Anda di halaman 1dari 21

PRESIPITASI

Gerald Jordan Madjid


15110002
Pengertian Presipitasi
• Siklus hidrologi yg tak berujung dan tak berpangkal
disepakati dimulai dari saat jatuhnya air dipermukaan
bumi.
• Jatuhnya air dalam bentuk padat atau cair dipermukaan
bumi disebut presipitasi.
• Peristiwa presipitasi selalu didahului oleh proses
kondensasi atau sublimasi atau kombinasi dari kedua
proses tersebut.
Proses kondensasi adalah perubahan uap
air menjadi air.
Sublimasi adalah perubahan langsung
dari uap air menjadi es atau sebaliknya
Tidak semua proses kondensasi atau
sublimasi segera diikuti proses
presipitasi. Sebagai contoh proses
pembentukan awan yg merupakan
proses kondensasi tidak selalu segera
diikuti terjadinya hujan.
• Telah lama diketahui oleh para ahli
hidrologi bahwa hanya ± 25% dari
seluruh presipitasi yg jatuh di
daratan mengalir ke laut melalui
permukaan dan aliran bawah tanah.
• Sedangkan sisanya± 75% kembali
ke udara melalui proses evaporasi dr
permukaan air, tanah, batu dan
benda lain di permukaan bumi serta
melalui proses transpirasi.
• Uap air merupakan faktor penting
dalam proses terjadinya presipitasi.
• Tidak ada presipitasi jika tidak
dijumpai uap air di udara.
Presipitasi
 Faktor utama :
o Massa uap air
o Inti-inti kondensasi
 Berdasarkan cara terjadinya dibagi 3 tipe
o Persipitasi siklonik
o Persipitasi konvektif
o Persipitasi orografik
 Menurut arah geraknya
o Presipitasi vertikal
o Presipitasi horizontal
Keadaan curah Intensitas Kondisi tanah
hujan (mm/menit)
Hujan sangat < 0.02 Tanah agak sedikit basah
lemah
Hujan lemah 0.02 – 0.05 Tanah basah tetapi sulit
dibuat lumpur
Hujan normal 0.05 – 0.25 Dapat dibuat lumpur &
hujan kedengaran keras
Hujan deras 0.25 – 1.0 Air tergenang seluruh
permukaan & hujan deras
kedengaran dari genangan
Hujan sangat > 1.0 Air tergenang, saluran
deras drainase meluap
Presipitasi
• Air yang berasal dari awan jatuh ke
permukaan tanah dalam bentuk cair
(hujan) atau padat (salju)
• Kondensasi yang menghasilkan curahan
tidak terjadi murni dari penjenuhan uap
air, tetapi karena adanya INTI
KONDENSASI yang menarik butiran air
berupa partikel berukuran 0.1-1 mikron
(partikel garam laut, debu halus dari
letusan gunung/industri).
Tipe Presipitasi (berdasarkan proses terjadinya)

• Hujan zenithal/konveksi : terjadi di tropika ; sore hari setelah panas maks ;


