Anda di halaman 1dari 11

PROSES TERBENTUKNYA HU1AN BUATAN

( Tugas Mata Kuliah IPBA )










Oleh:
Yudi Purniawan
0743022059










PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2011/2012



KATA PENGANTAR

Puji syukur kita penjatkan kehadirat Alloh SWT, sehingga dengan rahmat-Nya
kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul 'PROSES
TERBENTUKNYA HUJAN BUATAN.
Penulisan makalah ini merupakan salah satu persyaratan untuk menyelesaikan
tugas Mata Kuliah IPBA. Dalam penulisan makalah ini kami sadar bahwa masih
banyak kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi. Untuk
itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersiIat membangun dari
semua pihak demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Dan semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal pada mereka yang telah
memberikan bantuan, dan dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai ibadah,
Amiin Yaa Robbal Alamiin.



Bandar Lampung, 28 Oktober 2011

Penulis,















BAB I
PENDAHULUAN


1.1. Latar Belakang
Keadaan suhu di bumi sekarang ini semakin hari semakin panas kita rasakan.
Suhu pun tidak stabil. Cuaca yang tidak menentu membuat kehidupan di
bumi ini terancam. Kemarau panjang seperti yang kita alami sekarang
memerlukan usaha untuk menghadapi tantangan iklim. Kemarau panjang
menyebabkan tanah kering, atmosphere sulit diperoleh, sungai mengering
sedangkan angin menerbangkan debu-debuan.
Dan dengan seiiring kemajuan ilmu pengetahuan teknologi manusia semakin
canggih untuk membuat hujan buatan .

1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas;
a) Bagaimana proses terjadinya/terbentuknya hujan buatan.
b) Bagaimana cara membuatan hujan buatan.

1.3. Tujuan
Dengan dibuatnya makalah ini diharapkan kami dapat;
a)mengetahui proses terjadinya/terbentuknya hujan buatan.
b)mengetahui cara membuat hujan buatan.









BAB II
PEMBAHASAN


2.1 Pengertian Hujan Buatan
Hujan buatan adalah hujan yang dibuat oleh campur tangan manusia dengan
membuat hujan dari bibit-bibit awan yang memiliki kandungan air yang
cukup, memiliki kecepatan angin rendah yaitu sekitar di bawah 20 knot, serta
syarat lainnya. Hujan buatan dibuat dengan menaburkan banyak garam
khusus yang halus dan dicampur bibit / seeding ke awan agar mempercepat
terbentuknya awan jenuh.
Untuk menyemai / membentuk hujan deras, biasanya dibutuhkan garam
sebanyak 3 ton yang disemai ke awan potensial selama 30 hari. Hujan buatan
saja bisa gagal dibuat atau jatuh di tempat yang salah serta memakan biaya
yang besar dalam pembuatannya.
Hujan buatan umumnya diciptakan dengan tujuan untuk membantu daerah
yang sangat kering akibat sudah lama tidak turun hujan sehingga dapat
mengganggu kehidupan di darat mulai dari sawah kering, gagal panen, sumur
kering, sungai / danau kering, tanah retak-retak, kesulitan air bersih, hewan
dan tumbuhan pada mati dan lain sebagainya. Dengan adanya hujan buatan
diharapkan mampu menyuplai kebutuhan air makhluk hidup di bawahnya dan
membuat masyarakat hidup.
Hujan yang berlebih pada suatu lokasi dapat menimbulkan bencana pada
kehidupan di bawahnya. Banjir dan tanah longsor adalah salah satu akibat
dari hujan yang berlebihan. Perubahan iklim di bumi akhir-akhir ini juga
mendukung persebaran hujan yang tidak merata sehingga menimbulkan
berbagai masalah di bumi. Untuk itu kita sudah semestinya membantu
menormalkan iklim yang berubah akibat ulah manusia.
Media yang bisa ditempeli uap air contohnya partikel garam di atas lautan
yang bisa menyerap uap air sehingga membentuk kumpulan yang besar. Asap
juga bisa sebagai media untuk berkumpulnya uap air. Bibit hujan ini akan
bergerak sesuai dengan tiupan angin.

2.2. Sejarah Terjadinya Hujan Buatan
Sejarah Hujan buatan di dunia dimulai pada tahun 1946 oleh penemunya
Vincent SchaeIer dan Irving Langmuir, dilanjutkan setahun kemudian 1947
oleh Bernard Vonnegut. Yang sebenarnya dilakukan oleh manusia adalah
menciptakan peluang hujan dan mempercepat terjadinya hujan. Nama yang
digunakan sebagai upaya membuat hujan dengan menggunakan cara siklus
hidrologi, ada penguapan air, pembentukan awan, dan turun menjadi hujan.
Sehingga mempercepat peluang terjadinya hujan.

2.3. Proses Terbentuknya/Terjadinya Hujan
Hujan adalah peristiwa turunnya air dari langit ke bumi. Awalnya air hujan
berasal dari air dari bumi seperti air laut, air sungai, air danau, air waduk, air
rumpon, air sawah, air comberan, air susu, air jamban, air kolam, air ludah,
dan lain sebagainya. Selain air yang berbentuk Iisik, air yang menguap ke
udara juga bisa berasal dari tubuh manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan,
serta benda-benda lain yang mengandung air. Air-air tersebut umumnya
mengalami proses penguapan atau evaporasi akibat adanya bantuan panas
matahari. Air yang menguap / menjadi uap melayang ke udara dan akhirnya
terus bergerak menuju langit yang tinggi bersama uap-uap air yang lain. Di
langit yang tinggi uap tersebut mengalami proses pemadatan atau kondensasi
sehingga membentuk awan. Dengan bantuan angin awan-awan tersebut dapat
bergerak kesana-kemari baik vertikal, horizontal dan diagonal. Akibat angin
atau udara yang bergerak pula awan-awah saling bertemu dan membesar
menuju langit / atmosIir bumi yang suhunya rendah atau dingin dan akhirnya
membentuk butiran es dan air. Karena berat dan tidak mampu ditopang angin
akhirnya butiran-butiran air atau es tersebut jatuh ke permukaan bumi (proses
presipitasi). Karena semakin rendah suhu udara semakin tinggi maka es atau
salju yang terbentuk mencair menjadi air, namun jika suhunya sangat rendah
maka akan turun tetap sebagai salju. Hujan tidak hanya turun berbentuk air
dan es saja, namun juga bisa berbentuk embun dan kabut. Hujan yang jatuh
ke permukaan bumi jika bertemu dengan udara yang kering, sebagian ujan
dapat menguap kembali ke udara. Bentuk air hujan kecil adalah hampir bulat,
sedangkan yang besar lebih ceper dan yang lebih besar lagi berbentuk payung
terjun. Hujan besar memiliki kecepatan jatuhnya air yang tinggi sehingga
terkadang terasa sakit jika mengenai anggota badan kita.

2.4. Proses Terjadinya Hujan Buatan
Dalam mempercepat hujan, orang memberi zat higroskopis sebagai inti
kondensasi (perak dioksida, kristal es, es kering atau CO2 padat). Zat-zat
tersebut ditaburkan ke udara dengan menggunakan pesawat terbang.
Pembuatan hujan buatan disebut sebagai suatu proses pemodiIikasian awan
dengan menggunakan bahan-bahan kimia, terutama NaCl (garam dapur).
Kemarau panjang seperti yang kita alami sekarang memerlukan usaha untuk
menghadapi tantangan iklim. Kemarau panjang menyebabkan tanah kering,
atmosphere sulit diperoleh, sungai mengering sedangkan angin
menerbangkan debu-debuan. Tantangan iklim berupa kelangkaan hujan
akibat kemarau panjang dapat dilakukan dengan teknologi tinggi berupa
hujan buatan. Cara ini tak bisa terus dilakukan sembarangan karena biayanya
terlalu mahal. Hujan buatan hanya ditempuh bila keadaan memang keadaan
demikian kritis. Apalagi usaha untuk melakukan hujan buatan ini terkadang
hasilnya tepat dan terkadang meleset atau tak sesuai dengan yang diharapkan.

Para ahli yang mengetahui terbentuknya awan, terjadinya kondensasi,
presipitasi dan lainnya sangat membantu untuk melakukan usaha dan
percobaan dalam memodiIikasi cuaca untuk mempercepat turunnya hujan.
Dalam pembuatan hujan buatan mereka hanya melakukan usaha untuk
mendorong dan mempercepat turunnya hujan atau berusaha agar uap
atmosphere yang telah ada di udara berkondensasi dengan cepat sehingga
pembentukan butir-butir atmosphere dapat segera berlangsung di awan.
Pembentukan butir-butir atmosphere tersebut merupakan titik awalnya terjadi
hujan.

Usaha ini dilakukan dengan menyebarkan zat kimia atau garam halus ke
udara dengan bantuan pesawat terbang. Untuk tahap ini hujan yang
diharapkan belum tentu akan turun, karena dilakukan proses lanjutan dengan
menyebarkan butir-butiran besar di awan. Butiran tersebut akan bertumbukan
dan bergantung dengan butir-butir atmosphere ini akan menjadi berat dan
akan meninggalkan awan jatuh sebagai hujan.

Di daerah yang beriklim tropis, awannya dapat digolongkan dalam awan
panas. Untuk mempercepat timbulnya hujan hanya dapat dilakukan melalui
proses pembentukan awan panas secara alami.

2.5. Cara Membuat Hujan Buatan
Untuk mempercepat turunnya hujan buatan dengan memberi zat higroskopis
sebagai inti kondensasi. Garam-garaman seperti NaCl dan CaCl2 dalam
bentuk bubuk dengan hole 10-50 mikron, ternyata cukup higroskopis jika
disebarkan di udara. Garam-garam itu di udara akan berperan sebagai titik
pangkal pembentukan uap-uap atmosphere pada awan. Pembentukan butir-
butir atmosphere juga dapat dilakukan dengan penyebaran garam-garaman
tersebut.

Tindakan selanjutnya dapat digunakan bubuk urea. Penyebaran bubuk urea
dilakukan beberapa jam setelah penyebaran garam-garaman tadi atau setelah
tumbuh awan-awan kecil secara berkelompok pada beberapa beberapa
tempat. Bubuk urea selain dapat membentuk awan lebih lanjut, juga bersiIat
endotermi (menyerap panas) yang sangat baik bila bereaksi dengan
atmosphere atau uap air. Penyebaran bubuk urea di siang hari dapat
mendinginkan lingkungan sekitarnya sehingga kelompok-kelompok kecil
awan segera bergabung menjadi kelompok-kelompok besar.
Kelompok awan besar biasanya segera terlihat agak kehitam-hitaman artinya
awan hujan telah terbentuk. Tindakan berikutnya adalah penyebaran larutan
yang berkomposisi air, urea serta amonium nitrat dengan perbandingan 4 : 3 :
1 ke dalam kelompok-kelompok besar awan yang tampaknya hitam.
Besarnya larutan yang disebarkan antara 50 u 100 u dengan menggunakan
peralatan mikron atmosphere yang dipasang di pesawat. Larutan ini cukup
dingin yaitu sekitar 4 C, yang akan mengikat awan dan mudah meresap ke
dalam awan, sehingga dapat mendorong pembentukan butir-butir atmosphere
yang lebih besar karena berat butir-butir atmosphere tersebut akan turun dan
menimbulkan hujan.
Garam-garaman yang telah disebarkan di udara punya siIat-siIat Iisis tertentu,
seperti NaCl dan CaCl2 bila bereaksi dengan atmosphere dapat mengeluarkan
panas, sedangkan urea dapat menyerap panas. Karena itu waktu disebar di
udara akan timbul reaksi sebagai berikut:
NaCl H2O - ion-ion 910 K Cal (eksoterm)
CaCl2 H2O ion-ion 915 K Cal (eksoterm)
Urea H2O - ion-ion 425 K Cal (endoterm)
SiIat garam-garam tersebut dapat dikemukakan sebagai berikut:
SiIat NaCl (garam dapur): berbentuk kristal, mudah larut dalam atmosphere
(36 g/100 ml atmosphere daripada 20C), dalam bentuk bubuk bersiIat
higroskopis, banyak terdapat di udara (dari atmosphere laut), campuran NaCl
dengan es cair mencapai -20C. Sedangkan CaCl2 adalah berbentuk kristal.

