Anda di halaman 1dari 10

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
70,8% bumi dikelilingi oleh laut. Laut memiliki sirkulasi tersendiri. Para ali
berpendapat akibat penggunaan bahan bakar yang mengeluarkan Karbon dioksida dan
penggunaan plastik yang berlebihan menyebabkan pemanasan global dan
memperngaruhi terhadap sirkulasi laut. Laut dan daratan adalah fluida yang berbeda
dalam hal kapasitas menyimpan panas.
Peningkatan suhu air (lautan) berlangsung lebih lambat, tetapi air dapat menyimpan
panas lebih lama dibandingkan daratan. Panas spesifik adalah jumlah energi yang
dibutuhkan untuk meningakatkan suhu 1 gram air sebesar 1°C. Angin yang berhembus
melewati bentangan permukaan air dapat menghambat peningkatan atau penurunan suhu
udara secara drastis pada wilayah daratan sekitarnya. Lebih lanjut perbedaan
menyimpan dan melepaskan panas tersebut akan berpengaruh terhadap sirkulasi angin
dunia yang akhirnya mempengaruhi sirkulasi laut.

B. Rumusan Masalah
Adapun Rumusan masalah dan makalah ini ialah :
1. Agar mengetahui apa itu sirkulasi Laut
2. Mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan sirkulasi laut terjadi sertta yang
berhubungan dengan Sirkulasi laut

C. Tujuan
Maksud dan tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memberi informasi bagi
pembaca sekaligus memenuhi tugas mata kuliah Oceanografi.
1. Menjelaskan dann memaparkan Sirkulasi Laut
2. Memberi dan memperlas pengetahuan tentang sirkulasi laut bain pengertian maupun
faktor-faktor yang mempebgaruhinya

D. Ruang Lingkup
Makalah ini akan membahasas tentang sirkulasi laut yang ada dimuka bumi mulai dari
faktor-faktor yang mempengaruhinya maupun contongnya serta ulasan mengenai
sirkulasi laut yang lainnya.
2

BAB II
PEMBAHASAN

A. Kondenisasi
1.1. Pengertian Kondensasi
Kondensasi atau pengembunan adalah perubahan wujud benda ke wujud yang
lebih padat, seperti gas (atau uap) menjadi cairan. Kondensasi terjadi ketika uap
didinginkan menjadi cairan, tetapi dapat juga terjadi bila sebuah uap dikompresi
(yaitu, tekanan ditingkatkan) menjadi cairan, atau mengalami kombinasi dari
pendinginan dan kompresi. Cairan yang telah terkondensasi dari uap disebut
kondensat. Sebuah alat yang digunakan untuk mengkondensasi uap menjadi cairan
disebut kondenser. Kondenser umumnya adalah sebuah pendingin atau penukar panas
yang digunakan untuk berbagai tujuan, memiliki rancangan yang bervariasi, dan
banyak ukurannya dari yang dapat digenggam sampai yang sangat besar.
Kondensasi uap menjadi cairan adalah lawan dari penguapan (evaporasi) dan
merupakan proses eksothermik (melepas panas). Air yang terlihat di luar gelas air
yang dingin di hari yang panas adalah kondensasi.
Kondensasi terjadi ketika uap didinginkan menjadi cairan, tetapi dapat juga
terjadi bila sebuah uap dikompresi (yaitu, tekananditingkatkan) menjadi cairan, atau
mengalami kombinasi dari pendinginan dan kompresi. Cairan yang telah
terkondensasi dari uap disebut kondensat.
Contoh : Uap air di udara yang terkondensasi secara alami pada permukaan yang
dingin dinamakan embun. Uap air hanya akan terkondensasi pada suatu permukaan
ketika permukaan tersebut lebih dingin dari titik embunnya, atau uap air telah
mencapai kesetimbangan di udara, seperti kelembapan jenuh. Titik embun udara
adalah temperatur yang harus dicapai agar mulai terjadi kondensasi di udara

1.2. Proses Kondenisasi


Penjelasan dasar dari proses kondensasi adalah melalui proses yang
melibatkan hujan dan uap air. Sebelum hujan, uap air pada dasarnya naik ke udara
untuk berkumpul dan menjadi awan. Uap air dalam bentuk gas dan pada tingkat
tertentu terakumulasi di udara, air yang berupa gas ini akan berubah menjadi cairan
dalam bentuk hujan. Air hujan dari awan maka akan jatuh kembali ke bumi dan
menjadi bagian siklus yang sama yang menghasilkan kondensasi lagi. Proses di mana
uap air berubah menjadi cair melibatkan temperatur yang lebih dingin. Dengan
penurunan suhu, uap air dalam bentuk gas akan dikompresi. Kompresi ini akan
menyebabkan molekul untuk tinggal lebih dekat satu sama lain. Molekul yang
berkumpul bersama-sama menjadi lebih kompak dan karena itu membentuk tetesan
air yang sekarang dalam bentuk cair.
Proses kondensasi juga penting dalam industri yang menggunakan bahan
kimia destilasi atau zat. Komponen kimia misalnya dapat dipisahkan atau diisolasi
3

melalui proses distilasi yang menggunakan kondensasi sebagai salah satu cara
utamanya. Percobaan kimia juga menggunakan kondensasi dalam memeriksa
dan/atau mengisolasi komponen yang berbeda dari zat. Menjadi proses alami,
kondensasi kadang-kadang dianggap sebagai proses yang tidak diinginkan karena
efeknya pada properti. Dalam kasus bangunan dan lukisan misalnya, konversi udara
lembab ke dalam cairan akan berarti kemungkinan kelembaban ekstra yang tidak
diinginkan dan pembentukan noda.

1.3. Perhitungan Kecepatan Kondensasi Sebagai Fungsi Kekasaran Pipa


Perhitungan kecepatan kondensasi sebagai fungsi kekasaran pipa adalah studi
untuk memahami kecepatan kondensasi sebagai fungsi kekasaran pipa, merupakan
obyek dari penelitian yang dilakukan. Perangkat eksperimen terdiri dari suatu sistem
pendingin dengan Freon (R 22) sebagai fluida dingin, tiga buah pipa dengan
kekasaran yang telah ditentukan dipakai sebagai test section dimasukkan ke dalam
ruang kaca. Temperatur masuk dan temperatur keluar dari fluida dingin yang
mengaliri pipa yang di tes, temperatur dinding dan temperatur lingkungan, diperoleh
dengan pengukuran secara langsung dengan menggunakan termokopel dan
termometer. Sementara laju aliran massa kondensat diukur dengan menggunakan
gelas ukur. Hasil Pengukuran dimasukan ke dalam rumus yang telah ada, untuk
mendapatkan hasil perhitungan. Bilangan Nusseelt dan bilangan Reynolds pipa yang
dites juga akan diperoleh dari perhitungan ini.

B. Transpirasi
2.1. Pengertian Transpirasi
Transpirasi adalah proses hilangnya air dalam bentuk uap air dari jaringan
hidup tanaman yang terletak di atas permukaan tanah melewati stomata, lubang
kutikula, dan lentisel. Transpirasi merupakan pengeluaran berupa uap H2O dan
CO2, terjadi siang hari saat panas, melaui stomata (mulut daun) dan lentisel (celah
batang). Transpirasi berlangsung melalui bagian tumbuhan yang berhubungan
dengan udara luar, yaitu melalui pori-pori daun seperti stomata, lubang kutikula, dan
lentisel oleh proses fisiologi tanaman.
Transpirasi adalah terlepasnya air dalam bentuk uap air melalui stomata dan
kutikula ke udara bebas (evaporasi). Jadi semakin cepat laju transpirasi berarti
semakin cepat pengangkutan air dan zat hara terlarut, demikian pula sebaliknya. Alat
untuk mengukur besarnya laju transpirasi melalui daun disebut fotometer atau
transpirometer.
Transpirasi dalam tanaman atau terlepasnya air melalui kutikula hanya 5-10%
dari jumlah air yang ditranspirasikan. Air sebagian besar menguap melalui stomata,
sekitar 80% air ditranspirasikan berjalan melewati stomata, sehingga jumlah dan
bentuk stomata sangat mempengaruhi laju transpirasi. Selain itu transpirasi juga
terjadi melalui luka dan jaringan epidermis pada daun, batang, cabang, ranting,
bunga, buah dan akar.
Tidak semua tumbuhan mengalami proses transpirasi. Sedangkan pada
tumbuhan yang mengalami proses ini, transpirasi terkadang terjadi secara berlebihan
sehingga mengakibatkan tumbuhan kehilangan banyak air dan lama kelamaan layu
sebelum akhirnya mati.
4

