Hydrograph adalah kurva perbandingan antara debit aliran air terhadap
waktu disuatu sungai dalam suatu DAS (daerah aliran sungai) umumnya dalam satuan mm/jam. DAS merupakan daerah yang di batasi punggung-punggung gunung dimana air hujan yang jatuh pada daerah tersebut akan ditampung oleh punggung gunung tersebut dan akan dialirkan melalui sungai-sungai kecil ke sungai utama yang batas di darat merupakan pemisah topografis dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan. Manfaat dari DAS adalah menerima, menyimpan, dan mengalirkan air hujan yang jatuh di atasnya melalui sungai.
Gambar 1.1 Diagram alir hydrograf
Air pada DAS merupakan aliran air yang mengalami siklus hidrologi secara alamiah. Air hujan yang dapat mencapai permukaan tanah, sebagian akan masuk (terserap) ke dalam tanah (infiltrasi), sedangkan air yang tidak terserap ke dalam tanah akan tertampung sementara dalam cekungan-cekungan permukaan tanah (surface detention) untuk kemudian mengalir di atas permukaan tanah ke tempat yang lebih rendah (runoff), untuk selanjutnya masuk ke sungai. Air infiltrasi akan tertahan di dalam tanah oleh gaya kapiler yang selanjutnya akan membentuk kelembaban tanah. Apabila tingkat kelembaban air tanah telah cukup jenuh maka air hujan yang baru masuk ke dalam tanah akan bergerak secara lateral (horizontal) untuk selanjutnya pada tempat tertentu akan keluar lagi ke permukaan tanah (subsurface flow) yang kemudian akan mengalir ke sungai. Terdapat bagian-bagian dari DAS, yaitu: a. Hulu sungai (fungsi konservasi yang dikelola untuk mempertahankan kondisi lingkungan DAS agar tidak terdegradasi, yang antara lain dapat diindikasikan dari kondisi tutupan vegetasi lahan DAS, kualitas air, kemampuan menyimpan air (debit), dan curah hujan) b. Tengah sungai (fungsi pemanfaatan air sungai yang dikelola untuk dapat memberikan manfaat bagi kepentingan sosial dan ekonomi, yang antara lain dapat diindikasikan dari kuantitas air, kualitas air, kemampuan menyalurkan air, dan ketinggian muka air tanah, serta terkait pada prasarana pengairan seperti pengelolaan sungai, waduk, dan danau) c. Hilir sungai (fungsi pemanfaatan air sungai yang dikelola untuk dapat memberikan manfaat bagi kepentingan sosial dan ekonomi, yang diindikasikan melalui kuantitas dan kualitas air, kemampuan menyalurkan air, ketinggian curah hujan, dan terkait untuk kebutuhan pertanian, air bersih, serta pengelolaan air limbah)
Gambar 1.2 Ilustrasi DAS
Dari jatuhnya air hujan (precipitation) kedalam area DAS, kita dapat menhitung curah hujan untuk dapat memprediksikan banjir per satuan waktu (annual). Metode yang dapat digunakan untuk menghitung banyaknya hujan di Das, yaitu
a. Metode Isohyet, yaitu garis dalam peta yang menghubungkan tempat-
tempat yang memiliki jumlah curah hujan yang sama selama periode tertentu. Digunakan apabila luas tanah lebih dari 5000 km². b. Metode Thiessen, digunakan bila bentuk DAS memanjang dan sempit (luas 1000–5000 km²).
