Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM

WATAK DAN SIFAT TANAH


ACARA I
KADAR LENGAS TANAH

Disusun oleh :
Nama : Faishal Rizki Ramadhani
NIM : 16/398683/PN/14654
Gol./Kel. : A2.1/1
Asisten : Hamidah Widyastuti

LABORATORIUM TANAH UMUM


DEPARTEMEN TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2020
A. HASIL DAN PERHITUNGAN
Tabel 1. Hasil Kadar Lengas Tanah pada Berbagai Jenis Tanah
Jenis Kadar Lengas (%) BJ BV (g/cm3) n (%)
Tanah 2,0 mm 0,5 mm Bongkah Asli (g/cm3) Ring Lilin
Vertisol 11,155 11,2 11,02 41 2,25 1,21 1,46 35
Mollisol 11,35 12,435 11,85 47,9 2,13 1,01 1,31 35
Ultisol 7,77 8,45 7,71 48,4 2,18 1,12 1,42 35
Alfisol 6,6 7,73 6,44 34,48 2,23 1,36 1,04 53,36
Entisol 2,45 1,9 2 29 2,56 1,32 1,38 46

Perhitungan:
A. Perhitungan kadar lengas vertisol Ø 0,5 mm
𝑏−𝑐
KL = 𝑐−𝑎 × 100%

Ulangan I
a = 46,42 gr b = 62,84 gr c = 61,2 gr
62,84−61,20
KL = 61,20−46,42 × 100%

= 11,1%
Ulangan II
a = 46,16 gr b = 59,95 gr c = 58,55 gr
59,95−58,55
KL = 58,55−46,16 × 100%

= 11,3%
11,1%+11,3%
KL vertisol Ø 0,5 mm = 2

= 11,2

B. Perhitungan kadar lengas vertisol Ø 2 mm

Ulangan I

a = 27,87 gr b = 45,20 gr c = 43,47 gr

45,20−43,47
KL = 43,47−27,87 × 100%
= 11,09%

Ulangan II

a = 28,88 gr b = 45,44 gr c = 43,77 gr

45,44−43,77
KL = 43,77−28,88 × 100%

= 11,22%

11,09%+11,22%
KL vertisol Ø 2 mm = 2

= 11,155%

C. Perhitungan kadar lengas vertisol bongkah

Ulangan I

a = 38,28 gr b = 51,44 gr c = 50,09 gr

51,44−50,09
KL = 50,09−38,28 × 100%

= 11,43%

Ulangan II

a = 23,99 gr b = 36,15 gr c = 37,49 gr

37,49−36,15
KL = 36,15−23,99 × 100%

= 11,02%

11,43%+11,02%
KL vertisol bongkah = 2

= 11,225%

D. Perhitungan kadar lengas vertisol asli

a = 173,20 gr b = 463,39 gr c = 379,25 gr


463,39−379,25
KL = 379,25−173,20 × 100%

= 40,83%

= 41%

B. LATAR BELAKANG
Tanah memiliki peranan penting dalam kehidupan. Selain sebagai tempat berpijak, tanah
juga merupakan media pertumbuhan tanaman dan tempat tumbuh mikroorganisme dalam tanah,
serta sumber air bagi kehidupan. Air yang terkandung dalam tanah disebut kadar lengas tanah.
Kadar lengas tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu anasir iklim, bahan organik dan fraksi
lempung tanah, topografi dan bahan penutup tanah. Kadar lengas dalam tanah sangat penting untuk
dipahami karena akan menentukan proses penyerapan hara dan pernapasan akar akar tanaman
yang kemudian berdampak pada kemampuan tanaman untuk tumbuh dan bereproduksi. Dalam
praktikum kadar lengas tanah ini bertujuan untuk mengukur kadar lengas tanah untuk faktor
koreksi kadar lengas serta mengukur kadar lengas tanah asli (tanah segar).

C. TINJAUAN PUSTAKA
Lengas tanah didefinisikan sebagai air yang mengisi sebagian atau seluruh pori-pori tanah.
Besarnya curah hujan dan air yang meresap ke dalam tanah merupakan salah satu factor yang
memperngaruhi keberadaan air tanah. Pengelolaan kelengasan tanah mempunyai tujuan guna
meningkatkan kemampuan tanah untuk menahan air (Achmad & Putra, 2016). Sutanto (2005)
mendefinisikan lengas tanah sebagai air yang diikat oleh partikel tanah dan air kapiler yang
Sebagian dapat dimanfaatkan oleh tanaman dan yang Sebagian lagi terus mengalir sebagai air
perkolasi dan selanjutnya menyatu dengan air tanah.
Lengas tanah penting dalam proses agronomi, hidrologi, dan meteorology di semua skala
spasial. Hal ini memainkan peranan kunci dalam deteksi tekanan air dan manajemen irigasi.
Informasi lengas tanah juga dapat digunakan sebagai indicator untuk prediksi bencana alam,
seperti kekeringan dan banjir serta untuk perubahan lingkungan, seperti badai debu dan erosi
(Sharma et al., 2018).
Teknik untuk menghitung kadar air tanah digolongkan ke dalam du acara yairu langsung
dan tidak langsung. Pengukuran secara langsung yaitu berupa pemisahan air dari matriks tanah
dan pengukuran langsung dari jumlah air yang dipisahkan tersebut. Pemisahan air dari matriks
tanah dapat melalui: (1) pemanasan; (2) ekstraksi dan penggantian oleh larutan; atau (3) reaksi
kimia. Jumlah air yang dipisahkan ditentukan dengan: (1) mengukur perubahan massa/berat
setelah pemanasan dan (2) pengukuran kuantitatif dan hasil reaksi. Pemisahan air dengan
pemanasan sering disebut dengan metode gravimetri dan merupakan metode pengukuran
langsung. Metode gravimetri meupakan metode sederhana secara konseptual dalam menentukan
kadar lengas tanah. Prinsipnya yaitu mencakup pengukuran kehilangan air dengan menimbang
contoh tanah sebelum dan sesudah dikeringkan pada suhu 105-110oC dalam oven (Abdurrahman
et al., 2006).
Kurva karakteristik lengas tanah Sebagian besar dipengaruhi oleh tekstur tanah. Tanah
dengan lebih banyak tanah lempung cenderung memiliki lebih banyak uap di setiap penyerapan.
Horison Bt yang lebih banyak kandungan lempung dari horizon atasnya memiliki lebih banyak
uap air pada setiap serapan. Penurunan kadar air tanah secara bertahap dengan meningkatnya
penyerapan matrik yang terkait dengan lempung disebabkan oleh distribusi ukuran pori dan gaya
adsorpsi yang menahan air (Karuma et al., 2015).
Secara langsung atau tidak langsung hampir setiap proses yang terjadi dalam tubuh
tanaman sangat dipengaruhi oleh ketersediaan air. Kandungan hara dan ketersediaan unsur hara
dalam juga dipengaruhi oleh kadar lengas dalam tanah. Pengetahuan mengenai kadar lengas tanah
diperlukan dan bermanfaat untuk pengeolaan air yang efektif dan sesuai dengan kebutuhan
tanaman. Persediaan air yang kurang di dalam tanah harus segera ditambahkan, begitu pula
sebaliknya kelebihan air harus segera diturunkan, karena perubahan kadar lengas tanah
berpengaruh besar terhadap ketersediaan hara dan kemampuan pupuk yang ditambahkan,
khususnya pupuk K pada tanah vertisol (Suwarto, 2003).
Curah hujan, jenis tanah, serta laju evapotranspirasi merupakan fktor-faktor yang
menentukan lengas tanah, yang mana lengas tanah akan menentukan ketersediaan air dalam tanah
bagi pertumbuhan tanaman (Djumali & Mulyaningsih, 2014). Air tersedia bagi tanaman identik
dengan kemampuan tanah dalam menahan air. Besarnya air tersedia bagi tanaman merupakan
selisish antara kaddar lengas tanah pada kapasitas lapang dan kadar lengas pada titik layu
permanen. Hasil penelitian Achmad dan Putra (2016) menunjukkan bahwa kemampuan menahan
air yang tertinggi dimiliki oleh tanah bertekstur lempung berliat dan lempung berdebu (0,21) dan
terendah pada pasir (0,05).
D. PEMBAHASAN
Praktikum acara 1 berjudul kadar lengas tanah. Kadar lengas tanah merupakan kemampuan
tanah untuk menyimpan air dalam pori-porinya. Kadar lengas dalam suatu tanah dipengaruhi oleh
tekstur tanah dan struktur tanah. Manfaat mengetahui kadar lengas tanah ialah dapat menduga
kebutuhan air untuk lahan yang akan dimanfaatkan untuk budidaya tanaman.
Selain tekstur tanah dan struktur tanah, faktor lain yang mempengaruhi kadar lengas tanah
yaitu anasir iklim yang meliputi temperature dan curah hujan, porositas tanah, dan kandungan
bahan organik. Temperatur dan curah hujan merupakan faktor alam yang mempengaruhi proses
evapotranspirasi dan kandungan bahan organik. Temperatur yang tinggi umumnya akan
mempercepat laju evapotranspirasi sehingga tanah dengan porositas tanah tinggi akan mudah dan
cepat kehilangan air. Kemudian curah hujan mempengaruhi bahan organik yang terkandung dalam
tanah. Curah hujan yang tinggi akan mengakibatkan run off sehingga bahan organik ikut terlarut,
terutama jika tanah berada pada topografi miring seperti lereng, sedangkan curah hujan yang cukup
akan memberikan kelembaban yang sesuai untuk pelapukan bahan organik dalam tanah oleh
mikroorganisme tanah. Dalam mengatasi proses kehilangan air yang tinggi dan cepat dapat
dilakukan pemberian bahan penutup tanah, khususnya lahan yang digunakan sebagai lahan
budidaya dan bercocok tanam. Bahan penutup tanah yang dapat digunakan ialah mulsa, baik mulsa
sintetis seperti plastic ataupun mulsa organik seperti jerami yang mampu mempertahankan
kandungan air dalam tanah.
Dari hasil praktikum didapatkan hasil kadar lengas tanah vertisol halus 2,0 mm, 0,5 mm,
dan bongkah berturut-turut sebesar 11,155%, 11,2%, dan 11,02% serta kadar lengas untuk tanah
asli sebesar 41%. Uji kadar lengas dilakukan pada contoh tanah halus 2,0 mm, tanah halus 0,5 mm,
dan tanah bongkah pada tanah vertisol. Kadar lengas tanah vertisol seperti yang dinyatakan oleh
Achmad dan Putra (2016) ialah 8,89% pada tanah dengan vegetasi sedangkan tanah tanpa vegetasi
berkisar 2,42% dengan rorak 16-30 cm. sedangkan, berdasarkan musim perlakuan rorak, diperoleh
kadar lengas tanah berkisar 14,9-19,5% pada tanah tanpa vegetasi dan 11,4-14,6 pada tanah dengan
vegetasi. Hal tersebut juga menunjukkan bahwa keberadaan vegetasi mempengaruhi kadar lengas
dalam tanah karena meningkatkan jumlah bahan organik serta bahan penutup tanah. Berdasarkan
hasil tersebut, maka hasil pengamatan yang diperoleh sudah sesuai dengan literatur yang dilakukan
pada tanah dengan vegetasi. Dari hasil praktikum juga didapatkan hasil kadar lengas tanah mollisol
2 mm, 0,5 mm, dan bongkah berturut-turut sebesar 11,35%, 12,435%, dan 11,85%. Pada tanah
ultisol kadar lengasnya 0,5 mm, 2 mm, bongkah sebesar 8,45%, 7,77%, dan 7,71%. Pada tanah
alfisol kadar lengasnya 2 mm, 0,5 mm, dan bongkah berturut-turut 6,6%, 7,73%, dan 6,44%.
Sedangkan untuk hasil kadar lengas tanah entisol kadar lengasnya 2 mm, 0,5 mm, dan bongkah
tanah berturut-turut sebesar 2,45%, 1,9%, dan 2%. Sehingga bila diurutkan dari yang terbesar ke
yang terkecil paa 0,5 mm, 2 mm, dan bongkah dari masing-masing jenis tanah ialah mollisol >
vertisol > ultisol > alfisol > entisol. Sedangkan untuk kelompok tanah asli ialah ultisol > mollisol
> vertisol > alfisol > entisol.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurachman, A., U. Haryati, dan I. Juarsah. 2006. Penetapan Kadar Air Tanah dengan Metode
Gravimetrik. Balai Penelitian Tanah, Bogor.

Achmad, R. S. dan R. C. Putra. 2016. pengelolaan lengas tanah dan laju pertumbuhan tanaman
karet belum menghasilkan pada musim kemarau dan penghujan. Warta Perkaretan 35(1):
1–10.

Djumali dan S. Mulyaningsih. 2014. Pengaruh kelembaban tanah terhadap karakter agronomi,
hasil rajangan kering dan kadar nikotin tembakau (Nicotiana tobacum L., Solanaceae)
Temanggung pada tiga jenis tanah. Berita Biologi. 13(1): 1-11.

Karuma, A. N., C. K. K. Gachene, B. M. Msanya, P. W. Mtakwa, N. Amuri, and P. T. Gicheru.


2015. Soil morphology, physico-chemical properties and classification of typical soils of
Mwala district, Kenya. International Journal of Plant and Soil Science 4(2): 156–170.

Sharma, P.K., D. Kumar, H.S. Srivastava, dan P. Patel. 2018. Assessment of different methods for
soil moisture estimation: a review. Journal of Remote Sensing and GIS. 9(1): 57-73.

Sutanto, R. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah: Konsep dan Kenyataan. Kanisius, Yogyakarta.

Suwarto. 2003. Pengaruh lengas tanah terhadap serapan K dan ketersediaannya di tanah vertisol.
Sains Tanah. 3(1): 24-28
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM
WATAK DAN SIFAT TANAH
ACARA IV
TEKSTUR TANAH

Disusun oleh :
Nama : Faishal Rizki Ramadhani
NIM : 16/398683/PN/14654
Gol./Kel. : A2.1/1
Asisten : Hamidah Widyastuti

LABORATORIUM TANAH UMUM


DEPARTEMEN TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2020
A. HASIL DAN PERHITUNGAN
Tabel 1. Hasil Tekstur Tanah pada Berbagai Jenis Tanah
No Jenis Tanah Tekstur
1 Vertisols Lempung debuan
2 Mollisols Lempung debuan
3 Alfisols Lempung debuan
4 Ultisols Lempung debuan
5 Entisols Pasir geluhan

B. LATAR BELAKANG
Tanah merupakan simbol kehidupan. Dari tanah tumbuh berbagai jenis tanaman yang akan
menjadi sumber kehidupan semesta. Tanah merupakan bahan di permukaan bumi hasil perubahan
bahan organik atau mineral melalui proses gabungan anasir-anasir alam yang merupakan bahan
induk, iklim, topografi, dan sejumlah organisme. Sifat fisika tanah meliputi jenis, tekstur, struktur,
konsistensi, kadar lengas, kemampuan menyerap kadar lengas, porositas, dll. Dalam praktikum ini
dipelajari tentang salah satu sifat fisika tanah yaitu tekstur tanah. Tekstur tanah perlu dipelajari
karena tekstur tanah berpengaruh terhadap daya dukung tanah, daya serap air, kelekatan,
kemudahan terolah, dan sebagainya yang erat kaitannya dengan dunia pertanian. Praktikum ini
bertujuan agar mahasisea mampu melakukan pengukuran partikel tanah yang dominan secara
kualitatif serta mampu melakukan pengukuran kelas tekstur tanah sacara kualitatif.

