Anda di halaman 1dari 23

HUJAN

Siklus hidrologi adalah tahap-tahap yang


dilalui oleh air dalam berbagai bentuk, dari SIKLUS HIDROLOGI
atmosfer ke bumi dan kembali ke atmosfer
(Seyhan, 1977)

Tahap-tahap Siklus Hidrologi


1. Penguapan air dari permukaan bumi
(air, tanah, atau jaringan tumbuhan)
2. Kondensasi uap air pada lapisan
troposfer, sehingga terbentuk awan
3. Perpindahan awan mengikuti arah
angin
4. Presipitasi dalam bentuk cair (hujan)
atau padat (salju dan kristal es)
mengembalikan air dari atmosfer ke
permukaan bumi.
5. Mengalirnya air mengikuti gaya
gravitasi, baik dalam bentuk aliran
permukaan maupun aliran bawah tanah.
 Tahap-tahap siklus hidrologi tersebut berlangsung
secara simultan, tidak terputus-putus.
 Penjelasan mengenai siklus hidrologi tidak harus
dimulai dengan penguapan air sebagai proses pertama,
tetapi dapat dimulai dari tahap yang mana saja dari 5
tahap utama di atas.
 Untuk memahami siklus hidrologi perlu dipahami
terlebih dahulu tentang perubahan bentuk air dari uap
ke cair, dari cair ke padat dan sebaliknya.
 Perubahan air dari bentuk cair ke bentuk uap
(penguapan) memerlukan energi yang disebut panas
laten vaporisasi.
 Perubahan air dari bentuk padat ke cair
(mencair/meleleh) membutuhkan energi yang disebut
panas laten fusi.
Transpirasi Evaporasi
 Proses penguapan air
Transpirasi merupakan yang berasal dari
penguapan air yang permukaan bentangan air
berasal dari jaringan atau dari bahan padat
tumbuhan melalui yang mengandung air.
stomata
Kondensasi dan Pembentukan Awan

Uap air yang dihasilkan melalui proses


evapotranspirasi bergerak ke lapisan atas troposfer
bumi.
Suhu udara pada lapisan troposfer akan semakin
rendah dengan bertambahnya ketinggian.
Penurunan suhu udara akan mempercepat
tercapainya kejenuhan uap air pada udara tersebut,
berarti mempercepat terjadinya kondensasi.
Kondensasi juga dapat terjadi lebih cepat, jika
tersedia partikel-partikel halus yang bersifat
higroskopis sehingga dapat berfungsi sebagai inti
kondensasi. Inti kondensasi ini akan mengikat
molekul-molekul air disekitarnya untuk membentuk
butiran air.
Kumpulan butiran air atau kristal es yang tersuspensi
di udara pada ketinggian lebih dari 1 km dan dapat
dilihat dengan mata yang disebut awan.
AWAN
Pembagian awan berdasarkan ketinggian menurut World
Meteorological Organization (1894):

1. Awan Tinggi
terbentuk pada ketinggian > 6 km,
Awan cirrus, cirrostratus dan cirrocumulus
2. Awan Pertengahan
terbentuk pada ketinggian 2 – 6 km,
Altrostratus dan altocumulus
3. Awan rendah
terbentuk pada ketinggian < 2 km
Awan stratocumulus, stratus dan nimbostratus
4. Awan vertikal terbentuk antara ketinggian 1 – 20 km
Cumulus dan cumulonimbus.
A. AWAN TINGGI (> 6000 m)
 Ci – Cirrus : tipis spt bulu
ayam, kristal es, tdk tjd hujan
 Cs - Cirrostratus : putih rata
menutup langit
 Cc - Cirrocumulus: spt
kelompok biri-biri, kristal es,
ada bayangan
B. AWAN SEDANG (2000-6000 m)
 As - Altostratus : kelabu,
berlapis-lapis luas & tebal
 Ac - Altocumulus: spt bola
kecil2 bergerombol, putih
pucat kelabu
C. AWAN RENDAH (0-2000 m)
 Sc - Stratocumulus: spt gelombang
laut, menutup tipis, tdk tjd hujan
 St – Stratus : rata berlapis, luas,
rendah, spt kabut
 Ns – Nimbostratus: putih, luas, tak
beraturan, tjd gerimis

D. AWAN DENGAN PERKEMBANGAN


VERTIKAL
 Cu - Cumulus: bergumpal, puncak
tinggi, dasar rata
 Cb - Cumulonimbus: rendah, puncak
tinggi lebar, tjd hujan, kilat

https://www.youtube.com/watch?v=ibfzP9s_VAY&nohtml5=False
Presipitasi
Presipitasi adalah curahan air atau jatuhnya air dari atmosfer
ke permukaan bumi dan laut dalam bentuk yang berbeda, yaitu
curah hujan di daerah tropis dan curah hujan serta salju di
daerah beriklim sedang (Chay Asdak, 2010)
Didaerah tropik presipitasi berbentuk hujan sehingga
orang mengidentikannya dengan hujan
Hujan di daerah tropik umumnya terjadi secara konvektif
atau secara orografik
Secara konvektif yaitu pergerakan molekul udara
meningkatkan suhu sehingga cairan dan gas akan naik ke
atas akibat perbedaan tekanan yang terjadi, maka terjadi
proses kondensasi dalam bentuk embun dan akhirnya
menjadi awan dalam jumlah besar terjadilah hujan
Secara Orografik yaitu udara dipaksa naik oleh deretan
pegunungan
Ukuran Butir Presipitasi

Ukuran butir lebih dari 0,5 mm disebut hujan


Ukuran butiran antara 0,2 mm sampai 0,5 mm
disebut gerimis
Ukuran butir kurang dari 0,2 mm tidak sampai
ke permukaan bumi dan menguap kembali
KLASIFIKASI CURAH HUJAN
a. Sangat ringan < 5 mm/24jam
b. Ringan 5 - 20 mm/24jam
c. Sedang 21 - 50 mm/24jam
d. Lebat 51 - 100 mm/24jam
e. Sangat lebat > 100 mm/24jam

HUJAN PER JAM


a. Sangat ringan < 1 mm/jam
b. Ringan 1 - 5 mm/jam
c. Sedang 5 - 10 mm/jam
d. Lebat 10 - 20 mm/jam
e. Sangat lebat > 20 mm/jam
Tipe-tipe Hujan

1. 1. Hujan Zenithal/Konvektif
2. 2. Hujan Frontal
3. 3. Hujan Orografik
Hujan zenithal ialah intensitas penyinaran matahari yang tinggi menyebabkan
terjadinya pemanasan sehingga udara naik secara vertikal dan mengalami
pendinginan, pada ketinggian tertentu terjadi kondensasi dan terbentuk awan
setelah kelembaban mencapai 100% maka terjadilah hujan zenithal/konvektif
Hujan frontal ,Terjadi karena adanya pertemuan massa udara panas
dan dingin. Biasanya terjadi didaerah lintang sedang.
Hujan Buatan
Istilah Hujan buatan sebenarnya kurang tepat.
Karena proses yang terjadi adalah mempercepat
pembentukan tetes awan dan hujan. Para ahli
menyebutnya hujan rangsangan
Pembuatan hujan buatan yang paling sering
dilakukan dengan menggunakan pesawat terbang
untuk menaburkan larutan garam dan urea, sering
disebut dengan istilah menyemaikan awan
Hujan buatan dibuat untuk mengatasi masalah
kekeringan, kabut asap dan terjadinya kebakaran
hutan yang meluas
Ada 2 bahan yang dipergunakan untuk merangsang
hujan yaitu
1. Garam dapur (NaCl)
2. Kapur (CaO)
https://www.youtube.com/watch?v=EPw58uQ5Cdg
CURAH HUJAN

Alat pengukur hujan, mengukur tinggi hujan seolah-olah


air yang jatuh ke tanah menumpuk ke atas merupakan
kolom air. Bila air yang tertampung volumenya dibagi
dengan luas corong penampung maka hasilnya dalah
tinggi. Satuan yang dipakai adalah milimeter (mm).
Penakar hujan yang baku digunakan di Indonesia adalah
tipe observatorium. Semua alat penakar hujan yang
beragam bentuknya atau yang otomatis dibandingkan
dengan alat penakar hujan otomatis (OBS). Penakar
hujan OBS adalah manual. Jumlah air hujan yang
tertampung diukur dengan gelas ukur yang telah
dikonversi dalam satuan tinggi atau gelas ukur yang
kemudian dibagi sepuluh karena luas penampangnya
adalah 100 cm sehingga dihasilkan satuan mm.
Pengamatan dilakukan sekali dalam 24 jam yaitu pada
pagi hari. Hujan yang diukur pada pagi hari adalah hujan
kemarin bukan hari ini.
http://www.inkcinct.com.au/Web/CARTOONS/2006/2006-307-above-average-rainfall.jpg
Penakar hujan Hellman

Alat ini merupakan penakar hujan otomatis


dengan tipe siphon. Bila air hujan terukur setinggi
10 mm, siphon bekerja mengeluarkan air dari
tabung penampungan dengan cepat, kemudian
siap mengukur lagi dan kemudian seterusnya. Di
dalam penampung terdapat pelampung yang
dihubungkan dengan jarum pena penunjuk yang
secara mekanis membuat garis pada kertas pias
posisi dari tinggi air hujan yang tertampung.
Bentuk pias ada dua macam, harian dan
mingguan. Pada umumnya lebih baik
menggunakan yang harian agar garis yang dibuat
pena tidak terlalu rapat ketika terjadi hujan lebat.
Banyak data dapat dianalisadari pias, tinggi hujan
harian, waktu datangnya hujan, derasnya hujan
atau lebatnya hujan per satuan waktu.
Penakar hujan Bendix

Penakar hujan otomatis, prinsip secara menimbang


air hujan yang ditampung. Melalui cara mekanis
timbangan ini ditransfer ke jarum petunjuk
berpena di atas kertas pias.

Penakar hujan Tilting Siphon

Prinsip alat, air hujan ditampung dalam tabung


penampung. Bila penampung penuh, tabung
menjadi miring dan siphon mulai bekerja
megeluarkan air dari dalam tabung. Setiap
pergerakan air dalam tabung penampung tercatat
pada pias sama seperti alat penakar hujan
otomatis lainnya.
ustadzklimat.blogspot.com/2008_11_01_archive.html

Anda mungkin juga menyukai