Anda di halaman 1dari 37

HUJAN

PENGERTIAN

• Hujan adalah peristiwa presipitasi (jatuhnya cairan dari


atmosfer yang berwujud cair maupun beku ke permukaan
bumi) berwujud cairan.
• Presipitasi terjadi ketika populasi awan tidak stabil dan
beberapa butir tumbuh lebih besar dari butir yang lain
(Rogers, 1979).
• Jari-jari relatif butir hujan r = 103 μm dengan kecepatan
akhir (terminal velocity) sekitar 650 cm per detik.

2
 Curah hujan adalah banyaknya air yang jatuh ke permukaan
bumi dan tersebar merata yang dinyatakan dengan
ketebalan air (rain fall depth, mm, cm).
 Durasi hujan adalah lamanya waktu hujan tercurah dari
atmosfer yang dinyatakan dengan satuan waktu (menit,
jam, hari).
 Intensitas hujan adalah ukuran yang menyatakan tebal
hujan dalam satuan waktu tertentu (mm/jam, cm/jam).
 Curah hujan efektif adalah curah hujan yang
dialihragamkan menjadi aliran permukaan.
PROSES PEMBENTUKAN PARTIKEL
(MIKROFISIK)
Ada dua proses dimana awan menghasilkan tetes-tetes hujan,
yaitu:
1.Proses Bowen-Ludlam/proses benturan-tangkapan/ proses
awan hangat
•Terjadi pada awan panas yang banyak terdapat di daerah
tropis.
•Proses ini terjadi pada awan yang bersuhu > 0OC, melibatkan
dua fase gas dan cair.
• Syarat terjadinya pertumbuhan partikel presipitasi adalah
perbedaan ukuran tetes air dan jumlah tetes di dalam
awan.
• Adanya gaya gravitasi menyebabkan butir yang lebih besar
jatuh dan menumbuk (collide) butir lain sepanjang
lintasannya, sebagian bergabung (coalesce) sehingga
butiran menjadi lebih besar dan jatuh sebagai butir hujan.
2. Proses Bergeron-Findeisen/proses kristal es/proses awan
dingin
•Awan dengan suhu sebagian atau seluruhnya < 0°C.
•Tekanan uap di atas es kurang dari tekanan uap di atas butir air,
sehingga air menguap dan butiran es bertambah besar oleh difusi.
•Pertumbuhan kristal es mengorbankan tetes air lewat dingin
(supercooled water), karena adanya gradien tekanan uap.
•Ketika tumbuh lebih besar dan jatuh, kristal es menyapu butir
lain.
•Ketika melalui isoterm 0°C kristal es melebur menjadi tetes hujan.

•Jika jatuh sebelum terjadi peleburan, maka akan turun sebagai


salju atau butir es (hail).
•Proses ini melibatkan 3 fase padat, cair dan gas, sehingga
seringkali disebut proses tiga fase.
TIPE/JENIS PRESIPITASI (HUJAN)

1. Hujan Konvektif
• Dihasilkan dari udara lembab yang naik akibat pemanasan
permukaan bumi, sehingga mengalami proses pendinginan
secara adiabatik (tanpa perpindahan panas dan massa).
• Lalu membentuk awan cumulus dan dapat berkembang
menjadi awan cumolonimbus.
• Hal yang dapat diperhatikan dari tipe hujan ini, yaitu:
a. Daerah cakupan tidak luas (20-50 km). Sifatnya hujan lokal
terjadi setelah pemanasan permukaan bumi atau lewat
tengah hari.
b. Hujannya singkat tetapi deras berkisar 30-45 menit dan
sering disertai badai dan angin kencang.
c. Air hujan kebanyakan melimpas di permukaan tanah dan
sedikit yang meresap dalam tanah, akibatnya kurang efektif
untuk pertumbuhan tanaman, dan banyak menghanyutkan
butir-butir tanah (erosi).
d. Terjadi pada daerah tropis dan subtropis pada musim
panas.
2. Hujan Orografik
•Dihasilkan dari udara lembab yang naik didorong angin oleh
adanya dataran tinggi atau pegunungan.
•Sering terjadi pada lereng gunung yang menghadap arah
angin.
•Pada lereng hadap angin, makin tinggi tempat semakin tinggi
CH-nya sampai batas ketinggian tertentu seperti dikemukakan
oleh Braak (1928):
R = 1740 + 2,6 . h
Dimana : R = CH rata-rata tahunan (mm); h = altitude (m);
1740 = constanta CH rata-rata tahunan di permukaan laut
(mm).
3. Tipe Gangguan
•Merupakan tipe presipitasi yang terjadi akibat adanya
gangguan-gangguan atmosfer yang terjadi di daerah front
atau siklon.
•Hujan tipe ini dibagi atas dua jenis yaitu:
a.Hujan Frontal
Terjadi akibat adanya daerah front atau daerah pertemuan
massa udara yang mempunyai sifat yang berbeda yaitu suhu
dan kerapatan.
Daerah ini merupakan pertemuan massa udara dari daerah
beriklim panas (tropika) dan beriklim dingin (kutub) yang
bertemu pada daerah lintang pertengahan atau beriklim
sedang (subtropika).
b. Hujan Siklonik
 Terjadi akibat adanya daerah siklon (daerah yang
tekanannya lebih rendah daripada daerah sekitarnya) pada
daerah tropis sebagai akibat tingginya suhu udara pada
daerah tsb. Sebagai akibatnya massa udara akan naik ke atas
karena kerapatannya kecil dan akan menimbulkan daerah
tekanan rendah di permukaan bumi yang dikenal sebagai
daerah depresi atau daerah siklon.
Gejala cuaca ini diberi nama Hurricane, Willy-Willy di
Australia, Buigio di Filipina, Taifun di Cina dan Jepang, dan
badai tropis di Indonesia.
4. Hujan Salju adalah air yang jatuh dari awan yang telah
membeku menjadi padat seperti hujan.

Snow adalah kristal es yang tumbuh sejalan dengan


pertumbuhan awan. Pada suhu > -5 oC, kristal es
biasanya berkelompok membentuk snowflake.
Snow pellets atau graupel adalah butiran es berbentuk
bundar, konikal maupun bulat tipis berwarna putih
dengan diameter 2 – 5 mm. Biasanya terjadi dalam hujan
ringan ketika suhu di dekat permukaan mendekati 0 oC.
Snow grain ukurannya sangat kecil < 1 mm, putih, bulat tipis.
Sleet atau ice pellets adalah fenomena khas musim dingin
berupa partikel es kecil dengan diameter < 5 mm dan
transparan.
SN
OW
F LA
KE
5. Hujan Es adalah hasil pengembunan yang berupa butiran-
butiran es biasanya terjadi karena uap air memasuki area
diatas freezing (pembekuan) level.
6. Hujan Zenithal adalah hujan yang sering terjadi di daerah
sekitar ekuator, akibat pertemuan Angin Pasat Timur Laut
dengan Angin Pasat Tenggara. Kemudian angin tersebut
naik dan membentuk gumpalangumpalan awan di sekitar
ekuator yang berakibat awan menjadi jenuh dan turunlah
hujan.
7. Hujan Muson
•Adalah hujan musiman yang disebabkan oleh angin muson.
•Terjadi karena suhu darat lebih tinggi dari suhu di laut
sehingga tekanan darat lebih rendah daripada di laut
mengakibatkan aliran udara tetap ke arah daratan.
•Di Indonesia, hujan muson timur terjadi pada bulan Oktober
hingga April selama musim penghujan.
•Angin Muson timur bergerak dari benua Australia menuju
Asia.
8. Hujan Asam
•Hujan dengan pH < 5 akibat peningkatan polutan udara.
•Polutan yang menyebabkan hujan asam : nitrogen oksida dan
sulfur oksida, dimana di atmosfer akan bereaksi dengan uap
air untuk membentuk asam sulfat, asam nitrat, dan asam
nitrit yang mudah larut.
•Penyebab hujan asam :
Letusan gunung berapi
Polusi udara dari pabrik, mobil, kendaraan bermotor,
pembangkit listrik yang mengunakan bahan bakar minyak
bumi dan batu bara.
• Dampak dari hujan asam:
 Mempengaruhi kualitas air permukaan bagi biota yang
hidup di dalamnya karena terjadi penurunan pH.
 Merusak tanaman.
 Melarutkan logam-logam berat di dalam tanah, sehingga
mempengaruhi kualitas air tanah dan air permukaan.
 Bersifat korosif.
 Menyebabkan penyakit pernafasan.
 Pada ibu hamil, dapat menyebabkan bayi lahir prematur
dan meninggal.
9. Hujan Buatan
•Syarat utama dalam membuat hujan buatan adalah awan
yang sudah terbentuk secara alami yang memiliki
kandungan jenis-jenis air yang cukup dan kecepatan angin
yang rendah.
•Awan yang diperlukan untuk melakukan proses hujan buatan
adalah awan dengan jenis Cumulus yang aktif.
• Proses Terjadinya Hujan Buatan
 Menaburkan bahan kimia yang disebut dengan zat
glasiogenik yaitu Argentium lodida atau perak lodida ke
dalam awan.
 Penaburan bahan – bahan kimia tersebut dilakukan pada
ketinggian diantara 4000 hingga 7000 kaki dengan
memperhitungkan faktor – faktor seperti arah angin dan
kecepatan angin yang akan membawa awan ke wilayah
tempat terjadinya hujan buatan.
 Penaburan bahan – bahan kimia ini juga harus dilakukan
mulai pada saat pagi hari sekitar pukul 07.00 pagi.
 Ditaburkan juga zat kimia berupa zat higroskopis (garam
(NaCl), CaCL2 dan urea yang berbentuk bubuk dengan
diameter 10-50 mikron) untuk menggabungkan butir –
butir air di awan. 
 Beberapa jam setelah menaburkan bahan – bahan kimia
yang mempengaruhi awan untuk berkondensasi tersebut,
barulah bubuk urea ditaburkan sekitar pukul 12.00 siang.
 Setelah awan hujan terbentuk, bahan kimia ditaburkan
kembali ke awan tersebut, tetapi kali ini berbentuk larutan.
Larutan bahan – bahan kimia tersebut memiliki komposisi
air, urea dan amonium nitrat dengan perbandingan 4:3:1. 
• Dampak Hujan Buatan
Dampak Positif :
 Mengatasi kekeringan
 Mengatasi kabut asap akibat kebakaran hutan
 Membantu pengisian air waduk, ketersediaan air bersih,
ataupun PLTA.
Dampak negatif :
 Menimbulkan hujan asam
 Pencemaran tanah
MACAM-MACAM HUJAN
1. Berdasarkan Intensitas Hujan (mm.menit -1)
No. Derajad Hujan Intensitas Aplikasi di Lapang
(mm.menit-1)

1. Hujan sangat <0.02 Tanah agak basah atau sedikit dibasahi


lemah
2. Hujan lemah 0.02 – 0.05 Tanah sudah dibasahi di lapisan atas maupun
dibawahnya
3. Hujan normal 0.05 – 0.25 Tanah sudah bisa dibuat melumpur terutama
untuk persemaian basah pada padi dan bunyi
hujan kedengaran
4. Hujan deras 0.25 – 1.00 Air tergenang dimana-mana pada permukaan
yang rendah dan bunyi air kedengaran dari
genangan.
5. Hujan sangat > 1.00 Hujan seperti ditumpahkan dari langit dan
deras semua saluran masuk atau keluar meluap
2. Berdasarkan Jumlah CH per Hari (mm.hari -1)

No. Keadaan Curah Hujan Jumlah CH per Hari (mm.hari-1)

1. Hujan sangat ringan <5

2. Hujan ringan 5 – 20

3. Hujan normal 20 – 50

4. Hujan lebat 50 – 100

5. Hujan sangat lebat > 100


3. Berdasarkan Ukuran Diameter Butir Hujan (mm)

No. Jenis Curah Hujan Ukuran Butir


(mm)
1. Hujan gerimis ±5

2. Hujan halus ± 0.5

3. Hujan normal lemah ±1

4. Hujan normal deras ±2

5. Hujan sangat deras ±3


PENENTUAN CURAH HUJAN WILAYAH

• Tempat-tempat yang mempunyai CH yang sama di peta


disebut ISOHIT, sedangkan bila awannya sama disebut
ISINEPH.
• CH yang diperlukan untuk penyusunan suatu rancangan
pemanfaatan air dan rancangan pengendalian banjir adalah
CH wilayah/daerah (mm).
Cara-cara perhitungan CH daerah dari pengamatan CH di
beberapa titik :
1)Cara rata-rata aljabar
 Perhitungan rata-rata secara aljabar CH di dalam dan di
sekitar daerah yang bersangkutan.
 CH bulanan stasiun pada suatu wilayah dijumlahkan
CH rata-rata wilayah pada suatu bulan didapat dengan
membagi total CH semua stasiun pada bulan tersebut dengan
jumlah stasiun yang ada
Rata-rata CH bulan ke b

Rata-rata CH tahunan
hasil penjumlahan Rb

Rata-rata CH tahunan
hasil rata-rata tahunan
tiap stasiun
2) Cara Poligon Thiessen (Rata-rata Berbobot)
Jika titik-titik pengamatan di dalam daerah itu tidak tersebar
merata, sehingga dilakukan dengan memperhitungkan
pengaruh tiap titik pengamatan.
Menggunakan luas poligon yang mengelilingi stasiun hujan
sebagai pembobot.
Perhitungan Poligon Thiessen
a. Siapkan peta batas wilayah dan lokasi stasiun CH.
b. Buat poligon setiap stasiun hujan.
c. Hitung luas wilayah poligon yang mengelilingi stasiun
hujan dan konversikan dalam persen.
d. Kalikan CH stasiun dengan persentase luas poligon yang
mengelilingi stasiun tersebut (hasil point d).
e. Hitung CH rata-rata wilayah didapat dengan
menjumlahkan hasil perkalian pada point e. (CH pada
suatu stasiun dengan persentase luas poligon yang
mengelilingi stasiun tersebut).
Cara Poligon
Thiessen
Latihan
3) Cara Garis Isohyet
•Peta isohyet digambar pada peta topografi dengan
perbedaan 10-20 mm berdasarkan data CH pada titik
pengamatan di dalam dan di sekitar daerah tsb.
•Luas bagian daerah antara dua garis isohyet yang berdekatan
diukur dengan PLANIMETER.
Cara Perhitungan Isohyet
a. Siapkan peta batas wilayah dan peta lokasi jaringan stasiun
b. Buat isohyet dari jaringan stasiun CH tersebut
c. Hitung luas wilayah diantara 2 isohyet dan konversikan
dalam persen (%)
d. Hitung rata-rata CH diantara 2 isohyet
e. Kalikan rata-rata CH diantara 2 isohyet dengan persentase
luas wilayah diantara 2 isohyet
f. Hitung CH rata-rata wilayah didapat dengan menjumlahkan
hasil perkalian pada point e. (rata-rata CH diantara 2 isohyet
dikalikan persentase luas wilayah diantara 2 isohyet)
Cara Garis Isohyet
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai