Anda di halaman 1dari 17

Nama : Abel Desto Sihombing

NIM : 201910301048
Kelas : Hidrologi ( D )
Tugas Resume Hidrograf
Pengertian
Hidrograf adalah kurva yang memberi hubungan antara parameter aliran, dan waktu,
Parameter tersebut bisa berupa kedalaman aliran (elevasi) atau debit aliran. Hidrograf
menunjukkan tanggapan yang menyeluruh dari Daerah Aliran Sungai (DAS) terhadap masukan
data hujan. Di stasiun hydrometer, aliran yang terukur setiap saat adalah merupakan stage
hydrograph dan dengan bantuan lengkung debit (hubungan kedalaman air dan debit), maka
akan dihasilkan discharge hydrograph (Limantara, 2010). Dalam pengertian sehari-hari, yang
dimaksud dengan hidrograf adalah hidrograf debit (discharge hydrograph). Air sungai yang
diabstraksikan pada hidrograf berasal dari empat sumber, antara lain (Limantara, 2010):

1. Air yang berasal langsung dari hujan (porsinya kecil).


2. Limpasan atas permukaan (direct runoff, DRO) yang mencapai sungai setelah melalui
suatu proses penguapan, infiltrasi, dan tampungan di cekungan.
3. Aliran antara (interflow) yang merupakan bagian dari air hujan yang terinfiltrasi dan
mengalir di lapisan tanah atau di lapisan yang tidak jenuh air.
4. Limpasan bawah permukaan, aliran ini mencapai sungai setelah melalui proses perkolasi
dan tampungan air tanah.
Dengan demikian, limpasan atas permukaan terdiri dari hujan langsung, limpasan
(DRO-direct runoff) dan interflow (point 1, 2 dan 3), sedangkan limpasan bawah permukaan
(point 4) sebagai aliran dasar (base flow, BF). Hidrograf terdiri dari 3 bagian sebagai berikut:
1. kurva naik: sisi puncak (rising limb)
2. puncak (crest)
3. kurva turun: sisi resesi (recesion limb)
Contoh Bentuk Hidrograf

Adapun tiga sifat pokok yang menandai dan mencirikan bentuk hidrograf antara lain

1 Waktu naik (time of rise atau time to peak). Waktu naik (TR) adalah waktu yang diukur
dari saat hidrograf mulai naik sampai dengan waktu terjadinya debit puncak.
2 Debit puncak (peak discharge). Debit puncak (Qp) merupakan debit maksimum yang
terjadi dalam kasus tertentu (Salami et.al., 2009).
3 Waktu dasar (base time). Waktu dasar (TB) merupakan waktu yang diukur dari saat
hidrograf mulai naik sampai saat debit kembali pada suatu besaran yang ditetapkan sebagai
aliran dasar.
Hidrograf juga dipisahkan berdasarkan komponen yang mengklasifikasikan sumber
aliran yakni hidrograf aliran langsung (dari limpasan atas permukaan, DRO-direct runoff) dan
hidrograf aliran dasar (dari limpasan bawah permukaan, BF = Base Flow).

Q
(m3/dt)

Qp

TR
TB t (jam)

Hidrograf Debit (Discharge Hydrograph)

Bentuk hidrograf dipengaruhi oleh (Limantara, 2010) sifat hujan yang terjadi dan sifat Daerah
Aliran Sungai (DAS) yang lain. Sifat hujan yang sangat mempengaruhi bentuk hidrograf
adalah intensitas hujan, lama hujan, dan arah gerak hujan. Jika intensitas hujan cukup besar
akan menyebabkan hidrograf naik dengan cepat, sehingga terjadi hidrograf dengan waktu
naik yang pendek dan debit puncak relatif besar. Biasanya intensitas yang besar terjadi dalam
waktu yang singkat. Bentuk hidrograf secara khusus dipengaruhi oleh bentuk Daerah Aliran
Sungai (DAS) dan pola distribusi hujan dengan durasi tertentu. Dalam hal ini, diasumsikan
bahwa Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah impermeable, berbentuk agak melingkar dengan
kemiringan tertentu dan bisa digambarkan garis isochrones-nya. Adapun garis Isochrones
adalah garis yang membagi DAS berdasarkan kesamaan waktu tempuh selama durasi hujan.

