Anda di halaman 1dari 23

4 Proses Terjadinya Hujan – Secara Singkat –

Gambar – Video
Kita sudah tidak asing lagi mendengar kata “HUJAN” bahkan hampir semuanya kita tahu
mengenai hujan. Hujan adalah air yang turun dari langit yang melalui dari beberapa proses hingga
terjadinya hujan. Hujan yang datang pada kurun waktu tertentu akan banyak menimbulkan
dampak negatif maupun positif bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup.

Sekarang kita akan menjelaskan mengenai proses terjadinya hujan. Proses terjadinya hujan adalah
gelaja alam yang membentuk perputaran air di bumi.

Ketika hujan turun, hujan akan melewati beberapa tahap melalui berbagai proses terjadinya hujan
agar proses hujan bisa berjalan secara maksimal dan hujan akan turun pada kurun waktu yang
tepat sehingga tidak mencemaskan warga diseluruh dunia menunggu kedatangan hujan yang
selalu ditunggu. Hujan memiliki beberapa tahapan untuk menjadi hujan yang sempurna dengan
beberapa proses terjadinya hujan.

Berikut adalah proses terjadinya hujan :

1. Panas matahari (Air Menguap)

Matahari adalah sebagian dari isi alam. Matahari yang selalu menyinari bumi dengan teriknya yang
menimbulkan efek panas, sehingga panasnya matahari bisa air danau, sungai dan laut menguap ke
udara. Selain dari air danau sungai dan laut air yang menguap ke udara juga bisa disebabkan juga
dari tubuh manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan benda-benda lain yang mengandung air.

2. Suhu udara yang tinggi (Uap air menjadi padat – terbentuk awan)

Suhu udara di indonesia termasuk ke golongan suhu udara yang tinggi akibatnya panas matahari
akan membuat uap air tersebut mengalami kondensasi (pemadatan) dan menjadi sebuah embun.
Embun terbentuk dari titik-titik ir kecil sehingga suhu udara semakin tinggi membuat titik-titik
dari embun semakin banyak berkumpul memadat dan akan membentuk menjadi awan. Menurut
kajian Neilburger tahun 1995, pada tahapan ini, tetes-tetes air memiliki ukuran jari-jari sekitar 5-20
mm. Dalam ukuran ini tetesan air akan jatuh dengan kecepatan 0,01-5 cm/detik sedangkan
kecepatan aliran udara ke atas jauh lebih tinggi sehingga tetes air tersebut tidak akan jatuh ke
bumi.
3. Dengan bantuan angin (Awan kecil menjadi awan besar)

Adanya angin dari udara yang menyebabkan tiupan yang akan membantu awan-awan bergerak ke
tempat yang lain. Pergerakan angin memberikan pengaruh besar terhadap awan sehingga
membuat awan kecil menyatu dan kemudian membentuk awan yang lebih besar lagi lalu bergerak
ke langit atau ke tempat yang memiliki suhu lebih rendah. Dan semakin banyak butiran awan
yang terkumpul awan akan berubah warna menjadi semakin kelabu.

4. Terbentuk lah hujan

Dan setelah awan semakin kelabu akibatnya titik-titik air semakin berat dan tidak terbendung lagi
akan membuat butiran-butiran air tadi jatuh ke bumi sehingga terjadilah hujan.
Gambar Proses Terjadinya Hujan

Ilustrasi 2 : Proses Terjadinya


Hujan
Proses Terjadinya Hujan Secara Singkat

1. Panas matahari membuat air yang ada di muka bumi menguap


2. Terbentuklah awan dari uap uap tersebut
3. Angin membuat awan kecil berkumpul menjadi besar
4. Karena kandungan air di awan yang sudah besar dan tidak bisa di tampung lagi maka turunlah
hujan

Proses terjadinya hujan secara singkat terdiri dari 4 tahapan besar di atas, lokasi terjadinya hujan
relatif tergantung pada pergerakan angin.

Video Proses Terjadinya Hujan Secara Singkat


Hujan juga dipengaruhi oleh beberapa iklim yang ada di indonesia, dengan mengetahui iklim di
indonesia maka akan lebih mudah untuk mengetahui hujan jenis apakah yang akan turun pada
waktu tertentu . Dan setelah penjelasan terjadinya proses pembentukan hujan kita akan
membahas mengenai berbagai macam jenis-jenis hujan yang ada di indonesia.

Setelah kita melewati beberapa proses terjadinya hujan. Kita akan menjelaskan cara membedakan
awan dingin dan awan hangat yang terbentuk ketika hujan.

Perbedaan Awan Dingin Dan Awan Hangat

Hujan yang turun dapat memberikan cuaca yang berbeda, ada berbagai macam hujan awan
yang dapat di bedakan menjadi dua yaitu awan dingin (cold cloud) dan awan hangat (warm
cloud). Cara membedakan awan dingin dan awan hangat menurut suhu lingkungan atmosfer
apabila seluruh bagiannya berada pada lingkungan atmosfer dengan suhu 0 derajat celcius.
Terjadinya awan dingin adalah apabila seluruh bagian awan dingin berada pada daerah lintang
tinggi dan menengah yang suhu udaranya dekat dengan permukaan tanah.
Indonesia mempunyai suhu dekat dengan permukaan sekitar 20-300 derajat celcius sedangkan
dasar awannya memiliki suhu sekitar 180 derajat celcius. Walaupun dengan keadaan tersebut
puncak awan bisa menembus jauh keatas melewati titik beku dan sebagian awan adalah awan
hangat dan sisanya adalah awan dingin.

Dan berikut adalah perbedaan proses terjadinya awan dingin dan awan hangat :

Proses terjadinya hujan pada awan hangat

Pada proses terjadinya hujan pada awan hangat adalah dengan cara saat uap air terangkat dari
permukaan bumi dan kemudian menuju atmosfer akan terjadi proses kondensasi yang dapat
menyebabkan uap air mengalami proses evaporasi (pengembunan) dengan adanya sumber garam
yang berasal dari air laut.

Sifat nya yang higroskopik ketika akan di mulai proses kondensasi partikel-partikel akan berubah
menjadi titik-titik air yang semakin banyak titik-titik air yang mengendap akan membentuk
menjadi sebuah awan. Dan partikel yang mengelilingi debu serta kristal garam yang ada di
permukaan awan akan menebal sehingga menjadi berat dan tidak bisa ditampung lagi maka mulai
lah jatuh dari awan menjadi hujan.

Proses terjadinya hujan pada awan dingin

Pada proses terjadinya hujan pada awan dingin adalah dengan cara ketika titik-titik air sudah
menjadi kristal-kristal es dan semakin bertambah banyak melalui air super dingin serta deposit
uap air. Dan dalam proses hujan awan dingin peranan kristal es dalam pembentukan awan
dingin sangat penting sehingga disebut dengan proses kristal es.

Saat udara naik melebihi tinggi permukaan atmosfer, maka dari titik-titik air tersebut setelah
pengembunan akan berubah menjadi awan lalu dalam ketinggian tertentu yang sumbunya berada
di bawah titik beku kemudian awan akan berubah menjadi titik-titik kristal es kecil dan udara di
sektiarnya tidak terlalu dingin sehingga membuat kristal bertambah besar dan menjadi butiran
salju dan jika terlalu berat dalam proses pengembunan akan jatuh sebagai salju. Namun ketika
kristal salju melewati awan hangat, awan maka salju tersebut akan segera mencair menjadi hujan.
Kristal salju ini akan jatuh tanpa menjadi cair bila pada musim dingin tiba.

