15110002 Pengertian Presipitasi • Siklus hidrologi yg tak berujung dan tak berpangkal disepakati dimulai dari saat jatuhnya air dipermukaan bumi. • Jatuhnya air dalam bentuk padat atau cair dipermukaan bumi disebut presipitasi. • Peristiwa presipitasi selalu didahului oleh proses kondensasi atau sublimasi atau kombinasi dari kedua proses tersebut. Proses kondensasi adalah perubahan uap air menjadi air. Sublimasi adalah perubahan langsung dari uap air menjadi es atau sebaliknya Tidak semua proses kondensasi atau sublimasi segera diikuti proses presipitasi. Sebagai contoh proses pembentukan awan yg merupakan proses kondensasi tidak selalu segera diikuti terjadinya hujan. • Telah lama diketahui oleh para ahli hidrologi bahwa hanya ± 25% dari seluruh presipitasi yg jatuh di daratan mengalir ke laut melalui permukaan dan aliran bawah tanah. • Sedangkan sisanya± 75% kembali ke udara melalui proses evaporasi dr permukaan air, tanah, batu dan benda lain di permukaan bumi serta melalui proses transpirasi. • Uap air merupakan faktor penting dalam proses terjadinya presipitasi. • Tidak ada presipitasi jika tidak dijumpai uap air di udara. Presipitasi Faktor utama : o Massa uap air o Inti-inti kondensasi Berdasarkan cara terjadinya dibagi 3 tipe o Persipitasi siklonik o Persipitasi konvektif o Persipitasi orografik Menurut arah geraknya o Presipitasi vertikal o Presipitasi horizontal Keadaan curah Intensitas Kondisi tanah hujan (mm/menit) Hujan sangat < 0.02 Tanah agak sedikit basah lemah Hujan lemah 0.02 – 0.05 Tanah basah tetapi sulit dibuat lumpur Hujan normal 0.05 – 0.25 Dapat dibuat lumpur & hujan kedengaran keras Hujan deras 0.25 – 1.0 Air tergenang seluruh permukaan & hujan deras kedengaran dari genangan Hujan sangat > 1.0 Air tergenang, saluran deras drainase meluap Presipitasi • Air yang berasal dari awan jatuh ke permukaan tanah dalam bentuk cair (hujan) atau padat (salju) • Kondensasi yang menghasilkan curahan tidak terjadi murni dari penjenuhan uap air, tetapi karena adanya INTI KONDENSASI yang menarik butiran air berupa partikel berukuran 0.1-1 mikron (partikel garam laut, debu halus dari letusan gunung/industri). Tipe Presipitasi (berdasarkan proses terjadinya)
• Hujan zenithal/konveksi : terjadi di tropika ; sore hari setelah panas maks ;
bersamaan saat matahari di titik zenith - 2x di lintang kecil, 1x di 23 1/2oLU/LS.; cukup lebat. • Hujan muson / musim : hujan karena adanya angin musim yang melewati lautan ; di Indonesia. musim hujan terjadi Okt - April (angin musim barat). • Hujan siklon : terjadi di daerah sedang ; sepanjang tahun ; udara naik di daerah depresi, terjadi kondensasi pada ketinggian tertentu. • Hujan frontal : terjadi di daerah front; di lintang 60o-70o; tidak lebat. • Hujan orografis : terjadi di lereng pegunungan yang berhadapan dengan arah datangnya angin. Udara yang bergerak ke puncak menjadi udara kering ketika turun ke sisi lereng belakang (daerah bayangan hujan). Pada kondisi tertentu terjadi hujan es. Hujan Konvektif • Proses naiknya udara secara konvektif diawali dengan terjadinya pemanasan udara yang terdapat dipermukaan tanah. Akibat pemanasan tersebut maka udara yang terpanaskan akan ringan dan naik dengan penurunan suhu secara adiabatik. • Hujan ini biasanya terjadi pada cakupan wilayah yang sempit dengan waktu yang relatif singkat. Hujan ini terdiri dari arus-arus lokal yang hangat dan lembab yang biasnya membentuk awan comuli atau berkembang menjadi awan comulinimbus. Sehingga menghasilkan hujan yang lebat disertai kilat dan guntur dan sering disertai air. Hujan konvektif ditandai dengan: 1. terpencar-pencar(setengah dari total hujan jatuh pada awal 10% dari interval waktu) , pada luasan yang relatif sempit (20-50 Km) atau sering berupa hujan lokal. 2. Banyak hujan konveksi mempunyai siklus musiman dan harian yang berhubungan dengan pemanasan radiasi surya. Hujan Orografik • Hujan yang dihasilkan oleh naiknya udara lembab secara paksa oleh dataran tinggi atau pegunungan. Curah hujan tahunan didataran tinggi pada umumnya lebih tinggi dari pada dataran rendah sekitarnya terutama pada arah hadap angin. • Pengaruh dataran tinggi pada peningkatan curah hujan terutama adalah memberi dorongan /paksaan udara untuk naik. Pengaruh lain yang tidak langsung adalah: Mengahasilkan turbulensi alamiah yang kuat baik mekanik maupun konvektif karena melewati permukaan yang kasap. Merupakan penghalang dan memperlambat gerakan depresi (badai siklon) Menimbulkan konvergensi pada arus udara horizontal karena melewati lembah yang menyerupai cerobong Memacu udara naik sebagai awal ketidakstabilan. • Dorongan naik oleh dataran tinggi membawa udara sampai ke aras kondensasi. Penambahan udara hasil kondensasi membuat udara menjadi tidak stabil dan terus naik. • Pengaruh dataran tinggi pada hujan tidak semata-mata tergantung ketinggiannya tetapi juga pada suhu dan kelembaban udara yang naik serta arah dan kecepatan angin. • Bila udra yang dipaksa naik adalah udara stabil maka akan menghasilkan awan tipe strati yang behubungan dengan curah hujan yang ringan dan jatuh dalam waktu yang lama. Tapi jika udara yang naik adalah udara yang tidak stabil maka akan menghasilkan tipe comuli dengan hujan yang deras. Hujan Siklonik