Hidrograf Satuan

Hidrograf Satuan merupakan suatu metode hidrologi yang banyak digunakan untuk
menaksir banjir rancangan (design flood). Hidrograf aliran sungai selalu berubah tergantung
pada sifat masukan (input) hujannya. Hal ini disebabkan karena sistem Daerah Aliran Sungai
(DAS) yang sebenarnya adalah sistem yang tidak linier (non-linier) yang berubah terhadap
waktu (non-linier time invariant), sehingga akan menyederhanakan proses pengalihragaman
hujan menjadi aliran. Berdasarkan anggapan tersebut, maka masukan (input) yang terjadi
setiap saat akan mengakibatkan aliran yang sama atau dengan kata lain, suatu Daerah Aliran
Sungai (DAS) tertentu mempunyai tanggapan khas terhadap masukan (input) hujan tertentu.
Sherman (1932) mengatakan bahwa dalam suatu Daerah Aliran Sungai (DAS) terdapat satu
sifat khas yang menunjukkan sifat tanggapan Daerah Aliran Sungai (DAS) terhadap masukan
(input) hujan. Tanggapan ini diandaikan tetap untuk masukan (input) hujan dengan besaran
dan distribusi tertentu. Tanggapan demikian dalam konsep model hidrologi dikenal sebagai
hidrograf satuan (Limantara, 2010).

Hidrograf Satuan ditakrifkan sebagai hidrograf limpasan langsung (direct runoff


hydrograph) yang dihasilkn oleh hujan efektif yang terjadi merata di seluruh DAS dengan
intensitas tetap dalam satu satuan waktu tertentu. Untuk memudahkan pemakaian, umumnya
hidrograf satuan ditentukan untuk hujan 1 mm/jam (angka ini tidak menentukan, karena
besaran berapapun dapat digunakan). Memahami konsep ini dapat dijelaskan berdasarkan
andaian – andaian berikut,. Apabila dalam satu DAS terjadi hujan (dengan besaran dan agihan
waktu tertentu), maka hidrograf yang dihasilkan mencerminkan sifat tanggapan DAS tersebut
dalam keadaan tertentu. Dengan andaian sistem yang ‘liniear’, maka apabila hidrograf
tersebut dihasilkan hujan sebesar X mm, maka hidrograf yang dihasilkan oleh hujan 1 mm
akan sama dengan hidrograf tersebut, kecuali semua ordinat hidrograf tersebut menjadi 1/X
kali. Apabila hujan yang lain terjadi (dengan besaran dan agihan yang berbeda) dan
menimbulkan hidrograf yang berbeda pula, maka hidrograf yang ditimbulkan oleh hujan 1
mm akan dapat diperoleh dengan cara sama. Dengan cara tersebut, maka secara teoritik
apabila dihitung beberapa hidrograf yang ditimbulakn oleh hujan 1 mm dari banyak kasus,
maka hasilnnya akan selalu sama. Namun dalam praktek tidak akan dijumpai hal yang
demikian karena setiap kasus banjir (hidrograf) ditimbulkan oleh hujan yang terjadi pada saat
berbeda, terutama sekali karena ‘state of dryness / state of wetness) yang berbeda. Oleh karena
itu apabila hidrograf 1 mm diturunkan dari banyak kasus yang berbeda maka hasilnya akan
berbeda sebanyak kasus yang digunakan. Untuk memperoleh hidrograf yang ditimbulkan oleh
hujan 1 mm yang dapat dianggap mewakili DAS tersebut , maka hidrograf – hidrograf
tersebut harus dirata – ratakan dengan cara tertentu. Apabila hidrograf 1 mm/jam (hidrograf
satuan) ini telah diperoleh, maka apabila diketahui hujan dengan besaran dan agihan waktu
sebarang hidrografnya juga dengan mudah dapat dihitung. Untuk menurunkan hidrograf
satuan diperlukan data hidrograf dan data hujan yang bersangkutan. Cara yang banyak
digunakan dalam analisis adalah persamaan polynomial atau biasa disebut dengan hidrograf
satuan amatan (Sri Harto, 2009)

Hidrograf satuan ini dianggap tetap selama faktor fisik dari Daerah Aliran Sungai
(DAS) tidak mengalami perubahan. Upaya ini dipakai untuk menghitung debit sungai.
Sedangkan prinsip-prinsip hidrograf satuan dapat diterapkan untuk:

1. menaksir banjir rancangan (design flood), dalam hal ini diperlukan rekaman data hujan
yang panjang.
2. mengisi data banjir yang hilang
3. meramal banjir jangka pendek yang didasarkan atas data hujan tercatat. Daerah Aliran
Sungai (DAS) dengan ukuran yang sangat lebar, maka pusat hujan dapat berbeda dari
hujan yang satu terhadap hujan yang lain, dan masing-masing bisa menyebabkan
limpasan yang berbeda untuk berbagai kondisi. Bagaimanapun ukuran Daerah Aliran
Sungai (DAS) menentukan patokan (batas) maksimum dari penggunaan hidrograf satuan.
Sebenarnya standar ukuran luas yang pasti belum ada dan belum ditentukan, namun
umumnya diambil sekitar 5000 km2. Berdasarkan prinsip yang diuraikan Sherman,
hidrograf satuan mempunyai andaian pokok sebagai berikut (Limantara, 2010):

1. Hidrograf satuan ditimbulkan oleh hujan merata selama waktu yang telah ditetapkan.
2. Ordinat hidrograf satuan sebanding dengan volume hujan.
3. Tanggapan Daerah Aliran Sungai (DAS) tidak tergantung pada waktu terjadinya
masukan (input) hujan.
4. Waktu dasar hidrograf satuan selalu tetap (tidak memandang/ bergantung pada
intensitas hujan).
5. Hidrograf total merupakan superposisi dari beberapa hidrograf yang ditimbulkan oleh
setiap hujan.

Hidrograf satuan yang didapat dari suatu kasus banjir tertentu belum merupakan
hidrograf yang mewakili Daerah Aliran Sungai (DAS) yang bersangkutan. Dengan demikian
diperlukan hidrograf satuan yang diturunkan dari banyak kasus banjir, kemudian dirata-rata.
Walaupun demikian, tidak ada petunjuk tentang berapa jumlah kasus banjir yang diperlukan
untuk memperoleh hidrograf satuan ini. Dalam proses perataan hendaknya tidak hanya
dilakukan dengan merataratakan ordinat masing-masing hidrograf satuan, karena akan
diperoleh hidrograf satuan dengan debit puncak yang lebih kecil dari nilai rata-rata debit
puncak masing-masing hidrograf satuan. Perataan dilakukan dengan merata-rata baik debit
puncak maupun waktu untuk mencapai puncak. Kemudian sisi turunnya dibuat dengan
menarik liku resesi rata-rata dengan acuan volume hidrograf satuan sama dengan satuan
volume yang ditetapkan (Limantara, 2010). Hidrograf satuan ada yang berupa hidrograf
satuan terukur yaitu hidrograf satuan hasil penurunan data hujan dan debit. Data hujan didapat
dari stasiun pada alat pencatat hujan, misalnya Automatic Rainfall Recorder (ARR).
Sedangkan data debit didapat dari alat pencatat debit, misalnya Automatic Water Level
Recorder (AWLR). Apabila data hujan dan debit tidak cukup tersedia, maka penurunan
hidrograf satuan dilakukan dengan cara sintetis, hasilnya berupa hidrograf satuan sintetis
(HSS).

Untuk menurunkan hidrograf Satuan diperlukan data hidrograf dan data hujan yang
bersangkutan. Sebaiknya dipilih hidrograf tunggal, agar penyelesaian mudah. Cara yang
banyak digunakan yaitu dengan penyelesaianya persamaan polinomial. cara ini dapat
dilakukan dengan urutan sebagai berikut:

1. Dipilih kasus hujan dan rekman AWLR (hidrograf tinggi muka air tunggal) yang terkait.
Selanjutnya ditetapkan hidrografnya dengan menggunakan liku kalibrasi yang berllaku
2. Hidrograf limpasan langsungn diperoleh dengan memisahkan aliran dasar dari hidrograf
tersebut. Selanjutnya hujan efektif ditetapkan dengan (misalnya) indeks , sedemikian
sehingga volume hujan mangkus sama dengan hidrograf limpasan langsung
3. Hidrograf satuan hipotetik ditetapkan dengan ordinatnya masing – masing q1,q2,.,qn.
4. Hidrograf limpasan langsung yang dihitung (computed) diperoleh dengan mengalikan
hujan efektif dengan hidrograf satuan hipotetik dengan prinsip superopsisi
5. Hasil hitungan selanjutnya dibandingkan dengan hidrograf limpasan langsung terukur
untuk mendapatkan besaran – besaran q1,q2,..,qn.
Phi index
Andaian bahwa kehilangan air akibat infiltrasi sebagai kehilangan tetap
(Constant loss). Cara ini misalnya dilakukan dengan andaian kehilangan tetap indeks (
index ) , cara ini hanya dapat dilakukakn bila terdapat data hujan (jamjaman /hyetograph) dan
data aliran (hydrograph). Aliran dasar yang dipisahkan dari hidrografnya, diartikan sama
dengan komponen aliran yang disumbang oleh infiltrasi. Kehilangan air akibat infiltrasi ini
dicari dengan cara coba – coba untuk di kurangkan dari data hujan jam-jaman yang
menimbulkan hidrograf yang bersngkutan.

Pengertian Hidrograf Satuan Sintetis


Apabila data hujan dan debit tidak cukup tersedia, maka penurunan hidrograf satuan
dilakukan dengan cara sintetis, hasilnya berupa Hidrograf Satuan Sintetis (HSS). Berdasarkan
cara untuk mendapatkan hidrograf satuan pengamatan (observed unit hydrograph), diperlukan
seperangkat data yang berkenaan dengan data tinggi muka air (rekaman Automatic Water
Level Recorder/ AWLR), data pengukuran debit (discharge measurement/ observed
hydrograph), data hujan harian (daily Rainfall), dan data hujan jam-jaman (hourly Rainfall)
dari Automatic Rainfall Recorder (ARR).

Untuk membuat hidrograf banjir (flood hydrograph) pada sungai-sungai yang tidak ada
atau sedikit sekali dilakukan pengamatan (observasi) hidrograf banjir (flood hydrograph)-
nya, maka diperlukan data karakteristik atau parameter daerah pengaliran/ Daerah Aliran
Sungai (DAS) tersebut terlebih dahulu (LImantara, 2010). Data karakteristik atau parameter
tersebut meliputi waktu untuk mencapai puncak (time to peak) hidrograf, lebar dasar (time
base), luas (area), kemiringan (slope), panjang alur terpanjang (the longest main river),
koefisien limpasan (runoff coefficient), dan sebagainya. Untuk sungai-sungai yang tidak
mempunyai hidrograf banjir pengamatan/ observed flood hydrograph (Suwignyo, 2001),
biasanya dipakai hidrograf sintetis (synthetic hydrograph) yang sudah dikembangkan di
negara-negara lain, yang mana parameter-parameternya harus disesuaikan terlebih dahulu
dengan karakteristik daerah pengaliran/ Daerah aliran Sungai (DAS) yang ditinjau
(Limantara, 2009).
Hidrograf Satuan Sintetis (HSS)/ Synthetic Unit Htdrograph (SUH) yang telah dikembangkan
oleh para pakar dalam dan luar negeri antara lain HSS Snyder, HSS Nakayasu, HSS SCS,
HSS Gama I, HSS Limantara dan lain-lain. Hidrograf Satuan Sintetis (HSS)/ Synthetic Unit
Hydrograph (SUH) ini dikembangkan berdasarkan pemikiran bahwa pengalihragaman hujan
menjadi debit/ aliran baik akibat pengaruh translasi maupun tampungan, dipengaruhi oleh
sistem Daerah Aliran Sungai (DAS)/ daerah pengalirannya. Hidrograf Satuan Sintetis (HSS)/
Synthetic Unit Hydrograph (SUH) merupakan suatu cara untuk memperkirakan penggunaan
konsep hidrograf satuan dalam suatu perencanaan yang tidak tersedia pengukuranpengukuran
langsung mengenai hidrograf banjir/ flood hydrograph (Limantara, 2010).

Hidrograf Satuan Sintetis (HSS) Gama I


Hidrograf Satuan Sintetis (HSS) Gama I asalnya dari Indonesia dan ditemukan oleh Sri
Harto. Pengamatan dilakukan pada sekitar 300 banjir sungaisungai di Pulau Jawa.

Parameter Hidrograf Satuan Gama I

Parameter yang diperlukan dalam analisa memakai Hidrograf Satuan Sintetik (HSS)
Gamma I antara lain:

1. Luas DAS/ area (A)


2. Panjang alur sungai utama/ the length of main river (L)
3. Panjang alur sungai ke titik berat DAS/ the length of river towards the weight point of the
catchment area (Lc)
4. Kelandaian sungai/ river slope (S)
5. Kerapatan jaringan kuras/ drainage density (D)
Selain parameter di atas, masih ada parameter lain yang dipakai, antara lain:
1. Faktor sumber (SF)
2. Frekuensi sumber (SW)
3. Luas DAS sebelah Hulu (RUA)
4. Faktor simetri (SIM)
5. Jumlah pertemuan sungai (JN)
Definisi Parameter Hidrograf Satuan sintetis Gama I
1. Kerapatan Jaringan Kuras / Drainage Density (D)
Kerapatan jaringan kuras merupakan perbandingan antara panjang total aliran sungai
(jumlah panjang sungai semua tingkat) dengan luas Daerah Aliran Sungai (DAS).

Jika kerapatan jaringan kuras tinggi, maka:


- DAS terpotong-potong
- Reaksi : masuknya air hujan relatif cepat
- Umumnya terjadi pada tanah yang mudah tererosi / relatif kedap air, kemiringan lahan
curam, hanya sedikit ditumbuhi tanaman.
Jika kerapatan jaringan kuras rendah, maka:
- DAS sulit dikeringkan
- Umumnya terjadi pada tanah yang tahan terhadap erosi (sangat lolos air)

Sketsa Penetapan Tingkatan Sungai

2. Faktor Sumber (SF)


Faktor sumber merupakan perbandingan antara jumlah panjang sungai-sungai tingkat
satu dengan jumlah panjang-panjang sungai semua tingkat.

Kategori tingkat sungai berdasarkan cara Stahler:


- Sungai paling ujung disebut sebagai sungai tingkat satu
- Jika dua sungai yang sama tingkatnya bertemu, maka akan terbentuk sungai satu
tingkat lebih besar.
- Jika sungai dengan suatu tingkat tertentu bertemu dengan sungai yang tingkatnya lebih
rendah, maka tingkat sungai mua-mula tidak berubah

3. Frekuensi Sumber (SN)


Frekuensi sumber merupakan perbandingan jumlah pangsa sungai tingkat satu dengan
jumlah pangsa sungai semua tingkat
4. Faktor Lebar (WF)
Faktor lebar merupakan perbandingan antara lebar DAS yang diukur di titik sungai
yang berjarak 0,75 L dan lebar DAS yang diukur di titik sungai yang berjarak 0,25 L dari titik
kontrol (outlet)

C
Ww
B

WL

Sketsa Penentuan Lebar Sungai

A ~ B = 0,25 L

A ~ C = 0,75 L

𝑊𝑢
WF = 𝑊1

5. Luas DAS Sebelah Hulu (RUA)


Luas DAS sebelah hulu merupakan perbandingan antara luas DAS di sebelah hulu
garis yang ditarik ⊥ garis hubung antara titik kontrol (outlet) dengan titik di sungai yang
terdekat dengan pusat berat (titik berat) DAS

Au

Au

Au
RUA =
A

Sketsa Penentuan Luas DAS


6. Faktor Simetri (SIM)
Faktor simetri merupakan hasil kali antara faktor lebar (WF) dengan luas DAS
sebelah hulu (RUA) jadi:
- Jika SIM ≥ 0,50, berarti : bentuk DAS melebar di sebelah hulu dan menyempit di
hilir
- Jika SIM < 0,50 berarti : bentuk DAS kecil di sebelah hulu dan melebar di sebelah
hilir

Bentuk HSS Gama I

Hidrograf Satuan Sintetis Limantara


Hidrograf Satuan Sintetis (HSS) Limantara, yang asalnya dari Indonesia, ditemukan
oleh Lily Montarcih Limantara pada tahun 2006. Lokasi penelitian di sebagian Daerah Aliran
Sungai (DAS) Indonesia antara lain di Jawa (6 DAS, 67 Sub DAS), Bali (2 DAS, 13 Sub
DAS), Lombok (1 DAS, 5 Sub DAS) dan Kalimantan Timur (1 DAS, 9 Sub DAS).

Parameter Hidrograf Satuan Sintetis Limantara

Parameter Daerah Aliran Sungai (DAS) yang digunakan dalam analisa memakai
Hidrograf Satuan Sintetis (HSS) Limantara ada 5 (lima) antara lain (Limantara, 2009b)