bersamaan saat matahari di titik zenith - 2x di lintang kecil, 1x di 23
1/2oLU/LS.; cukup lebat.
• Hujan muson / musim : hujan karena adanya angin musim yang melewati
lautan ; di Indonesia. musim hujan terjadi Okt - April (angin musim barat).
• Hujan siklon : terjadi di daerah sedang ; sepanjang tahun ; udara naik di daerah
depresi, terjadi kondensasi pada ketinggian tertentu.
• Hujan frontal : terjadi di daerah front; di lintang 60o-70o; tidak lebat.
• Hujan orografis : terjadi di lereng pegunungan yang berhadapan dengan arah
datangnya angin. Udara yang bergerak ke puncak menjadi udara kering ketika
turun ke sisi lereng belakang (daerah bayangan hujan). Pada kondisi tertentu
terjadi hujan es.
Hujan Konvektif
• Proses naiknya udara secara konvektif diawali dengan
terjadinya pemanasan udara yang terdapat dipermukaan
tanah. Akibat pemanasan tersebut maka udara yang
terpanaskan akan ringan dan naik dengan penurunan
suhu secara adiabatik.
• Hujan ini biasanya terjadi pada cakupan wilayah yang
sempit dengan waktu yang relatif singkat. Hujan ini
terdiri dari arus-arus lokal yang hangat dan lembab yang
biasnya membentuk awan comuli atau berkembang
menjadi awan comulinimbus. Sehingga menghasilkan
hujan yang lebat disertai kilat dan guntur dan sering
disertai air. Hujan konvektif ditandai dengan:
1. terpencar-pencar(setengah dari total hujan jatuh pada
awal 10% dari interval waktu) , pada luasan yang relatif
sempit (20-50 Km) atau sering berupa hujan lokal.
2. Banyak hujan konveksi mempunyai siklus musiman dan
harian yang berhubungan dengan pemanasan radiasi
surya.
Hujan Orografik
• Hujan yang dihasilkan oleh naiknya udara
lembab secara paksa oleh dataran tinggi atau
pegunungan. Curah hujan tahunan didataran tinggi
pada umumnya lebih tinggi dari pada dataran
rendah sekitarnya terutama pada arah hadap angin.
• Pengaruh dataran tinggi pada peningkatan curah
hujan terutama adalah memberi dorongan /paksaan
udara untuk naik. Pengaruh lain yang tidak
langsung adalah:
Mengahasilkan turbulensi alamiah yang kuat baik
mekanik maupun konvektif karena melewati
permukaan yang kasap.
Merupakan penghalang dan memperlambat
gerakan depresi (badai siklon)
Menimbulkan konvergensi pada arus udara
horizontal karena melewati lembah yang
menyerupai cerobong
Memacu udara naik sebagai awal ketidakstabilan.
• Dorongan naik oleh dataran tinggi
membawa udara sampai ke aras kondensasi.
Penambahan udara hasil kondensasi
membuat udara menjadi tidak stabil dan
terus naik.
• Pengaruh dataran tinggi pada hujan tidak
semata-mata tergantung ketinggiannya tetapi
juga pada suhu dan kelembaban udara yang
naik serta arah dan kecepatan angin.
• Bila udra yang dipaksa naik adalah udara
stabil maka akan menghasilkan awan tipe
strati yang behubungan dengan curah hujan
yang ringan dan jatuh dalam waktu yang
lama. Tapi jika udara yang naik adalah udara
yang tidak stabil maka akan menghasilkan
tipe comuli dengan hujan yang deras.
Hujan Siklonik

• Hujan yang disebabkan oleh gerakan


udara naik dalam skala besar yang
berasosiasi dengan system pusat tekanan
rendah(siklon).
• Gerakan udara yang naik biasanya
perlahan-lahan sehingga bisa tersebbar
luas. Hujan agak lebat dalma waktu yang
agak panjang dan meliputi daerah yang
luas.
Hujan Frontal
• Biasanya terjadi pada lintang menengah akibat
dari naiknya massa udara yang mengalami
konvergensi. Jika dua masa udara bertemu
(udara hangat yang lembab dengan udara dingin
yang kering) maka ketidakstabilan atmosfer
akan meningkat udara akan naik dan
menghasilkan awan. Bagian terdepan dari
massa udara yag lebih hangat dan lebih dingin
dari udara sekitarnya disebut front. Oleh karena
itu hujan yang dihasilkan akibat front panas dan
front dingin disebut hujan frontal.
 Menurut arah geraknya:
o Presipitasi vertikal
Misal :
Hujan gerimis
Hujan
Hujan musim dingin
Campuran hujan dan salju
Salju
Hujan batu es
o Presipitasi horisontal
Misal :
Es
Kabut
Embun
Bentuk Presipitasi
• Hujan (rain) - bentuk cair  0.5 - 4.0
mm.
Teori Findisen : jarak jatuh yg dicapai
butiran air melalui udara tak jenuh
bertambah jauh sebanding dgn ukuran 4
• Salju (snow) - sublimasi uap air di bawah
titik beku; bentuk heksagonal. Bila
dalam perjalanannya melalui udara ber
suhu > 0oC, curahan berupa hujan.
• Hujan es (hail stone) - bongkah es  5 -
50 mm. Tjd pengangkatan vertikal butir
air scr konvektif ke tempat suhu< 0 oC,
merubah bentuk cair mjd padat
(bongkah).
Klasifikasi Bentuk Presipitasi