Jenis-jenis dan Bentuk-bentuk Hujan

Setelah kita melewati proses terbentuknya hujan, kita akan menjelaskan mengenai beberapa jenis
hujan yang ada di seluruh dunia yang akan turun pada kurun waktu tertentu dengan berbagai
macam suhu-suhu tertentu yang melewati beberapa proses dalam terjadinya jenis-jenis hujan yang
akan turun di permukaann bumi.

Berikut adalah proses terjadinya jenis-jenis hujan yang ada di seluruh dunia :

Hujan Frontal
Hujan frontal adalah hujan yang berawal dari
udara yang hangat menjadi lebih ringan dan lebih cenderung posisinya berada di atas udara yang
lebih dingin suhunya. Tempat bertemu diantara kedua massa tersebut disebut bidang front. Lalu
udara dingin akan mengangkat udara yang suhunya lebih hangat, kemudian udara yang lebih
hangat akan terangkat kemudian akan mengembang dan mendingin.

Dalam proses pendinginan akan terbentuk titik-titik air yang disebut dengan awan, seteleh titik-
titik air itu mulai mengendap dan tak terbendung lagi akhirnya akan terjatuh dan terjadilah hujan
frontal.

Hujan konveksi (zenithal)

Hujan konveksi atau yang biasanya didengar


dengan sebutan hujan zenithal yang terjadi pada siang hari sehingga disebut dengan hujan tengah
hari ketika udara panas sedang memuncak. Ketika siang hari yang memberikan pancaran sinar
yang sangat cerah dan panas akan terjadi pemanasan yang tinggi pada permukaan yang ada di
bumi akibatnya udara akan mengalami penguapan dan mengembang bersamaan dengan uap-uap
air lalu naik secara vertikal keatas dengan proses yang sangat cepat. Kemudian uap angin yang
naik keatas akan mengalami sebuah pendinginan dan akan berubah menjadi titik-titik air yang
akan terjadinya pengembunan kemudian mengakibatkan turunnya hujan konveksi. Hujan
konveksi ini biasanya sangat lebat dan hanya berlangsung sebentar yang terjadi di bagian daerah-
daerah yang sempit dan beriklim tropis . Hujan konveksi akan turun dalam waktu dua kali dalam
setahun.

Hujan Orografis
Hujan orografis adalah hujan yang biasanya terjadi
dipermukaan yang datarannya tinggi seperti gunung. Hujan orografis ini terjadi dengan karena
udara yang mengandung uap air dipaksa oleh angin untuk mendaki pegunungan yang melewati
lereng kemudian kepermukaan yang lebih tinggi, maka udara akan mengalami pendinginan yang
kemudian akan mengalami pengembunan yang biasa disebut dengan kondensasi lalu berubah
menjadi titik-titik air yang akan membentuk awan.

Lalu pembentukan titik-titik air yang mulai mengendap yang akan menyebabkan terjadinya hujan
pada lereng gunung yang menghadap ke arah datangnya angin tersebut yang biasanya bergerak
secara horizontal, dan angin akan bertiup terus mendaki pengunungan dan menuruni lereng
tetapin angin tidak membawa uap air lagi sehingga di lereng yang membelakangi arah datangnya
angin tidak akan turun hujan.

Hujan Buatan

Hujan buatan adalah hujan yang sengaja bisa


dibuat oleh manusia yang telah dirancang oleh Badan Metafisika Kilimatologi dan Geofisika
(BMKG). Hujan buatan dapat dilakukan dengan menaburkan bahan kimia berupa Argentium
Lodida atau bahan pendingin lainnya ke dalam awan untuk mempercepat proses pembentukan
awan.

aHujan buatan biasanya dilakukan ketika musim hujan kemarau panjang ketika musim sedang
paceklik kekurangan air dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari atau ketika ada pembakaran
hutan secara liar. Untuk bisa menanggulangi terjadinya kebakaran. Hutan mempunyai beberapa
macam dan fungsinya yaitu :

 fungsi hutan lindung


 fungsi hutan bakau
Setelah kita menjelaskan jenis- jenis hujan yang ada di indonesia serta proses terjadinya hujan
tersebut. Lalu kita akan mejelaskan tentang bentuk-bentuk hujan yang ada di indonesia.

Bentuk-bentuk Hujan di Dunia

Setelah kita sudah mengetahui beberapa proses terjadinya jenis-jenis hujan yang ada seluruh
dunia, sekarang kita akan membahas mengenai beberapa proses bentuk-bentuk hujan yang ada di
dunia yang sama halnya akan turun pada kurun waktu tertentu dan di berbagai negara tertentu.

Berikut adalah proses bentuk-bentuk terjadinya hujan di seluruh dunia :

 Hujan es

Hujan es adalah hujan yang turun ke bumi berupa bentuk butir-butir es atau yang biasa disebut
dengan hujan batu yang akan berjatuhan ke bumi. Terjadinya hujan es karena arus udara yang
banyak mengandung uap air yang akan bergerak secara vertikal lalu akan mencapai udara yang
paling tinggi, Sehingga suhu udaranya akan turun 0°C. Akibatnya dari proses tersebut maka uap
air yang berada di udara akan berubah sangat cepat menjadi kristal-kristal es dan akan jatuh ke
permukaan bumi menjadi hujan es dan kemudian sebagian kristal-kristal tersebut akan cepat
mencair sebelum sampai di permukaan bumi. Biasanya hujan es sering diiringi dengan hujan yang
sangat lebat dan terjadi pada siang hari namun hujan es ini terjadi begitu cepat dan tidak terlalu
lama.

 Hujan rintik-rintik

Hujan rintik-rintik adalah hujan yang hanya menjatuhkan rintik-rintik air dari langit yang tidak
terlalu lebat, hujan rintik-rintik ini terjadi karena butir-butir awan sangat sedikit dengan ukuran
diameter 0.2-0,5 mm dan biasanya hujan rintik-rintik ini hanya terjadi pada awan yang berlapisan
rendah yang dekat dengan permukaan bumi.

 Hujan asam

Hujan asam adalah hujan yang disebabkan oleh pencemaran udara karena asap udara atau efek
rumah kaca yang akan menimbulkan endapan hujan asam yang sangat tinggi sehingga akan
menimbulkan kerusakan terhadap lingkungan sekitar. Dengan adanya kandungan dalam udara
seperti oksida sulfur dan oksida nitrogen yang asalnya dari asap pabrik atau asap industri makan
akan mengalami perubahan kimia di udara dan akan jatuh ke bumi sebagai hujan asam dalam
bentuk air hujan, kabut atau salju yang akan turun bahkan bisa saja sebagai partikel-partikel
kering yang membentuk asam. Hujan asam ini dapat menyebabkan berbagai macam kerusakan
seperti :

 Kerusakan hutan
 Ikan-ikan di laut, sungai dan danau akan mati (baca : Fungsi danau & manfaat sungai)
 Merusak alat pernapasan
 Menimbulkan bau yang tidak sedap
 Menimbulkan efek rumah kaca
 Menimbulkan gangguan keseimbangan lingkungan hidup
Dari berbagai kerusakan tersebut dapat dipastikan sangat mengalami kerugian pada makhluk
hidup, oleh karena itu harus dilakukannya untuk mengatasi masalah kerusakan atau pecemaran
yang disebabkan oleh turunnya hujan asam.