1. Luas Daerah Aliran Sungai (DAS)/ area (A)


2. Panjang sungai utama/ the length of main river (L)
3. Panjang sungai diukur sampai titik terdekat dengan titik berat Daerah Aliran Sungai
(DAS)/ the length of river until the point where is the nearest with the weight point of
the catchment area (Lc)
4. Kemiringan sungai/ river slope (S)
5. Koefisien kekasaran/ roughness coefficient (n)
Masing-masing parameter tersebut di atas dapat dijelaskankan sebagai berikut:
1. Luas DAS (A)
Luas DAS (A) diperkirakan dengan mengukur daerah itu pada peta Daerah Aliran
Sungai (DAS). Jika dihitung per-satuan unit luas, maka banjir yang terjadi di daerah dengan
luas yang kecil akan lebih besar dibandingkan dengan banjir yang terjadi di sungai dengan
Daerah Aliran Sungai (DAS) yang lebih luas.. Hal ini disebabkan karena di Daerah Aliran
Sungai (DAS) yang kecil, air hujan mudah mencapai sungai sedangkan pada Daerah Aliran
Sungai (DAS) yang luas kemungkinan terdapat danau, rawa, kolam, tanah yang porous
(misalnya pasir) dan lain-lain, yang dapat menahan air hujan. Luas Daerah Aliran Sungai
(DAS) dipandang berpengaruh besar terhadap debit puncak (peak discharge). Daerah Aliran
Sungai (DAS) yang kecil memiliki tanggapan yang berbeda dengan Daerah Aliran Sungai
(DAS) yang besar, terutama tentang hubungannya dengan peristiwa limpasan.
2. Panjang sungai utama (L)
Panjang sungai (L) merupakan jarak dari outlet ke batas daerah aliran, yang diukur
sepanjang saluran aliran utama. Semakin panjang sungai, maka jarak antara tempat jatuhnya
hujan dengan outlet semakin besar, sehingga waktu yang diperlukan air hujan untuk mencapai
outlet lebih lama dan akan menurunkan debit banjir (flood peak). Hal ini disebabkan karena
makin panjang sungai maka akan makin banyak memberikan kesempatan bagi air hujan untuk
mengalir sebagai limpasan. Dengan demikian jumlah kehilangan air akan semakin besar pula.

3. Panjang sungai diukur sampai titik terdekat dengan titik berat DAS (Lc)
Lc merupakan panjang sungai dari outlet sampai titik berat Daerah Aliran Sungai
(DAS) dan diukur sepanjang aliran utama. Parameter ini didasarkan pada penelitian Gupta
(1967), antara lain dalam upayanya untuk mengaitkan besarnya debit puncak (peak
discharge) dengan faktor-faktor fisik Daerah Aliran Sungai (DAS). Untuk Daerah Aliran
Sungai (DAS) yang cenderung menyempit di bagian hilir, maka titik berat Daerah Aliran
Sungai (DAS) akan terletak hampir ke hulu. Meskipun Lc cenderung panjang, tapi dengan
kondisi Daerah Aliran Sungai (DAS) yang menyempit ke bagian hilir, maka akan
mempercepat naiknya debit puncak (peak discharge) dan waktu untuk mencapai debit puncak
(time to peak) relatif singkat. Sebaliknya untuk Daerah Aliran Sungai (DAS) yang
mempunyai lebar cenderung merata dari hulu ke hilir, maka titik berat Daerah Aliran Sungai
(DAS) akan terletak hampir di tengah Daerah Aliran Sungai (DAS). Dalam hal ini walaupun
Lc relatif pendek, dengan kondisi Daerah Aliran Sungai (DAS) yang lebar, akan
memperlambat naiknya debit puncak(peak discharge) dsan waktu untuk mencapai debit
puncak (time to peak) relatif lama.

4. Kemiringan sungai (S)


Kemiringan sungai (S) merupakan kemiringan sungai utama. Pada umumnya hanya
sungai utama yang diperhatikan dalam menggambarkan kemiringan Daerah Aliran Sungai
(DAS) secara umum. Kemiringan sungai secara rasional berpengaruh terhadap debit puncak/
peak diacharge (Qp). Dengan kemiringan yang curam akan mempercepat waktu untuk
mencapai puncak banjir (time to peak) karena limpasan semakin cepat masuk ke sungai.
Kemiringan sungai utama menentukan kecepatan aliran dalam saluran, seperti halnya liku
resesi hidrograf yang digambarkan oleh pengosongan tampungan. Kemiringan sungai yang
curam akan mempercepat pengosongan tampungan dan akan menghasilkan liku resesi
hidrograf yang curam, sehingga menjadikan waktu dasar hidrograf menjadi pendek. Dalam
banyak kasus, kemiringan Daerah Aliran Sungai (DAS) yang landai justru menghasilkan
debit puncak (peak discharge) yang lebih besar. Taylor dan Cordery (1991) menyarankan
cara menghitung kemiringan sungai dengan anggapan aliran seragam. Dengan alasan
kecepatan berbanding lurus dengan akar kemiringan sungai (rumus Manning), maka prosedur
perhitungan kemiringan sungai adalah dengan membuat seimbang antara segmen-segmen
sungai dengan akar kemiringannya. Jadi, jika sungai dengan kekasaran Manning yang sama
dibagi dengan N segmen dengan kemiringan masing-masing Si (Gambar 12.12), dengan
kecepatan aliran adalah sama (V1 = V2 = V3 = VN),

