Anda di halaman 1dari 10

BAB III

ANALISA HUJAN

1. Hubungan Neraca Air Dengan Siklus Hidrologi


Dalam konsep siklus hidrologi bahwa jumlah air di suatu luasan tertentu di
permukaan bumi dipengaruhi oleh besarnya air yang masuk (input) dan keluar (output)
pada jangka waktu tertentu. Semakin cepat siklus hidrologi terjadi maka tingkat neraca
air nya semakin dinamis.
Kesetimbanganairdalamsuatusistemtanah-
tanamandapatdigambarkanmelaluisejumlah prosesaliran
airyangkejadiannyaberlangsungdalamsatuanwaktuyangberbeda-beda.

 Proses Siklus Hidrologi.


1. Penguapan (evaporasi) air laut & air permukaan ;
2. Tumbuhan juga menguapkan air (transpirasi).
3. Hasil penguapan mjd awan jenuh / awan penyebab hujan.
4. Terjadi hujan (presipitasi).
5. Sebagian kecil air hujan diuapkan kembali.
6. Air hujanyg sampai permukaan tanah sebagian akan meresap ke dalam tanah
(infiltrasi).
7. Sebagian lagi mengisi cekungan, kubangan (deficiensi) &sisanya lagi
mengalir di permukaan tanah (overland flow).
8. Proses infiltrasi akan menjadikan air mengalir di bawah permukaan tanah
(interflow).
9. Sebagian air infiltrasi akan tetap tinggal di dalam tanah (moisture content) bila
terdapat banyak hutan.
10. Sisanya lagi akan mengalir secara ke bawah akibat gravitasi (perkolasi) &
masuk jauh ke dalam tanah.

IV - 1
11. Pergerakan air tanah yg lambat sekali ketempat yg lbh endah, shg bila terdapat
patahan bumi akan keluar sbg mata air, bila bertemu palung sungai akan
mengalir bersama surface run off. & Kembalike proses 1.

Gambar. 1
Proses Hidrologi

2. Pengelolaan Sumber Daya Air


Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan wilayah yang dikelilingi dan dibatasi
oleh topografi alami berupa punggung bukit atau pegunungan, dimana presipitasi yang
jatuh di atasnya mengalir melalui titik keluar tertentu (outlet) yang akhirnya bermuara ke
danau atau laut. Batas‐batas alami DAS dapat dijadikan sebagai batas ekosistem alam,
yang dimungkinkan bertumpang‐tindih dengan ekosistem buatan, seperti wilayah
administratif dan wilayah ekonomi. Namun seringkali batas DAS melintasi batas
kabupaten, propinsi, bahkan lintas negara. Suatu DAS dapat terdiri dari beberapa sub
DAS, daerah Sub DAS kemudian dibagi‐bagi lagi menjadi sub‐sub DAS.

Istilah dan Definisi.

IV - 2
Istilah dan Defenisi yang berkaitan dengan pengelolaan sumber daya air terdapat
dalam undang-undang tentang sumber daya air, yaitu undang-undang republik Indonesia,
No. 7 tahun 2004.
 Sumber Daya Air adalah air, sumber air dan daya air yang terkandung di
dalamnya.
 Air, adalah semua air yang terdapat pada, di atas dan dibawah permukaan tanah,
termasuk di dalamnya air permukaan, air hujan, air tanah, dan air laut yang berada
di laut.
 Air Permukaan, adalah semua air yang terdapat pada permukaan tanah.
 Air Tanah, adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau batuan di bawah
permukaan tanah.
 Sumber Air, adalah tempat atau wadah alami dan/ buatan yang terdapat pada, di
atas ataupun dibawah permukaan tanah.
 Daya Air, adalah potensi yang terkandung dalam air dan/ wadah air yang dapat
memberikan manfaat ataupun kerugian bagi kehidupan dan penghidupan manusia
serta lingkungannya.
 Pengelolaan Sumber Daya Air, adalah upaya dalam merencanakan,
melaksanakan, memantau, dan mengevaluasi kegiatan konservasi sumber daya
air, pendayagunaan sumber daya air dan pengendalian daya rusak air.
 Pola Pengelolaan Sumber Daya Air, adalah kerangka dasar dalam upaya
merencanakan, melaksanakan, memantau dan mengevaluasi kegiatan konservasi
sumber daya air, pendayahgunaan sumber daya air dan pengendalian daya rusak
air.

IV - 3
Gambar 2.
DAS dan Wilayah Sungai

Gambar 3.Berbagai Bentuk Daerah Aliran

3. Pengolahan Data Curah Hujan


a) Pos Penakar Curah Hujan
Pos penakar hujan berfugsi untuk mengamati /mencatat parameter (jumlah dan intensitas)
data hujan pada suatu daerah tertentu (tergantung penggunaannya) diantaranya digunakan
untuk keperluan perhitungan nilai curah hujan efektif untuk tanaman padi dan tanaman
pertanian lainnya dalam menentukan jumlah kebutuhan alokasi air dari
bendung/bendungan dan sumber air lainnya. Penggunaan secara luas dalam suatu SWS

IV - 4
(Satuan Wilayah Sungai) yaitu dalam análisis ketersediaan air dan kegiatan konservasi
daerah aliran sungai (DAS) serta pengendalian banjir daerah sungai.

1) Pos Penakar Curah Hujan Biasa.


Pos penakar hujan biasa/RG yaitu peralatan pos hujan yang digunakan untuk
mencatat jumlah curah hujan secara manual dalam sehari, dilakukan dengan
menggunakan Gelas ukur Berskala (isi setara 10mm) curah hujan yang tertampung pada
alat penakar selama satu hari dukur/ditakar secara manual oleh petugas jaga setiap hari
pada jam 7oo pagi.
2) Pos Penakar Hujan Otomatis.
Pos penakar hujan otomatis/ARR yaitu peralatan pos hujan yang digunakan untuk
mencatat jumlah curah hujan secara otomatis dalam sehari/seminggu/sebulan, pos ini
dilengkapi dengan peralatan yang dapat merekam dan mencatat tinggi curah hujan secara
otomatis yang terjadi pada setiap satuan waktu pengamatan.
Penenempatan bangunan pos hujan pada umumnya ditempatkan pada lokasi
daerah tertentu (tergantung kebutuhan) bebas dari pengaruh bangunan, pepohonan
disekelilingnya, dan peghalang lainnya yang memungkinkan dapat berpengaruh terhadap
jatuhnya curah hujan pada komponen alat penerima (cerobong) dan dampaknya terhadap
keakuratan hasil pencatatan pad peralatan pos hujan.

IV - 5
4.Analisa Curah Hujan

Air merupakan substansi paling melimpah di bumi ini serta air merupakan komponen
terpenting bagi semua makhluk hidup. Maka terdapat cabang ilmu yang mempelajari sifat dan
karakteristik air, kejadian, distribusi dan gerakan air yang disebut Hidrologi (Indarto, 2010).
Unsur Hidrologi yang dominan di suatu wilayah adalah curah hujan.
Curah Hujan merupakan tingi air hujan (dalam mm) yang diterima dipermukaan sebelum
mengalami aliran permukaan, evaporasi, dan peresapan/perembesan ke dalam tanah. Untuk
menghitung curah hujan ada beberapa tekhnik, tekhnik yang aling sederhana adalah dengan gelas
ukur. Gelas ukur diletakkan didepan halaman atau tempat terbuka lainnya, cara menghitungnya
dengan melihat satuan cm (centimeter), mm (milimeter) atau inchi persatuan waktu. Umumnya 
cara dengan gelas ukur ini dilakukan dengan hitungan hari. Untuk menghitung data curah hujan
wilayah umumnya menggunakan metode interpolasi geostatistik diantaranya metode rata-rata
aljabar, poligon thiessen, metode Isohyet, inversi distance dan kriging (Indarto, 2010).
Metode yang pertama yaitu metode rata-rata aljabar, metode ini paling sederhana karena
metode ini yang menggunakan rata-rata dari seluruh stasiun penakar hujan yang ada di dalam
DAS. Metode yang kedua adalah dengan Metode poligon thiessen, pada metode ini
mengasumsikan bahwa tebal hujan di stasiun hujan (penakar hujan) yang terdekat jaraknya,
terletak di dalam atau di deket DAS. Interpolasi dilakukan dengan membuat batas luas satuan
yang jaraknya sama untuk setiap stasiun. Metode selanjutnya yaitu Metode Isohyet pada metode
ini.
Hujan rencana adalah hujan harian maksimum yang akan digunakan untuk menghitung intensitas
hujan. Untuk mendapatkan curah hujan rancangan (Rt) dilakukan melalui analisa frekuensi
antara lain :
A. Metode distribusi normal