Disamping itu ada macam pengukuran hujan yang sudah di uji kebenarannya oleh Badan
Meteorologi Kilimatologi dan Geofisika. Alat pengukur hujan adalah Ombrometer, Rain Gauge. Ada
dua macam alat pengukuran hujan yaitu alat pengukur hujan manual dan alat pengukur hujan
otomatik dan dari situlah bisa diketahui bagaimana cara mengukur curah hujan yang akan turun .
Berikut adalam persyaratan cara mengukur curah hujan yaitu :

1. Ambil sedikit dari sisa air hujan


2. Lalu harus diletakkan ditempat yang tidak ada gangguan dari apapun dengan jarak 4 kali lebih
tinggi dari tempat yang ada gangguan.
3. Alat pengukur yang digunakan harus tegak lurus dan dengan tinggi permukaan penakar 90-120
cm diatas permukaan tanah
4. Hindari dari angin yang bertiup kencang
5. Alat pengukur harus di jaga dan di lindungin dari gangguan binatang maupun manusia sekalipun.
6. Proses pengukuran harus dekat dengan lokasi si pengamat.

Pola Curah Hujan di Indonesia

Fungsi air hujan di Indonesia cukup vital untuk itu curah hujan sangat penting bagi
Indonesia. Curah hujan adalah jumlah curah air hujan yang turun ke permukaan bumi dalam
kurun waktu tertentu. Curah hujan yang jatuh kepermukaan bumi biasanya deras, sedang, kecil,
dan hanya rintik-rintik. Curah tinggi hujan yang datang diberbagai daerah biasanya dipengaruhi
beberapa faktor yaitu sudut datangnya matahari, angin, arus laut maupun tinggi rendahnya suatu
tempat dari hal itu yang mempengaruhi hujan di berbagai tempat pasti berbeda-beda.

Di Indonesia memiliki beberapa pola curah hujan yaitu :

1. Pola curah hujan monsun

Pola curah hujan monsun adalah pola curah hujan yang memiliki ciri-ciri yang bersifat unimodial
(satu puncak musim hujan). Pola curah hujan monsun terjadi pada bulan-bulan tertentu yaitu
pada bulan Juni, Juli dan Agustus akan terjadi pergantian musim yang disebut dengan bulan
kering, sedangkan pada bulan Desember, Januari, dan Februari akan terjadi pergantian musim
yang disebut dengan bulan basah. Kemudian pada sisa enam bulannya merupakan periode
peralihan atau pancaroba (tiga bulan peralihan musim kemarau ke musim hujan dan tiga
bulan peralihan musim hujan ke musim kemarau), Biasanya daerah yang di dominasi dengan
curah hujan monsun adalah :

 Kalimantan Tengah dan Selatan


 Jawa
 Nusa Tenggara bagian Papua
 Bali
 Sumatera bagian Selatan

2. Pola curah hujan Ekuatorial


Pola curah hujan Ekuatorial adalah curah hujan yang memiliki ciri-ciri yang bersifat bimodial
(dua puncak hujan). Pola curah hujan monsun terjadi pada bulan-bulan tertentu yaitu pada bulan
Maret dan Oktober pada saat terjadi ekinoks. Biasanya daerah yang didominasi dengan curah
hujan ekuatorial adalah pulau Kalimantan bagian Utara dan pulau Sumatera bagian Tengah dan
Utara.

3. Pola curah hujan Lokal

Pola curah hujan Lokal adalah curah hujan yang memiliki ciri-ciri yang bersifat unimodial (dua
puncak hujan) namun bentuknya pola curah hujan lokal berlawanan dengan pola curah hujan
monsun. Biasanya daerah yang di dominasi dengan curah hujan lokal adalah Sulawesi, Maluku,
dan Papua.
Bagaimana Proses Terjadinya Pelangi?
Setelah hujan terjadi terkadang kamu melihat lengkungan cahaya di langit yang terdiri
dari berbagai warna atau yang biasa kita sebut sebagai pelangi! Entah mengapa ada
perasaan takjub ketika kita melihat pelangi. Kamu penasaran dengan bagaimana proses
terjadinya pelangi? Yuk disimak pembahasannya ya guys!
Pelangi adalah fenomena optik yang terjadi ketika sinar matahari dan hujan saling
bereaksi dengan cara tertentu. Pelangi terbentuk karena adanya pembiasan sinar
matahari yang dibelokkan. Sinar ini berpindah arah dari perjalanan satu medium ke
medium lainnya oleh tetesan air yang ada di atmosfer.

Proses terjadinya pelangi adalah: Ketika sinar matahari membentur hujan, sinar tersebut
berubah arah (dibiaskan) oleh butiran air di udara. Adanya perbedaan panjang
gelombang dan perbedaan sudut ketika sinar matahari dibiaskan meyebabkan warna-
warna pada sinar matahari menyebar dan terpisah. Ternyata, ada sinar matahari yang
memantul kembali atau lebih tepatnya dipantulkan. Nah saat sinar matahari datang lagi
menembus air saat hujan, cahaya tersebut dibiaskan lagi.

Proses terjadinya pelangi. Sumber gambar: easttennesseewildflowers.com

Kamu juga perlu tahu kalau pelangi hanya dapat dilihat pada saat hujan dan
terdapat cahaya matahari. Posisi kamu sebagai pengamat juga menentukan loh!
Kamu dapat melihat pelangi jika kamu berada diantara hujan dan sinar
matahari. Sinar matahari berada di belakang pengamat, garis lurus dengan busur
pelangi atau dengan kata lain kamu harus membelakangi sinar matahari. Nah
karena adanya proses pembiasan, terbentuklah pelangi di depan mata pengamat
tersebut!

Lalu, kapan waktu yang tepat untuk melihat terjadinya pelangi ya guys?
Kamu dapat melihat pelangi ketika sinar matahari cerah, adanya hujan atau kabut
serta kondisi sudut matahari yang tepat. Seperti yang kamu ketahui bahwa posisi
pengamat harus berada membelakangi sinar matahari, atau lebih presisi jika
sudutnya mencapai 42o. Wah gimana kira-kiranya yaa? Intinya pelangi lebih
mungkin dilihat menjelang matahari terbenam atau dengan kondisi matahari
berada lebih rendah dari langit guys! Makanya waktu senja merupakan waktu
yang tepat untuk melihat pelangi, apalagi jika hujan!
Nah, lalu warna-warna pelangi itu bagaimana bisa terbentuk seperti itu yaa?