Pembagian Segmen Kemiringan Sungai

5. Koefisien kekasaran (n)


Di dalam Daerah Aliran Sungai (DAS) terdapat hutan dan beberapa bagian tegalan,
sawah, dan pemukiman, yang membutuhkan perkiraan koefisien kekasaran (n). Koefisien
kekasaran (n) untuk lahan pertanian dengan tanaman diperkirakan sebesar 0,035 sedangkan
untuk hutan atau semak belukar sebesar 0,07.
Persamaan Hidrograf Satuan Sintetis Limantara

A. Persamaan Debit Puncak


Qp = 0,042.A0,451.L0,497.Lc0,356.S-0,131.n0,168
Dengan:
Qp = debit puncak banjir hidrograf satuan (m3/dt/mm)
A = luas DAS (km2)
L = panjang sungai utama (km)
Lc = panjang sungai dari outlet sampai titik terdekat dengan titik berat
DAS (km)

S = kemiringan sungai utama

n = koefisien kekasaran DAS

0,042 = koefisien untuk konversi satuan (m0,25/dt)

B. Persamaan Kurva Naik


Qn = Qp. [(t/Tp)]1,107
Dengan:
Qn = debit pada persamaan kurva naik (m3/dt/mm)
Qp = debit puncak hidrograf satuan (m3/dt/mm)
t = waktu hidrograf (jam)
Tp = waktu naik hidrograf atau waktu mencapai puncak hidrograf (jam)

C. Persamaan Kurva Turun


Qt = Qp.100,175(Tp – t)
Dengan:
Qt = debit pada persamaan kurva turun (m3/dt/mm)
Qp = debit puncak hidrograf satuan (m3/dt/mm)
Tp = waktu naik hidrograf atau waktu mencapai puncak hidrograf (jam)

t = waktu hidrograf (jam)

0,175 = koefisien untuk konversi satuan (dt-1)


Analisa Dimensi Satuan
A. Persamaan Debit Puncak Banjir (Qp)
Qp = 0,042.A0,451.L0,497.Lc0,356.S-0,131.n0,168
Analisa dimensi untuk Qp (debit puncak persatuan luas) sbb:
[ L ]2 [ T ]-1 = [ L ]0,25 [ T ]-1 [ L 2 ]0,451 [ L ]0,497 [ L ]0,356

[ L ]2 [ T ]-1 = [ L ]0,25 [ T ]-1 [ L ]0,902 [ L ]0,497 [ L ]0,356

[ L ]2 [ T ]-1 = [ L ]0,25 + 0,902 + 0,497 +0,356 [ T ]-1

[ L ]2 [ T ]-1 = [ L ]2 [ T ]-1

B. Persamaan Kurva Naik (Qn)


Qn = Qp. [(t/Tp)]1,107

Analisa dimensi Qn (debit naik persatuan luas) sbb:


[ L ]2 [ T ]-1 = [ L ]2 [ T ]-1 { [ T ]-1 / [ T ]-1 }1,107
[ L ]2 [ T ]-1 = [ L ]2 [ T ]-1 x 1
[ L ]2 [ T ]-1 = [ L ]2 [ T ]-1
C. Persamaan Kurva Turun (Qt)
Qt = Qp.e0,175(Tp – t)

Analisa dimensi Qt (debit turun persatuan luas) sbb: ln Qt =


0,175 (Tp – t) x ln Qp ln [ L ]2 [ T ]-1 = [ T ]-1 [ T ]1 x ln [ L ]2
[ T ]-1 ln [ L ]2 [ T ]-1 = 1 x ln [ L ]2 [ T ]-1
[ L ]2 [ T ]-1 = [ L ]2 [ T ]-1
Batasan Keberlakuan Hidrograf Satuan Sintetis Limantara
Hidrograf Satuan Sintetik (HSS) Limantara dapat diterapkan pada Daerah Aliran
Sungai (DAS) lain yang memiliki kemiripan karakteristik dengan DAS-DAS di lokasi
penelitian.

