Anda di halaman 1dari 12

MENJELASKAN AIR HUJAN SEBAGAI SUMBER AIR BERSIH

PENYEHATAN AIR DAN PENGELOLAAN LIMBAH CAIR

Disusun oleh:

1. Diana Arum Sari


2. Fathul Fitriyah Rosdyani
3. Siti Muthmainah
4. Wahyu Widi Santoso

D4 Tingkat 2

JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA II

2013

KARAKTERISTIK AIR HUJAN


Air hujan berasal dari:

 Proses evaporasi (penguapan)


 Proses kondensasi (pengembunan)
 Proses presipitasi (hujan)

Dilihat dari proses terjadinya maka air hujan adalah air yang murni sebagai H2O dan oleh
sebab itu air hujan kurang/tidak mengandung larutan garam dan zat mineral. Dari sifat inilah
maka jika dimanfaatkan sebagai air minum, air hujan terasa segar.

Karakteristik:

1. Pola
Ikatan hujan adalah wilayah awan dan presipitasi yang panjang. Gelombang hujan
dapat bersifat stratiform atau konvektif, dan terbentuk akibat perbedaan suhu. Jika
dilihat melalui pencitraan radar cuaca, perpanjangan presipitasi ini disebut sebagai
struktur terikat.
2. Keasaman
pH hujan selalu bervariasi yang umumnya dikarenakan daerah asal hujan tersebut. Di
pesisir timur Amerika, hujan yang berasal dari Samudra Atlantik biasanya memiliki
pH 5,0-5,6; hujan yang berasal dari seberang benua (barat) memiliki pH 3,8-4,8; dan
badai petir lokal memiliki pH serendah 2,0. Hujan menjadi asam karena keberadaan
dua asam kuat, yaitu asam belerang (H2SO4) dan asam nitrat (HNO3). Asam belerang
berasal dari sumber-sumber alami seperti gunung berapi dan lahan basah (bakteri
penghisap sulfat); dan sumber-sumber antropogenik seperti pembakaran bahan
bakar fosil dan pertambangan yang mengandung H2S. Asam nitrat dihasilkan oleh
sumber-sumber alami seperti petir, bakteri tanah, dan kebakaran alami; selain itu
juga sumber-sumber antropogenik seperti pembakaran bahan bakar fosil dan
pembangkit listrik. Dalam 20 tahun terakhir, konsentrasi asam nitrat dan asam
belerang dalam air hujan telah berkurang yang dikarenakan adanya peningkatan
amonium (terutama amonia dari produksi ternak) yang berperan sebagai penahan
hujan asam dan meningkatkan pH-nya.
3. Pengelompokan iklim Köppen
Klasifikasi Köppen bergantung pada nilai suhu dan presipitasi rata-rata bulanan.
Bentuk klasifikasi Köppen yang umum digunakan memiliki lima jenis utama mulai
dari A hingga E. Jenis utama tersebut adalah A, tropis; B, kering; C, sejuk lintang
menengah; D, dingin lintang menengah; dan E, kutub. Lima klasifikasi utama ini
dapat dibagi lagi menjadi klasifikasi sekunder seperti hutan hujan, monsun, sabana
tropis, subtropis lembap, daratan lembap, iklim lautan, iklim mediterania, stepa,
iklim subarktik, tundra, daratan es kutub, dan gurun.

KUALITAS AIR HUJAN

Kualitas air hujan sangat tergantung dari kualitas udara setempat. Dari gambaran tersebut
diatas dapat disimpulkan beberapa sifat dari air hujan.

a. Air hujan bersifat lunak (soft water) karena kurang/tidak mengandung larutan garam
dan zat-zat mineral sehingga terasa kurang segar.
b. Dapat mengandung beberapa zat yang ada diudara seperti, NH3 dan CO2 agresif
sehingga bersifat korosif.
c. Dari segi bakteriologis air hujan relative lebih bersih tergantung pada tempat
penampungannya.
d. Besarnya curah hujan di suatu daerah merupakan patokan yang utama dalam
perencanaan penyediaan air bagi masyarakat.

Penggunaan air hujan sebagai sumber air untuk masyarakat adalah merupakan pilihan yang
terakhir apabila sumber lain tidak ada yang bisa dimanfaatkan.

CURAH HUJAN

Pengertian

Curah hujan merupakan ketinggian air hujan yang terkumpul dalam tempat yang
datar, tidak menguap, tidak meresap, dan tidak mengalir. Curah hujan 1 (satu)  milimeter
artinya dalam luasan satu meter persegi pada tempat yang datar tertampung air setinggi
satu milimeter atau tertampung air sebanyak satu liter.  Secara gampang penjelasannya
seperti ini, apabila di suatu daerah data curah hujannya 2000 mm / tahun berarti daerah
tersebut selama setahun  dalam 1 m2   jumlah air yang turun sebesar 2000 mm x 1 m2 yaitu
sebesar 2 m3 atau 2000 liter (1 dm3 = 1 liter).

Curah hujan terjadi karena massa udara yang membubung naik dan suhunya


menurun. Apabila massa udara telah mencapai jenuh maka terjadilah kondensasi yang
menyebabkan terjadinya hujan. 
Alat yang digunakan untuk mengukur curah hujan disebut Fluviometer atau penakar curah
hujan. Alat Pengukur curah hujan ini diletakkan pada tempat yang terbuka dan diusahakan
agar air lain tidak masuk kedalam alat ini. Alat pengukur curah hujan ini akan menghitung
banyaknya curah hujan harian, bulanan, maupun tahunan.
Banyak sedikitnya curah hujan bergantung pada beberapa faktor sebagai berikut : 

1. Kelembapan Udara 
2. Topografi
3. Arah dan kecepatan angin 
4. Temperatur udara 
5. Arah lereng medan 

Kriteria distribusi curah hujan bulanan :

Rendah : 0 – 100 mm

Menengah : 101 – 300 mm

Tinggi : 301 – 400 mm

Sangat Tinggi : > 400 mm

INTENSITAS HUJAN

Pengertian

Intensita hujan dalah banyaknya curah hujan persatuan jangka waktu tertentu. Apabila
dikatakan intensitasnya besar berarti hujan lebat dan kondisi ini sangat berbahaya
karena  berdampak dapat menimbulkan banjir, longsor dan efek negatif terhadap tanaman.
Intensitas curah hujan yang tinggi pada umumnya berlangsung dengan durasi pendek dan
meliputi daerah yang tidak luas. Hujan yang meliputi daerah luas, jarang sekali dengan
intensitas tinggi, tetapi dapat berlangsung dengan durasi cukup panjang. Kombinasi dari
intensitas hujan yang tinggi dengan durasi panjang jarang terjadi, tetapi apabila terjadi
berarti sejumlah besar volume air bagaikan ditumpahkan dari langit.

Intensitas curah hujan dikelompokkan menurut tingkat presipitasi:

 Gerimis — ketika tingkat presipitasinya < 25 mm per jam


 Hujan sedang — ketika tingkat presipitasinya antara 25 millimetre -
76 millimetre atau 10 millimetre
 Hujan deras — ketika tingkat presipitasinya > 76 millimetre (3.0 in) per jam,
atau antara 10 millimetre (0.39 in) dan 50 millimetre (2.0 in) per jam
 Hujan badai — ketika tingkat presipitasinya > 50 millimetre (2.0 in) per jam
Hujan

Hujan adalah sebuah presipitasi berwujud cairan, berbeda dengan presipitasi non-cair


seperti salju, batu es dan slit. Hujan memerlukan keberadaan lapisan atmosfer tebal agar
dapat menemui suhu di atas titik leleh es di dekat dan di atas permukaan Bumi. Di Bumi,
hujan adalah proses kondensasi uap air di atmosfer menjadi butir air yang cukup berat
untuk jatuh dan biasanya tiba di daratan. Dua proses yang mungkin terjadi bersamaan dapat
mendorong udara semakin jenuh menjelang hujan, yaitu pendinginan udara atau
penambahan uap air ke udara.

Tipe Hujan

Hujan dibedakan menjadi empat tipe, pembagiannya berdasarkan factor yang


menyebabkan terjadinya hujan tersebut :

a. Hujan Orografi

Hujan ini terjadi karena adanya penghalang topografi, udara dipaksa naik kemudian
mengembang dan mendingin terus mengembun dan selanjutnya dapat jatuh sebagai hujan.
Bagian lereng yang menghadap angina hujannya akan lebih lebat dari pada bagian lereng
yang ada dibelakangnya. Curah hujannya berbeda menurut ketinggian, biasanya curah hujan
makin besar pada tempat-tempat yang lebih tinggi sampai suatu ketinggian tertentu.

b. Hujan Konvektif

Hujan ini merupakan hujan yang paling umum yang terjadi didaerah tropis. Panas
yang menyebabkan udara naik keatas kemudian mengembang dan secara dinamika menjadi
dingin dan berkondensasi dan akan jatuh sebagai hujan. Proses ini khas buat terjadinya
badai guntur yang terjadi di siang hari yang menghasilkan hujan lebat pada daerah yang
sempit. Badai guntur lebih sering terjadi di lautan dari pada di daratan.

c. Hujan Frontal

Hujan ini terjadi karena ada front panas, awan yang terbentuk biasanya tipe stratus
dan biasanya terjadi hujan rintik-rintik dengan intensitas kecil. Sedangkan pada front dingin
awan yang terjadi adalah biasanya tipe cumulus dan cumulunimbus dimana hujannya lebat
dan cuaca yang timbul sangat buruk. Hujan front ini tidak terjadi di Indonesia karena di
Indonesia tidak terjadi front.

d. Hujan Siklon Tropis

Siklon tropis hanya dapat timbul didaerah tropis antara lintang 0°-10° lintang utara
dan selatan dan tidak berkaitan dengan front, karena siklon ini berkaitan dengan sistem
tekanan rendah. Siklon tropis dapat timbul dilautan yang panas, karena energi utamanya
diambil dari panas laten yang terkandung dari uap air. Siklon tropis akan mengakibatkan
cuaca yang buruk dan hujan yang lebat pada daerah yang dilaluinya.

CARA MENGUMPULKAN DATA CURAH HUJAN

Data Curah Hujan mencakup Nama Stasiun, Nomor Stasiun, Lokasi (koordinat) dan
ketinggian stasiun dari permukaan laut. Periode data yang diperlukan kurang lebih 10 – 20
tahun baik berupa data harian, data bulanan, dan data tahunan . Data-data tersebut dapat
diperoleh dari BMG, Puslitbang Air, Dinas PU, Cabang Dinas PU ataupun Laporan-laporan
yang pernah dibuat pada proyek sebelumnya. Hal terpenting dalam pembuatan rancangan
curah hujan adalah distribusi curah hujan. Distribusi curah hujan terdiri dari :

1. curah hujan tahunan (jumlah curah hujan dalam satu tahun)


2. curah hujan bulanan (jumlah curah hujan dalam satu bulan)
3. curah hujan harian (jumlah curah hujan dalam 24 jam)
4. curah hujan jam jam-an.

Harga-harga yang diperoleh digunakan untuk menentukan kemungkinan di kemudian hari


dan akhirnya untuk perancangan sesuai dengan tujuan yang dimaksud.Kegiatan
pengumpulan data curah hujan terdiri atas dua kegiatan :

a. Kegiatan pencatatan dan pembacaan data di masing-masing pos.

Kegiatan ini dilakukan oleh para petugas lapangan/pengamat secara rutin sesuai dengan
petunjuk pelaksanaan tugas di lapangan yang telah ditetapkan, keakuratan suatu data
sangat tergantung pada ketelitian petugas lapangan ini dalam mengukur dan mengamati
alat penakar curah hujan yang ada di pos pengamatan curah hujan. Petugas lapangan yang
diberi tugas sebagai pencatat data curah hujan merupakan penduduk setempat/pemilik
tanah yang digunakan untuk pos curah hujan, sebelumnya petugas pencatat telah diberikan
petunjuk tentang cara pengoperasian dan pemeliharaan pos penakar curah hujan

b. Kegiatan pengumpulan data lapangan.

Kegiatan ini dilakukan oleh para petugas yang bersangkutan secara rutin sesuai dengan
dana operasional yang tersedia, petugas tersebut datang secara langsung kepetugas
pencatatan dilapangan, umumnya kegiatan ini dilaksanakan bersamaan dengan kegiatan
inspeksi & monitoring pos, pengukuran debit dan pemberian honor petugas lapangan.

Ketelitian/akursi data lapangan merupakan persyaratan mutlak dalam pengelolaan data


hidrologi selanjutnya, artinya pengumpulan data lapangan harus dilakukan dengan benar
dan sesuai dengan prosedur mulai dari cara pemasangan kertas grafik, pencatatan awal
pena pada alat yang bersangkutan maupun ketepatan waktu pengukuran/pengamatan data
di lapangan.

Keakuratan data dari lapangan tersebut sangat tergantung pada kedisiplinan


petugas/pengamat dan kondisi alat pada saat itu. Agar petugas dapat melaksanakan dan
mengetahui tugas yang dibebankan padanya maka petugas tersebut harus memiliki copy
tentang tugas dan tanggung jawab sebagai petugas lapangan/pengamat. Selain itu petugas
lapangan tersebut perlu dibina dan dilatih secara rutin.

ANALISA CURAH HUJAN


 Menurut Wilayah(area)
Adalah curah hujan yang diperlukan untuk penyusunan suatu rancangan
pemanfaatan air dan rancangan pemanfaatan air dan rancangan pengendalian banjir
adalah curah hujan rata-rata diseluruh daerah yang bersangkutan, bukan curah
hujan pada suatu titik tertentu. Dalam analisis ini dapat digunakan beberapa
metode:
 Metode Rerata Aljabar
Metode perhitungan rata-rata aljabar (arithmatic mean) adalah cara yang paling
sederhana. Metode ini bisanya digunakan untuk daerah yang datar, dengan jumlah
pos curah hujan yang cukup banyak dan dengan anggapan bahwa curah hujan di
daerah tersebut cenderung bersifat seragam (uniform distribution).