2.2. Macam-Macam Transpirasi


Ada tiga tipe transpirasi, yaitu :
1. Transpirasi Kutikula
Adalah evaporasi(penguapan) air yang tejadi secara langsung melalui kutikula
epidermis. Kutikula daun secara relatif tidak tembus air, dan pada sebagian besar
jenis tumbuhan transpirasi kutikula hanya sebesar 10 persen atau kurang dari
jumlah air yang hilang melalui daun-daun. Oleh karena itu, sebagian besar air
yang hilang terjadi melalui stomata.
2. Transpirasi Stomata
Adalah Sel-sel mesofil daun tidak tersusun rapat, tetapi diantara sel-sel tersebut
terdapat ruang-ruang udara yang dikelilingi oleh dinding-dinding sel mesofil
yang jenuh air. Air menguap dari dinding-dinding basah ini ke ruang-ruang antar
sel, dan uap air kemudian berdifusi melalui stomata dari ruang-ruang antar sel ke
atmosfer di luar. Sehingga dalam kondisi normal evaporasi membuat ruang-
ruang itu selalu jenuh uap air. Asalkan stomata terbuka, difusi uap air ke
atmosfer pasti terjadi kecuali bila atmosfer itu sendiri sama-sama lembab.
3. Transpirasi Letikuler
Lentisel adalah daerah pada kulit kayu yang berisi sel-sel yang tersusun lepas
yang dikenal sebagai alat komplementer, uap air yang hilang melalui jaringan ini
sebesar 0.1 % dari total transpirasi.

2.3. Mekanisme Transpirasi

Stomat (tunggal) atau mulut daun, sebagian


besar trasnpirasi berlangsung di bagian ini.
Air diserap ke dalam akar secara osmosis melalui rambut akar, sebagian besar
bergerak menurut gradien potensial air melalui xilem. Air dalam pembuluh xilem
mengalami tekanan besar karena molekul air polar menyatu dalam kolom berlanjut
akibat dari penguapan yang berlangsung di bagian atas. Sebagian besar ion bergerak
melalui simplas dari epidermis akar ke xilem, dan kemudian ke atas melalui arus
transportasi.
Laju transpirasi dipengaruhi oleh ukuran tumbuhan, kadar CO 2, cahaya, suhu,
aliran udara, kelembaban, dan tersedianya air tanah. Faktor-faktor ini memengaruhi
perilaku stoma yang membuka dan menutupnya dikontrol oleh perubahan tekanan
turgor sel penjaga yang berkorelasi dengan kadar ion kalium (K+) di dalamnya.
Selama stoma terbuka, terjadi pertukaran gas antara daun dengan atmosfer dan air
akan hilang ke dalam atmosfer. Untuk mengukur laju transpirasi tersebut dapat
digunakan potometer.
Transpirasi pada tumbuhan yang sehat sekalipun tidak dapat dihindarkan dan
jika berlebihan akan sangat merugikan karena tumbuhan akan menjadi layu bahkan
mati.
Sebagian besar transpirasi berlangsung melalui stomata sedang melalui
kutikula daun dalam jumlah yang lebih sedikit. Transpirasi terjadi pada saat
5