Spesifikasi Teknik HSS Limantara


Uraian Notasi Satuan Kisaran
Luas DAS 0,325 –
A km2
1667,500
Panjang sungai utama L km 1,16 – 62,48
Jarak titik berat DAS Lc 0,50 –
km
ke outlet 29,386
Kemiringan sungai S 0,00040 –
-
utama 0,14700
Koefisien kekasaran N - 0,035 –
DAS 0,070
Bobot luas hutan Af % 0,00 - 100
Sumber: Limantara (2009)

2.3.2.5 Perkiraan Waktu Puncak Banjir (TP)


Untuk memperkirakan waktu puncak banjir/ time to peak (Tp) bisa dipakai rumus
seperti pada Nakayasu sbb:

Tp = tg + 0,8

Dengan:
Tp = tenggang waktu (time lag) dari permulaan hujan sampai puncak banjir
(jam)
tg = waktu konsentrasi hujan (jam)
Cara menentukan tg:
Jika L ≥15 km, maka
tg = 0,40 + 0,058 L
L < 15 km, maka
tg = 0,21 L0,7
Dengan:
∝= parameter hidrograf tr = 0,5 x
tg sampai 1 x tg

Hidrograf Satuan Sintetis Nakayasu

Hidrograf Satuan Sintetis (HSS)/ Synthetic Unit Hydrograph (SUH) Nakayasu


dikembangkan di Jepang dan sangat populer di Indonesia. Perhitungan debit banjir rancangan
untuk suatu bangunan air di Indonesia umumnya menggunakan metode Nakayasu yang
ditambah dengan metode lain sebagai pembandingnya.
Parameter Hidrograf Satuan Sintetis Nakayasu

Parameter yang dibutuhkan dalam analisa memakai Hidrograf Satuan Sintetis (HSS)
Nakayasu antara lain (Limantara, 2010):

1. Tenggang waktu dari permulaan hujan sampai puncak hidrograf (time to peak
magnitude), didimbolkan dengan Tp
2. Tenggang waktu dari titik berat hujan sampai titik berat hidrograf (time lag):
disimbolkan dengan tg
3. Tenggang waktu hidrograf (time base of hydrograph), disimbolkan dengan TB
4. Luas daerah pengaliran (catchment area), disimbolkan dengan A
5. Panjang alur sungai utama terpanjang (length of the longest channel) . disimbolkan
dengan L
6. Koefisien pengaliran (run-off coefficient), disimbolkan dengan C
2.3.3.2. Rumus Penunjang
Tp = tg + 0,8 tr

T0,3 = ∝ tg
Dengan:
Tp = tenggang waktu (time lag) dari permulaan hujan sampai puncak
banjir → jam
tg = waktu konsentrasi hujan → jam
T0,3 = waktu yang diperlukan oleh penurunan debit, dari debit puncak
sampai menjadi 30% dari debit puncak → jam

Cara menentukan tg:

Jika L ≥ 15 km, maka


tg = 0,40 + 0,058 L)
L < 15 km, maka
tg = 0,21 L0,7
Dengan:
∝= parameter hidrograf tr = 0,5 xtg

sampai 1 x tg

Catatan:

- Untuk daerah pengaliran biasa: α = 2


- Untuk bagian naik hidrograf (rising limb) yang lambat dan bagian menurun
(recession line) yang cepat: α = 1,5
- Bagian naik hidrograf (rising limb) yang cepat dan bagian menurun
(recession line) yang lambat: α = 3
- Menurut pengalaman dan penelitian yang telah dilakukan di Indonesia, untuk
memperoleh hasil yang akurat dan sesuai dengan kondisi karakteristik Daerah Aliran
Sungai (DAS) di Indonesia, perlu dilakukan kalibrasi terhadap parameter : α tersebut.

Persamaan Hidrograf Satuan Sintetis Nakayasu

1. Debit Puncak Banjir (Peak Discharge):


c.A.Ro
Qp = 3,6(0,3Tp+T0,3)

Dengan :
Qp = Qmaks, merupakandebit puncak banjir (m3/dt)
c = koefisien aliran (= 1)
A = luas DAS sampai ke outlet (km2)
Ro = hujan satuan (mm)
Tp = tenggang waktu dari permulaan hujan sampai puncak banjir (jam)
T0,3 = waktu yang diperlukan oleh penurunan debit, dari debit puncak sampai
menjadi 30 % dari debit puncak (jam).

Tr

0,8 tr tg

lengkung turun

lengkung naik Qp 0,3 2 Qp

0,3 Qp

Tp T0,3 1,5 T0,3


Hidrograf Satuan Nakayasu

Anda mungkin juga menyukai