Jawabannya adalah warna-warna tersebut berasal dari cahaya matahari (atau


biasa disebut polikomatrik) yang memiliki beberapa warna dalam pembentukan
pelangi. Beberapa cahaya secara kasat mata dapat terlihat menjadi 7 warna yaitu:
merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila dan ungu. Warna tersebut muncul dan
disebut sebagai cahaya tampak. Cahaya tampak adalah gelombang
elektromagnetik yang muncul akibat adanya medan listrik serta medan magnet.
Warna pada cahaya memiliki panjang gelombang dan frekuensi yang berbeda
sehingga menentukan urutan warna pada pelangi guys.

Kamu udah tau kan urutan warna pelangi itu bagaimana? Kenapa merah selalu diawal
dan ungu selalu diakhir ya?

Cahaya merah merupakan bagian dari cahaya yang memiliki panjang gelombang paling
panjang atau dengan kata lain memiliki frekuensi paling rendah dari cahaya lainnya.
Sedangkan untuk warna ungu memiliki panjang gelombang paling pendek atau dengan
kata lain memiliki frekuesni paling tinggi sehingga warna merah dan ungu tidak akan
bertemu namun dipisahkan oleh warna-warna lainnya secara berurutan. Nah warna-
warna yang terbentuk tersebut berurutan sesuai dengan frekuensi dan panjang
gelombangnya guys.
SainsMe – Di pagi hari kita sering menjumpai embun. Entah itu di daun, halaman rumah, atau
badan mobil, sering terdapat titik-titik air di pagi hari yang kita kenal sebagai embun tersebut.

Hmm, mungkin ada di antara kamu yang merasa segar atau bersemangat kembali setiap kali
melihat embun pagi? Tapi bagaimana sih sebenarnya terjadinya embun pagi itu?

Kita semua tahu bahwa embun adalah uap-uap air yang kembali berubah menjadi titik-titik air.
Tetapi mengapa hal ini hanya terjadi di malam hari ya? Sebenarnya tidak perlu menunggu
malam hari untuk membuat uap air mengembun.

Embun dapat terbentuk pada suhu yang cukup dingin dan kondisi yang cukup tenang. Kebetulan
malam hari adalah satu waktu yang memenuhi kedua kondisi tersebut.

Memangnya apa yang terjadi pada saat udara cukup dingin? Begini, udara memiliki satu titik
jenuh di mana ia tidak dapat lagi menampung uap air lebih banyak dan sebagian uap tersebut
kembali berubah menjadi titik-titik air.

Kondisi tersebut umumnya terjadi saat udara sudah tidak dapat menampung uap air lagi. Akan
tetapi, ternyata menurunkan suhu udara juga bisa menyebabkannya berada di titik jenuh. Titik
jenuh akibat penurunan suhu udara ini kita kenal sebagai titik embun.

Pada malam hari, selain suhu udaranya lebih dingin, umumnya tidak banyak angin yang
berhembus. Saat tidak ada angin yang berhembus, uap air akan lebih mudah menempel pada
benda-benda tertentu, seperti daun, rumput, atau mobil.

Benda-benda tersebut umumnya akan bersuhu dingin juga di malam hari. Akibatnya, suhu dingin
dari benda tersebut akan membuat uap-uap air yang menempel pada benda itu menjadi jenuh
dan berubah kembali menjadi titik-titik air.

Nah titik-titik air inilah yang kita lihat sebagai embun di pagi hari. Nah, sudah tahu kan sekarang.
Bagaimana Proses Terbentuknya Kabut

SainsMe – Di pagi hari yang dingin, atau saat kita sedang mendaki gunung, kita
sering menemui kabut. Dan gara-gara kabut ini jarak pandang kita menjadi terbatas
dan udara akan terasa lebih dingin. Bagaimana kabut bisa terbentuk?

Well, kabut sebetulnya adalah awan. Ya, bisa dibilang saat kita berjalan melewati
kabut, secara harfiah bisa dikatakan bahwa kita sedang ‘menembus awan’. Tapi
bedanya, kabut ada di permukaan bumi, sedangkan awan berada lebih tinggi.
Sementara proses terbentuknya kurang lebih sama saja.

Jadi seperti yang sudah kita tahu, udara di sekitar kita ini mengandung air dalam
bentuk uap atau gas. Tapi, ternyata udara hangat mampu menampung uap air
dalam jumlah yang lebih banyak. Nah, ketika didinginkan maka uap air yang tadinya
ada di udara akan mengembun sebagian. Alias, kembali ke wujudnya semula, yakni
cair.

Di waktu atau tempat tertentu, seperti perpindahan dari malam ke pagi hari, atau di
lereng dan puncak gunung, udara akan mengalami perubahan suhu. Sehingga uap
air atau gas tadi akan mencapai titik jenuh dan berubah kembali menjadi air.

Tentu saja pada awalnya air ini hanya berupa titik-titik air yang sangat ringan.
Makanya mereka bisa melayang-layang di udara.

Karena jumlahnya yang banyak, maka titik-titik air yang melayang ini sanggup
mengganggu penglihatan kita lho. Mereka kemudian terbagi, ada yang terus naik ke
atas dan menjadi awan, sementara titik-titik air yang lebih berat akan jatuh ke bumi
dan menempel di daun, kaca rumah, dan benda-benda lain.

Kabut yang menempel di benda-benda sekitar kita inilah yang kemudian kita kenal
sebagai embun.

Atau jika yang masih bertahan melayang-layang di udara, saat matahari mulai
bersinar dan udara menjadi hangat kembali, mereka akan kembali ke wujud uap
atau gas. Dan kabut pun sirna terkena sinar mentari.

Info Tambahan
Kadang-kadang ketika kabut ini menjadi sangat tebal, bisa sangat mengganggu
aktifitas manusia. Bahkan pesawat terbang bisa batal berangkat gara-gara
gangguan kabut ini. Ada dua jenis kabut berdasar ketebalan dan jarak pandang
yang bisa didapat ketika terhalang kabut.

Dalam bahasa Inggris, ketika jarak pandang sudah kurang dari seribu meter, maka
dinamakan “fog“. Sedangkan jika kabutnya tipis, dengan jarak pandang masih lebih
dari seribu meter, maka disebut “mist“.
Proses Terjadinya Angin dan Jenis-jenis
Angin
Bumi adalah salah satu dari beberapa planet yang ada di tata surya. Bumi menyimpan
banyak sekali energi dan juga sumber daya alam. Sumber daya alam yang ada di Bumi
terdiri dari bermacam- macam. Dan semuanya itu mempunyai manfaat sumber daya
alam masing- masing. Mengenai sumber daya alam di Bumi, kita mengenal ada
beberapa jenis mengenai sumber daya alam yang dimiliki oleh Bumi, yakni sumber
daya alam yang dapat diperbaharui dan sumber daya alam yang tidak dapat
diperbaharui.

Jenis sumber daya alam

Sumber daya alam yang dapat diperbaharui ini merupakan sumber daya alam yang
dapat dengan mudah pulih dan dengan waktu yang relatif singkat. Sumber daya alam
yang dapat diperbaharui ini contohnya adalah jenis- jenis air, jenis- jenis angin, dan
cahaya matahari. Sementara sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui adalah
sumber daya alam yang memerlukan waktu relatif lama untuk melakukan regenarasi
atau pemulihan kembali apabila jumlahnya sudah habis. Contoh dari sumber daya
alam yang tidak dapat diperbaharui ini adalah barang tambang, seperti minyak Bumi,
gas alam, emas, perak, tembaga, dan lain sebagainya. Apabila jumlah cadangan barang-
barang tersebut habis, maka diperlukan waktu berpuluh- puluh hingga berjuta- juta
tahun untuk memulihkan kembali.

