PENGERTIAN
2
Curah hujan adalah banyaknya air yang jatuh ke permukaan
bumi dan tersebar merata yang dinyatakan dengan
ketebalan air (rain fall depth, mm, cm).
Durasi hujan adalah lamanya waktu hujan tercurah dari
atmosfer yang dinyatakan dengan satuan waktu (menit,
jam, hari).
Intensitas hujan adalah ukuran yang menyatakan tebal
hujan dalam satuan waktu tertentu (mm/jam, cm/jam).
Curah hujan efektif adalah curah hujan yang
dialihragamkan menjadi aliran permukaan.
PROSES PEMBENTUKAN PARTIKEL
(MIKROFISIK)
Ada dua proses dimana awan menghasilkan tetes-tetes hujan,
yaitu:
1.Proses Bowen-Ludlam/proses benturan-tangkapan/ proses
awan hangat
•Terjadi pada awan panas yang banyak terdapat di daerah
tropis.
•Proses ini terjadi pada awan yang bersuhu > 0OC, melibatkan
dua fase gas dan cair.
• Syarat terjadinya pertumbuhan partikel presipitasi adalah
perbedaan ukuran tetes air dan jumlah tetes di dalam
awan.
• Adanya gaya gravitasi menyebabkan butir yang lebih besar
jatuh dan menumbuk (collide) butir lain sepanjang
lintasannya, sebagian bergabung (coalesce) sehingga
butiran menjadi lebih besar dan jatuh sebagai butir hujan.
2. Proses Bergeron-Findeisen/proses kristal es/proses awan
dingin
•Awan dengan suhu sebagian atau seluruhnya < 0°C.
•Tekanan uap di atas es kurang dari tekanan uap di atas butir air,
sehingga air menguap dan butiran es bertambah besar oleh difusi.
•Pertumbuhan kristal es mengorbankan tetes air lewat dingin
(supercooled water), karena adanya gradien tekanan uap.
•Ketika tumbuh lebih besar dan jatuh, kristal es menyapu butir
lain.
•Ketika melalui isoterm 0°C kristal es melebur menjadi tetes hujan.
1. Hujan Konvektif
• Dihasilkan dari udara lembab yang naik akibat pemanasan
permukaan bumi, sehingga mengalami proses pendinginan
secara adiabatik (tanpa perpindahan panas dan massa).
• Lalu membentuk awan cumulus dan dapat berkembang
menjadi awan cumolonimbus.
• Hal yang dapat diperhatikan dari tipe hujan ini, yaitu:
a. Daerah cakupan tidak luas (20-50 km). Sifatnya hujan lokal
terjadi setelah pemanasan permukaan bumi atau lewat
tengah hari.
b. Hujannya singkat tetapi deras berkisar 30-45 menit dan
sering disertai badai dan angin kencang.
c. Air hujan kebanyakan melimpas di permukaan tanah dan
sedikit yang meresap dalam tanah, akibatnya kurang efektif
untuk pertumbuhan tanaman, dan banyak menghanyutkan
butir-butir tanah (erosi).
d. Terjadi pada daerah tropis dan subtropis pada musim
panas.
2. Hujan Orografik
•Dihasilkan dari udara lembab yang naik didorong angin oleh
adanya dataran tinggi atau pegunungan.
•Sering terjadi pada lereng gunung yang menghadap arah
angin.
•Pada lereng hadap angin, makin tinggi tempat semakin tinggi
CH-nya sampai batas ketinggian tertentu seperti dikemukakan
oleh Braak (1928):
R = 1740 + 2,6 . h
Dimana : R = CH rata-rata tahunan (mm); h = altitude (m);
1740 = constanta CH rata-rata tahunan di permukaan laut
(mm).
3. Tipe Gangguan
•Merupakan tipe presipitasi yang terjadi akibat adanya
gangguan-gangguan atmosfer yang terjadi di daerah front
atau siklon.
•Hujan tipe ini dibagi atas dua jenis yaitu:
a.Hujan Frontal
Terjadi akibat adanya daerah front atau daerah pertemuan
massa udara yang mempunyai sifat yang berbeda yaitu suhu
dan kerapatan.
Daerah ini merupakan pertemuan massa udara dari daerah
beriklim panas (tropika) dan beriklim dingin (kutub) yang
bertemu pada daerah lintang pertengahan atau beriklim
sedang (subtropika).
b. Hujan Siklonik
Terjadi akibat adanya daerah siklon (daerah yang
tekanannya lebih rendah daripada daerah sekitarnya) pada
daerah tropis sebagai akibat tingginya suhu udara pada
daerah tsb. Sebagai akibatnya massa udara akan naik ke atas
karena kerapatannya kecil dan akan menimbulkan daerah
tekanan rendah di permukaan bumi yang dikenal sebagai
daerah depresi atau daerah siklon.
Gejala cuaca ini diberi nama Hurricane, Willy-Willy di
Australia, Buigio di Filipina, Taifun di Cina dan Jepang, dan
badai tropis di Indonesia.
4. Hujan Salju adalah air yang jatuh dari awan yang telah
membeku menjadi padat seperti hujan.
2. Hujan ringan 5 – 20
3. Hujan normal 20 – 50
Rata-rata CH tahunan
hasil penjumlahan Rb
Rata-rata CH tahunan
hasil rata-rata tahunan
tiap stasiun
2) Cara Poligon Thiessen (Rata-rata Berbobot)
Jika titik-titik pengamatan di dalam daerah itu tidak tersebar
merata, sehingga dilakukan dengan memperhitungkan
pengaruh tiap titik pengamatan.
Menggunakan luas poligon yang mengelilingi stasiun hujan
sebagai pembobot.
Perhitungan Poligon Thiessen
a. Siapkan peta batas wilayah dan lokasi stasiun CH.
b. Buat poligon setiap stasiun hujan.
c. Hitung luas wilayah poligon yang mengelilingi stasiun
hujan dan konversikan dalam persen.
d. Kalikan CH stasiun dengan persentase luas poligon yang
mengelilingi stasiun tersebut (hasil point d).
e. Hitung CH rata-rata wilayah didapat dengan
menjumlahkan hasil perkalian pada point e. (CH pada
suatu stasiun dengan persentase luas poligon yang
mengelilingi stasiun tersebut).
Cara Poligon
Thiessen
Latihan
3) Cara Garis Isohyet
•Peta isohyet digambar pada peta topografi dengan
perbedaan 10-20 mm berdasarkan data CH pada titik
pengamatan di dalam dan di sekitar daerah tsb.
•Luas bagian daerah antara dua garis isohyet yang berdekatan
diukur dengan PLANIMETER.
Cara Perhitungan Isohyet
a. Siapkan peta batas wilayah dan peta lokasi jaringan stasiun
b. Buat isohyet dari jaringan stasiun CH tersebut
c. Hitung luas wilayah diantara 2 isohyet dan konversikan
dalam persen (%)
d. Hitung rata-rata CH diantara 2 isohyet
e. Kalikan rata-rata CH diantara 2 isohyet dengan persentase
luas wilayah diantara 2 isohyet
f. Hitung CH rata-rata wilayah didapat dengan menjumlahkan
hasil perkalian pada point e. (rata-rata CH diantara 2 isohyet
dikalikan persentase luas wilayah diantara 2 isohyet)
Cara Garis Isohyet
TERIMA KASIH