Anda di halaman 1dari 16

KATA PENGANTAR

Puji syukur panjatkan kehadirat Tuhan YME, karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya penulis telah mampu menyelesaikan makalah yang berjudul
“Presipitasi/Hujan“. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah Agrohidrologi.
Makalah ini bukanlah karya yang sempurna karena masih banyak kekurangan,
baik dalam hal ini maupun sistematika dan teknik penulisannya. Oleh sebab itu,
penulis sangat mengharapkan kritik dan sarannya yang bersifat membangun dalam
penyempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini memberikan manfaat khususnya
bagi penulis umumnya bagi pembaca. Amiin...
Akhir kata, penulis menyampaikan terima kasih dan semoga makalah ini dapat
memberikan informasi dan bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan bagi
kita semua.

Jambi, Februari 2018

Penulis

1
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ...........................................................................................................1
Daftar Isi....................................................................................................................2
BAB I Pendahuluan ...................................................................................................3
Latar Belakang ...............................................................................................3
Rumusan Masalah ..........................................................................................4
Tujuan Penulisan ............................................................................................4
BAB II Pembahasan ...................................................................................................5
Proses Terjadinya Hujan dan Tipe-Tipenya ...................................................5
Jenis Data Hujan dan Kegunaannya ...............................................................10
Pengukuran Data Curah Hujan .......................................................................12
Pengolahan Data Curah Hujan .......................................................................13
BAB V Penutup .........................................................................................................14
Kesimpulan.....................................................................................................14
Saran ...............................................................................................................14
Daftar Pustaka ............................................................................................................15

2
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hujan adalah proses dicurahkannya berbagai bentukan air (mousture)
dari massa udara (awan) yang telah mengalami kondensasi, seperti titik-titik
air, salju, atau batu es. Dalam bahasa Inggris segala bentuk curahan tersebut
dibedakan ke dalam rain, snow, hail, sleet, dan drizzel. Hujan meurpakan
terjemahan dari rain, yaitu apabila curahan dalam titik-titik air yang umumnya
berdiameter 0,3-3 mm, sedangkan jika diameternya antara 0,04-0,3 mm
disebut drizel atau hujan gerimis.Presipitasi yang mencapai permukaan bumi
dapat menjadi beberapa bentuk, termasuk diantaranya hujan, hujan beku,
hujan rintik, salju, sleet, and hujan es. Virga adalah presipitasi yang pada
mulanya jatuh ke bumi tetapi menguap sebelum mencapai permukaannya.
Presipitasi merupakan salah satu komponen utama dalam siklus air,
dan merupakan sumber utama air tawar di planet ini. Diperkirakan sekitar
505.000 km³ air jatuh sebagai presipitasi setiap tahunnya, 398,000 km³
diantaranya jatuh di lautan. Bila didasarkan pada luasan permukaan Bumi,
presipitasi tahunan global adalah sekitar 1 m, dan presipitasi tahunan rata-rata
di atas lautan sekitar 1,1 m.
Presipitasi perlu diukur untuk mendapatkan data hujan yang sangat
berguna bagi pernecanaan hidrologis, semisal perencanaan pembangunan
bendung, dam, dan sebagainya. Presipitasi juga merupakan faktor utama yang
mengendalikan berlangsungnya daur hidrologi dalam suatu wilayah
(merupakan elemen utama yang perlu diketahui mendasari pemahaman
tentang kelembaban tanah, proses peresapan air tanah, dan debit aliran).
Atmosfer bumi mengandung uap air, meskipun jumlah uap air sangat
kecil dibanding gas-gas lain di atmosfer, tetapi merupakan sumber air tawar
terpenting bagi kehidupan di bumi. Air berada di udara dalam bentuk gas (uap
air), zat cair (butir-butir air), dan kristal-kristal es. Kumpulan butir-butir air

3
dan kristal-kristal es tersebut mempunyai ukuran yang sangat halus (diameter
2-40 mikron) membentuk awan yang melayang di udara, awan terbentuk
sebagai hasil pendinginan dari udara basah yang bergerak ke atas. Proses
pendinginan terjadi karena menurunnya suhu udara secara adiabatis dengan
bertambahnya ketinggian. Partikel debu, kristal garam, dan kristal es yang
melayang di udara dapat berfungsi sebagai inti kondensasi yang dapat
mempercepat proses pendinginan, dengan demikian ada dua syarat penting
terjadinya hujan yaitu massa udara harus mengandung cukup uap air dan
massa udara harus naik ke atas sedemikian sehingga menjadi dingin
(Triatmodjo, 2008).