Salah satu jenis jenis sumber daya alam yang dapat diperbaharui adalah angin. Ya,
angin ini termasuk ke dalam sumber daya alam karena mempunyai kekuatan atau
energi yang dibutuhkan oleh manusia untuk bermacam- macam aktivitas atau kegiatan,
salah satunya adalah untuk pembangkit listrik. Pada kesempatan kali ini kita akan
membahas mengenai angin secara lebih detail, melipiti pengertian, macam- macam
atau jenis- jenis angin, serta proses terjadinya angin.

Pengertian angin

Angin tentu saja bukanlah sesuatu hal yang asing bagi kita. Setiap hari kita bertemu
dengan angin dan merasakan kedatangan angin. Pengertian angin sendiri merupakan
suatu udara yang bergerak dari daerah yang mempunyai tekanan tinggi ke daerah yang
mempunyai tekanan rendah, atau dari daerah yang bersuhu rendah ke daerah yang
bersuhu tinggi. Angin tidak dapat kita lihat, namun dapat dengan mudah kita rasakan.
Seperti halnya proses terjadinya hujan,
angin ini juga tidak datang dengan sendirinya tanpa melalui suatu sebab tertentu.
Adanya angin ini karena melalui suatu proses atau suatu siklus. Pada dasarnya,
terjadinya angin adalah karena adanya perbedaan tekanan udara dari suatu wilayah ke
wilayah lainnya. Perbedaan suhu udara dan tekanan udara ini juga berkaitan dengan
panas matahari yang diterima oleh daerah tersebut. Secara lebih terstruktur, proses
terjadinya angin ini melibatkan 3 langkah khusus, yaitu:

1. Terjadinya perbedaan penyinaran oleh panas matahari

Matahari yang memancarkan sinarnya tidak bisa menyinari dengan intensitas


penyinaran yang sama antara satu tempat dengan tempat yang lainnya. Pastilah ada
perbedaan di beberapa wilayah atau tempat perihal penerimaan sinar matahari ini.
Nah, perbedaan radiasi atau cahaya matahari ini lah yang menjadi dasar terbentuknya
angin.

2. Terjadi pengembangan udara atau pemuaian udara

Dalam proses terjadinya angin, setelah terjadi perbedaan suhu dan tekanan selanjutya
terjadi pengembangan udara auat pemuaian udara (baca: cara melestarikan udara). Hal
ini terjadi karena adanya perbedaan tekanan atau suhu yang ada di suatu wilayah
tersebut. Pada daerah yang mendapatkan sinar matahari yang lebih banyak, udara akan
mengalami pengembangan atau pemuaian, sehingga mempunyai tekanan udara yang
lebih rendah dibandingakan dengan daerah yang hanya mendapatkan sedikit sinar
matahari. Karena terjadinya pemuaian udara atau pengembangan udara ini, maka
terjadi perbedaan tekanan udara diantara kedua daerah atersebut.

3. Terjadinya gerakan udara

Adanya perbedaan tekanan udara yang diakibatkan oleh pemuaian udara ini akan
memicu terjadinya pergerakan pada udara. Udara yang berada di daerah dengan
tekanan lebih tinggi akan bergerak menuju daerah yang mempunyai tekanan udara
lebih rendah. Sehingga dapat dikatakan bahwa daerah yang mendapatkan sinar
matahari rendah akan lebih mempunyai banyak angin menuju daerah yang lebih panas.
Dan inilah akhir dari proses terjadinya angin, dan terbentuklah angin.
Itulah proses terjadinya angin dari asal sinar matahari hingga terbentuklah angin.
Proses tersebut terjadi secara berurutan tanpa ada satu yang terlewati. Agar lebih jelas
memahami proses terjadinya angin, dapat dilihat pada gambar disamping.

Jenis- jenis Angin

Sebagai salah satu sumber daya alam, angin mempunyai beberapa jenis. Jenis- jenis
dari angin ini dilihat dari beberapa klasifikasi. Berikut ini kan dijelaskan mengenai
macam- macam angin yang dapat kita jumpai.

1. Angin darat dan angin laut

Jenis angin pertama dan yang mudah kita jumpai adalah angin darat dan angin laut.
Angin darat dan angin laut merupakan jenis angin yang dapat kita rasakan di daerah
pesisir pantai.

 Angin darat adalah angin yang bertiup dari darat menuju ke laut. Angin darat ini
terjadi ketika malam hari, yakni sekitar pukul 20.00 hingga pukul 06.00 pagi. Karena
bertiup dari darat ke laut, maka angin darat ini seringkali dimanfaatkan oleh nelayan
untuk pergi melaut dengan menggunakan perahu tradisional yang mengandalkan
kekuatan angin. Maka dari itu seringkali kita menemui bahwa neayan pergi melaut
pada malam hari dan bukan di siang hari. salah satu alasannya adalah karena angin
darat ini.
 Angin laut merupakan kebalikan dari angin darat, yakni angin yang bertiup dari laut ke
darat. Merupakan kebalikan dari angin darat, maka angin laut ini berhembusnya pada
waktu pagi atau siang hari, yakni sekitar pukul 09.00 hingga pukul 16.00. Angin ini
seringkali dimanfaatkan oleh para nelayan untuk pulang dari melaut. Maka dari itu
seringkali kita menamui pare nelayan yang pulang dari melau di pagi hari, disamping
untuk menjaga kesegaran ikan dan tangkapan lainnya, juga karena memanfaatkan
angin laut.

2. Angin lembah dan angin gunung

Jenis angin yang selanjutnya adalah angin lembah dan angin gunung. Dinamakan angin
lembah dan angin gunung ini dilihat dari tempat dia bertiup.

 Angin lembah adalah angin yang bertiup dari lembah menuju arah puncak gunung.
Sehingga dapat dikatakan bahwa angin lembah ini bertiup dari atas ke bawah.
Umumnya, angin lembah ini bertiup pada waktu siang hari.
 Angin gunung adalah angin yang merupakan kebalikan dari angin lembah. Angin
gunung merupakan jenis angin yang bertiup dari arah puncak gunung menuju arah
lembah. Angin gunung ini umumnya terjadi ketika malam hari.

3. Angin muson
Jenis angin selanjutnya adalah angin muson. Angin muson ini merupakan angin yang
bertiup di antara benua Asia dan Auatralia. Karena Indonesia terletak diantara kedua
benua tersebut, maka Indonesia merasakan angin ini. Angin muson juga disebut
dengan angin musim. Angin muson ini merupakan angin yang bertiup minimal 3
bulan sekali, dan terjadi di antara periode yang berbeda. Pola hembusan angin ini akan
berganti arah secara berlawanan, di setidaknya setengah tahun sekali. Angin muson ini
dibagi menjadi dua bagian. Angin muson ini dibagi menjadi angin muson barat dan
angin muson timur.