• Hujan yang disebabkan oleh gerakan
udara naik dalam skala besar yang berasosiasi dengan system pusat tekanan rendah(siklon). • Gerakan udara yang naik biasanya perlahan-lahan sehingga bisa tersebbar luas. Hujan agak lebat dalma waktu yang agak panjang dan meliputi daerah yang luas. Hujan Frontal • Biasanya terjadi pada lintang menengah akibat dari naiknya massa udara yang mengalami konvergensi. Jika dua masa udara bertemu (udara hangat yang lembab dengan udara dingin yang kering) maka ketidakstabilan atmosfer akan meningkat udara akan naik dan menghasilkan awan. Bagian terdepan dari massa udara yag lebih hangat dan lebih dingin dari udara sekitarnya disebut front. Oleh karena itu hujan yang dihasilkan akibat front panas dan front dingin disebut hujan frontal. Menurut arah geraknya: o Presipitasi vertikal Misal : Hujan gerimis Hujan Hujan musim dingin Campuran hujan dan salju Salju Hujan batu es o Presipitasi horisontal Misal : Es Kabut Embun Bentuk Presipitasi • Hujan (rain) - bentuk cair 0.5 - 4.0 mm. Teori Findisen : jarak jatuh yg dicapai butiran air melalui udara tak jenuh bertambah jauh sebanding dgn ukuran 4 • Salju (snow) - sublimasi uap air di bawah titik beku; bentuk heksagonal. Bila dalam perjalanannya melalui udara ber suhu > 0oC, curahan berupa hujan. • Hujan es (hail stone) - bongkah es 5 - 50 mm. Tjd pengangkatan vertikal butir air scr konvektif ke tempat suhu< 0 oC, merubah bentuk cair mjd padat (bongkah). Klasifikasi Bentuk Presipitasi
• Berdasarkan posisi pembentukannya
presipitasi dipilah menjadi dua yaitu presipitasi vertikal dan horizontal. Presipitasi vertikal adalah presipitasi yang posisi jatuhnya ke arah vertikal atau ke arah muka bumi. Presipitasi ini dapat diukur dengan alat penakar hujan. Presipitasi horizontal adalah presipitasi yang dibentuk di atas muka bumi. Presipitasi vertikal menurut Seyhan dapat dipilah menjadi lima jenis yaitu: 1. Hujan: air yang jatuh dalam bentuk tetesan yang dikondensasikan dari uap air di atmosfer. 2. Hujan gerimis: hujan dengan ukuran tetes hujan yang sangat kecil 3. Salju: Kristal-kristal kecil dan air beku yang secara langsung terbetuk uap air di udara bila suhunya pada saat kondensasai kurang 0 derajat. 4. hujan batu es: gumpalan es kecil dengan bentuk agak bulat dan dipresipitasikan selama hujan salju. 5. sleet: campuran hujan dan salju, hujan ini disebut juga glaze (salju basah) Presipitasi Horizontal • es : salju yang sangat padat • Kabut : uap air yang dikondensasikan menjadi partikel-partikel air halus di dekat permukaan tanah • Embun beku : bentuk kabut yang membeku di atas permukaan tanah dan vegetasi. Disebut juga emben beku putih • Embun : air yang terdapat di atas permukaan tubuh yang dingin terutama pada malam hari. Embun ini menguap pada pagi hari • Kondensasi pada es dan dalam tanah Menurut Bayong Tjasyono, 2004 bentuk presipitasi disebut dengan unsur Hidrometeor yaitu : 1. Gerimis: Tetes dengan diameter kurang dari 0,5 mm, intensitasnya kurang dari 1 mm/jam. Gerimis merupakan tetesan yang sangat kecil dengan jumlah besar yang tampak mengapung mengikuti arus udara. 2. Hujan : tetesan dengan diameter lebih dari 0,5 mm, intensitasnya lebih dari 1,25 mm/jam. Tetes hujan lebih besar tetapi jumlahnya lebih sedikit dibandingkan gerimis sehingga lebih sedkit mengurangi jarak pandang kecuali untuk hujan lebat 3. Salju : kristal es putih seringkali bergumpal ke dalam bentuk serpihan. Ukuran serpihan tergantung pada kadar air dan kelembaban disekitar kristal. 4. Batu es hujan : Bola es dengan diameter lebih dari 5 mm. Jika diameternya kurang dari 5 mm disebut butiran es yaitu bentuk awal dari batu es hujan 5. Virga: partikel air atau es yang jatuh dari awan tetapi menguap sebelum mencapai permukaan bumi 6. Kabut : seperti awan terdiri atas tetesan air kecil yang mengapung di udara. Secara fisisk ada sedikit perbedaan antara kabut dan awan. Kabut terbentuk di dalam udara dekat permukaan bumi. Kabut menatakamn suatu kondisi saat jarak pandang berkurang akibat tetesan air mikroskpis di dalam udara 7. Embun : air mengembun pada objek di dekat tanah yang suhunya di atas titik beku tetapi di bawah suhu titik embunya. Jika air mengembun pada suhu titik beku disebut titik embun beku. Terima Kasih