keterangan:
XT = besarnya curah hujan yang terjadi dengan kala ulang T tahun

IV - 6
X bar = rata-rata hitung variat
Sx = standard deviasi
k = faktor frekuensi (nilai variabel reduksi Gauss)

B. Metode Distribusi Log Normal

keterangan:
X = nilai variat pengamatan
Slog X = standart deviasi dari logaritma
n = jumlah data
log X = logaritma rata-rata
k = faktor frekuensi

C. Metode Distribusi Frekuensi Gumbel

keterangan:
XT = besarnya curah hujan yang terjadi dengan kala ulang T tahun
X = rata-rata x maksimum dari seri data Xi
k = faktor frekuensi

IV - 7
Yn, Sn = besaran yang mempunyai fungsi dari jumlah pengamatan
Yt = reduksi sebagai fungsi dari probabilitas
n = jumlah data

D. Metode Distribusi Frekuensi Log Pearson Type III.


Metode yang dianjurkan dalam pemakaian distribusi Log Pearson Type III adalah dengan
mengkorvesikan rangkaian datanya menjadi bentuk logaritmis.

Nilai X bagi setiap probabilitas dihitung dari persamaan:

keterangan:
log X = logaritma rata-rata
Slog X = standart deviasi dari logaritma
Cs = koefisien kemencengan
k = faktor frekuensi
n = jumlah dataketerangan:
XT = besarnya curah hujan yang terjadi dengan kala ulang T tahun
X = rata-rata hitung variat
Sx = standard deviasi
k = faktor frekuensi (nilai variabel reduksi Gauss)

5. Analisis Hidrologi, dan Contoh Soal Penyelesaian Bab IV

IV - 8
1. Tunjukanlah contoh hubungan antara curah hujan (H) sebagai input dan aliran sungai
sebagai output (L) dari suatu DAS atau DPS.
Jawab :
Q =H–L
Q = Debit sungai ( m³ / dtk )
H = Curah Hujan ( m³ / dtk )
L = Kehilangan air ( m³ / dtk )

2. Suatu DPS luas 1500 km², selama 30 tahun tercatat data curah hujan rata-rata seluruh
DPS sebesar 2000 mm/thn, debit sungai rata-rata 20 m³/dtk. Berapa % curah hujan yang
hilang tidak menjadi debit Q.
Jawab :
Q=30 m ³ /dtk x 86400 dtk /hari x 365 hari x ¿ ¿ ¿ ¿
63072 x 104 mm ³
Q= =420 , 46 mm
16 x 10 8 mm ²

Jadi, besar curah hujan yang tidak menjadi debit Q.

L=
[ 2000−420 , 46
2000 ]
x 100 %=78 , 98

3. Contoh metode pengukuran tebal ( Rainfall ) dari suatu pos pencatat hujan otomatis
tercatat tebal hujan sbb

Waktu ( Jam ) 0–3 3–6 6–9 9 - 12


Hujan ( mm ) 6 12 30 12

1) Hitung intensitas hujan rata-rata ( mm / jam ) selama 6 jam sejak mulai hujan
yaitu jam 00°°.
2) Hitung intensitas hujan rata-rata selama terjadi hujan.

Jawab :
IV - 9
1) I hujan rata-rata selama 6 jam pertama.
I = ( 6 + 12 ) mm/6 jam
= 18/6
= 3 mm/jam
2) I rata-rata selama terjadi hujan
I = ( 6 + 12 + 30 + 12 ) mm/12 jam
= 60 / 12
= 5 mm/jam

IV - 10

Anda mungkin juga menyukai