 Angin muson barat adalah jenis angin yang bertiup dari arah benua Asia menuju
benua Australia. Angin muson barat ini memliki kandungan curah hujan yang tinggi
karena angin ini bersifat basah. Angin ini bersifat basah karena melalui tempat dengan
cakupan yang luas dan mengandung banyak air seperti samudera. Ketika angin ini
bertiup maka Indonesia mengalami musim penghujan.
 Angin muson timur adalah angin yang bertiup dari benua Australia menuju ke Benua
Asia. Angin ini merupakan kebalikan dari angin muson barat. Jika angin muson barat
mempunyai sifat basah, maka angin muson timur mempunyai sifat kering. Maka dari
itu ketika bertiup angin ini Indonesia memiliki musim kemarau. Alasan mengapa angin
ini bersifat kering karena melewati ruang yang sempit dan melewati gurun- gurun.

4. Angin Fohn

Jenis angin yang selanjutnya adalah angin fohn. Angin fohn ini juga disebut dengan
angin jatuh. Angin jatuh atau fohn ini merupakan angin ynag terjadi dan bergantung
pada hujan orografis. Angin fohn ini dapat bertiup di suatu wilayah yang mempunyai
temperatur berbeda- beda. Angin ini memiliki sifat yang tergolong panas, dan angin
juga merupakan salah satu angin yang sering memakan korban ketika terkena tiupan
angin ini. Tiupan angin ini seketika akan akan membuat korban layu dan mati karena
daya tahan tubuh yang tidak kuat untuk menahannya.

baca juga: angin puting beliung

Itulah beberapa jenis angin yang sering kita temui. Beberapa angin tersebut terjadi di
Indonesia, namun beberapa angin juga tidak terjadi di Indonesia. Adanya angin ini
dapat diukur dengan menggunakan alat tertentu.

Alat Pengukur Angin

Angin ini merupakan sumber daya yang tidak dapat dilihat namun dapat dirasakan.
Salah satu mengetahui keberadaan angin adalah dengan menggunakan alat pengukur
angin. Alat untuk mengukur angin ini ada beberapa macam, diantaranya adalah
anemometer untuk mengukur kecepatan angin, wind vane untuk mengetahui arah
angin, dan windsock yang digunakan untuk memperkirakan besar kecepatan angin.
7 Proses Terjadinya Aurora
Kutub merupakan suatu wilayah yang sangat dingin sehingga tidak ada tumbuhan yang
dapat hidup disana. Salju tebal terhampar luas membentang sejauh mata memandang.
Namun dibalik itu semua terdapat pesona keindahan yang ditawarkan kutub yang
tidak pernah anda jumpai pada daerah-daerah lain di muka bumi. Salah satu fenomena
alam di langit itu disebut dengan Aurora. Aurora dengan segala keindahan terbukti
mampu menghipnotis banyak orang untuk tertarik pergi ke wilayah kutub.

Rasa kagum terhadap keindahan Aurora bukan tanpa alasan, kemilau cahaya berwarna
warni berpedar di cakrawala sehingga membuat wilayah kutub yang gelap menjadi
layaknya fajar. Cahaya hijau dari Aurora semakin indah ketika berpadu dengan
hitamnya langit malam.

Pengertian Umum Aurora

Aurora merupakan pedaran cahaya yang berwarna yang terdapat di atas cakrawala
daerah yang berada di lintang tinggi yang terjadi karena adanya pembelokan arah angin
Matahari oleh medan magnet bumi ke daerah kutub dan terjadi reaksi dengan partikel
molekul di atmosfer. Terdapat dua jenis Aurora yakni berada di daerah kutub utara
yang dinamakan dengan Aurora Borealis dan pada kutub selatan dengan nama Aurora
Australis.

Karena Borealis berada di wilayah kutub utara maka hanya akan muncul antara bulan
September dan Oktober dan untuk Aurora Austalis muncul pada bulan Maret dan
April setiap tahunnya di belahan bumi selatan. Jadi hakikatnya Aurora hanya terlihat
saat musim gugur dan menjelang musim dingin, karena pada waktu itulah wilayah
kutub sudah sedikit menerima paparan sinar matahari dengan kata lain siang lebih
singkat daripada malam.

Berikut ini proses terjadinya Aurora :

1. Adanya daerah dengan medan magnetic


tinggi di suatu planet, dalam hal ini terdapat di sekitar wilayah kutub utara dan selatan
bumi. Ketika ditanya kenapa tidak terjadi di daerah khatulistiwa? Karena poros
magnetic planet bumi hanya terdapat di daerah kutub.

2. Terdapat angin Matahari yang merupakan suatu aliran bermuatan yang terpancar
dari Korona atau bagian terluar dari bagian bagian matahari. Angin surya ini di penuhi
dengan proton yang mampu terlepas karena adanya bagian yang sangat panas pada
Matahari yang dikenal dengan nama Sunspot. Bintik Matahari adalah nama lain dari
Sunspot yang terbentuk karena adanya aliran konveksi dari pusat Matahari tempat
terjadinya reaksi termonuklir dan mengalir menuju permukaan korona.

3. Tingginya intensitas aliran konveksi tersebut menyebabkan munculnya bagian lebih


gelap dan bersuhu lebih dingin sehingga pada bagian sekitar area gelap itu suhunya
meningkat. Tekanan arus yang terjadi terus menerus membuat Sunspot jebol sehingga
terbentuk flare atau lidah api dan melepaskan partikel bermuatan yang dikenal dengan
angin Surya atau jika ukurannya besar dapat memicu proses terjadinya badai matahari.

4. Matahari memiliki siklus dimana jumlah bintik pada permukaannya semakin banyak
dan hal itu rata-rata terjadi setiap sebelas tahun. Pada kondisi ini jumlah partikel
bermuatan yang dilepaskan semakin besar sehingga dapat memicu terjadinya badai
matahari yang akan mempengaruhi aktivitas manusia di bumi seperti terganggunya
sinyal satelit dan telekomunikasi serta jaringan listrik.

5. Kecepatan lontaran angin matahari yang berbentuk plasma itu berkisar antara 20
km/detik hingga 2000 km perdetik namun kecepatan rata rata berada pada angka 350
km/detik. Sehingga perlu waktu 1 hingga 3 hari untuk mencapai bumi. Energi yang
dilepaskan dari semburan Korona itu sangatlah besar yaitu 6 x 10^24 Joule untuk
sekali lontaran.

6. Setelah energy bermuatan dari Matahari tersebut sampai ke Bumi lantas langsung
berinteraksi dengan partikel partikel atmosfer Bumi, kemudian saat mendekati pusat
magnetic yang berada di wilayah kutub sehingga terjadi eksitasi-relaksasi dari electron
dan menyebabkan terbentuknya pedaran warna yang indah yang dikenal dengan
Aurora.

7. Aurora dapat menjadi Indikator yang mengukur Intensitas angin Matahari yang
mana jika Aurora muncul lebih lama dan bercahaya lebih terang dari biasanya itu
artinya semakin kuat gangguan energy dari Matahari dan hal ini sering terjadi ketika
aktifikas Matahari berada pada puncaknya yang terjadi setiap 11 tahun sekali. Selain itu
terdapat juga gangguan lanjutan pada medan kutub bumi, yang sering disebut Badai
Magnet (Magnetic Strom), sehingga bisa memicu perubahan medan magnet secara
mendadak.