• Berdasarkan posisi pembentukannya


presipitasi dipilah menjadi dua yaitu
presipitasi vertikal dan horizontal.
Presipitasi vertikal adalah presipitasi yang
posisi jatuhnya ke arah vertikal atau ke arah
muka bumi. Presipitasi ini dapat diukur
dengan alat penakar hujan. Presipitasi
horizontal adalah presipitasi yang dibentuk
di atas muka bumi.
Presipitasi vertikal menurut Seyhan dapat dipilah
menjadi lima jenis yaitu:
1. Hujan: air yang jatuh dalam bentuk tetesan
yang dikondensasikan dari uap air di atmosfer.
2. Hujan gerimis: hujan dengan ukuran tetes
hujan yang sangat kecil
3. Salju: Kristal-kristal kecil dan air beku yang
secara langsung terbetuk uap air di udara bila
suhunya pada saat kondensasai kurang 0
derajat.
4. hujan batu es: gumpalan es kecil dengan
bentuk agak bulat dan dipresipitasikan selama
hujan salju.
5. sleet: campuran hujan dan salju, hujan ini
disebut juga glaze (salju basah)
Presipitasi Horizontal
• es : salju yang sangat padat
• Kabut : uap air yang dikondensasikan menjadi
partikel-partikel air halus di dekat permukaan
tanah
• Embun beku : bentuk kabut yang membeku di
atas permukaan tanah dan vegetasi. Disebut
juga emben beku putih
• Embun : air yang terdapat di atas permukaan
tubuh yang dingin terutama pada malam hari.
Embun ini menguap pada pagi hari
• Kondensasi pada es dan dalam tanah
Menurut Bayong Tjasyono, 2004 bentuk presipitasi
disebut dengan unsur Hidrometeor yaitu :
1. Gerimis: Tetes dengan diameter kurang dari 0,5
mm, intensitasnya kurang dari 1 mm/jam.
Gerimis merupakan tetesan yang sangat kecil
dengan jumlah besar yang tampak mengapung
mengikuti arus udara.
2. Hujan : tetesan dengan diameter lebih dari 0,5
mm, intensitasnya lebih dari 1,25 mm/jam. Tetes
hujan lebih besar tetapi jumlahnya lebih sedikit
dibandingkan gerimis sehingga lebih sedkit
mengurangi jarak pandang kecuali untuk hujan
lebat
3. Salju : kristal es putih seringkali bergumpal ke
dalam bentuk serpihan. Ukuran serpihan
tergantung pada kadar air dan kelembaban
disekitar kristal.
4. Batu es hujan : Bola es dengan diameter
lebih dari 5 mm. Jika diameternya kurang
dari 5 mm disebut butiran es yaitu bentuk
awal dari batu es hujan
5. Virga: partikel air atau es yang jatuh dari
awan tetapi menguap sebelum mencapai
permukaan bumi
6. Kabut : seperti awan terdiri atas tetesan air
kecil yang mengapung di udara. Secara
fisisk ada sedikit perbedaan antara kabut
dan awan. Kabut terbentuk di dalam udara
dekat permukaan bumi. Kabut menatakamn
suatu kondisi saat jarak pandang berkurang
akibat tetesan air mikroskpis di dalam udara
7. Embun : air mengembun pada objek di
dekat tanah yang suhunya di atas titik beku
tetapi di bawah suhu titik embunya. Jika air
mengembun pada suhu titik beku disebut
titik embun beku.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai