Anda di halaman 1dari 6

Nama : Abel Desto Sihombing

NIM : 201910301048
Kelas : Hidrologi (D)
Tugas : Resume Evaporasi

Latar Belakang
Proses Evaporasi telah dikenal sejak dahulu, yaitu untuk membuat garam dengan cara
menguapkan air dengan bantuan energi matahari dan angin. Evaporasi adalah salah satu
kaidah utama dalam industri kimia untuk memekatkan larutan yang encer. Pengertian
umum dari evaporasi ini adalah menghilangkan air dari larutan dengan mendidihkan larutan
di dalam tabung yang sesuai yang disebut evaporator. Evaporasi bertujuan
untuk memekatkan larutan yang terdiri dari zat terlarut yang tidak mudah menguap dan
pelarut yang mudah menguap.
Rata-rata molekul tidak memiliki energi yang cukup untuk lepas dari cairan. Bila tidak
cairan akan berubah menjadi uap dengan cepat. Ketika molekul-molekul saling bertumbukan
mereka saling bertukar energi dalam berbagai derajat, tergantung bagaimana mereka
bertumbukan. Terkadang transfer energi ini begitu berat sebelah, sehingga salah satu molekul
mendapatkan energi yang cukup untuk menembus titik didih cairan. Bila ini terjadi di dekat
permukaan cairan molekul tersebut dapat terbang ke dalam gas dan "menguap".
Ada cairan yang kelihatannya tidak menguap pada suhu tertentu di dalam gas tertentu
(contohnya minyak makan pada suhu kamar). Cairan seperti ini memiliki molekul-molekul
yang cenderung tidak menghantar energi satu sama lain dalam pola yang cukup buat memberi
satu molekul "kecepatan lepas" - energi panas - yang diperlukan untuk berubah menjadi uap.
Namun cairan seperti ini sebenarnya menguap, hanya saja prosesnya jauh lebih lambat dan
karena itu lebih tak terlihat.

Pengertian
Evaporasi adalah peristiwa perubahan air atau es menjadi uap dan naik ke atmosfir,
peristiwa tersebut berlangsung dari semua permukaan, misalnya permukaan tubuh perairan,
permukaan tanah, permukaan vegetasi, persawahan dan lain-lain. Kecepatan evaporasi
tergantung dari : suhu, kecepatan angin dan tekanan udara.
Penguapan adalah bagian esensial dari siklus air. Uap air di udara akan berkumpul
menjadi awan. Karena pengaruh suhu, partikel uap air yang berukuran kecil dapat bergabung
(berkondensasi) menjadi butiran air dan turun hujan. Siklus air terjadi terus menerus. Energi
surya menggerakkan penguapan air dari samudera, danau, embun dan sumber air lainnya.
Evaporasi dapat didefinisikan dalam dua kondisi, yaitu evaporasi yang berarti proses
penguapan yang terjadi secara alami dan evaporasi yang dimaknai proses penguapan yang
timbul akibat diberikan uap panas (steam) dalam suatu peralatan.
Evaporasi dapat diartikan sebagai proses penguapan daripada liquid (cairan) dengan
penambahan panas (Robert B. Long, 1995). Panas dapat disuplai dengan berbagai cara,
diantaranya secara alami dan penambahan steam. Evaporasi diadasarkan pada proses
pendidihan secara intensif yaitu pemberian panas ke dalam cairan, pembentukan gelembung-
gelembung (bubbles) akibat uap, pemisahan uap dari cairan, dan mengkondensasikan uapnya.
Evaporasi atau penguapan juga dapat didefinisikan sebagai perpindahan kalor ke dalam zat
cair mendidih (Warren L. Mc Cabe, 1999).
Evaporasi merupakan suatu proses penguapan sebagian dari pelarut sehingga
didapatkan larutan zat cair pekat yang konsentrasinya lebih tinggi. Tujuan dari evaporasi itu
sendiri yaitu untuk memekatkan larutan yang terdiri dari zat terlarut yang tak mudah menguap
dan pelarut yang mudah menguap. Dalam kebanyakan proses evaporasi, pelarutnya adalah air.
Evaporasi tidak sama dengan pengeringan, dalam evaporasi sisa penguapan adalah zat cair,
kadang-kadang zat cair yang sangat viskos, dan bukan zat padat. Begitu pula, evaporasi
berbeda dengan distilasi, karena disini uapnya biasanya komponen tunggal, dan walaupun uap
itu merupakan campuran, dalam proses evaporasi ini tidak ada usaha untuk memisahkannya
menjadi fraksi-fraksi. Biasanya dalam evaporasi, zat cair pekat itulah yang merupakan produk
yang berharga dan uapnya biasanya dikondensasikan dan dibuang.
Evaporasi merupakan satu unit operasi yang penting dan banyak dipakai dalam industri
kimia dan mineral. Evaporasi merupakan proses pemekatan cairan dengan memberikan panas
pada cairan tersebut dengan menggunakan energi yang intensif yaitu sejumlah uap sebagai
sumber panas.Evaporator adalah alat yang banyak digunakan dalam industri kimia untuk
memekatkan suatu larutan.Terdapat banyak tipe evaporator yang dapat digunakan dalam
industri kimia.

Prinsip-prinsip Evaporasi
Prinsip-prinsip evaporasi terbagi atas 4 bagian, yaitu :
1. Penguapan atau evaporasi merupakan perubahan wujud zat dari cair menjadi uap.
2. Penguapan betujuan memisahkan pelarut (solvent) dari larutan sehingga menghsilkan
larutan yang lebih pekat.
3. Evaporasi merupakan proses pemisahan terroal, dipakani secara luas untukk merekatkan
cairan dalam bentuk larutan, suspensi maupun emulsi dengan cara menguapkan
pelarutnya, umumnya air dan cairan.
4. Evaporasi menghasilkan cairan yang lebih pekat, tetapi masih berup cairan pekat yang
dapat dipompa sebagai hasil utama, reaksi kadang-kadang ada pula cairan volatile
sebagai hasil utama, misalnya selama pemulihan pelarut.
Proses Evaporasi

Proses evaporasi adalah proses berubahnya sebuah zat/substansi yakni zat cair menjadi
zat gas atau uap air. Perubahan fase zat ini melibatkan sejumlah energi
kalor dalam prosesnya. Energi ini dapat diperoleh dari Panas matahari (radiasi), dari
atmosfer (konduksi), atau dari bumi itu sendiri (konduksi). Proses evaporasi inimerupakan
salah satu tahap dalam proses terjadinya hujan.Manusia memanfaatkan proses evaporasi untuk
berbagaikebutuhan.Misalnya proses pembuatan garam. Air laut dipanaskan, hingga molekul
airnya menguap.Dengan menguapnya air, maka kandungan garam akan tertinggal sebagai
endapan garam.

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Evaporasi


Proses perubahan bentuk dari air menjadi uap air terjadi baik pada evaporasi maupun
evapotranspirasi. Penguapan dipengaruhi oleh kondisi klimatologi, yang meliputi radiasi
matahari, temperatur udara, kelembaban udara, dan kecepatan angin. Untuk memperkirakan
besarnya penguapan yang terjadi diperlukan data-data tersebut. Beberapa instansi seperti
BMKG, Dinas Pengairan, dan Dinas Pertanian secara rutin melakukan pengukuran data
klimatologi.
1. Radiasi Matahari

Pada setiap perubahan bentuk zat; dari es menjadi air (pencairan), dari zat cair
menjadi gas (penguapan) dan dari es lengsung menjadi uap air (penyubliman) diperlukan
panas laten (laten heat). Panas laten untuk penguapan berasal dari radiasi matahari dan
tanah. Radiasi matahari merupakan sumber utama panas dan mempengaruhi jumlah
evaporasi di atas permukaan bumi, yang tergantung letak pada garis lintang dan musim.
Radiasi matahari di suatu lokasi bervariasi sepanjang tahun, yang tergantung pada
letak lokasi (garis lintang) dan deklinasi matahari. Pada bulan Desember kedudukan
matahari berada paling jauh di selatan, sementara pada bulan Juni kedudukan matahari
berada palng jauh di utara. daerah yang berada di belahan bumi selatan menerima radiasi
maksimum matahari pada bulan Desember, sementara radiasi terkecil pada bulan Juni,
begitu pula sebaliknya. Radiasi matahari yang sampai ke permukaan bumi juga
dipengaruhi oleh penutupan awan. Penutupan oleh awan dinyatakan dalam persentase
dari lama penyinaran matahari nyata terhadap lama penyinaran matahari yang mungkin
terjadi.
2. Temperatur

Temperatur udara pada permukaan evaporasi sangat berpengaruh terhadap


evaporasi. Semakin tinggi temperatur semakin besar kemampuan udara untuk menyerap
uap air. Selain itu semakin tinggi temperatur, energi kinetik molekul air meningkat
sehingga molekul air semakin banyak yang berpindah ke lapis udara di atasnya dalam
bentuk uap air. Oleh karena itu di daerah beriklim tropis jumlah evaorasi lebih tinggi, di
banding dengan daerah di kutub (daerah beriklim dingin). Untuk variasi harian dan
bulanan temperatur udara di Indonesia relatif kecil.
3. Kelembaban Udara

Pada saat terjadi penguapan, tekanan udara pada lapisan udara tepat di atas
permukaan air lebih rendah di banding tekanan pada permukaan air. Perbedaan tekanan
tersebut menyebabkan terjadinya penguapan. Pada waktu penguapan terjadi, uap air
bergabung dengan udara di atas permukaan air, sehingga udara mengandung uap air.
Udara lembab merupakan campuran dari udara kering dan uap air. Apabila jumlah
uap air yang masuk ke udara semakin banyak, tekanan uapnya juga semakin tinggi.
Akibatnya perbedaan tekanan uap semakin kecil, yang menyebabkan berkurangnya laju
penguapan. Apabila udara di atas permukaan air sudah jenuh uap air tekanan udara telah
mencapai tekanan uap jenuh, di mana pada saat itu penguapan terhenti. Kelembaban udara
dinyatakan dengan kelembaban relatif.
Di Indonesia yang merupakan negara kepulauan dengan perairan laut cukup luas,
mempunyai kelembaban udara tinggi. Kelembaban udara tergantung pada musim, di
mana nilainya tinggi pada musim penghujan dan berkurang pada musim kemarau. Di
daerah pesisir kelembaban udara akan lebih tinggi daripada di daerah pedalaman.
4. Kecepatan Angin

Penguapan yang terjadi menyebabkan udara di atas permukaan evaporasi menjadi


lebih lembab, sampai akhirnya udara menjadi jenuh terhadap uap air dan proses evaporasi
terhenti. Agar proses penguapan dapat berjalan terus lapisan udara yang telah jenuh
tersebut harus diganti dengan udara kering. Penggantian tersebut dapat terjadi apabila ada
angin. Oleh karena itu kecepatan angin merupakan faktor penting dalam evaporasi. Di
daerah terbuka dan banyak angin, penguapan akan lebih besar daripada di daerah yang
terlindung dan udara diam.
Untuk di negara Indonesia, kecepatan angin relatif rendah. Pada musim penghujan
angin dominan berasal dari barat laut yang membawa banyak uap air, sementara pada
musim kemarau angin berasal dari tenggara yang kering.

Pendekatan Hitungan Evaporasi


Berikut merupakan 3 prinsip pendekatan hitungan evaporasi :
- Keseimbangan air (water balance)
- Keseimbangan energi (energy balance method)
- Aerodynamic method.

1. Pendekatan Water Balance


Cara ini sangat sederhana dengan rumus berikut ini:
I = O  S
dengan:
I = total inflow
O = total outflow
ΔS = selisih jumlah tampungan .

2. Pendekatan Energy Balance Method


Sumber energi panas untuk proses penguapan pada permukaan air adalah
perubahan panas neto (net radiation flux) di permukaan bumi (Rn). Besarnya Rn
merupakan selisih antara serapan panas efektif di permukaan bumi dan pancaran panas
ke udara (emitted radiation) seperti dijelaskan pada rumus dan gambar berikut ini.

3. Pendekatan Aerodynamic Method


Selain suplai energi panas, faktor lain yang mengontrol laju evaporasi adalah
kemampuan untuk memindahkan uap air dari permukaan air. Proses pemindahan uap
air ini akan tergantung kepada besarnya pertambahan kelembaban arah vertikal
(gradient of humidity) dan kecepatan angin di udara dekat permukaan air. Kedua proses
tersebut dapat dianalisis dengan menggunakan persamaan perpindahan massa dan
momentum di udara. Penurunan rumus hitungan evaporasi dengan cara ini
menghasilkan persamaan berikut (Chow, dkk., 1988):
𝐸𝑎 = 𝐵(𝑒𝑎𝑠 − 𝑒𝑎 )

dengan:
𝐸𝑎 = evaporasi dari muka air bebas selama periode pengamatan,
B = faktor empiris tergantung kepada konstanta von Karman (k), rapat massa udara
(ρ), rapat massa air (ρw), kecepatan angin pada 2 m di atas permukaan (𝑈2 ) dan tekanan
udara ambient (p),
𝑒𝑎𝑠 = tekanan uap jenuh di udara pada temperatur sama dengan temperatur air
𝑒𝑎 = tekanan uap nyata pada ketinggian pengamatan.

Anda mungkin juga menyukai