalam keadaan baik/hari sedang cerah. Alat ini
mencatat 11 jumlah curah hujan yang terkumpul dalam bentuk garis vertikal yang
tercatat pada kertas pias. Alat ini memerlukan perawatan yang cukup.
intensif untuk menghindari kerusakan-kerusakan yang sering terjadi pada alat ini. Curah
hujan merupakan salah satu parameter cuaca yang mana datanya sangat penting
diperoleh untuk kepentingan BMG dan masyarakat yang memerlukan data curah hujan
tersebut. Hujan memiliki pengaruh yang sangat besar bagi kehidupan manusia, karena
dapat memperlancar atau malah menghambat kegiatan manusia. Oleh karena itu kualitas
data curah hujan yang didapat haruslah bermutu dan memiliki keakuratan yang tinggi.
Maka seorang observer/pengamat haruslah mengetahui tentang alat penakar hujan yang
dipakai di stasiun pengamat secara baik. Salah satu alat penakar hujan yang sering
dipakai ialah penakar hujan jenis Hellman (Bunganaen, 2013). Alat ini berfungsi untuk
mengukur intensitas curah hujan yang terjadi.
P¿( p 1+ P 2+ P 3+ P+ Pn)/n……………………..…(1)
Keterangan dimana :
P = Curah hujan yang hilang pada stasiun 1,2.. (mm)
P1,P2,P3 = Hujan di stasiun 1,2,3,….,n
N = Jumlah stasiun hujan
Metode Rata-rata Aljabar ini akan cocok jika data curah hujannya homogen. Metode
aljabar ini memberikan hasil yang tidak teliti, namun metode inimemberikan hasil yang
cukup baik jika penyebaran hujan merata, serta hujan tidak terlalu bervariasi. Adapun
batasan luas dari metode ini yaitu sebesar 500 km2.
Perubahan lokasi stasiun hujan atau perubahan prosedur pengukuran dapat memberikan
pengaruh yang cukup besar terdapat jumlah hujan yang terukur,sehingga dapat
menyebabkan terjadinya kesalahan data (inconsistency)
Uji konsistensi berarti menguji kebenaran data lapangan yang tidak dipengaruhi oleh
kesalahan pada saat pengiriman atau saat pengukuran. Ada beberapa cara untuk
mengecek kualitas data hujan antara lain :
Melaksanakan pengecekan lapangan
Pengujian konsistensi data hujan dengan menggunakan Analisis Kurva Masa Ganda
yaitu, Jika terdapat data curah hujan tahunan dengan jangka waktu pengamatan yang
panjang, maka kurva massa ganda dapat digunakan untuk memperbaiki kesalahan
pengamatan yang terjadi yang disebabkan oleh perubahan posisi atau cara pemasangan
yang tidak baik dari alat ukur curah hujan. Kesalahan-kesalahan pengamatan tidak dapat
ditentukan dari setiap data pengamatan. Hal ini masih sering menimbulkan keraguan
karena masih terdapat kemungkinan tidak panggahnya stasiun referensi. Cara ini tidak
dapat digunakan untuk data curah hujan jangka waktu yang singkat (curah hujan harian
atau perjam) (Sosrodarsono dan Takeda, 2003). Ketelitian hasil perhitungan dalam
ramalan Hidrologi sangat diperlukan, yang tergantung dari konsistensi data itu sendiri.
Dalam suatu rangkaian data pengamatan hujan, dapat timbul non-homogenitas dan
ketidaksesuaian, yang dapat mengakibatkan penyimpangan dalam perhitungan.Non-
homogenitas ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain :
c. Perubahan iklim.