tumbuhan membuka stomatanya untuk mengambil karbon dioksida dari udara untuk
berfotosintesis
Lebih dari 20 % air yang diambil oleh akar dikeluarkan ke udara sebagai uap
air. Sebagian besar uap air yang ditranspirasi oleh tumbuhan tingkat tinggi berasal
dari daun selain dari batang, bunga dan buah.
Transpirasi menimbulkan arus transpirasi yaitu translokasi air dan ion organik
terlarut dari akar ke daun melalui xilem.

2.4. Faktor-Faktor Luar yang Mempengaruhi Transpirasi


Faktor Internal
1. Penutupan Stomata, Dengan terbukanya stomata lebih lebar, air yang hilang
lebih banhyak tetapi peningkatan kehilangan air lebih sedikit untuk masing-
msing satuan penambahan pelebaran stomata. Banyak faktor yang
mempengaruhi pembukaan dan penutupan stomata, yang paling berpengaruh
adalah tingakkat cahaya dan kelembapan.
2. Jumlah dan Ukuran Stmata, Kebanyakan daun tanaman yang produktif
empunyai banyak dtomata pada kedua sisi daunnya. Jumlah dan ukuran stomata
yang dipengaruhi oleh genotip dan lingkungan.
3. Jumlah Daun, Makin luas dqaerah permukaan daun, makin besar transpirasi.
4. Penggulungan atau Pelipatan Daun, banyak tanaman yang mempunyai
mekanisme dalam daun yang menguntungkan pengurangan transpirasi apabila
perairan terbatas dengan menggulungkan daun.
Faktor Eksternal
1. Kelembapan, udara yang basah menghambat transpirasi, sedang udara yang
kering melancarkan transpirasi. Bila daun mempunyai kandungan air yang
cukup dan stomata terbuka, maka laaju transpirasi bergatung pada selisih anttara
konsentrasi molekul uap air di udara.
2. Temperatur, Pengaruh temperatur terhadap transpirasi daun dapat pula ditinjau dari
sudut lain yaitu didalam hubungannya dengan tekanan uap air didalam daun dan
tekanan uap air diluar daun, kenaikan temperatur menambah tekanan uap didalam
daun.
3. Sinar Matahari, Sinar menyebabkan membukanya stoma dan gelap menyebabkan
menutupnya stoma jadi banyak sinar mempercepat transpirasi.

2.5. Cara Pengukuran Transpirasi


Pengukuran laju transpirasi tidaklah terlalu mudah dilakukan. Kesulitan utamanya adalah
karena semua cara pengukuran traspirasi mengharuskan penempatan suatu tumbuhan
dalam berbagai kondisi yang mempengaruhi laju transpirasi. Ada empat cara laboratorium
untuk menaksir laju transpirasi :
1. Kertas Korbal Klorida
Pada dasarnya cara ini adalah pengukuran uap air yang hilang ke udara yang diganti
dengan pengukuran uap air yang hilang ke dalam kertas kobal klorida kering. Kertas ini
berwarna biru cerah dan tetapi menjadi biru pucat dan kemudian berubah menjadi
merah jambu bila menyerap air. Sehelai kecil kertas biru cerah ditempelkan pada
permukaan daun dan ditutup dengan gelas preparat. Demikian juga bagian bawah
daun. Waktu yang diperlukan untuk mengubah warna biru kertas menjadi merah
jambu dijadikan ukuran laju kehilangan air dari bagian daun yang ditutup kertas.
2. Potemeter
6

Alat ini mengukur pengambilan air oleh sebuah potongan pucuk, dengan asumsi
bahwa bila air tersedia dengan bebas untuk tumbuhan, jumlah air yang diambil sama
dengan jumlah air yang dikeluarkan oleh transpirasi.
3. Pengumpulan Uap Air yang ditranspirasi
Cara ini mengharuskan tumbuhan atau bagian tumbuhan dikurung dalam sebuah
bejana tembus cahaya sehingga uap air yang ditranspirasikan dapat dipisahkan.
4. Penimbangan Langsung
Pengukuran transpirasi yang paling memuaskan diperoleh dari tumbuhan yang
tumbuh dalam pot yang telah diatur sedemikan rupa sehingga evaporasi dari pot dan
permukaan tanah dapat dicegah. Kehilangan air dari tumbuhan ini dapat ditaksir
untuk jangka waktu tertentu dengan penimbangan langsung.

C. Persipitasi (Meteorologi)
3.1. Pengertian Persipitasi
presipitasi (juga dikenal sebagai satu kelas dalam hidrometeor, yang
merupakan fenomena atmosferik) adalah setiap produk dari kondensasi uap air di
atmosfer. Ia terjadi ketika atmosfer (yang merupakan suatu larutan gas raksasa)
menjadi jenuh dan air kemudian terkondensasi dan keluar dari larutan tersebut
(terpresipitasi). Udara menjadi jenuh melalui dua proses, pendinginan atau
penambahan uap air.
Presipitasi yang mencapai permukaan bumi dapat menjadi beberapa bentuk,
termasuk diantaranya hujan, hujan beku, hujan rintik, salju, sleet, and hujan es.
Virga adalah presipitasi yang pada mulanya jatuh ke bumi tetapi menguap sebelum
mencapai permukaannya.
Presipitasi adalah salah satu komponen utama dalam siklus air, dan merupakan
sumber utama air tawar di planet ini.Diperkirakan sekitar 505.000 km³ air jatuh
sebagai presipitasi setiap tahunnya, 398,000 km³ diantaranya jatuh di lautan.[2] Bila
didasarkan pada luasan permukaan Bumi, presipitasi tahunan global adalah sekitar
1 m, dan presipitasi tahunan rata-rata di atas lautan sekitar 1,1 m.
Presipitasi perlu diukur untuk mendapatkan data hujan yang sangat berguna
bagi pernecanaan hidrologis, semisal perencanaan pembangunan bendung, dam, dan
sebagainya.

3.2. Istilah-Istilah Terkait Presipitasi


1. Tebal Hujan (rain depth) merupakan jumllah presipitasi yang terjadi, dinyatakan
sebagai tebal lapisan air di atas permukaan tanah.
2. Durasi Hujan (Duration of rainfall) adalah lamanya presipitasi barlangsung.
Satuannya menit atau jam.
3. Intensitas Hujan (rainfall intesity) adalah laju presipitasi/kederasan
hujan/intensitas hujan, meupakan kedalaman atau ketinggian air yang jatuh per
satuan waktu.
4. Frekuensi Hujan (return periode) adalah banyak kejadian hujan berlangsung,
umunya dinyatakan dengan periode ulang.

3.3. Faktor yang Mempegaruhi Presipitasi


1. Kelembapan Udara
Massa uap yang terdapat dalam 1 m3 udara (g) atau kerapatan uap
disebut kelembaban mutlak (absolute). Kemampuan udara untuk menampung
uap adalah berbeda – beda menurut suhu. Mengingat makin tinggi suhu, makin
7

