Anda di halaman 1dari 21

Institut Sains & Teknologi Nasional

MATA KULIAH HIDROLOGI & DRAINASE

“SUNGAI
&
PERANCANGAN IRIGASI”

Ir. Feizal Manaf, M.Sc.


SUNGAI
Definisi
Sungai sebagai suatu system yang terdiri dari
beberapa anak sungai yang tergabung ke dalam
sungai induk pada suatu daerah aliran. Jadi daerah
aliran suatu sungai yang sering disebut DAS
merupakan suatu wilayah ekosistem yang dibatasi
oleh pemisah topografi dan berfungsi sebagai
pengumpul, penyimpan dan penyalur air beserta
sedimen dan unsur hara lainnya.
Type sungai dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Sungai Perennial
Sungai yang mempunyai aliran sepanjang tahun, aliran
sungai perennial adalah aliran dasar yang berasal dari aliran
air tanah, sungai tipe ini terjadi pada DAS yang sangat baik
yang masih mempunyai hutan lebat.
2. Sungai Ephemeral
Sungai yang mempunyai debit hanya apabila terjadi hujan
yang melebihi laju infiltrasi. Permukaan air tanah selalu
berada di bawah dasar sungai,sehingga sungai tidak
menerima aliran air tanah yang berarti tidak mempunyai
aliran dasar (base flow) contoh di : nusa tenggara
3. Sungai Intermitten
Sungai yang mempunyai karakteristik campuran antara
kedua tipe di atas. Pada suatu periode tertentu bersifat
sungai perennial dan pada waktu tertentu bersifat sebgai
sungai ephemal.
Konsentrasi aliran di suatu DAS dapat dibedakan menjadi 3
tipe tangkapan DAS.
1. Tipe Pertama terjadi apabila durasi hujan efektif sama
dengan waktu konsentrasi. Semua air hujan yang jatuh di
DAS telah terkonsentrasi di titik kontrol, sehingga debit
aliran mencapai maksimum. Pada saat itu hujan berhenti dan
aliran berikutnya di titik kontrol tidak lagi aliran dari seluruh
DAS, sehingga debit aliran berkurang secara berangsur-
angsur sampai akhirnya kembali nol. Dan hidrograf
berbentuk segitiga. Tipe tangkapan DAS seperti ini disebut
aliran terkonsentrasi.
2. Tipe kedua terjadi apabila durasi hujan efektif lebih lama
daripada waktu konsentrasi. Pada keadaan ini aliran
terkonsentrasi pada titik kontrol, dan debit maksimum
tercapai setelah waktu aliran sama dengan waktu
konsentrasi. Waktu resesi sama dengan waktu konsentrasi.
Tipe tangkapan DAS seperi ini disebut aliran
superkonsentrasi.
3. Tipe ketiga terjadi apabila durasi hujan efektif lebih
pendek daripada waktu konsentrasi. Pada keadaan ini debit
aliran di titik kontrol tidak mencapai nilai maksimum.
Setelah hjan berhenti, aliran berkurang sampai akhirnya
menjadi nol. Tipe tangkapan seperti ini disebut aliran
subkonsentrasi. Apabila durasi hujan lebih kecil dari waktu
konsentrasi, intensitas hujan akan lebih tinggi.
Corak dan Karakteristik Daerah Pengaliran
Daerah pengaliran sebuah sungai adalah daerah tempat
presipitasi itu mengkonsentrasi ke sungai. Garis batas
daerah-daerah aliran yang berdampingan disebut batas
daerah pengaliran. Luas daerah pengaliran diperkirakan
dengan pengukuran daerah itu pada peta topografi.
Daerah pengaliran, topografi, tumbuh-tumbuhan dan
geologi mempunyai pengaruh terhadap debit banjir, corak
banjir, debit pengaliran dasar dan lain- lain.
1. Daerah Pengaliran Berbentuk Bulu Burung
2. Daerah Pengaliran Radial
3. Daerah pengaliran paralel
Daerah Aliran Sungai (DAS)
Daerah aliran sungai (DAS) menurut definisi adalah suatu
daerah yang dibatasi (dikelilingi) oleh garis ketinggian dimana
setiap air yang jatuh di permukaan tanah akan dialirkan melalui
satu outlet. Komponen yang ada di dalam sistem DAS secara
umum dapat dibedakan dalam 3 kelompok, yaitu komponen
masukan yaitu curah hujan, komponen output yaitu debit aliran
dan polusi / sedimen, dan komponen proses yaitu manusia,
vegetasi, tanah, iklim, dan topografi. Setiap komponen dalam
suatu DAS harus dikelola sehingga dapat mencapai tujuan yang
kita inginkan. Tujuan dari pengelolaan DAS adalah melakukan
pengelolaan sumberdaya alam secara rasional supaya dapat
dimanfaatkan secara maksimum lestari dan berkelanjutan
sehingga dapat diperoleh kondisi tata air yang baik. Sedangkan
pembangunan berkelanjutan adalah pemanfaatan dan
pengelolaan sumberdaya alam bagi kepentingan umat manusia
pada saat sekarang ini dengan masih menjamin kelangsungan
pemanfaatan sumberdaya alam untuk generasi yang akan
datang.
PERANCANGAN
IRIGASI
Pengendalian Air Lebih dengan Drainase
Drainase adalah lengkungan atau saluran air di permukaan
atau di bawah tanah, baik yang terbentuk secara alami
maupun dibuat oleh manusia.
Dalam bidang teknik sipil, drainase secara umum dapat
didefinisikan sebagai suatu tindakan teknis untuk
mengurangi kelebihan air, baik yang berasal dari air hujan,
rembesan, maupun kelebihan air irigasi dari suatu
kawasan/lahan, sehingga fungsi kawasan/lahan tidak
terganggu. Drainase dapat juga diartikan sebagai usaha
untuk mengontrol kualitas air tanah dalam kaitannya
dengan salinitas
Macam-macam Drainase
1. Menurut asalnya
 Saluran alam (natural)
 Saluran buatan (artificial)
2. Menurut Letak Saluran
 Drainase permukaan
 Drainase bawah permukaan
 Drainase memanjang
 Drainase melintang
3. Menurut Konstruksi
 Saluran terbuka
 Saluran tertutup
4. Menurut Fungsi
 Single purpose
 Multi purpose