Limpasan langsung (precipitation) merupakan aliran permukaan yang
biasa disebut runoff dan sebagian dari aliran sub permukaan dari tanah yang jenuh yang biasanya disebut interflow. Pada saat hujan, sangat sulit memisahkan runoff dan interflow, sehingga seringkali keduanya disebut runoff (aliran permukaan). Limpasan tak langsung bersumber dari air tanah yang mengalir keluar melalui mata air ataupun rembesan ke sungai dengan debit yang relatif konstan, aliran ini biasa disebut base flow. Dengan demikian sebuah hidrograf dapat dibagi atas dua komponen aliran yaitu limpasan permukaan (runoff) dan base flow. Pada kurva hydrograph, yang berperan sebagai sumbu y yaitu data debit [Q (m3/s)] dan sumbu x yaitu data waktu [t (s)]. Kurva hydrograph terdiri dari 3 bagian penting, yaitu: a. Sisi naik / rising limb b. Puncak / peak discharge c. Sisi turun / falling limb Gambar 1.3 Bagian-bagian hydrograph Hydrograf yang dihitung dan diplotkan kedalam grafik untuk setiap kasus banjir belum merupakan hidrograf satuan yang dapat dianggap mewakili DAS yang bersangkutan. Untuk itu diperlukan hydrograf satuan yang diturunkan dari banyak kasus banjir, kemudian dirata-ratakan untuk memperoleh hydrograf yang dianggap mewakili DAS tersebut. Hidrograf Limpasan Langsung dapat diperoleh dengan memisahkan hidrograf dari aliran dasarnya dengan 1. Straight line method (metode Garis Lurus) 2. Fixed base length (Metode Panjang Dasar Tetap) 3. Variable slope method (Metode kemiringan Berbeda Hydrograf Satuan mengandaikan sistem DAS sebagai sistem yang “linear time invariant”, yaitu: 1. Hujan merata di seluruh DAS (evenly distributed), dan intensitasnya tetap pada setiap interval waktu (constant intensity) 2. Hujan terjadi kapanpun tidak berpengaruh terhadap proses transformasi hujan menjadi debit/hydrograf (time invariant) 3. Debit/hydrograf berbanding lurus dengan hujan dan berlaku asas superposisi (linear system) 4. Waktu resesi (waktu dari akhir hujan sampai akhir limpasan langsung) selalu tetap
Gambar 1.4 Skema proses plot kan hydrograf
Terdapat dua metode perhitungan hydrograf:
1. Persamaan polinomial 2. Cara Collins Tahapan persamaan polinomial: 1. Pilih data hujan jam-jaman dan hidrograf aliran terukur di sungai. 2. Pisahkan baseflow dan hidrograf limpasan langsung (HLL). 3. Tetapkan nilai losses tetap (Φindeks) dan hujan efektif jam-jaman. 4. Dengan prinsip superposisi, linear time invariant dan constant base time, dapat disusun persamaan polinomial untuk menentukan hidrograf satuan. Contoh soal: Pada satu DAS seluas 75,6 km2 terjadi hujan merata selama 4 jam berturut-turut sebesar 13 mm, 15 mm, 12 mm dan 8 mm. Akibat hujan tersebut terjadi perubahan debit aliran di sungai terukur seperti pada tabel di bawah. Tentukan hidrograf satuan di DAS tersebut dengan menggunakan cara polinomial. Tabel 1.1 Data soal polinomial
Dengan menetapkan base flow tetap sebesar 5 m3 /dt, volume limpasan langsung dapat dihitung sebagai berikut: VLL = [ (11+27+47+56.5+48.5+33.5+18.5+8) – (8x5) ] x 3600 = 756000 m3 Pef = VLL / A = 756000 x 103 / (75.6 x 106 ) = 10 mm
index = [(13+15+12) – 10)] / 3 = 10 mm/jam …Anggapan benar !! index = 10 mm/jam
Menentukan hujan efektif
P1 efektif = 13 –10 = 3 mm P2 efektif = 15 – 10 = 5 mm P3 efektif = 12 – 10 = 2 mm Tabel 1.2 Hasil perhitungan polinoomial
Tahapan penentuan hidrograf satuan cara Collins:
1. Pilih data hujan jam-jaman dan hidrograf aliran terukur di sungai. 2. Pisahkan baseflow dan hidrograf limpasan langsung (HLL). 3. Tetapkan nilai losses tetap (Φindeks) dan hujan efektif jamjaman. 4. Tetapkan sebuah hidrograf satuan perkiraan awal (UH-1). 5. Tentukan hidrograf limpasan langsung akibat hujan efektif jamjaman kecuali untuk hujan terbesar. 6. Jumlahkan semua hidrograf limpasan langsung ini dan hasilnya kurangkan dengan hidrograf limpasan langsung terukur. Selisih hidrograf limpasan langsung yang didapatkan dibagi dengan hujan efektif jam-jaman yang maksimum. Hasilnya adalah hidrograf satuan baru (UH-2). 7. Hitung rerata UH-1 dan UH-2 sebagai UH-3 dan amati apakah cukup dekat dengan UH-1. 8. Apabila masih belum cukup dekat, ulangi langkah (4) sampai dengan (7) dengan mengambil UH-3 sebagai hidrograf satuan perkiraan awal yang baru. Prosedur ini diulang sampai didapatkan hasil UH-3 yang cukup dekat dengan UH-1. GIVSON GABRIEL 104118029 CV-1