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Bagaimana proses terjadinya hujan dan tipe-tipenya?
1.2.2 Apa saja jenis data hujan dan kegunaannya?
1.2.3 Bagaimana pengukuran data curah hujan?
1.2.4 Bagaimana pengolahan data curah hujan?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1. Mengetahui proses terjadinya hujan dan tipe-tipenya.
1.3.2. Mengetahui jenis data hujan dan kegunaannya.
1.3.3. Mengetahui pengukuran data curah hujan.
1.3.4. Mengetahui pengolahan data curah hujan.

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Proses Terjadinya Hujan dan Tipe-Tipenya.

Proses terjadinya hujan biasa disebut dengan siklus hidrologi. Tahapan


proses terjadinya siklus hidrologi tersebut antara lain evaporasi, transpirasi,
evapotranspirasi, sublimasi, kondensasi, adveksi, presipitasi, run off, dan
infiltrasi. Berikut ini adalah penjelasan dari masing-masing tahapan siklus
tersebut.
2.1.1. Evaporasi
Siklus hidrologi diawali oleh terjadinya penguapan air yang ada di
permukaan bumi. Air-air yang tertampung di badan air seperti danau, sungai,
laut, sawah, bendungan atau waduk berubah menjadi uap air karena adanya
panas matahari. Penguapan serupa juga terjadi pada air yang terdapat di
permukaan tanah. Penguapan semacam ini disebut dengan istilah evaporasi.
Evaporasi mengubah air berwujud cair menjadi air yang berwujud gas
sehingga memungkinkan ia untuk naik ke atas atmosfer bumi. Semakin tinggi
panas matahari (misalnya saat musim kemarau), jumlah air yang menjadi uap
air dan naik ke atmosfer bumi juga akan semakin besar.
2.1.2. Transpirasi

5
Penguapan air di permukaan bumi bukan hanya terjadi di badan air dan
tanah. Penguapan air juga dapat berlangsung di jaringan mahluk hidup, seperti
hewan dan tumbuhan. Penguapan semacam ini dikenal dengan istilah
transpirasi.
Sama seperti evaporasi, transpirasi juga mengubah air yang berwujud
cair dalam jaringan mahluk hidup menjadi uap air dan membawanya naik ke
atas menuju atmosfer. Akan tetapi, jumlah air yang menjadi uap melalui
proses transpirasi umumnya jauh lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah
uap air yang dihasilkan melalui proses evaporasi.
2.1.3. Evapotranspirasi
Evapotranspirasi adalah penguapan air keseluruhan yang terjadi di
seluruh permukaan bumi, baik yang terjadi pada badan air dan tanah, maupun
pada jaringan mahluk hidup. Evapotranspirasi merupakan gabungan antara
evaporasi dan transpirasi. Dalam siklus hidrologi, laju evapotranspirasi ini
sangat mempengaruhi jumlah uap air yang terangkut ke atas permukaan
atmosfer.
2.1.4. Sublimasi
Selain lewat penguapan, baik itu melalui proses evaporasi, transpirasi,
maupun evapotranspirasi, naiknya uap air dari permukaan bumi ke atas
atmosfer bumi juga dipengaruhi oleh proses sublimasi.
Sublimasi adalah proses perubahan es di kutub atau di puncak gunung
menjadi uap air tanpa melalui fase cair terlebih dahulu. Meski sedikit,
sublimasi juga tetap berkontribusi terhadap jumlah uap air yang terangkut ke
atas atmosfer bumi melalui siklus hidrologi panjang. Akan tetapi, dibanding
melalui proses penguapan, proses sublimasi dikatakan berjalan sangat lambat.
2.1.5. Kondensasi
Ketika uap air yang dihasilkan melalui proses evaporasi, transpirasi,
evapotranspirasi, dan proses sublimasi naik hingga mencapai suatu titik
ketinggian tertentu, uap air tersebut akan berubah menjadi partikel-partikel es
berukuran sangat kecil melalui proses kondensasi. Perubahan wujud uap air