Gambar Saluran terbuka Gambar Saluran tertutup


Tahapan Perancangan Irigasi dan Hidrologi

Tahapan perencanaan dapat dilakukan sebagai berikut :

Perencanaan Pendahuluan

Ketinggian Muka Air Yang Diperlukan

Trase Jalur Saluran


PERHITUNGAN

Pengukuran Debit Air Sungai


Mengingat bentuk palung dan alur sungai yang berubah-ubah,
maka dalam pemilihan lokasi pengukuran debit harus
dipertimbangkan pengaruh pola aliran dalam palung sungai.
Untuk itu perlu diperhatikan kriteria pemilihan lokasi
pengukuran debit sungai diantaranya adalah :
Bentuk penampang sungai stabil
Pola aliran air sungai dipilih yang stabil/aliran laminar
Bentuk alur sungai lurus
Mudah untuk penempatan alat ukur
Mudah dijangkau oleh petugas/pencatat alat ukur debit
Besarnya debit dihitung menurut rumus Q = A x V
Q = Debit (m3/det)
A = Luas penampang basah (m2)
V = kecepatan rata-rata (m/det)
Menentukan kecepatan aliran air (V)
1. Memastikan semua peralatan dengan kondisi baik dan siap
digunakan.
2. Memulai dengan menghanyutkan bola pimpong dengan
jarak 5 meter dari batas pengukuran I ke arah hulu saluran.
3. Menghidupkan stopwatch, saat bola pimpong tepat berada
di bawah tali batas daerah penampang I.
4. Mematikan stopwatch sesaat bola pimpong telah mencapai
tepat di bawah tali batas daerah penampung II.
5. Mencatat waktu untuk menempuh jarak dari daerah
penampang I ke daerah penampang II (t).
6. Menghitung kecepatan aliran air dengan menggunakan
rumus
dimana :
V = kecepatan aliran air sungai (m/detik)
D = jarak antara daerah penampang I dengan II (meter)
t = waktu yang diperlukan untuk menempuh jarak (detik)
Menentukan luas penampang basah saluran (A)
1. Menentukan lebar saluran (I) pada daerah penampang.
2. Mengukur kedalaman air (d1) pada daerah penampang I
kemudian diulangi;
hingga lima tempat (d2, d3, d4, d5).
Menentukan rata-rata dalam air (d) pada daerah
penampang I
d = menghitung luas penampang basah dengan
menggunakan rumus :
A=Ixd
dimana
A = luas penampang basah (m2)
I = lebar saluran (meter)
d = kedalaman air rata-rata (meter)
Berdasarkan kegiatan yang telah dilakukan dalam menghitung
debit saluran air di sungai maka diperoleh hasil sebagai berikut.
LI sebagai lebar saluran 1 : 1.5 m
LII sebagai lebar saluran 2 : 1.5 m
D = 25 m
t = 43 detik

Menghitung kecepatan aliran air (V):


V = 0.58 m/detik
LI à d1 = 0.45 m LII à d1 = 0.36 m
d2 = 0.44 m d2 = 0.37 m
d3 = 0.55 m d3 = 0.35 m
d4 = 0.38 m d4 = 0.34 m
d5 = 0.32 m d5 = 0.3 m
LI = 0.43 m
LII = = 0.34 m
A=Lxd
AI = luas penampang basah 1
AII = luas penampang basah 2
AI = 1.5 m X 0.43 m = 0.645 m
AII = 1.5 m X 0.34 m = 0.51 m
= 0.57 m2
Q=VxA
Q = 0.58 m/dtk X 0.57 m2
Q = 0.33 m3/detik
Berdasarkan hasil yang telah diperoleh dan sesuai perhitungan
dengan menggunakan rumus maka diperoleh hasil perhitungan
debit saluran air pada aliran sungai adalah 0.33 m3/detik.
“SELESAI” DAN
SELAMAT
MENGIKUTI
UJIAN TENGAH
SEMESTER

Anda mungkin juga menyukai