C. TINJAUAN PUSTAKA
Distribusi ukuran partikel adalah salah satu kontrol penting struktur dan fungsi tanah.
Proses tanah, sifat, dan fitur khusus biasanya terkait dengan distribusi ini, yang biasa disebut
dengan tekstur tanah. Persentase fraksi tekstur digunakan sebagai atribut untuk mengklasifikasikan
tanah dan sebagai parameter untuk memperkirakan sifat-sifat tanah (Martin et al., 2017). Tekstur
tanah mempengaruhi kadar air dan kemampuan drainase tanah. Hal ini karena tekstur mengontrol
sifat pori-pori tanah, yaitu kekosongan atau jarak antar partikel mineral dalam tanah lempung.
Misalnya ada banyak pori-pori kecil atau pori-pori mikro di antara partikel-partikel tanah lempung.
Dikarenakan kecil, tanah lempung cenderung menahan air. Akibatnya tanah lempung cenderung
memiliki drainase yang buruk dan tergenang air. Sebaliknya, tanah berpasir adalah tanah kering
(Amooh & Bonsu, 2017).
Berdasarkan ukuran bahan padatan, tanah digolongkan menjadi 3 partikel yaitu pasir, debu,
dan lempung. Ketiga partikel tersebut dinyatakan dalam % bersama-sama Menyusun tanah atau
biasa disebut dengan tekstur tanah. Tekstur tanah akan mempengaruhi kemampuan tanah dalam
menyimpan dan menyediakan unsur hara bagi tanaman (Sinulingga & Darmanti, 2007).
Tekstur tanah, biasa disebut juga besar butir tanah, termasuk salah satu sifat tanah yang
paling sering ditetapkan. Hal ini karena tekstur tanah berhubungan erat dengan pergerakan air dan
zat terlarut, udara, pergerakan panas, berat volume tanah, luas permukaan spesifik (specific
surface), kemudahan tanah memadat (compressibility), dan lain-lain (Putri et al., 2016). Tekstur
tanah mempunyai hubungan dekat dengan kemampuan tanah mengikat lengas, udara tanah, dan
hara tanah. Tekstur tanah juga mempengaruhi ruang perakaran tanaman, konsistensi, dan
keterolahan tanah. Selain itu tekstur tanah juga berpengaruh pada tingkat kesuburan tanah
(Sutanto, 2005). Tekstur tanah, bahan organik, dan struktur tanah mempengaruhi porositas tanah.
Tanah dengan tekstur pasir banyak mempunyai pori-pori makro sehingga sulit menahan air
(Holilullah et al., 2015).
D. PEMBAHASAN
Definisi tekstur tanah menurut USDA ialah perbandingan relative antar partikel tanah yang
terdiri atas fraksi lempung, debu, dan pasir. Tekstur tanah bersifat permanen/tidak mudah diubah
serta mempunyai pengaruh yang besar terhadap sifat tanah yang lain seperti struktur, konsistensi,
kelengasan tanah, permeabilitas, run off, infiltrasi, dan lain-lain. Tekstur tanah merupakan satu-
satunya sifat tanah yang tetap dan tidak mudah berubah serta diubah oleh tangan manusia jika
tidak ditambahkan dari tempat lain (Zurhalena & Farni, 2010).
Metode yang biasa digunakan di lapangan untuk menentukan tekstur tanah yaitu dengan
cara membasahi tanah dengan air kemudian diraba/diremas fraksi-fraksi apa saja yang ada di
dalam tanah tersebut. Fraksi tanah dibagi tiga yaitu pasir (sand), debu (silt), dan lempung (clay)
(USDA). Pengujian ini digunakan karena sederhana dan hasilnya cepat diketahui, namun
pengujian ini memerlukan pengalaman dan Latihan.
Dalam praktikum ini dilakukan pengujian tekstur tanah pada tanah vertisol, mollisol,
ultisol, alfisol, dan entisol. Berdasarkan hassil praktikum didapatkan hasil bahwa tanah vertisol,
mollisol, ultisol, alfisol mempunyai tekstur lempung debuan, sedangkan tanah entisol mempunyai
tekstur pasir geluhan. Hasil yang didapatkan pada pengujian tanah vertisol sesuai ddengan
penelitian yang dilakukan oleh Wirosoedarmo (2012), yaitu tanah vertisol memiliki tekstur
lempung, karena dapat mengikat air. Rata-rata tanah di atas mempunyai tekstur lempung debuan
karena saat dibuat pita mempunyai panjang lebih dari 5 cm, kemudian saat diraba-raba terasa
halus/licin sehingga digolongkan ke dalam lempung debuan.
Hubungan tekstur tanah dengan kadar lengass tanah yaitu tanah dengan tekstur pasir akan
memiliki kekurangan dalam hal menyimpan air sedangkan tanah dengan tekstur lempung memiliki
kemampuan dalam menyimpan air. Sedangkan hubungan antara tekstur tanah dengan NPD adalah
apabila tanah memiliki tekstur pasir maka hakat NPD-nya akan tinggi yang artinya akan mudah
mengalami erosi. Namun, apabila tanah memiliki tekstur lempung maka harkat NPD-nya rendah
sehingga lebih tahan erosi.
Distribusi ukuran partikel dan kelas tekstur mempunyai korelasi dengan air, udara, unsur
hara, mintakat perakaran, kemudahan diolah, dan yang terpenting adalah masalah kesuburan tanah.
Sifat umum tanah sangat ditentukan oleh tekstur tanah (Sutanto, 2005). Faktor-faktor yang
berpengaruh terhaddap pembentukan tektur tanah yaitu bahan batuan induk, waktu, dan topografi.
Tanah akan semakin berkembang yang nantinya lama-kelamaan teksturnya akan dominan
lempung. Fraksi lempung merupakan fraksi yang paling ringan sehingga mudah terbawa air, oleh
karena itu fraksi lempung biasa didapati di daerah cekungan karena terbawa dari lokasi yang lebih
tinggi. Tanah entisol mempunyai tekstur pasir geluhan karena tanah entisol merupakan tanah yang
baru mulai berkembang.
Dengan mengetahui tekstur tanah terdapat banyak manfaat yang didapatkan diantaranya
untuk menentukan kesesuaian lahan dijadikan lahan sawah, tegalan, atau lainnya. Selain itu tekstur
tanah juga mempengaruhi kesuburan tanah, kaitannya dalam kemampuan mengikat air dan unsur
hara. Tekstur tanah juga bermanfaat untuk mengetahui jenis tanah yang paling baik untuk
dijadikan lahan pertanian.
DAFTAR PUSTAKA
Amooh, M.K. and M. Bonsu. 2015. Effects of soil texture and organic matter on evaporative loss
of soil moisture. Journal of Global Agriculture and Ecology. 3(3): 152-161.

Holilullah, Afandi, dan H. Novriansyah. 2015. Karakterisitk sifat fisik tanah pada lahan produksi
rendah dan tinggi di PT Great Giant Pineapple. J. Agrotek Tropika. 3(2): 278-282

Martin, M.A, Y.A. Pachepsky, C.G. Gutierrez, and M. Rreyes. 2017. On soil textural
classifications and soiltexture-based estimations . Solid Earth 1-14

Putri, A.M.S., Suryanti, dan N. Widyorini. 2016. Hubungan tekstur sedimen dengan kandungan
bahan organik dan kelimpahan makrozoobenthos di muara Sungai Banjir Kanal Timur
Semarang. Saintek Pertanian. 12(1): 75-80

Sinulingga dan Darmanti. 2007. Kemampuan mengikat air oleh tanah pasir yang diperlakukan
dengan tepung rumput laut gracilaria verrucose. Buletin Anatomi dan Fisiologi. 15(2): 32-
38

Sutanto, R. 2005. Dasar-Dasar ilmu Tanah: Konsep dan Kenyataan. Kanisius. Yogyakarta

Wirosoedarmo, R. 2004. Pendekatan teori fractal untuk menentukan kurva retensi air pada vertisol
dan alfisol hasil olah tanah. Jurnal Teknologi Pertanian. 5(3): 173-178

Zurhalena dan Y. Farni. 2010. Distribusi pori dan permeabilitas ultisol pada beberapa umur
pertanaman. Jurnal Hidrolitan 1(1): 43-47
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM
WATAK DAN SIFAT TANAH
ACARA V
KONSISTENSI TANAH KUALITATIF

Disusun oleh :
Nama : Faishal Rizki Ramadhani
NIM : 16/398683/PN/14654
Gol./Kel. : A2.1/1
Asisten : Hamidah Widyastuti

LABORATORIUM TANAH UMUM


DEPARTEMEN TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2020
A. HASIL DAN PERHITUNGAN
Tabel 5.1. Hasil Pengamatan Konsistensi Tanah pada Bergagai Jenis Tanah
Konsistensi
Kelompok
Kering Kelekatan Plastisitas
Vertisol Sangat Keras Lekat Plastis
Mollisol Sangat Keras Tidak Lekat Agak Plastis
Ultisol Keras Tidak lekat Agak Plastis
Alfisol Agak Keras Lekat Plastis
Entisol Agak Keras Agak Lekat Tidak Plastis

B. LATAR BELAKANG
Konsistensi merupakan resistensi terhadap perpecahan dan ditentukan oleh adhesi dan
kohesi tanah. Konsistensi tanah harus secara tepat agar pengelohan tanah yang dilakukan berjalan
dengan baik dan secara maksimal. Selain menetukan langkah pengelohan yang tepat, konsistensi
juga menentukkan kemampuan tanah untuk mendukung pertumbuhan tanaman. Konsistensi
mempengaruhi kemampuan tanaman dalam proses pemanjangan akar serta mempengaruhi jumlah
oksigen dan air dalam tanah yang merupakan kebutuhan esensial bagi pertumbuhan tanaman. Oleh
karena itu, untuk menyadari pentingnya konsistensi tanah, maka dilakukan praktikum konsistensi
tanah dengan menentukkan konsistensi yang dilakukan dengan dua cara yaitu dengan konsistensi
tanah kering dan konsistensi tanah basah. Penentuan konsistensi tersebut sangat dipengaruhi oleh
kelengasan tanah yang berupa kering maupun basah dan tekstur tanah. Percobaan penentuan
konsistensi tanah ini bertujuan untuk mengetahui konsistensi tanah pada berbagai jenis tanah yang
berbeda.

C. TINJAUAN PUSTAKA
Suatu hal yang penting pada tanah berbutir halus adalah plastisitasnya. Hal ini disebabkan
adanya mineral lempung dalam tanah. Plastisitas adalah kemampuan tanah menyesuaikan
perubahan bentuk pada volume konstan tanpa retak-retak atau remuk. Bergantung pada kadar air,
tanah dapat berbentuk cair, plastis, semi padat, atau padat. Kedudukan fisik tanah berbutir halus
pada kadar air tertentu disebut konsistensi tanah (Wiqoyah, 2006).
Vertisol adalah tanah hitam berkadar lempung tinggi, tersebar di area arid, semiarid dan
tropika. Vertisol/Grumosol merupakan tanah yang sangat keras dan sukar diolah, sehingga petani
harus menggunakan ganco atau linggis dalam membalik tanah. Mineral lempung Montmorillonit
(famili Smectit; lempung 2:1 atau 10 Å) bersifat kembang kerut tinggi (karena substitusi isomorfik
terdapat pada lembar oktahedral) mendominasi tanah Vertisol. Montmorillonit mengembang saat
basah, sehingga saat musim hujan tanah menjadi impermeabel / kedap dan becek, berkonsistensi
sangat lekat dan sangat liat; sebaliknya pada saat musim kering, konsistensi tanah sangat teguh
(saat lembab) dan luar biasa keras (saat kering) dan sekaligus membentuk retakan-retakan akibat
sifat mengerut dan membentuk gilgai (struktur bunga kobis/cauliflower structure) di permukaan
tanah (Sunarminto & Santosa, 2008).
Konsistensi tanah dapat dikatakan sebagai tingkat kelekatan tanah terhadap benda lain.
Konsistensi tanah di lapangan ditentukan dalam kondisi basah dan lembab (Andalusi et al., 2016).
Penelitian Andalusia et al. (2016) mendapatkan hasil bahwa konsistensi tanah ultisol berkisar dari
agak lekat sampai plastis. Tekstur tanah liat menyebabkan konsistensi menjadi lebih lekat pada
horison atas dan tidak mudah hancur (plastis) pada horison bawah.
Di lapangan konsistensi tanah diukur dengan menguji kemudahan tanah dihancurkan
diantara ibu jari dan telunjuk, atau di bawah kaki. Selain itu istilah legket dan plastisitas sering
digunakan menggambarkan konsistensi basah (Schoonover & Crim, 2015). Batas Atteberg
menentukan kondisi tanah dengan mengharga hubungan kandungan antara kandungan tanah dari
air dan perubahan kadar air (Otcu et al., 2017).
D. PEMBAHASAN
Konsistensi tanah didefinisikan sebagai bentuk kerja kakas (force) fisik adhesi dan kohesi
partikel-partikel tanah pada berbagai tingkat kelengasan tanah. Dua faktor utama yang
mempengaruhi konsistensi tanah, yaitu (a) kondisi kadar lengas tanah (kering, lembab, basah) dan
(b) tekstur tanah (terutama kandungan lempung). Konsistensi tanah memiliki beberapa manfaat
diantaranya berperan penting untuk menentukan pengolahan tanah yang baik dan sesuai serta
berperan penting juga bagi penetrasi akar tanaman di lapisan bawah dan kemampuan tanah dalam
menyimpan lengas tanah (Sutanto, 2005).
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, didapatkan kelas konsistensi dari beberapa
jenis tanah yaitu tanah vertisol mempunyai konsistensi lekat dan plastis dalam kondisi basah serta
sangat keras dalam kondisi kering. Tanah mollisol mempunyai konsistensi tidak lekat dan agak
plastis dalam kondisi basah serta sangat keras dalam kondisi kerng. Tanah ultisol memiliki
konsistensi tidak lekat dan agak plastis dalam kondisi basah serta keras dalam kondisi kering.
Tanah alfisol mempunyai konsistensi lekat dan plastis dalam kondisi basah serta agak keras dalam
kondisi kering. Dan tanah entisol mempunyai konsistensi agak lekat dan tidak plastis dalam
kondisi basah serta agak keras dalam kondisi kering.
Menurut Sipahuntar & Kasno (2016) Karakteristik tanah vertisol bertekstur liat,
didominasi oleh mineral liat 2:1, memiliki konsistensi yang keras pada saat kering dan sangat
plastis pada saat basah sehingga sulit untuk diolah. Kemampuan tanah mengikat air dan menahan
lengas cukup tinggi namun memiliki daya lulus air yang rendah sehingga menjadikan banjir disaat
hujan selain itu proporsi air dan udara dalam tanah yang tidak seimbang akan berdampak pada
dinamika hara di dalam tanah sehingga dapat menurunkan produktivitas tanaman.
Vertisol sulit diolah, karena mempunyai kisaran jangka olah sempit, sangat lekat dan liat
saat basah; saat lembab sangat teguh dan sebaliknya saat kering berkonsistensi sangat keras. Curah
hujan makin besar, retakan tanah makin lebar dan juga solum tanah makin dalam (Sunarminto &
Santosa, 2008). Tanah vertisol dalam keadaan basah tanah ini mengembang dan sangat lekat,
sedangkan pada saat kering mengkerut sehingga membentuk rekahan-rekahan yang lebar dan
bongkahan yang teguh (Alfianto, 2017). Berdasarkan uraian literatur dan penelitian yang telah
dilakukan bahwa tanah vertisol memiliki konsistensi sangat keras saat kering dan memiliki
konsistensi plastis saat dalam keadaan basah telah sesuai dengan literatur yang ada.
Konsistensi tanah dapat diketahui dengan cara kualitatif dan kuantitatif. Pada percobaan
ini digunakan metode kualitatif dengan menggunakan ibu jari dan jari telunjuk atau bisa dengan
menggunakan ibu jari bagian ujung dan pangkal telapak tangan. Keunggulan metode kualitatif
yaitu sederhana, praktis, dan murah. Namun metode kualitatif ini juga memiliki kelemahan, yaitu
hasil yang diperoleh kurang akurat karena penilaian yang subjektif dan tidak adanya indikator yang
jelas untuk membandingkan batasan tingkat keteguhan, kelekatan, dan plastisitas tanah secara
baku dan universal.
DAFTAR PUSTAKA

Alfianto, F. 2017. Analisis Kesesuaian Lahan untuk Lokasi Pengembangan Pemukiman


Menggunakan Metode Scaring (Studi Kasus : Surabaya Timur). Institut Teknologi Sepuluh
November. Skripsi.

Andalusia, B., Zainabun, dan T. Arabra. 2016. Karakteristik tanah ordo ultisol di perkebunan
kelapa sawit PT Perkebunan Nusantara I (Persero) Cot Girek Kabupaten Aceh Utara. Jurnal
Kawista. 1(1):45-49.

Otcu, N. Unver, S. Uzundurukan, and G. Kaplan. 2017. Determination of the plasticity idex of
soils with fine-grained soils using methylene blue test. Journal of Geoscience and
Enviroment Protection. 5 :165181.

Schoonover., J. E, and J. F. Crim. 2015. An introduction to soil concepts and the role of soils in
watershed management. Journal of Contemporary Water Research & Education. 154 : 21-
47.

Sipahuntar, I. A., dan A. Kasno. 2006. Dinamika Hara P pada Lahan Sawah Intensifikasi
Bermineral Liat Dominan 2:1 (http://balittanah.litbang.pertanian.go.id).

Sunarminto, Bambang Hendro dan H. Santosa. 2008. daya mengembang dan mengerut
montmorillonit I: pengaruh intensitas curah-embun terhadap pengolahan tanah vertisol di
Kecamatan Tepus dan Playen, Pegunungan Seribu Wonosari - riset laboratorium.
AGRITECH. 28(1): 1-8

Susanto, R. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah: Konsep dan Kenyataan. Kanisius. Yogyakarta.

Wiqoyah, Q. 2006. Pengaruh kadar kapur, waktu perawatan dan perendaman terhadap kuat dukung
tanah lempung. Dinamika Teknik Sipil. 6: 16-24.
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM
WATAK DAN SIFAT TANAH
ACARA VII
KAPASITAS PERTUKARAN KATION (KPK)

Disusun oleh :
Nama : Faishal Rizki Ramadhani
NIM : 16/398683/PN/14654
Gol./Kel. : A2.1/1
Asisten : Hamidah Widyastuti

LABORATORIUM TANAH UMUM


DEPARTEMEN TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2020
A. HASIL DAN PERHITUNGAN
Tabel 7.1. Hasil Pengamatan Muatan Tanah
CT Tanah Gentian Violet Eosin Red
Jenis Tanah
(mm) Blangko Baku Blangko Baku
0,5 +++++ +++ ----- --
Vertisol
2 +++++ ++ ----- --
0,5 +++++ + ----- ----
Mollisol
2 +++++ + ----- ----
0,5 +++++ ++++ ----- -----
Ultisol
2 +++++ +++++ ----- -----
0,5 +++++ ++ ----- ---
Alfisol
2 +++++ +++ ----- ---
0,5 +++++ +++++ ----- -
Entisol
2 +++++ ++++ ----- -
NB: Sampel semakin mendekati blangko memiliki tanda (+) dan (-) lebih banyak

B. LATAR BELAKANG
Tanah merupakan sumber daya alam utama sebagai penunjang kehidupan tanaman, hewan
dan manusia dalam suatu ekosistem. Tanah memiliki peranan utama sebagai sumber unsur hara
yang dibutuhkan oleh tanaman dan organisme yang hidup di dalam tanah. Secara langsung,
kandungan unsur hara di dalam tanah menentukan kualitas nutrisi tanaman (sebagai pakan dan
pangan) yang tumbuh di atasnya dan secara tidak langsung menentukan kualitas nutrisi hewan
ternak dan manusia sebagai pengkonsumsi tanaman (sebagai pakan dan pangan). Oleh karena itu,
penelitian tentang tanah dalam kaitannya dengan peningkatan kualitas dan kuantitas produksi
tanaman pertanian merupakan bagian penting yang tidak dapat dipisahkan dari topik penelitian
lain dalam bidang pertanian. Analisis sifat dasar tanah, seperti pH dan kandungan bahan organik
tanah, dan sifat kimia tanah khususnya kandungan unsur hara di dalam tanah merupakan bagian
yang sangat penting dalam penelitian yang berkaitan dengan kesuburan tanah (kuantitas dan
kualitas nutrisi tanah) dan pertumbuhan tanaman. Dalam praktikum kali ini akan dilakukan
pengamatan muatan tanah khususnya kapasitas tukar kation yang bertujuan untuk mengukur dan
menetapkan muatan partikel tanah secara kualitatif dan mengukur kapasitas pertukaran kation
tanah secara kualitatif.

C. TINJAUAN PUSTAKA
Kapasitas Pertukaran Kation (KPK) mengacu pada kapasitas total tanah untuk
menampung, menyerap, dan bertukar kation. KPK merupakan jumlah muatan negatif pada tanah
yang ada di permukaan tanah lempung dan bahan organik. Kemampuan sedimen untuk berikatan
dengan kation sering diukur dengan KPK yang dapat berhubungan dengan migrasi logam di tanah.
Perbedaan kemampuan kation dalam proses pertukaran kation dapat bervariasi karena beberapa
faktor seperti pH, ukuran partikel dan kandungan bahan organik dalam tanah atau sedimen (Sidi
et al., 2015).
Kapasitas Pertukar Kation (KPK) adalah jumlah muatan positif dari kation yang diserap
kaloid tanah pada pH tanah tertentu. Kapasitas Pertukar kation (KPK) menunjukkan kemampuan
tanah untuk menahan kation-kation tukar dan mempertukarkan kation-kation tersebut. Dengan
demikian dapat dipergunakan untuk petunjuk penyediaan unsur hara. Tanah dengan KPK tinggi
mempunyai kemampuan tinggi dalam penyimpanan unsur hara (Azmul et al., 2016).
Kapasitas pertukaran kation (KPK) tanah mengukur muatan listrik permukaan komponen
tanah. Baik KPK dan permukaan spesifik tanah digunakan sebagai alat kriteria prediksi untuk
mengevaluasi sifat-sifat komponen tanah. Retensi air ke tanah liat terkait erat dengan kapasitas
pertukaran kation dan permukaan spesifik menunjukkan bahwa kapasitas pertukaran kation adalah
perkiraan yang baik dari sifat air di cakrawala tanah liat dari kandungan bahan organik yang
rendah. Pengukuran KPK harus dilakukan pada pH larutan tanah tertentu untuk menghindari
muatan variabel karena perubahan pH tanah (Saidi, 2012).
Kapasitas Pertukar kation (KPK) yang tinggi menunjukkan bahwa tanah tersebut masih
banyak mengandung kation-kation seperti Ca++, Mg++, K+ dan sebagainya. Kapasitas tukar
kation yang rendah disebabkan kation-kation dalam tanah tersebut telah tertukar atau diganti oleh
ion-ion lain dalam larutan tanah. Kapasitas tukar kation tanah yang rendah dapat ditingkatkan
dengan menambah bahan organik, seperti kompos atau pupuk kandang. Penambahan mineral
zeolit pada tanah juga dapat meningkatkan KTK tanah (Noviardi et al., 2009).
D. PEMBAHASAN
KPK merupakan jumlah total kation yang dapat dipertukarkan pada koloid tanah yang
bermuatan negatif. Faktor yang mempengaruhi KPK ini diantaranya adalah tekstur dan kadar
bahan organik tanah, dimana semakin halus tekstur dan semakin tinggi kadar bahan organiknya,
maka semakin tinggi pula KPK nya. Oleh karena itu, KPK pada tanah vertisol ini sangat tinggi,
yaitu 163 cmol/kg (Purwanto et al., 2014). Oleh karena itu, pengukuran KPK ini dapat menentukan
banyaknya bahan organik dan pH suatu tanah sehingga dapat menjadi parameter untuk
menentukan tingkat kesuburan tanah. KPK dapat juga dijadikan parameter tekstur tanah yang nanti
akan berhubungan pada pengolahan tanah yang harus di lakukan.
Kapasitas tukar kation tanah Vertisol lebih tinggi dibandingkan dengan tanah Alfisol, yaitu
berturut-turut 56,38 dan 30,83 cmol kg-1 sehingga jerapan kation pada Vertisol lebih tinggi
dibandingkan dengan Alfisol. Selain itu jerapan kation berkaitan erat pula dengan kadar smektit,
dimana kadar smektit tanah Vertisol lebih tinggi dibandingkan dengan Alfisol. Mineral liat smektit
merupakan sumber muatan permanen dan merupakan sumber muatan negatif utama pada tanah-
tanah yang didominasi oleh muatan permanen seperti tanah Vertisol atau tanah-tanah yang
memiliki sifat vertik (Nursyamsi et al., 2009).
KPK tanah sangat dipengaruhi oleh fraksi lempung dan kandungan bahan organik tanah.
Bahan organik memiliki gugus fungsional yang dapat menyumbangkan muatan negatif dari bahan
pada tanah. Muatan negatif dari bahan organik tersebut mampu mempertukarkan kation dalam
tanah sehingga mampu meningkatkan kapasitas tukar kation tanah (Sembiring et al., 2015).
Nilai kapasitas tukar kation yang tinggi dipengaruhi oleh pH tanah dan ketersediaan bahan
organik, sedangkan degradasi bahan organik dan C-organik menjadi beberapa faktor yang
menyebabkan penurunan KPK tanah. Tanah yang memiliki nilai KPK rendah (< 17 cmol/kg)
merupakan tanah dengan kriteria tidak sehat, sedangkan tanah yang memiliki nilai KPK sedang
(berkisar 18 – 25 cmol/kg) merupakan tanah dengan kriteria kurang sehat, dan apabila tanah yang
memiliki nilai KPK tinggi (> 25 cmol/kg) merupakan tanah dengan kriteria sehat (Lantoi et al.,
2016).
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, didapatkan muatan tanah dari beberapa jenis
tanah yaitu tanah vertisol mempunyai kapasitas pertukaran kation sedang-tinggi pada tanah
berdiameter 0,5 mm dan 2 mm, sedangkan kapasitas pertukaran anionnya juga tinggi pada tanah
berdiameter 0,5 mm dan 2 mm. Hal ini dibuktikan dengan hasil pengamatan yang menunjukkan
nilai (+) dan (-) pada tanah vertisol lebih sedikit daripada jenis tanah yang lain, artinya warna yang
ditunjukkan menjauhi blangko. Berdasarkan hasil yang didapatkan ini maka hasil tersebut telah
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Purwanto et al. (2014) yang menyatakan bahwa KPK
pada tanah vertisol ini sangat tinggi, yaitu 163 cmol/kg.
Dalam pertanian mengetahui KPK berbagai jenis tanah sangatlah penting, jerapan dan
pertukaran kation ini mempunyai arti penting didalam serapan hara oleh tanaman, kesuburan
tanah, retensi hara, dan pemupukan. Sehingga petani yang jeli akan pandai memanfaatkan keadaan
tanah tertentu untuk mendapatkan produktivitas yang maksimal. Kesuburan tanah dapat
ditingkatkan dengan cara menambahkan lempung atau humus.
Metode yang digunakan untuk mengukur KPK dalam percobaan ini adalah metode
kualitatif. Metode kualitatif menggunakan larutan eosin red sebagai pengukur KPA dan larutan
gentian violet sebagai pengukur KPK. Hasil dari metode kualitatif ditentukan dengan
membandingkan warna larutan tanah hasil percobaan dengan blanko. Metode kualitatif dipilih
karena mudah untuk dilakukan dan tidak memerlukan waktu terlalu lama dan biaya yang mahal.
Metode kualitatif juga dapat digunakan pada seluruh jenis tanah. Tidak seperti metode kuantitatif
yang biasanya hanya dapat digunakan pada tanah yang bermuatan tetap seperti vertisol dan
rendzina. Tahapan pada metode kuantitatif juga lebih rumit, karena harus melalui tahapan-tahapan
tertentu seperti ekstraksi, distilasi, dan titrasi sehingga diperlukan waktu yang lebih lama. Alat-
alat yang dibutuhkan pun cenderung lebih mahal.
DAFTAR PUSTAKA
Azmul, Yusran, dan Irmasari. 2016. Sifat kimia tanah pada berbagai tipe penggunaan lahan di
sekitar Taman Nasional Lore Lindu (studi kasus Desa Toro Kecamatan Kulawi Kabupaten
Sigi Sulawesi Tengah). Warta Rimba. 4(2): 24-31

Lantoi, R.R., S. Darman, dan Y.S. Patadungan. 2016. Identifikasi kualitas tanah sawah pada
beberapalokasi di Lembah Palu dengan metode skoring lowery. J. Agroland. 23(3): 243-
250

Noviardi, R., A. Subardja, dan N. Sumawijaya. 2009. evaluasi kesuburan tanah pada lahan
revegetasi paska penambangan Batugamping : kasus di Pulau Nusakambangan, Kabupaten
Cilacap, Jawa Tengah. Prosiding Pemaparan Hasil Penelitian Puslit Geoteknologi. LIPI

Nursyamsi, D., K. Idris, S. Sabiham, D.A. Rachim, dan A. Sofyan. 2009. Jerapan dan Pengaruh
Na+, NH4+, dan Fe3+ terhadap Ketersediaan K pada Tanah-tanah yang Didominasi
Mineral Liat Smektit. J. Tanah Trop. 4(1): 33-40

Purwanto, S. Hartati, dan S. Istiqomah. 2014. Pengaruh kualitas dan dosis seserah terhadap
potensial nitrifikasi tanah dan hasil jagung manis. Sains Tanah – Jurnal Ilmu Tanah dan
Agroekoteknologi. 11(1): 11-20.

Saidi, D. 2012. Importance and role of cation exchange capacity on the physicals properties of the
cheliff saline soils (Algeria). Procedia Engineering. 33: 435–449.

Sembiring, I.S., Wawan dan M.A. Khoiri. 2015. Sifat kimia tanah dystrudepts dan pertumbuhan
akar tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) yang diaplikasi mulsa organik Mucuna
bracteate. JOM Faperta. 2(2)

Sidi, N., A. J. Arisa., S. N. Taliba., S. Johana., T. S. T. M. Yusaffa., and M. Z. Ismail. 2015.


Influentialfactors on the cation exchange capacity in sediment of Merambong Shaol, Johor.
ProcediaEnviromental Sciences 30: 186-189.

Susanto, R. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah: Konsep dan Kenyataannya. Kanisius. Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai