Anda di halaman 1dari 7

HUJAN BUATAN

MATA KULIAH
DASAR KLIMATOLOGI

Disusun oleh :

Mochamad Shaldan Basari


(41205421119007)

UNIVERSITAS NUSA BANGSA


BOGOR

2020
HUJAN BUATAN

A. Pengertian

Hujan buatan adalah hujan yang dibuat oleh campur tangan manusia dengan
membuat hujan dari bibit-bibit awan yang memiliki kandungan air yang cukup,
memiliki kecepatan angin rendah yaitu sekitar di bawah 20 knot, serta syarat
lainnya. Ujan buatan dibuat dengan menaburkan banyak garam khusus yang halus
dan dicampur bibit/seeding ke awan agar mempercepat terbentuknya awan jenuh.
Untuk menyemai/membentuk hujan deras, biasanya dibutuhkan garam sebanyak 3
ton yang disemai ke awan potensial selama 30 hari. Hujan buatan saja bisa gagal
dibuat atau jatuh di tempat yang salah serta memakan biaya yang besar dalam
pembuatannya.

Hujan buatan umumnya diciptakan dengan tujuan untuk membantu daerah yang
sangat kering akibat sudah lama tidak turun hujan sehingga dapat mengganggu
kehidupan di darat mulai dari sawah kering, gagal panen, sumur kering,
sungai/danau kering, tanah retak-retak, kesulitan air bersih, hewan dan tumbuhan
pada mati dan lain sebagainya. Dengan adanya hujan buatan diharapkan mampu
menyuplai kebutuhan air makhluk hidup di bawahnya dan membuat masyarakat
hidup bahagia dan sejahtera.

Hujan yang berlebih pada suatu lokasi dapat menimbulkan bencana pada
kehidupan di bawahnya. Banjir dan tanah longsor adalah salah satu akibat dari
hujan yang berlebihan. Perubahan iklim di bumi akhir-akhir ini juga mendukung
persebaran hujan yang tidak merata sehingga menimbulkan berbagai masalah di
bumi. Untuk itu kita sudah semestinya membantu menormalkan iklim yang
berubah akibat ulah manusia agar anak cucu kita kelak tidak menderita dan
terbunuh akibat kesalahan yang kita lakukan saat ini.

Media yang bisa ditempeli uap air contohnya partikel garam di atas lautan yang
bisa menyerap uap air sehingga membentuk kumpulan yang besar. Asap juga bisa
sebagai media untuk berkumpulnya uap air. Bibit hujan ini akan bergerak sesuai
dengan tiupan angin.

B. Sejarah Hujan Buatan

Sejarah Hujan buatan di dunia dimulai pada tahun 1946 oleh penemunya Vincent
Schaefer dan Irving Langmuir,dilanjutkan setahun kemudian 1947 oleh Bernard
Vonnegut.Yang sebenarnya dilakukan oleh manusia adalah menciptakan peluang
hujan dan “mempercepat” terjadinya hujan. Nama yang digunakan sebagai upaya
“membuat hujan” adalah menjadi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC). Nah, yang
dilakukan oleh manusia pada TMC, adalah “mempengaruhi” proses yang terjadi
di awan sebagai “dapur” pembuat hujan. Sehingga mempercepat peluang

1
terjadinya hujan. Bahan untuk “mempengaruhi” proses yang terjadi di awan
terdiri dari dua jenis yaitu :

1. Bahan untuk “membentuk” es, dikenal dengan glasiogenik, berupa Perak


Iodida (AgI).
2. Bahan untuk ªmenggabungkanº butir-butir atmosphere di awan, dikenal
dengan higroskopis, berupa garam dapur atau Natrium Chlorida (NaCl), atau
CaCl2 dan Urea.

Di Indonesia, upaya “hujan buatan” ini diperlukan untuk :

1. Antisipasi Ketersediaan Air, misal pengisian waduk, danau, untuk keperluan


atmosphere bersih, irigasi, pembangkit listrik (PLTA).
2. Antisipasi Kebakaran hutan/lahan, kabut asap.

C. Proses Hujan Buatan

1. Proses Hujan Buatan : Sifat awan yang menyebabkan hujan oleh manusia
digunakan untuk membuat hujan buatan. Dalam mempercepat hujan, orang
memberi zat higroskopis sebagai inti kondensasi (perak dioksida, kristal es, es
keringatau CO2 padat). Zat-zat tersebut ditaburkan ke udara dengan
menggunakan pesawat terbang. Pembuatan hujan buatan disebut sebagai
suatu proses pemodifikasian awan dengan menggunakan bahan-bahan kimia,
terutama NaCl (garam dapur). Kemarau panjang seperti yang kita alami
sekarang memerlukan usaha untuk menghadapi tantangan iklim. Kemarau
panjang menyebabkan tanah kering, atmosphere sulit diperoleh, sungai
mengering sedangkan angin menerbangkan debu-debuan. Tantangan iklim
berupa kelangkaan hujan akibat kemarau panjang dapat dilakukan dengan
teknologi tinggi berupa hujan buatan. Cara ini tak bisa terus dilakukan
sembarangan karena biayanya terlalu mahal. Hujan buatan hanya ditempuh
bila keadaan memang keadaan demikian kritis. Apalagi usaha untuk
melakukan hujan buatan ini terkadang hasilnya tepat dan terkadang meleset
atau tak sesuai dengan yang diharapkan. Para ahli yang mengetahui
terbentuknya awan, terjadinya kondensasi, presipitasi dan lainnya sangat
membantu untuk melakukan usaha dan percobaan dalam memodifikasi cuaca
untuk mempercepat turunnya hujan. Dalam pembuatan hujan buatan mereka
hanya melakukan usaha untuk mendorong dan mempercepat turunnya hujan
atau berusaha agar uap atmosphere yang telah ada di udara berkondensasi
dengan cepat sehingga pembentukan butir-butir atmosphere dapat segera
berlangsung di awan. Pembentukan butir-butir atmosphere tersebut
merupakan titik awalnya terjadi hujan.Usaha ini dilakukan dengan
menyebarkan zat kimia atau garam halus ke udara dengan bantuan pesawat
terbang. Untuk tahap ini hujan yang diharapkan belum tentu akan turun,

2
karena dilakukan proses lanjutan dengan menyebarkan butir-butiran besar di
awan. Butiran tersebut akan bertumbukan dan bergantung dengan butir-butir
atmosphere ini akan menjadi berat dan akan meninggalkan awan jatuh
sebagai hujan. Di daerah yang beriklim tropis, awannya dapat digolongkan
dalam awan panas. Untuk mempercepat timbulnya hujan hanya dapat
dilakukan melalui proses pembentukan awan panas secara alami
2. Bahan-bahan kimia yang diperlukan untuk mempercepat turunnya hujan
buatan dengan memberi zat higroskopis sebagai inti kondensasi. Garam-
garaman seperti NaCl dan CaCl2 dalam bentuk bubuk dengan hole 10-50
mikron, ternyata cukup higroskopis jikadisebarkan di udara. Garam-garam itu
di udara akan berperan sebagai titik pangkal pembentukan uap-uap
atmosphere pada awan. Pembentukan butir-butir atmosphere juga dapat
dilakukan dengan penyebaran garam-garaman tersebut.Tindakan selanjutnya
dapat digunakan bubuk urea. Penyebaran bubuk urea dilakukan beberapa jam
setelah penyebaran garam-garaman tadi atau setelah tumbuh awan-awan kecil
secara berkelompok pada beberapa beberapa tempat. Bubuk urea selain dapat
membentuk awan lebih lanjut, juga bersifat endotermi (menyerap panas) yang
sangat baik bila bereaksi dengan atmosphere atau uap air. Penyebaran bubuk
urea di siang hari dapat mendinginkan lingkungan sekitarnya sehingga
kelompok-kelompok kecil awan segera bergabung menjadi kelompok-
kelompok besar. Kelompok awan besar biasanya segera terlihat agak
kehitam-hitaman artinya awan hujan telah terbentuk. Tindakan berikutnya
adalah penyebaran larutan yang berkomposisi air, urea serta amonium nitrat
dengan perbandingan 4 : 3 : 1 ke dalam kelompok-kelompok besar awan yang
tampaknya hitam. Besarnya larutan yang disebarkan antara 50 u ± 100 u
dengan menggunakan peralatan mikron atmosphere yang dipasang di
pesawat. Larutan ini cukup dingin yaitu sekitar 4° C, yang akan mengikat
awan dan mudah meresap ke dalam awan, sehingga dapat mendorong
pembentukan butir-butir atmosphere yang lebih besar karena berat butir-butir
atmosphere tersebut akan turun dan menimbulkan hujan.Garam-garaman
yang telah disebarkan di udara punya sifat-sifat fisis tertentu, seperti NaCl
dan CaCl2 bila bereaksi dengan atmosphere dapat mengeluarkan panas,
sedangkan urea dapat menyerap panas. Karena itu waktu disebar di udara
akan timbul reaksi sebagai berikut:NaCl + H2O Ð- ion-ion + 910 K Cal
(eksoterm)CaCl2 + H2O Ð ion-ion + 915 K Cal (eksoterm)Urea + H2O Ð-
ion-ion ± 425 K Cal (endoterm) Sifat garam-garam tersebut dapat
dikemukakan sebagai berikut:Sifat NaCl (garam dapur): berbentuk kristal,
mudah larut dalam atmosphere (36 g/100 ml atmosphere daripada 20°C),
dalam bentuk bubuk bersifat higroskopis, banyak terdapat di udara (dari
atmosphere laut), campuran NaCl dengan es cair mencapai -20°C. Sedangkan
CaCl2 adalah berbentuk kristal.Garam dapur yang dimaksud bukanlah garam

3
meja, tetapi adalah garam yang mempunyai sifat higroskopis yangjauh lebih
besar daripada garam meja, sehingga garam meja tak dapat digunakan.
3. Perhitungan waktu yang tepat sebelum menyebarkan garam-garaman faktor-
faktor klimatologi di daerah itu harus diperhitungkan. Penyebaran dilakukan
pada ketinggian 4000-7000 kaki, dengan perhitungan faktor arah angin dan
kecepatannya yang akan membawa awan ke daerah sasaran. Penyebaran
NaCl dan CaCl2 hendaknya dilakukan pada pagi hari sekitar 07.30, dengan
perhitungan karena pembentukan awan berlangsung pada pagi hari (dengan
memperhatikan terjadinya penguapan).Penyebaran bubuk urea biasanya
dilakukan sekitar pukul 12.00, dengan perhitungan awan dalam kelompok-
kelompok kecil telah terbentuk, sehingga memungkinkan penggabungan
awan dalam kelompok besar. Kelompokawan besar yang dimaksud yang
dasarnya tampak kehitam-hitaman.Saat awan besar dengan dasar yang
kehitam-hitaman terbentuk, sekitar pukul 15.00 dilakukan penyebaran larutan
campuran yang telah dikemukakan di atas. Perhitungannya pada jam-jam
tersebut awan telah terbentuk.Perhitungan lainnya yang harus diperhatikan
adalah faktor cuaca yang memenuhi persyaratan, yaitu yang mengandung uap
atmosphere dengan kelembapan minimal 70%. Kelembapan harus memadai
sehingga waktu inti kondensasi (NaCl dan CaCl2) disebarkan akan segera
terjadi kondensasi. Kecepatan angin juga di daerah itusekitar 10 knots dan tak
terdapat lapisan inversi di udara.Jadi kesimpulannya untuk mempercepat
turunnya hujan buatan dengan memberi zat higroskopis sebagai inti
kondensasi (garam-garaman NaCl dan CaCl2) pada waktu yang tepat.

D. Dampak Hujan Buatan

Hujan buatan dapat memberikan dampak yang positif yang bermanfaat maupun
dampak yang negatif yang merugikan. Dampak – dampak tersebut di paparkan di
bawah ini.

1. Dampak Positif Hujan Buatan


Hujan Buatan dapat memberikan dampak positif yang memiliki manfaat yang
sama seperti pada fungsi air hujan pada umumnya yang baik bagi ruang
publik untuk kehidupan, khususnya pada wilayah yang sedang mengalami
musim kemarau yang sangat panjang dan tidak pernah mengalami hujan
dalam jangka waktu yang cukup lama. Manfaat tersebut antara lain adalah :
Hujan buatan dapat mengatasi kekeringan yang terjadi pada wilayah yang
mengalami kekeringan. Hujan buatan dapat mengatasi masalah kabut asap
akibat kebakaran hutan. Hujan buatan juga dimanfaatkan untuk memadamkan
api pada kebakaran hutan yang mencakup wilayah yang cukup luas dengan
api yang sangat besar. Hujan buatan membantu pengisian air waduk atau
macam – macam danau (baca juga: fungsi danau dan cara menjaga kelestarian

4
danau) untuk keperluan irigasi, ketersediaan air bersih ataupun pembangkit
listrik tenaga air.

2. Dampak Negatif Hujan Buatan


Hujan Buatan tidak hanya memberikan dampak positif yang memiliki
manfaat yang baik bagi fungsi lingkungan hidup bagi manusia, tetapi juga
membawa dampak negatif yang merugikan bagi makhluk hidup yang wilayah
tempat tinggal atau wilayah tempat dimana makhluk hidup tersebut
beraktivitas terkena guyuran air dari hujan buatan. Dampak negatif dari hujan
buatan tersebut antara lain adalah sebagai berikut. Hujan buatan yang terbuat
dari adanya campuran bahan kimia bisa menimbulkan efek hujan yang
mengandung bahan kimia pula yang bisa jadi malah menimbulkan hujan
asam yang berbahaya bagi yang terkena guyuran hujan ini. (baca juga: proses
terjadinya hujan asam). Hujan buatan dapat menyebabkan pencemaran tanah
karena proses penaburkan garam dalam jumlah sangat banyak bahkan dapat
hingga berton – ton jumlahnya, menimbulkan hujan yang sifatnya asin dan
memberikan efek lapisan tanah yang terkena guyurannya akan menjadi asin
pula sehingga menyebabkan lahan pertanian menjadi rusak bahkan gagal
panen karena lapisan jenis – jenis tanah menjadi kelebihan kandungan garam.
(baca juga: faktor pembentuk tanah), hujan buatan juga dapat menjadi
penyebab banjir jika hujan yang terjadi tidak tepat sasaran, hujan buatan
dapat menjadi penyebab pemanasan global, hujan buatan dapat merubah
siklus hidrologi yang akan membahayakan pasokan air tanah di musim
kemarau dan hujan buatan akan menimbulkan kerugian materi yang cukup
besar jika hujan yang turun dari hasil hujan buatan tidak tepat sasaran, baik
kerugian dari materi yang dikeluarkan untuk melakukan proses hujan buatan
maupun dari hasil dampak ketika hujan buatan salah sasaran.

5
DAFTAR PUSTAKA

WWW.WIKIPEDIA.COM diakses tanggal 28 Oktober 2020 melalui google


chrome
https://ilmualamiahdasarti2b.wordpress.com/2017/02/28/hujan-buatan/ diakses
tanggal 28 Oktober 2020 melalui google chrome
Husni Muhammad dan Satyo Nursantyo. (2000). Kajian Kualitas Air Hujan
Buatan dan kaitannya dengan Peningkatan Curah Hujan Vol 1 (2), p.179-
186.

Anda mungkin juga menyukai