 Metode Poligon Thiessen


Metode ini dilakukan dengan menganggap bahwa setiap stasiun hujan dalam suatu
daerah mempunyai luas pengaruh tertentu dan luas tersebut merupakan faktor
koreksi bagi hujan stasiun menjadi hujan daerah yang bersangkutan. Caranya adalah
dengan memplot letak stasiun-stasiun curah hujan ke dalam gambar DAS yang
bersangkutan. Kemudian dibuat garis penghubung di antara masing-masing stasiun
dan ditarik garis sumbu tegak lurus. Cara ini merupakan cara terbaik dan paling
banyak digunakan walau masih memiliki kekurangan karena tidak memasukkan
pengaruh topografi. Metode ini dapat digunakan apabila pos hujan tidak banyak.
dengan:
P = hujan wilayah (mm)
PN = hujan masing-masing stasiun pencatat hujan (mm)
Aw = luas wilayah (Km2)
AN = luas masing-masing poligon (Km2)
N = jumlah stasiun pencatat hujan

 Cara Isohyet:
Isohyet adalah garis lengkung yang menghubungkan tempat-tempat kedudukan yang
mempunyai curah hujan yang sama. Isohyet diperoleh dengan cara menggambar
kontur tinggi hujan yang sama, lalu luas area antara garis ishoyet yang berdekatan
diukur dan dihitung nilai rata-ratanya.

dengan:
Ai = luas antara dua garis isohiet (Km2)

Karakteristik hujan yang perlu ditinjau dalam analisis dan perencanaan hidrologi
antara lain :
1.Tinggi hujan (d) = jumlah atau kedalaman hujan yang terjadi selama durasi hujan
dan dinyatakan dalam ketebalan air di atas permukaan datar (mm).
2.Lama waktu / durasi (t) = adalah lama waktu hujan turun dalam satuan waktu
(menit/jam).
3.Intensitas hujan (I) = laju hujan atau tinggi air per satuan waktu (mm/menit,
mm/jam).
4.Frekuensi = jumlah kejadian hujan yang terjadi dan biasanya dinyatakan dengan
kala ulang (return period), misalnya sekali dalam 2, 5, 10, 20, 50, 100 tahun
5.Luas (A), adalah luas geografis daerah sebaran hujan.

Gambar Rerata aljabar (kiri), Poligon Thiessen (tengah), Isohiet (kanan)

Cara Memilih Metode Pendekatan Curah Hujan Daerah

 jaring-jaring pos hujan


Jumlah pos hujan cukup Metode isohiet, thiessen, rata-rata aritmatik
Jumlah pos hujan terbatas Metode thiessen, rata-rata aritmatik
Pos hujan tunggal Metode hujan titik
 Luas DPS
DPS besar (> 5000 km2) Metode isohiet
DPS sedang (500-5000 km2) Metode thiessen
DPS kecil (< 500km2) Metode rata-rata aritmatik
 Topografi TPS
Berbukit dan tidak beraturan Metode isohiet
Dataran Metode thiessen, rata-rata aritmatik
 Menurut Titik(point)
Analisis curah hujan titik adalah analisis data yang terukur pada setiap stasiun penakar
hujan(tunggal). Analisis ini tidak mengukur berdasarkan wilayah jatuhnya hujan tetapi
berdasarkan tiap pos-pos hujan atau stasiun hujan yang tersebar dalam suatu wilayah.

PENAMPUNGAN AIR HUJAN

Penampung air hujan(PAH) adalah tempat penampungan air hujan yang digunakan sebagai
sumber air bersih.

PERSYARATAN PENAMPUNGAN AIR HUJAN


Penampung air hujan yang baik harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
1) PAH harus kedap air
2) Penempatan PAH harus dapat menampung air hujan dan air bersih dari PDAM yang
didistribusikan melalui mobil-mobil tangki
3) Ada partisipasi masyarakay setempat dalam pelaksanaan pembangunan,
pengoperasian dan pemeliharaan PAH
4) Lokasi tempat PAH dpilih pada daerah-daerah kritis dengan curah hujan yang cukup.
REFERENSI

http://pegumpulandanpengolahandata.blogspot.com/

http://eprints.undip.ac.id/34093/6/1940_CHAPTER_III.pdf

http://www.winapedia.org/2013/02/pengertian-curah-hujan.html#ixzz2h2ssMTGR

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19244/4/Chapter%20II.pdf

http://chandratama.wordpress.com/2013/03/18/cara-membaca-angka-curah-hujan/

http://www.psychologymania.com/2013/05/pengertian-curah-hujan.html

http://id.wikipedia.org/wiki/Hujan

Buku Ajar Penyehatan Air dan Pengelolaan Limbah Cair

Anda mungkin juga menyukai