banyak uap yang dapat di tampung, maka kekeringan dan kebasahan udara tidak
dapat ditentukan oleh kelembaban mutlak saja. Kelembaban relative adalah
perbandingan antara massa uap dalam suatu satuan volume dan massa uap yang
jenuh dalam satuan volume itu pada suhu yang sama. Kelembaban relative ini
biasanya disebut kelembaban.Salah satu fungsi utama kelembaban udara adalah
sebagai lapisan pelindung permukaan bumi. Kelembaban udara dapat
menurunkan suhu dengan cara menyerap atau memantulkan sekurang-
kurangnya setengah radiasi matahari gelombang panjang dari permukaan bumi
pada waktu siang dan malam hari. Sejalan dengan meningkatnya suhu udara,
meningkat pula kapasitas udara dalam menampung uap air. Sebaliknya, ketika
udara bertambah dingin, gumpalan awan menjadi bertambah besar dan pada
gilirannya akan jatuh sebagai air hujan.
Pengukuran kelembaban biasanya di ukur dengan thermometer bola
kering dan thermometer bola basah.
2. Energi Matahari
Energi matahari adalah “ mesin “ yang mempertahankan berlangsungnya
daur hidrologi. Ia juga bersifat mempengaruhi terjadinya perubahan iklim. Pada
umumnya, besarnya energi matahari yang mencapai permukaan bumi adalah 0,5
langley/menit. Namun demikian, besarnya energi matahari bersih yang diterima
permukaan bumi bervariasi tergatung pada letak geografis dan kondisi
permukaan bumi.Pemukaan bumi bersalju, sebagai contoh, mampu
merefleksikan 80% dari radiasi matahari yang datang. Sementara, permukaan
bumi dengan jenis tanah berwarna gelap dapat menyerap 90% ( wanielista,
1990). Adanya perbedaan keadaan geografis tersebut mendorong terjadinya
gerakan udara di atmosfer, dan demikian juga berfungsi dalam penyebaran
energi matahari. Energi matahari bersifat memproduksi gerakan massa udara di
atmosfer dan diatas lautan. Energi ini merupakan sumber tenaga untuk
terjadinya proses evaporasi dan transpirasi. Evaporasi berlangsung pada
permukaan badan perairan sedangkan transpirasi adalah kehilangan air dalam
vegetasi. Energi matahari mendorong terjadinya daur hidrologi melalui proses
radiasi. Sementara penyebaran kembali energi matahari dilakukan melalui
proses konduksi dari daratan dan konveksi yang berlangsung di dalam badan air
dan atmosfer.
Konduksi adalah suatu proses transportasi udara antara dua lapisan
( udara ) yang berdekatan apabila suhu kedua lapisan tersebut berbeda.
Konveksi adalah pindah panas yang timbul oleh adanya gerakan massa
udara atau air dengan arah gerakan vertical. Dapat juga dikatakan bahwa
konveksi merupakan hasil ketidakmantapan masa udara atau air. Seringkali
dikarenakan oleh energi potensial dalam panas tak tampak ( latent heat ) yang
sedang dikonversikan kedalam gulungan massa udara. Besarnya laju konversi
ketika energi terlepaskan akan menentukan keadaan meteorology (hujan dan
angina). Umumnya gulungan massa udara yang lebih besar akan menghasilkan
curah hujan yang lebih singkat.
3. Angin
Angin adalah gerakan massa udara, yaitu gerakan atmosfer atau udara
nisbi terhadap permukaan bumi. Parameter tentang angin yang biasanya dikaji
adalah arah dan kecepatan angin. Kecepatan angin penting karena dapat
menentukan besarnya kehilangan air melalui proses evapotranspirasi dan
mempengaruhi kejadian-kejadian hujan. Untuk terjadinya hujan, diperlukan
8