Medan magnet bumi yang tiba tiba berubah itu menyebabkan jumlah partikel
pada unsur unsur geosfer seperti lapisan ionosfer meningkat drastis, selain itu Aurora
juga bisa terbentuk oval dan simetris apabila terjadi fenomena lanjutan pada
magnetosfer bumi, kejadian ini sering disebut dengan Magnetic Sub Strom.
Sebenarnya banyak ilmuwan yang sudah menduga fenomena tersebut sejak lama,
namun baru bisa dibuktikan kebenaran teori ini pada tahun 2001 melalui serangkaian
penelitian dan pengamatan yang dilakukan Badan Antariksa Nasional Amerika Serikat
(NASA).

Fenomena Terjadinya Aurora

Karena Aurora terbentuk dari reaksi partikel Matahari terhadap partikel atmosfer yang
dipengaruhi oleh daya tarik medan magnet sehingga hal inilah yang menyebabkan
Aurora dapat terlihat dan terbentuk pada daerah yang masih berada dalam lingkaran
kutub dan sangat jarang muncul pada daerah yang dekat dengan garis khatulistiwa.
Aurora Borealis lebih sering muncul jika dibandingkan dengan Australis. Aurora
Borealis sering muncul di Alaska, Kanada, Utara Eropa seperti Islandia, Skandinavia
Utara dan daerah lain yang berada dekat dengan kutub utara. Sedangkan untuk Aurora
Australis dilaporkan jarang terlihat karena hanya muncul pada daerah yang jarang
penduduknya. Karena tidak ada Negara yang dekat dengan kutub selatan atau
Antartika. Aurora Australis dapat terlihat di New Zealand dan Tasmania, Australia
jika badai matahari berada pada skala maksimum seperti yang terjadi pada tahun 2000
silam.

Penampakan Aurora tidak sama antara satu tempat dengan daerah lainnya, karena
terdapat faktor faktor yang mempengaruhinya seperti Lokasi, Cuaca dan tingkat polusi
suatu tempat. Semakin dekat dengan kutub maka akan semakin jelas Aurora terlihat,
begitu juga dengan Cuaca yang mana bulan terbaik untuk mengamatinya pada musim
gugur dimana suhu udara tidak terlalu ekstrim. Untuk Daerah dengan tingkat polusi
yang parah, tidak akan bisa melihat dengan jelas keindahan Aurora, untuk itulah bagi
yang ingin menyaksikannya pergilah kedaerah dengan kualitas udara yang bersih.
Selain itu yang paling menarik adalah Aurora memiliki bentuk yang berbeda beda pada
setiap tempat meskipun pada waktu yang sama. Bentuk Aurora ketika anda berada di
Alaska tentu akan berbeda jika terlihat di Greenland atau tempat lainnya.

Proses Memudarnya Cahaya Aurora

Cahaya dari Aurora akan semakin jelas terlihat pada tengah malam dan mulai
memudar menjelang fajar, formasi yang sering terbentuk menyerupai pita pita dengan
warna hijau, kuning, biru dan merah tua. Perbedaan warna tersebut tergantung dari
ketinggian lokasi tempat terjadi relaksasi antar partikel, selain itu jenis molekul
atmosfer saat itu juga akan menyebabkan perbedaan warna yang dihasilkan.

Secara umum terdapat dua jenis gas utama penyusun lapisan atmosfer bumi yang
paling mempengaruhi pembentukan cahaya Aurora seperti Oksigen dan Nitrogen.
Gas Oksigen akan menghasilkan da warna utama Aurora yakni hijau dan kuning yang
paling sering muncul dengan panjang gelombang 557 nanometer, dan warna merah
dengan panjang gelombang 630 namometer namun frekuensi kemunculannya sangat
jarang. Untuk Gas Nitrogen akan menghasilkan warna biru muda dan pada
konsentrasi normal akan menyebabkan warna Aurora menjadi merah keungguan.
7 Proses Terjadinya Awan – Jenis – Kegunaan
dan Bahaya
Awan merupakan sekumpulan uap air yang naik dari permukaan bumi menuju
permukaan atmosfer dan berubah bentuk menjadi air melalui proses Kodensasi. Uap
air tersebut dapat menjadi air atau larutan karena mengalami proses pendinginan yang
terjadi pada ketinggian atmosfer. Seiring dengan terjadinya pengembunan, uap air
melepas energi panas laten ke daerah sekitar sehingga tak heran udara terasa gerah
sebelum menjadi proses terjadinya hujan.

Kodensasi terjadi melalui beberapa tahapan atau skenario seperti yang pertama jika
suhu udara telah mencapai suhu dimana terjadi proses pengembunan tanpa adanya
tambahan jumlah uap air, yang kedua jika ada penambahan uap air namun tanpa
penambahan panas dan yang ketiga jika kemampuan udara menampung uap air
berkurang akibat kenaikan tekanan atau penurunan suhu.

Berikut adalah penjelasan mengenai proses terjadinya awan beserta gambarnya

Awan tidak terbentuk begitu saja secara


instan, melainkan terdapat proses atau tahapan yang menyertainya, berikut tahap demi
tahap proses terbentuknya awan.

1 – Naiknya Massa Uap Air, Sebelum terjadinya awan harus ada syarat dan kondisi
seperti naiknya masaa udara yang menguap dari permukaan bumi menuju atmosfer
dan setelah itu mengalami pendinginan Adiabatik pada ketinggian tertentu.

2- Munculnya awan menjadi salah satu indikator penting yang menunjukan telah
terjadi perubahan uap air menjadi titik titk air.

3- Untuk bisa menjadi hujan diperlukan proses pendinginan, adanya inti kodensasi dan
volume titik air di awan sudah berada pada titik jenuh.

4- Proses Kodensasi Berlangsung, Setelah kumpulan uap air dari bumi naik pada
ketinggian tertentu lantas mengalami proses perubahan bentuk uap air menjadi titik
titik air, suhu yang rendah pada daerah yang tinggi mendukung terjadinya kodensasi,
indicator yang bisa menujukan telah terjadinya proses pegembunan yakni dengan
terbentuknya awan.

5- Jika sudah terdapat awan maka uap air sudah sepenuhnya berubah menjadi titik air.

6- Terbentuknya Titik Air, Pada daerah tertentu dimana suhu udara sangat rendah,
titik titik air tadi dapat berubah menjadi butiran es yang ringan sehingga masih bisa
melayang mengkuti arah angin yang membawanya.

7- Jadi faktor yang menentukan hujan adalah proses pengembunan dan pasokan uap
air, jika volume uap air yang naik sangat besar dan proses kodensasi berlangsung cepat
maka hujan dapat segera terjadi.

Lantas apa perbedaan antara kabut dan awan? Sebenarnya sistem pembentukannya
sama namun yang membedakan-nya hanyalah ketinggian tempat berlangsungnya
kodensasi. Kabut atau frost proses pengembunan terjadi dekat dengan permukaan
bumi dan umumnya terjadi pada malam hari dimana mana uap air yang tersebar di
suatu tempat dapat langsung berubah menjadi titik air. Namun karena prosesnya
terjadi pada malam atau pagi hari uap air tadi tidak mampu naik lebih tinggi lagi
sehingga hanya berada di sekitar permukaan bumi dan langsung menguap pada pagi
harinya.

Video Proses terjadinya Awan

Jenis Jenis Awan

Pada dasarnya awan dapat dibedakan berdasarkan bentuk, ketinggian dari permukaan
bumi dan corak atau warna. Secara umum jenis jenis awan terbagi menjadi 4. Berikut
adalah penjelasannya :

1. Kelompok Awan Tinggi

Kelompok awan tinggi yaitu yang berada di atas ketinggian 8.000 meter. Ada terdapat
beberapa jenis awan yang berada pada kelompok ini salah satunya Cirrus,
Cirrocumulus, Cirrostratus. Sering berbentuk seperti bulu dan kapas sehingga sangat
mudah dikenali.

 Awan Cirrus (Ci) merupakan awan tertinggi dari kelompok ini yang berada pada
ketinggian diatas 9.000 meter dpl, berbentuk sangat halus seperti benang sutra dan
mengandung kristal es sering terlihat apabila cuaca cerah.
 Awan Cirrocumulus (Cc) merupakan awan yang berada pada ketinggian antara 7.500
dpl hingga 9.000 meter, bentuk umum dari jenis ini seperti gumpalan bulu domba dan
berwarna putih serta dapat terhimpun menjadi globuler.
 Awan Cirrostratus (Cs) merupakan jenis awan yang berada di ketinggian antara 6.000
hingga 7.500 meter dpl, berbentuk tipis dan putih seperti susu. Awan ini juga yang
sering menghasilkan sebuah lingkaran (Hallo) yang diyakini oleh sebagian orang
sebagai tanda akan terjadinya angin topan atau badai.

2. Kelompok awan menegah

Kelompok awan menengah yang terdiri dari 2 jenia awan yaitu Altocumulus dan
Altostratus. Jenis awan itu sering berada pada ketinggian antara 3.000 hingga 6.000
meter dari permukaan laut.

 Awan Altocumulus (Ac) merupakan awan yang terletak pada ketinggian 4.000 meter
hingga 6.000 meter. Jenis awan ini sering berbentuk seperti gumpalan bulu domba
namun lebih tebal jika dibandingkan dengan awan Cirrocumulus. Berwarna kelabu
hingga kelabu kebiru biruan.
 Awan Altostratus (As) merupakan kelompok awan yang tingginya 3.000 hingga 4.000
meter , bentuk awan jenis ini seperti lembaran kain rapat yang berwarna kelabu yang
merupakan globuler horizontal dan awan Altostratus ini sering membentuk bayangan.

3. Kelompok awan rendah

Kelompok awan rendah yang sering berada pada ketinggian dibawah 3.000 meter.
Jenis awan ini terbentuk dekat dengan permukaan bumi dan terdiri atas awan
Stratocumulus, Nimbostratus dan Stratus.

 Startocumulus (Sc) merupakan jenis awan yang berbentuk bertumpuk dan berlapis
sehingga sering terlihat berbentuk seperti gumpalan.
 Nimbostartus (Ns) merupakan awan yang berada di ketinggian antara 1.000 hingga
1.500 meter dpl. Berbentuk globuler tebal dan meluas kearah horizontal.
 Stratus (St) merupakan awan yang warnanya cenderung sama dan tebal dengan posisi
paling rendah yakni dibawah 1.000 meter.

4. Kelompok Awan Cumulus dan Cumulusnimbus

Kelompok awan cumulus dan cumulusnimbus merupakan awan yang terbentuk akibat
proses pendinginan adibatik uap air. Sering disebut sebagai awan hujan yang dapat
menjulang tegas hingga kebatas lapisan Troposfer.

 Cumulus (Cu) merupakan awan yang berada pada ketinggian 450 hingga 900 meter
dan terentuk dari masaa uap air yang menguap secara vertical dan mengalami
kodensasi.
 Cumulonimbus (Cb) merupakan awan yang penyebab badai, jenis awan ini dapat
berkembang dan menjulan tinggi dan padat seperti menara hingga menyentuh batas
troposfer pada ketinggian 15.000 meter. Awan inilah yang paling banyak mengandung
petir dan angin.

Kegunaan Awan Bagi Kehidupan Manusia


Dibalik semua bahaya tersebut sebenarnya awan juga memiliki banyak sekali manfaat
dan kegunaan yang dapat di nikmati oleh semua makhluk hidup seperti.

 Sebagai Indikator Cuaca Dan Iklim – Keberadaan awan sangatlah penting bagi
manusia untuk bisa mengukur kondisi cuaca dan iklim di bumi. Tanpa adanya awan
maka Badan Metreologi dan Geofisika (BMKG) akan kesulitan memetakan cuaca
sehingga tidak aka nada lagi perkiraan cuaca. Awan juga berfungsi sebagai petunjuk
arah angin, karena dengan melihat pengerakan awan, kita dapat mengetahui secara
pasti kemana angin bergerak dan seberapa kecepatannya
 Sebagai Pengatur Cuaca – Karena terdapat kandungan air dalam jumlah besar
didalamnya, awan juga bisa menjadi pengatur suhu dan cuaca melalui proses hujan.
Daerah yang mengalami kekeringan dan panas akan segera ternetralisir jika sudah
terjadinya hujan.
 Sumber Air Bagi Bumi – Dengan adanya hujan maka airnya akan segera terserap
kembali kebumi dan akan dikembalikan dalam bentuk mata air kemudian menjadi
sungai yang dapat menjadi sumber ruang publik untuk kehidupan bagi semua makhluk
hidup. Perputaran air ini sering disebut dengan Siklus Hidrologi.
 Pemantul Radiasi Matahari – Tidak semua radiasi surya dapat terpantul oleh
atmosfer, kadangkala-nya juga radiasi sinar Ultaviolet sebagian masuk ke bumi.
Beruntung dengan adanya awan, radiasi yang sempat lolos tersebut langsung
dipantulkan kembali ke luar angkasa. (baca : bagian bagian matahari).

Bahaya Dari Proses Terbentuknya Awan

Kehadiran awan seringkali menjadi indikator penentu jadwal penerbangan,


apabila lapisan atmosfer dipenuhi dengan awan badai maka biasanya terjadi
penundaan karena sebenarnya awan dapat mempengaruhi kinerja mesin pesawat
terlebih pada awan yang mengandung butiran butiran es yang berukuran besar yang
bisa saja masuk kedalam mesin jet dari pesawat. Selain itu pada beberapa jenis awan
terdapat banyak petir dan angin sehingga hal ini sangat berbahaya.

Longsoran angin pada awan badai juga sangat menganggu keseimbangan pesawat,
sehingga ada beberapa jenis awan dan jenis jenis hujan yang sangat dihindari oleh
pilot, mereka memilih membelokan arah pesawat atau menaikkan ketinggian daripada
berhadapan langsung dan menerobos gumpalan awan badai tersebut. Tak sedikit
kecelakaan udara sering terjadi yang disebabkan oleh gangguan awan badai.

 Tagsawan, bumi, langit, proses

Anda mungkin juga menyukai