6
menjadi es tersebut terjadi karena pengaruh suhu udara yang sangat rendah di
titik ketinggian tersebut.
Partikel-partikel es yang terbentuk akan saling mendekati dan bersatu
satu sama lain sehingga membentuk awan. Semakin banyak partikel es yang
bergabung, awan yang terbentuk juga akan semakin tebal dan hitam.
2.1.6. Adveksi
Awan yang terbentuk dari proses kondensasi selanjutnya akan
mengalami adveksi. Adveksi adalah proses perpindahan awan dari satu titik
ke titik lain dalam satu horizontal akibat arus angin atau perbedaan tekanan
udara. Adveksi memungkinkan awan akan menyebar dan berpindah dari
atmosfer lautan menuju atmosfer daratan. Perlu diketahui bahwa, tahapan
adveksi tidak terjadi pada siklus hidrologi pendek.
2.1.7. Presipitasi
Awan yang mengalami adveksi selanjutnya akan mengalami proses
presipitasi. Proses prepitasi adalah proses mencairnya awan akibat pengaruh
suhu udara yang tinggi. Pada proses inilah hujan terjadi. Butiran-butiran air
jatuh dan membasahi permukaan bumi.
Apabila suhu udara di sekitar awan terlalu rendah hingga berkisar < 0
derajat Celcius, presipitasi memungkinkan terjadinya hujan salju. Awan yang
mengandung banyak air akan turun ke litosfer dalam bentuk butiran salju tipis
seperti yang dapat kita temui di daerah beriklim sub tropis.
2.1.8. Run Off
Setelah presipitasi terjadi sehingga air hujan jatuh ke permukaan bumi,
proses run off pun terjadi. Run off atau limpasan adalah suatu proses
pergerakan air dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah di permukaan
bumi. Pergerakan air tersebut misalnya terjadi melalui saluran-saluran seperti
saluran got, sungai, danau, muara, laut, hingga samudra. Dalam proses ini, air
yang telah melalui siklus hidrologi akan kembali menuju lapisan hidrosfer.
2.1.9. Infiltrasi

7
Tidak semua air hujan yang terbentuk setelah proses presipitasi akan
mengalir di permukaan bumi melalui proses run off. Sebagian kecil di
antaranya akan bergerak ke dalam pori-pori tanah, merembes, dan
terakumulasi menjadi air tanah. Proses pergerakan air ke dalam pori tanah ini
disebut proses infiltrasi. Proses infiltrasi akan secara lambat membawa air
tanah kembali ke laut.
Setelah melalui proses run off dan infiltrasi, air yang telah mengalami
siklus hidrologi tersebut akan kembali berkumpul di lautan. Air tersebut
secara berangsur-angsur akan kembali mengalami siklus hidrologi selanjutnya
dengan di awali oleh proses evaporasi.

Beberapa macam proses terjadinya hujan (siklus air):


a. Siklus Pendek/Kecil
Siklus ini sangat sederhana dan pendek. Air laut akan menguap dan
berubah menjadi uap dikarenakan panas dari matahari. Setelah itu, akan
terjadi kondensasi dan membentuk awan serta akhirnya jatuh kebumi
dalam bentuk bintik-bintik air, es, dan salju.
b. Siklus Sedang
Air laut akan menguap karena pasan matahari, terjadi yang namanya
evaporasi dan akan terbawah arus angin kemudian terbentuklah awan.
Jika volume awan sudah terlalu berat, terjadilah hujan dan air nya akan
kembali ke laut dan mengalami siklus kembali.
c. Siklus Panjang/Besar
Siklus yang panjang, dimulai dengan penguapan air karena trik
matahari, kemudian mengalami sublimasi, dan akan membentuk awan
berisi Kristal es. Awan tersebut akan bergerak sesuai kemauan angin dan
akhirnya menjadi awan. Setelah terbentuk awan, salju akan turun dalam
bentuk gletser. Saat di permukaan, gletser akan mencari dan membentuk
aliran air (Sungai) dan kembali ke laut. Berikut penjelasan singkat dari
siklus hidrologi panjang ini:

8
 Air laut mengalami proses evaporasi dan berubah menjadi uap air
akibat adanya panas matahari.
 Uap air yang terbentuk kemudian mengalami sublimasi
 Awan yang mengandung kristal es kemudian terbentuk.
 Awan mengalami proses adveksi dan bergerak ke daratan
 Awan mengalami presipitasi dan turun sebagai salju.
 Salju terakumulasi menjadi gletser.
 Gletser mencair karena pengaruh suhu udara dan membentuk aliran
sungai.
 Air yang berasal dari gletser mengalir di sungai untuk menuju laut
kembali.

Berikut ini merupakan tipe-tipe hujan berdasarkan proses terjadinya,


yaitu:
a. Hujan Zenithal (Hujan tropika)
Hujan zenithal terjadi di daerah tropis disebut juga hujan baik
ekuatorial. Hujan ini terjadi pada waktu sore hari setelah terjadinya
pemanasan maksimal (pukul 14.00-15.00). Hujan ini terjadi pada daerah
tropis di anara 10o LU-10oLS bersamaan waktumya dengan kedudukan
matahari pada titik zenith.

b. Hujan Siklon
Hujan siklon terjadi didaerah sedang. Angin di daerah sedang selalu
disertai hujan karena di daerah ini udara naik ke aas dan menjadi dingin

9
sehingga udara mengembang, mendingin, dan berkondensasi membentuk
hujan ringan yang disebut hujan frontal atau siklon.

c. Hujan Orografis
Hujan orografis atau hujan pegunungan terjadi didaerah
pegunungan. Udara yang mengandung uap air bergerak naik ke atas
pegunungan, Akibat adanya penurunan suhu, udara tersebut terkondensasi
dan turunlah hujan pada lereng yang berhadapan dengan arah datangnya
angin. Udara ini terus bergerak keatas dan akhirnya turun kesisi lereng
dibelakangnya, tetapi tidak lagi mengandung uap air. Sisi lereng yang
dilalui uadara kering disebut daerah bayangan hujan.

Hujan orografis terjadi ketika terjadi didaerah pantai, Udara yang


mengandung kelembapan diangkat naik. Menaiki suatu lereng
pegunungan, udara menjadi dingin dan berkondensasi, serta membentuk
hujan deras pada lereng dimana angin mengarah. Hujan ini disebut hujan
orografis atau hujan rilief. Sementara itu, lereng yang tidak terkena hujan
tetap kering.

2.2 Jenis Data Hujan dan Kegunaannya.

10
Beberapa dari hasil presispitasi, hujan biasa diukur dari hasil
pengukuran. Karena menurut pakar-pakar hidrologi, dari beberapa hasil
presispitasi tersebut yakni produk dari awan yang turun sebagai air hujan
ataupun salju (sejauh tak menyangkut salju selanjutnya dianggap sebagai
hujan), dan hanya seperempatnya yang kembali ke laut melalui limpasan
langsung (direct runoff) atau melalui aliran air tanah (ground water
flow).Jumlah hujan yang terjadi dalam suatu DAS merupakan besaran yang
sangat penting dalam sistem DAS tersebut, karena hujan menjadi masukan yang
utama ke dalam suatu DAS. Walaupun kita bisa mengukur secara langsung
dengan menampung air hujan yang jatuh, bukan berarti kita menampung hujan
di seluruh daerah tangkapan air, karena hujan di suatu daerah hanya dapat
diukur di beberapa titik yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, pengukurannya
harus dilakukan seteliti mungkin.
Dalam menganalisisnya, pada umumnya tidak hanya data hujan
kumulatif harian saja yang diperlukan, tapi juga diperlukan data hujan jam-jam
bahkan 15menit. Dan demi mendapat data-data atau perkiraan besaran hujan
yang baik terjadi dalam suatu DAS tersebut, maka diperlukan beberapa stasiun
hujan.
Data-data hujan yang telah dikumpulkan oleh stasiun-stasiun hujan
haruslah merupakan data yang mendukung kesalahan yang sekecil mungkin,
supaya hasil analisis nantinya tidak diragukan sebagai acuan dalam
perencanaan bahkan perancangan.
Data hasil pencatatan penakar hujan berupa:
a. Ketinggian hujan/tebal hujan/jumlah hujan atau rainfall depth = d
b. Lama terjadinya hujanatau duration of rainfall = t
c. Kederasan hujan atau rainfall intensity = i
d. Periode ulang/frekuensi atau return period = T
e. Luas wilayah atau area = A
Kegunaan data curah hujan yaitu untuk memperkirakan debit aliran yang
terjadi pada rentang periode tertentu.

