Anda di halaman 1dari 3

Nama : Gerald Jordan Madjid

NIM : 15110002

Rekayasa Lingkungan

Quis 7 Rekayasa Lingkungan

1. Limbah B3 merupakan sisa usaha dan/atau kegiatan yang mengandung B3. Limbah
B3 dihasilkan dari kegiatan/usaha  baik dari sektor industri, pariwisata, pelayanan
kesehatan maupun dari domestik rumah tangga. Pengelolaan Limbah B3 diatur dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah B3 yang
mana dalam peraturan ini juga tercantum daftar lengkap limbah B3 baik dari sumber
tidak spesifik, limbah B3 dari sumber spesifik, serta limbah B3 dari B3 kadaluwarsa,
B3 yang tumpah, B3 yang tidak memenuhi spesifikasi produk dan bekas kemasan B3.
Suatu zat/senyawa yang terindikasi memiliki karakteristik limbah B3, namun tidak
tercantum dalam Lampiran 1 PP 101/2014 perlu dilakukan uji karateristik untuk
identifikasi. Uji karakteristiknya dapat berupa Uji Karakteristik Mudah meledak,
mudah menyala, reaktif,  infeksius dan korosif dan beracun sebagaimana lengkap
dijelaskan pada Lampiran 2 PP 101/2014. Pengujian karakteristik beracun misalnya
dilakukan dengan TCLP atau Uji Toksikologi LD50.
Mengingat sifatnya yang berbahaya dan beracun, pengelolaan limbah B3 perlu
dilakukan dengan seksama, sehingga setiap orang atau pelaku usaha yang
menghasilkan limbah B3 wajib melakukan pengelolaan terhadap limbah B3 yang
dihasilkannya. Pengelolaan limbah B3 terdiri dari penyimpanan, pengumpulan,
pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan dan penimbunan. Untuk memastikan
pengelolaan limbah B3 dilakukan dengan tepat dan mempermudah pengawasan, maka
setiap kegiatan pengelolaan limbah B3 wajib memiliki izin yang dikeluarkan oleh
Bupati/Walikota, Gubernur, atau Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
sesuai dengan peraturan yang berlaku.
2. Pengidentifikasian karakter berbahaya dan beracun dari suatu limbah, bahan yang
dicurigai merupakan langkah awal yang paling mendasar dalam upaya
penanganannya. Dengan diketahuinya karakteristik limbah, maka suatu upaya
penanganan terpadu yaitu pengendalian, pengurangan, pengumpulan, penyimpanan,
pengangkutan, pengolahan dan pembuangan akhir akan dapat diterapkan.
Sistem pengolahan yang optimum dan berhasil guna, maka strategi penanganan yang
diterapkan adalah :
 Mengurangi sampai seminimum mungkin jumlah limbah.
 Daur ulang dan recovery, memanfaatkan kembali sebagai bahan baku dengan
metode daur ulang atau recovery.
 Proses pengolahan, dengan mengurangi kandungan unsur beracun sehingga tidak
berbahaya dengan mengolah secara fisik, kimia dan biologis.
 Mengkonsentrasikan kandungan limbah B3 dengan cara kimia dan pengkapsulan,
selanjutnya dibuang ditempat yang aman.
 Proses detoksifikasi dan netralisasi.
 Incenerator, pemusnahan dengan cara pembakaran.
3. - Pengolahan Limbah B3 di rumah sakit sebaiknya menggunakan teknologi non-
insinerasi yang ramah lingkungan seperti autoclave dengan pencacah limbah,
disinfeksi dan sterilisasi, penguburan sesuai dengan jenis dan persyaratan.
- Baterai mengandung berbagai logam yang dapat dipergunakan kembali sebagai
bahan baku sekunderContoh proses daur ulang :Ni-Cd baterai dapat diolah
kembali dengan teknik termal dengan merecoveri cadmium dan besi-nikel untuk
produksi baja.Baterai lithium-ion saat ini diolah kembali melalui pirolisis
(perlakuan panas) dengan recoveri utama isi logam.Baterai alkaline-mangan dan
zinc-carbone/air dapat diproses ulang dengan menggunakan metode elektrolisis
dan proses termal-metalurgi lainnya untuk memulihkan kadar logam (terutama
seng) .
PPLi merupakan salah satu lembaga yang bergerak di bidang pengelolaan limbah
B3. Berikut adalah metode yang diterapkan ;Hazardous Waste LandfillHazardous
& Non-Hazardous Liquid TreatmentStabilizationThermal Destruction
- Manajemen pengelolaan limbah khususnya limbah pakaian pada industri tekstil
sebaiknya telah menerapkan konsep pengurangan, penggunaan kembali,
pemulihan, substitusi, dan daur ulang.
Pendekatan dengan konsep ini adalah pendekatan yang ideal dengan
mengutamakan adanya tindakan preventif dalam menghasilkan limbah pakaian
serta terciptanya tekstil ramah lingkungan.  Tekstil ramah lingkungan adalah
produk tekstil yang dapat diproduksi, digunakan, dan dibuang tanpa mengganggu
keseimbangan ekologi dan mengganggu kesehatan manusia. Tekstil ramah
lingkungan mencakup produk yang dibuat dengan menggunakan bahan dan
metode yang tidak membahayakan manusia dan alam dari produksi serat tekstil
hingga pembuatan barang jadi dan yang dapat dibuang tanpa membahayakan
kesehatan dan alam manusia. Namun, jika limbah tersebut tidak dapat dikelola
secara ideal, pengolahan limbah tekstil tersebut wajib diolah dengan berbagai
tahapan. Adapun tahapan pengolahan limbah pakaian dan tekstil adalah sebagai
berikut.
Proses pengolahan limbah yang dihasilkan pada industri tekstil didominasi oleh
limbah cair dapat diuraikan sebagai berikut :
a) Pre treatment
Pengolahan pada tahap ini ialah bersifat pengolahan fisik. Tujuan dari pengolahan
ini adalah memisahkan partikel bersifat granular atau cukup besar.
b) Primary treatment
Pengolahan pada tahap ini merupakan proses eliminasi zat mengambang dan
mengendap pada limbah yaitu padatan tersuspensi dan bahan organik (Fisik dan
Kimia). Teknologi yang dapat digunakan pada primary
treatment adalah screening, equalization, neutralization
c) Secondary treatment
Pengolahan limbah industri pakaian pada tahap ini merupakan proses eliminasi
bahan organik biodegradable dan padatan tersuspensi (Biologis dan Kimia).
Teknologi yang dapat digunakan pada secondary treatment ialah aerated lagoon,
trickling filter, activated sludge, oxidation ditch, dan lain-lain.
d) Tertiary treatment
Pengolahan pada tahap ini melibatkan penghilangan sisa padatan tersuspensi /
padatan terlarut. Teknologi yang dapat digunakan pada tertiary treatment adalah
teknologi membran, pertukaran ion, teknologi dengan prinsip adsorpsi, dan lain-
lain.
4. Sisa-sisa yang menjadi limbah berbahaya di negara kita, mungkin dibutuhkan oleh
negara lain, yang memiliki kemampuan pengelolaan dan teknologi limbah yang lebih
baik. Ekspor Limbah B3 merupakan salah satu pilihan dalam hal mengelola limbah
berbahaya dan beracun bilamana disuatu negara belum/ tidak tersedianya sistem
pengelolaan yang baik, dan sistem ekspornya pun harus mengacu pada Konvensi
Besel.

Anda mungkin juga menyukai