adanya gerakan udara lembab yang berlangsung terus menerus.Peralatan yang


digunakan untuk menentukan kecepatan angin dinamakan anemometer.
Yang disebut arah angin adalah arah dari mana angina bertiup.Untuk
penentuan arah angin ini digunakan lingkaran arah angina dan pencatat
angin.Untuk penunjuk angina biasanya digunakan sebuah panah dengan pelat
pengarah.Pengukuran angin diadakan di puncak menara stasiun cuaca yang
tingginya 10 m dan lain-lain.
Apabila dunia tidak berputar pada porosnya, pola angin yang terjadi
semata-mata ditentukan oleh sirkulasi termal. Angin akan bertiup ke arah
khatulistiwa sebagai udara hangat dan udara yang mempunyai berat lebih ringan
kan naik ke atas di gantikan oleh udara padat yang lebih dingin. Apabila ada dua
massa udara dengan dua suhu yang berbeda bertemu, maka akan terjadi hujan
dibatas antara dua massa udara tersebut.
Dalam suatu hari, kecepatan dan arah angin dapat berubah-rubah.
Perubahan ini sering sekali disebabkan oleh adanya beda suhu antara daratan
dan lautan. Adanya beda suhu tersebut juga dapat menyebabkan terjadinya
perubahan arah angin. Proses kehilangan panas oleh adanya padang pasir,
daerah beraspal, dan daerah dengan banyak bangunan juga dapat menyebabkan
terjadinya perubahan arah angin. Antara dua tempat yang tekanan etmosfernya
berbeda, ada gaya yang arahnya dari tempat bertekanan tinggi ketempat
bertekanan rendah.
4. Suhu Udara
Suhu mempengaruhi besarnya curah hujan, laju evaporasi dan
transpirasi.Suhu juga di anggap sebagai salah satu factor yang dapat
memprakirakan dan menjelaskan kejadian dan penyebaran air dimuka bumi.
Dengan demikian, adalah penting untuk mengetahui bagaimana cara untuk
menentukan besarnya suhu udara.
Yang biasa disebut suhu udara adalah suhu yang di ukur dengan
thermometer dalam sangkar meteorology (1,20-1,50 m di atas permukaan tanah)
makin tinggi elevasi pengamatan di atas permukaan laut, maka suhu ydara
makin rendah. Peristiwa ini disebut pengurangan suhu bertahap yang besarnya
disebut laju pengurangan suhu bertahap.
Pengukuran besarnya suhu memerlukan pertimbangan-pertimbangan
sirkulasi udara dan bentuk-bentuk permukaan alat ukur suhu udara
tersebut.Suhu udara yang banyak dijumpai didalam laporan-laporan tentang
meteorologi umumnya menunjukkan data suhu musiman, suhu berdasarkan
letak geografis, dan suhu untuk ketinggian tempat yang berbeda.Oleh karnanya,
besarnya suhu rata-rata harus ditentukan menurut waktu dan tempat.

D.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
9

Sirkulasi laut adalah pergerakan massa air di laut. Sirkulasi laut di permukaan
dibagkitkanoleh angin yang bekerja di permukaan laut dan disebut sebagai sirkulasi Lut
yang dibangkitkan oleh angin (Wind driven cean circulation). Selain itu, ada juga
sirkulasi yang yang bukan dibangkitkan dengan angin yang di sebut sebagai sirkulasi
termohalin (thermohaline circulation) dan sirkulasi akibat pasang surut laut. Sirkulasi
Thenmohali dibangkitkan oleh adanya perbedaan densitas air laut. Isttila termohalin
sendiri berasal dari dua kata yaitu thermo yang berarti temperatur dan haline yang berarti
salinitas. Penamaan ini debrikan karena densitas air laut sangat sangat di pengaruhi
temperatur dan salinitas. Sementara itu sirkulasi laut akibat pasang surut disebakan oleh
adanya perbedaan distribusi tinggi muka laut akibat adanya interaksi bumi, bilan, dan
matahari.
Arus laut gerakan massa air laut yang berpindah dari satu tempat ke tempat lain.
Gerakan massa air laut tersebut di gerakan oleh penngaruh angin. Angin bergerak dari
tekanan udara yang tinggi ke tekanan udara yang lebih rendah.
Faktor-faktor yang mempengaruhi arus laut :
1. Angin
2. Salinitas
3. Suhu
4. Gravitasi
5. Grak rotasi bumi
6. Konfigurasi benua
7. Topografi dasar laut

B. Saran dan Kritik


Demikian makalah ini , apanila terdapat kesalahan dalam makalah ini, kritik
dan saran sangat kami harapkan.

DAFTAR ISI
10

Anda mungkin juga menyukai