11
2.3 Pengukuran Data Curah Hujan.
Alat pengukur hujan dapat dibedakan menjadi 2 macam:
 Alat penakar hujan biasa
Alat penakar hujan biasa terdiri dari corong dan botol penampung
yang berada dalam satu tabung silinder. Alat ini dapat digunakan dengan
ditempatkan di tempat terbuka yang tidak dipengaruhi pepohonan dan
gedung yang ada di sekitarnya. Air hujan yang jatuh di corong akan
tertampung di dalam tabung silinder, dengan mengukur volume air yang
tertampung dan luas corong akan diketahui kedalaman hujan. Curah hujan
kurang dari 0,1 mm maka akan dicatat 0,0 mm sedangkan untuk kejadian
tidak ada hujan dengan garis (-). Pada pengukuran ini dilakukan setiap
hari dengan pembacaan dilakukan pada pagi hari, sehingga hujan tercatat
adalah hujan selama satu hari atau hujan harian. Alat penakar hujan biasa
tidak dapat mengetahui kederasan (intensitas) hujan.
 Alat penakar hujan otomatis
Alat ini mengukur hujan secara kontinyu sehingga dapat diketahui
intensitas hujan dan lama waktu hujan. Ada beberapa macam alat penakar
hujan otomatis yaitu alat penankar hujan jenis pelampung, alat penakar
hujan jenis timba jungkit, ala penakar hujan jenis timbangan.
Besarnya hujan diukur dengan menggunakan alat penakar curah
hujan yang umumnya terdiri atas alat penakar hujan tidak otomatis dan
penakar hujan otomatis. Alat penakar hujan tidak otomatis pada dasarnya
berupa kontainer atau ember yang telah diketahui diameternya dan dibuat
dalam bentuk silinder kearah vertikal untuk memperkecil percikan air
hujan. Ketinggian alat ini disarankan berkisar antara 15 – 30 cm dan 50 –
75 cm.
Alat penakar hujan otomatis berupa alat penakar hujan yang
mekanisme pencatatannya bersifat otomatis (mencatat sendiri). Dengan
cara ini data hujan yang diperoleh selain berupa besarnya curah hujan

12
selama periode waktu tertentu juga dapat diperoleh besarnya intensitas
curah hujan dan lama waktu hujan. Penakar hujan yang banyak digunakan
adalah Weighing buchet rain gauge dan tipping buchet.

2.4 Pengolahan Data Curah Hujan.


Sesuai dengan visi dan misi dari pengelolaan hidrologi, maka hasil dari
pengolahan data curah hujan yang diharapkan adalah dapat menyajikan data
curah hujan yang akurat, menerus dan berkelanjutan sesuai dengan kondisi
lapangan, tersusun dalam sistem database, dapat menyediakan data/informasi
hidrologi yang tepat waktu sesuai dengan kebutuhan.
Tahapan pengolahan data curah hujan:
2.4.1. Pekerjaan persiapan
a. Perencanaan jadawal kegiatan lapangan untuk 1 (satu ) tahun.
b. Persiapan sarana dan prasarana kegiatan lapangan seperti:
 Personil.
 Dana.
 Kendaraan.
 Blangko.
 Peralatan untuk kelapangan.
2.4.2. Pekerjaan pelaksanaan dilapangan.
a. Pengumpulan data hasil pengamatan para petugas lapangan.
b. Pengolahan data mencari informasi tentang kondisi alat.
c. Monitoring kondisi pos dan peralatan
d. Pembinaan personil lapangan (bila perlu).
e. Perbaikan darurat (bila perlu).
f. Mengisi buku kunjungan
2.4.3. Pengolahan.
a. Tahap pertama
1) Membuat laporan hasil kunjungan lapangan.
2) Registrasi data yang dikumpulkan.