Uji konsistensi ini dapat diselidiki dengan cara membandingkan curah hujan tahunan
komulatif dari stasiun yang diteliti dengan harga komulatif curah hujan rata-rata dari
suatu jaringan stasiun dasar yang bersesuaian. Pada umumnya, metodeini disusun
dengan urutan kronologis mundur dan dimulai dari tahun yang terakhir atau data yang
terbaru hingga data terakhir. Jika data hujan tidak konsisten karena perubahan atau
gangguan lingkungan di sekitar tempat penakar hujan dipasang, misalnya, penakar
hujan terlindung oleh pohon, terletak berdekatan dengan gedung tinggi, perubahan
penakaran dan pencatatan, pemindahan letak penakar dan sebagainya, memungkinkan
terjadi penyimpangan terhadap trend semula. Hal ini dapat diselidiki dengan
menggunakan lengkung massa ganda.
Bila tidak ada perubahan terhadap lingkungan maka akan diperoleh garis ABC berupa
garis lurus dan tidak terjadi patahan arah garis, maka data hujan tersebut adalah
konsisten. Tetapi apabila pada tahun tertentu terjadi perubahan lingkungan, didapat
garis patah ABC. Penyimpangan tiba-tiba dari garis semula menunjukkan adanya
perubahan tersebut, yang bukan disebabkan oleh perubahan iklim atau keadaan
hidrologis yang dapat menyebabkan adanya perubahan trend.
Intensitas hujan adalah jumlah hujan per satuan waktu yang biasanya dinyatakan dalam
mm/jam. Data intensitas hujan dapat diperoleh dari analisis pencatatan hujan otomatis,
kemudian distribusi hujan jam-jamannya didistribusikan. Selanjutnya dilakukan
penggambaran kurva masa hujan dan dari gambar kurva masa dapat dibuat Gambar
Hyetograph. Apabila disekitar daerah penelitian tidak terdapat stasiun hujan otomastis,
makan sebaiknya dilakukan pendekatan dengan menggunakan beberapa rumus empiris
dalam hidrologi di antaranya metode Talboth (1881) biasanya digunakan untuk hujan
dengan durasi 5 menit sampai 2 jam, metode Sherman (1905) biasanya digunakan untuk
hujan dengan durasi lebih dari 2 jam, metode Ishigiro (1953), dan yang terakhir adalah
metode Mononobe, metode ini sering dipakai dalam perhitungan karena bisa digunakan
untuk hujan sembarang berdasarkan percobaan di Jepang. (Hadisusanto, 2010). Dalam
penelitian ini metode yang akan digunakan adalah metode Mononobe.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
12
3.3 Tahapan Penelitian
Tahapan penelitian ini secara umum dimulai dari penyusunan kerangka pemikiran dari
peneliti berdasarkan landasan teori yang telah dipelajari dan studi literatur dari buku-
buku serta jurnal-jurnal dari peneliti sebelumnya untuk dijadikan sebagai referensi dalam
penelitian ini. Data sekunder berupa curah hujan selama beberapa tahun terakhir
dikumpulkan kemudian dianalisis debit limpasan dengan analisis hidrologi.
Metode pada penelitian ini dibagi menjadi 2 tahap yaitu pra lapangan, lapangan dan
tahap pengolahan data
1. Pra Lapangan
- Kajian Pustaka
- Pengambilan Data Sekunder meliputi Data Curah Hujan
Bulan
Kegiatan
No. oktobe
Penelitian
juli agustus september r november desember
1 Pengajuan Judul
Penyusunan
2 Proposal
Seminar
3 Proposal
Observasi
4 Lokasi
Pengumpulan
5 Data
Pengolahan
6 Data
7 Ujian Tutup
13
3.4 Teknik Analisa Data
Dalam penyelesaian tugas akhir ini penyesuaian untuk menguji dan mengkaji sejauh
mana hipotesis yang dikemukakan sebelumnya. Pengolahan data adalah kegiatan
pendahuluan analis data, meliputi:
1. Kualitatif: Metode ini merupakan uraian bersifat obyektif yang berdasarkan pada
hasil penelitian atau data yang berbentuk angka/bilangan.
14
Mulai
Identifikasi Masalah
Studi Pustaka
Penyusunan Metodologi
Analisis Data
1. Analisis Metode Geometrik
2. Analisis Metode Detroit
Selesai
15