Garam dapur yang dimaksud bukanlah garam meja, tetapi adalah garam yang
mempunyai siIat higroskopis yang jauh lebih besar daripada garam meja,
sehingga garam meja tak dapat digunakan.

2.5. Perhitungan waktu yang tepat
Sebelum menyebarkan garam-garaman Iaktor-Iaktor klimatologi di daerah itu
harus diperhitungkan. Penyebaran dilakukan pada ketinggian 4000-7000
kaki, dengan perhitungan Iaktor arah angin dan kecepatannya yang akan
membawa awan ke daerah sasaran. Penyebaran NaCl dan CaCl
2
hendaknya
dilakukan pada pagi hari sekitar 07.30, dengan perhitungan karena
pembentukan awan berlangsung pada pagi hari (dengan memperhatikan
terjadinya penguapan).

Penyebaran bubuk urea biasanya dilakukan sekitar pukul 12.00, dengan
perhitungan awan dalam kelompok-kelompok kecil telah terbentuk, sehingga
memungkinkan penggabungan awan dalam kelompok besar. Kelompok awan
besar yang dimaksud yang dasarnya tampak kehitam-hitaman.

Saat awan besar dengan dasar yang kehitam-hitaman terbentuk, sekitar pukul
15.00 dilakukan penyebaran larutan campuran yang telah dikemukakan di
atas. Perhitungannya pada jam-jam tersebut awan telah terbentuk.

Perhitungan lainnya yang harus diperhatikan adalah Iaktor cuaca yang
memenuhi persyaratan, yaitu yang mengandung uap atmosphere dengan
kelembapan minimal 70. Kelembapan harus memadai sehingga waktu inti
kondensasi (NaCl dan CaCl2) disebarkan akan segera terjadi kondensasi.
Kecepatan angin juga di daerah itu sekitar 10 knots dan tak terdapat lapisan
inversi di udara.

Jadi kesimpulannya untuk mempercepat turunnya hujan buatan dengan
memberi zat higroskopis sebagai inti kondensasi (garam-garaman NaCl dan
CaCl2) pada waktu yang tepat.












BAB II
KESIMPULAN

Dalam bagian akhir dari tulisan ini, penulis akan memberikan suatu kesimpulan
dari apa yang sudah dibahas pada tulisan ini :
Proses terjadinya hujan buatan dapat dilakukan dengan cara mempengaruhi proses
yang terjadi di awan sebagai dapur (pembuat hujan). Sehingga mempercepat
peluang terjadinya hujan. Bahan untuk mempengaruhi proses yang terjadi di
awan terdiri dari dua jenis yaitu :
1. Bahan untuk membentuk es, dikenal dengan glasiogenik, berupa Perak Iodida
(AgI).
2. Bahan untuk menggabungkan butir-butir atmosphere di awan, dikenal dengan
higroskopis, berupa garam dapur atau Natrium Chlorida (NaCl), atau
CaCl2 dan Urea.


















DAFTAR PUSTAKA

WWW.WIKIPEDIA.COM
WWW.PROSESHUJANBUATAN.COM

Anda mungkin juga menyukai