13
3) Data lapangan diolah dan hasil pengolahan data dimasukan
dalam sistem data base.
4) Arsipkan data lapangan.
b. Tahap ke dua
1) Pengecekan hasil pengolahan data lapangan.
2) Mereview barchart tentang kemajuan pengolahan data
lapangan.
3) Publikasi data hujan.
4) Persiapkan data hujan untuk menunjang kegiatan
perencanaan, pengembangan,
5) Pemanfaaatan dan pengendalian SDA.
c. Tahap tiga.
Selurah data hujan arus dianalisa apa masih ada keraguan
atau kekurang akuratan data serta penyimpangan data. Setelah
data di analisa sangat diperlukan bagan alir pengolahan data curah
hujan.
Proses memasukan data dari lapangan ke database, didalamnya meliputi:
a. Hujan harian (mm)
b. Hujan jam-jaman (mm)
c. Dan data lainnya.
Kemampuan utama dari database ini yaitu:
a. Perhitungan statistik meliputi minimum, maksimum, jumlah dan
rata-rata
b. Grafik data harian dalam satu tahun, setengah bulan, sepuluh
harian dan bulanan
c. Utility untuk memampatkan file data
d. Pengamanan aplikasi dengan password.

14
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Presipitasi perlu diukur untuk mendapatkan data hujan yang sangat
berguna bagi pernecanaan hidrologis, semisal perencanaan pembangunan
bendung, dam, dan sebagainya. Presipitasi juga merupakan faktor utama yang
mengendalikan berlangsungnya daur hidrologi dalam suatu wilayah
(merupakan elemen utama yang perlu diketahui mendasari pemahaman
tentang kelembaban tanah, proses peresapan air tanah, dan debit aliran).
Proses terjadinya hujan biasa disebut dengan siklus hidrologi. Tahapan
proses terjadinya siklus hidrologi tersebut antara lain evaporasi, transpirasi,
evapotranspirasi, sublimasi, kondensasi, adveksi, presipitasi, run off, dan
infiltrasi. Tipe-tipe hujan berdasarkan proses terjadinya yaitu hujan zenithal,
hujan siklon, dan hujan orografis.
Alat pengukur curah hujan dibedakan menjadi 2, yaitu alat penakar
hujan biasa yang terdiri dari corong dan botol penampung yang berada dalam
satu tabung silinder, dan alat pengukur hujan otomatis yang mengukur hujan
secara kontinyu sehingga dapat diketahui intensitas hujan dan lama waktu
hujan.
Proses pengolahan data curah hujan terbagi menjadi tiga tahap, yaitu
pekerjaan persiapan, pekerjaan pelaksanaan di lapangan, dan pengolahan.

5.2 Saran
Agar para membaca bisa lebih memahami pengertian dari presipitasi
serta mengetahui proses terjadinya hujan, data-data curah hujan, pengukuran
curah hujan, dan juga pengolahan data curah hujan.

15
DAFTAR PUSTAKA

Aya Enenk. 2012. http://enenkq.blogspot.co.id/2012/12/v-


behaviorurldefaultvmlo.html diakses pada 19 Februari 2018
Wikipedia. 2017. https://id.wikipedia.org/wiki/Presipitasi_(meteorologi) diakses pada
19 Februari 2018
Graha Gunawan. 2015. http://www.pengertianilmu.com/2015/04/pengertian-hujan-
presipitasi.html diakses pada 19 Februari 2018
Yunus Muhammad. 2017. https://belapendidikan.com/proses-terjadinya-hujan-
siklus-air/ diakses pada 19 Februari 2018
Negara Ken Pandu. 2016. http://www.ebiologi.net/2016/03/siklus-hidrologi-
pengertian-proses.html diakses pada 19 Februari 2018
Abi Sabir. 2016. http://pagarpengetahuan.blogspot.co.id/2016/07/tipe-tipe-hujan.html
diakses pada 19 Februari 2018
Chynta. 2011. http://pegumpulandanpengolahandata.blogspot.co.id/ diakses pada 19
Februari 2018
http://repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/61580/3/BAB%20II%20Tinjaua
n%20Pustaka.pdf diakses pada 19 Februari 2018
http://digilib.unila.ac.id/5757/17/BAB%202.pdf

16

Anda mungkin juga menyukai