Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH AGROKLIMATOLOGI

UNSUR-UNSUR DAN FAKTOR PENGENDALI IKLIM

DOSEN PENGAMPU : Dr. Ir. T. Edi Sabli M. Si

DISUSUN OLEH :

NAMA :Rizky Surya Pratama D

NPM :214110228

KELAS :AGROTEKNOLOGI 2 D

PROGRAM STUDI S1 AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS ISLAM RIAU

TP. 2021/2022
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan Rahmat-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan tugas makalah Geografi yang berjudul “Proses
Terbentuknya Hujan” ini dengan baik dan tepat waktu. Adapun makalah ini dibuat oleh
penulis guna memenuhi tugas mata pelajaran Agroklimatologi

Dalam pembuatan makalah ini penulis mengucapkan terima kasih yang


sebesarnya pada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan sehingga makalah
ini dapat diselesaikan tepat pada waktu yang telah ditentukan.

Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak. Saran dan kritik dari pembaca sangat diharapkan oleh penulis guna memperbaiki
makalah selanjutnya.

Pekanbaru, 7 Maret 2022


        
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hujan adalah sebuah peristiwa Presipitasi (jatuhnya cairan dari atmosfer yang berwujud
cair maupun beku ke permukaan bumi) berwujud cairan. Hujan memerlukan keberadaan
lapisan atmosfer tebal agar dapat menemui suhi di atas titik leleh es di dekat dan dia atas
permukaan Bumi.

Di Bumi, hujan adalah proses kondensasi (perubahan wujud benda ke wujud yang lebih
padat) uap air di atmosfer menjadi butiran air yang cukup berat untuk jatuh dan
biasanya tiba di daratan. Dua proses yang mungkin terjadi bersamaan dapat mendorong
udara semakin jenuh menjelang hujan, yaitu pendinginan udara atau penambahan uap
air ke udara. Butir hujan memiliki ukuran yang beragam mulai dari yang mirip penekuk
(butiran besar), hingga butiran kecilnya.

Hujan merupakan anugrah Tuhan yang menjadi Pokok kehidupan manusia. Kekacauan
Musim dibeberapa taahun terakhir ini membuat manusia berusaha untuk menciptakan
hujan buatan demi tercukupinya air di daerah-daerah tertentu.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana Proses terbentuknya hujan
2. Apa sajakah Jenis-jenis hujan
3. Bagaimana cara memperkirakan hujan turun
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Hujan
Hujan adalah sebuah presipitasi berwujud cairan, berbeda dengan presipitasi non-cair
seperti salju, batu es dan slit. Hujan memerlukan keberadaan lapisan atmosfer tebal agar
dapat menemui suhu di atas titik leleh es di dekat dan di atas permukaan Bumi. Di
Bumi, hujan adalah proses kondensasi uap air di atmosfer menjadi butir air yang cukup
berat untuk jatuh dan biasanya tiba di daratan. Dua proses yang mungkin terjadi
bersamaan dapat mendorong udara semakin jenuh menjelang hujan, yaitu pendinginan
udara atau penambahan uap air ke udara.

Virga adalah presipitasi yang jatuh ke Bumi namun menguap sebelum mencapai
daratan; inilah satu cara penjenuhan udara. Presipitasi terbentuk melalui tabrakan antara
butir air atau kristal es dengan awan. Butir hujan memiliki ukuran yang beragam mulai
dari pepat, mirip panekuk (butir besar), hingga bola kecil (butir kecil).

Kelembapan yang bergerak di sepanjang zona perbedaan suhu dan kelembapan tiga
dimensi yang disebut front cuaca adalah metode utama dalam pembuatan hujan. Jika
pada saat itu ada kelembapan dan gerakan ke atas yang cukup, hujan akan jatuh dari
awan konvektif (awan dengan gerakan kuat ke atas) seperti kumulonimbus (badai petir)
yang dapat terkumpul menjadi ikatan hujan sempit.

Di kawasan pegunungan, hujan deras bisa terjadi jika aliran atas lembah meningkat di
sisi atas angin permukaan pada ketinggian yang memaksa udara lembap mengembun
dan jatuh sebagai hujan di sepanjang sisi pegunungan. Di sisi bawah angin pegunungan,
iklim gurun dapat terjadi karena udara kering yang diakibatkan aliran bawah lembah
yang mengakibatkan pemanasan dan pengeringan massa udara.

Pergerakan truf monsun, atau zona konvergensi intertropis, membawa musim hujan ke
iklim sabana. Hujan adalah sumber utama air tawar di sebagian besar daerah di dunia,
menyediakan kondisi cocok untuk keragaman ekosistem, juga air untuk pembangkit
listrik hidroelektrik dan irigasi ladang. Curah hujan dihitung menggunakan pengukur
hujan. Jumlah curah hujan dihitung secara aktif oleh radar cuaca dan secara pasif oleh
satelit cuaca.

Dampak pulau panas perkotaan mendorong peningkatan curah hujan dalam jumlah dan
intensitasnya di bawah angin perkotaan. Pemanasan global juga mengakibatkan
perubahan pola hujan di seluruh dunia, termasuk suasana hujan di timur Amerika Utara
dan suasana kering di wilayah tropis.

Hujan adalah komponen utama dalam siklus air dan penyedia utama air tawar di planet
ini. Curah hujan rata-rata tahunan global adalah 990 milimeter (39 in). Sistem
pengelompokan iklim seperti sistem pengelompokan iklim Köppen menggunakan curah
hujan rata-rata tahunan untuk membantu membedakan kawasan-kawasan iklim.
Antartika adalah benua terkering di Bumi. Di daerah lain, hujan juga pernah turun
dengan kandungan metana, besi, neon, dan asam sulfur.

A. Proses Pembentukan hujan


1.  Panas matahari (Air Menguap)
Matahari adalah sebagian dari isi alam. Matahari yang selalu menyinari bumi dengan
teriknya yang menimbulkan efek panas, sehingga panasnya matahari bisa air danau,
sungai dan laut menguap ke udara. Selain dari air danau sungai dan laut air yang
menguap ke udara juga bisa disebabkan juga dari tubuh manusia, hewan dan tumbuh-
tumbuhan benda-benda lain yang mengandung air.

2. Suhu udara yang tinggi (Uap air menjadi padat – terbentuk awan)
Suhu udara di indonesia termasuk ke golongan suhu udara yang tinggi akibatnya panas
matahari akan membuat uap air tersebut mengalami kondensasi (pemadatan) dan
menjadi sebuah embun. Embun terbentuk dari titik-titik ir kecil sehingga suhu udara
semakin tinggi membuat titik-titik dari embun semakin banyak berkumpul memadat dan
akan membentuk menjadi awan.   Menurut kajian Neilburger tahun 1995, pada tahapan
ini, tetes-tetes air memiliki ukuran jari-jari sekitar 5-20 mm. Dalam ukuran ini tetesan
air akan jatuh dengan kecepatan 0,01-5 cm/detik sedangkan kecepatan aliran udara ke
atas jauh lebih tinggi sehingga tetes air tersebut tidak akan jatuh ke bumi.

3. Dengan bantuan angin (Awan kecil menjadi awan besar)


Adanya angin dari udara yang menyebabkan tiupan yang akan membantu awan-awan
bergerak ke tempat yang lain. Pergerakan angin memberikan pengaruh besar terhadap
awan  sehingga membuat awan kecil menyatu dan kemudian membentuk awan yang
lebih besar lagi lalu bergerak ke langit atau ke tempat yang memiliki suhu lebih rendah.
Dan semakin banyak butiran awan yang terkumpul awan akan berubah warna menjadi
semakin kelabu.

4. Terbentuk lah hujan


Dan setelah awan semakin kelabu akibatnya titik-titik air semakin berat dan tidak
terbendung lagi akan membuat butiran-butiran air tadi jatuh ke bumi sehingga terjadilah
hujan.

B. Proses  Hujan Buatan


Hujan buatan pada dasarnya adalah bukan membuat hujan dalam arti sebenarnya,
melainkan membuat percepatan pada proses fisika yang terjadi di awan untuk membuat
hujan. Jadi syarat utama dalam membuat hujan buatan adalah adanya awan yang sudah
terbentuk secara alami yang memiliki kandungan jenis – jenis air yang cukup yang
nantinya akan dipakai sebagai calon awan pembuat hujan buatan. Selain awan,
diperlukan juga kecepatan angin yang rendah (baca juga: proses terjadinya angin), serta
kondisi cuaca yang mendukung.

Proses Terjadinya Hujan Buatan ini terdiri dari beberapa tahapan. Tahapan – tahapan
tersebut antara lain adalah sebagai berikut.
1. Hujan buatan dapat terjadi dengan menaburkan bahan – bahan kimia untuk
mempengaruhi terjadinya awan yang disebut dengan zat glasiogenik, yaitu Argentium
Iodida atau Perak Iodida.
2. Penaburan bahan – bahan kimia tersebut dilakukan pada ketinggian diantara 4000
hingga 7000 kaki dengan memperhitungkan faktor – faktor seperti arah angin dan
kecepatan angin yang akan membawa awan ke wilayah tempat terjadinya hujan buatan.

3. Penaburan bahan – bahan kimia ini juga harus dilakukan mulai pada saat pagi hari
sekitar pukul 07.00 pagi, menimbang proses terjadinya awan yang terbentuk secara
alami adalah pada saat pagi hari.

4. Selain bahan kimia berupa zat glasiogenik, ditaburkan pula zat kimia berupa zat
higroskopis yang merupakan bahan kimia untuk menggabungkan butir – butir air di
awan. Zat higroskopis tersebut berupa garam (NaCl), CaCl2 dan Urea. Zat tersebut yang
digunakan dalam melakukan proses hujan buatan ini adalah yang berbentuk bubuk
dengn diameter butiran antara 10 – 50 mikron.

5. Bahan – bahan kimia tersebut ditaburkan ke awan yang ada di langit dengan
menggunakan pesawat terbang, kecuali Urea.

6. Setelah ditaburkan, bahan – bahan kimia tersebut akan mempengaruhi awan tersebut
untuk berkondensasi sehingga membentuk awan yang lebih besar dan mempercepat
proses terjadinya hujan.

7. Beberapa jam setelah menaburkan bahan – bahan kimia yang mempengaruhi awan
untuk berkondensasi tersebut, barulah bubuk urea ditaburkan. Bubuk Urea ini fungsinya
sama, yaitu untuk membantu awan membentuk dan menggabungkan kelompok –
kelompok awan kecil untuk membentuk jenis – jenis awan yang lebih besar dan
berwarna abu – abu. Awan besar berwarna abu – abu inilah yang dinamakan dengan
awan hujan.

8. Urea ini ditaburkan pada sekitar pukul 12.00 siang, menimbang bahwa pada saat
tersebut sudah banyak kelompok – kelompok kecil awan yang terbentuk.
9. Setelah awan hujan terbentuk, larutan bahan kimia ditaburkan kembali ke awan
tersebut. tetapi kali ini berbentuk larutan. Larutan bahan – bahan kimia tersebut
memiliki komposisi air, urea dan amonium nitrat dengan perbandingan 4:3:1. Larutan
ini berfungsi untuk mendorong awan hujan untuk membentuk butir – butir air yang
lebih besar karena butir – butir air yang besarlah yang dapat menimbulkan hujan pada
awan hujan.

Alternatif lain dalam menaburkan bahan kimia pembuat hujan tersebut selain
menggunakan pesawat adalah dengan Ground Base Generator yang menaburkan bahan
kimia dengan cara mengemas bahan – bahan kimia yang akan ditaburkan dalam bentuk
flare yang dibakar diatas menara pada suatu ketinggian tertentu.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan 
Hujan merupakan proses alam yang terjadi dari penguapan air laut. ada beberapa jenis
hujan diantaranya Hujan Es, Hujan rintik, Hujan Asam. Ada berbagai cara untuk
memprediksikan turunnya hujan, salah satunya adalah dengan cara melihat Asap dari
api unggun. Asap api yg menjulang lurus keatas, menunjukkan cuaca baik, sedangkan
asap yg cepat menghilang atau menuju ke bawah, berarti hujan akan datang.
DAFTAR PUSTAKA

Ceressajjah. 2016  Hujan Buatan : Pengertian, Proses dan Dampaknya.


http://ilmugeografi.com/ Diakses pada 15 April 2017

Maya Sari. 2015. 4 proses terjadinya hujan. http://ilmugeografi.com/  Diakses pada 15


April 2017

Istavita Utama. 2017. Fenomena Hujan. http://underpapers.blogspot.com

Anda mungkin juga menyukai