Anda di halaman 1dari 17

1.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada siklus hidrologi terdapat beberapa proses yang terlibat di dalamnya. Proses terjadinya hujan sangat dipengaruhi oleh konveksi di atmosfer bumi dan lautan. Konveksi adalah proses pemindahan panas oleh gerak massa suatu fluida dari suatu daerah ke daerah lainnya. Air-air yang terdiri dari air laut, air sungai, air limbah, dan sebagainya tersebut umumnya mengalami proses penguapan atau evaporasi akibat adanya bantuan dari panas sinar matahari. Air tersebut kemudian menjadi uap melayang ke udara dan akhirnya terus bergerak menuju langit yang tinggi bersama uap-uap air yang lain.

Akibat terbawa angin yang bergerak, awan-awan tersebut saling bertemu dan membesar dan kemudian menuju ke atmosfir bumi yang suhunya lebih rendah atau dingin dan akhirnya membentuk butiran es dan air. Karena terlalu berat dan tidak mampu lagi ditopang angin akhirnya butiran-butiran air atau es tersebut jatuh ke permukaan bumi, proses ini disebut juga proses presipitasi. Karena semakin rendah, mengakibatkan suhu semakin naik maka es/salju akan mencair, namun jika suhunya sangat rendah, maka akan turun tetap menjadi salju. Dari seluruh rangkaian siklus diatas dalam makalah ini akan di bahas salah satu proses yang terjadi yaitu Evaporasi (Penguapan). Mulai dari
Pengertian Evaporasi,

MekanismeTerjadinyaEvaporasi,

Faktor

yang

mempengaruhi evaporasi, Keragaman Laju evaporasi di Indonesia, Istilah Istilah Dalam Evaporasi, Manfaat Pengukuran Evaporasi di bidang Pertanian, serta Metode Pengukuran Evaporasi.

1.2

Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari Evaporasi dan Bagaimana mekanisme terjadinya? 2. Faktor apa saja yang mempengaruhi terjadinya evaporasi? 3. Apa saja keragaman laju evaporasi di Indonesia 4. Apa saja istilah istilah dalam Evaporasi? 5. Apakah manfaat pengukuran evaporasi di bidang perikanan? 6. Bagaimana metode pengukuran evaporasi? 1.3 Maksud 1. Mengetahui bagaimana terjadinya evaporasi 2. Mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi terjadinya evaporasi 3. Mengetahui keragaman laju evaporasi di Indonesia 4. Mengetahui istilah-istilah dalam evaporasi 5. Mengetahui metode pengukuran evaporasi dan manfaatnya

2.

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Evaporasi

Evaporasi Adalah proses pertukaran melalui molekul air di atmosfer atau peristiwa berubahnya air atau es menjadi uap di udara. Penguapan terjadi pada tiap keadaan suhu sampai udara di permukaan tanah menjadi jenuh dengan uap air. Evaporasi juga bias diartikan sebagai Proses fisik yg merubah zat cair dari fase cair menjadi gas/uap dr permukaan yang mengalami ev. ke udara tanpa memperhatikan zat cair itu berada, apakah di permukaan air dan / di permukan tanah. Pada siklus hidrologi evaporasi berperan penting untuk menguapkan partikel-partikel dalam air menjadi uap air yang akan menyebabkan awan terbentuk dan nantinya akan menyebabkan terjadinya hujan. Evaporasi sangat mempengaruhi debit sungai, besarnya kapasitas waduk, besarnya kapasitas pompa untuk irigasi, penggunaan konsumtif (consumtif use) untuk tanaman dan lain-lain. 2.2 Mekanisme terjadinya Evaporasi 2.2.1 syarat terjadinya evaporasi

Sebelum mempelajari tentang bagaiman proses evaporasi berlangsung terlebih dahulu harus diketahui syarat terjadinya evaporasi, yaitu : 1. Energi Energi berperan sebagai pengendali utama pada proses evaporasi, tanpa adanya energi evaporasi tak akan bisa berlangsung. Energi untuk evaporasi disebut juga panas latent penguapan (latent heat of vapouration) dikenal dengan lambang E.
E = besarnya E yg diperlukan utk merubah 1 g zat cair gas/uap E 1 g air = 586 kal

E 1 mm air = 54 55 gkal/ cm2

E berasal dr : 1. ERM = energi primer 2. ATM/ energi adveksi = energi sekunder, berasal dari proses pergerakan udara karena adanya perbedaan suhu di udara dengan suhu di permukaan yang mengalami evaporasi. 2. Diffusi proses pengangkutan uap air dari permukaan yang mengalami evaporasi ke atmosfir diatasnya. Diffusi berlangsung dari tempat yg bertekanan uap besar menuju tempat yanh bertekanan uap kecil . 3. Turbulensi proses pergerakan udara yang tidak beraturan. berhubungan dengan kekasaran permukan. Proses ini

Tanpa adanya ketiga syarat di atas, evaporasi tidak akan berlangsung.

2.2.2

keseimbangan energy

untuk mengukur keseimbangan energy evaporasi yang terjadi dapat dilakukan dengan menggunakan rumus:

Permukaan basah : Rn = A + S + E

Permukaan kering : Rn = A + S

keterangan: Rn = radiasi neto A/H = panas terasa = energi utka memanasi udara S = energi yg disimpan pd permukaan

E = energi utk ev.

Jika jumlah Rn meningkat, maka nilai E meningkat. Makin banyak air yang berubah semakin banyak pula gas/uap yang dihasilkan.
5

Hal ini akan bersamaan dengan bertambahnya energi yang tersimpan dalam uap air. E ini tidak mempengaruhi suhu, karena E akan tetap berstatus sebagai E selama dalam fase uap. Bila uap airtelah menjadi air, maka E akan memanas dan terasa. Bila tdk ada air (pada permukaan kering), semua permukaan langsung terasa panas. Bila uap air di udara banyak maka suhu menurun, karena sebagian Energi digunakan utk Evaporasi, (A + S) berkurang. Sebagai imbangan dari proses Evapotranspirasi, uap air di udara sebagian akan mengalami perubahan bentuk dari uap atau gas ke bentuk cair kembali. Proses ini disebut kondensasi. Kondensasi akan menghasilkan panas. Kondensasi membuat uap air di udara akan berkurang. Penguapan yang terpacu pd siang hari dan kondensasi yg berlangsung pd malam hari berlangsung terus menerus selama 24 jam. Nantinya konsentrasi uap air di udara akan berfluktuasi terus dari waktu ke waktu.

2.3 Faktor Yang Mempengaruhi Evaporasi

2.3.1 Bidang permukaan Secara alamiah bidang permukaan penguapan akan mempengaruhi proses evoporasi melalui perubahan pola perilaku angin. Pada bidang permukaan yang kasar atau tidak beraturan, kecepatan angin akan berkurang oleh adanya proses gesekan. Tapi, pada tingkat tertentu, permukaan bidang penguapan yang kasar juga dapat gerakan angin berputar ( turbulent ) yang dapat memperbesar evaporasi. Pada bidang permukaan air yang luas, angin kencang juga dapat menimbulkan gelombang air besar dan dapat mempercepat terjadinya evopotranspirasi.
Beberapa acuan faktor yang mempengaruhi evaporasi pada bidang permukaan Jenis Sifat panas warna : gelap lebih mudah mengalami Evaporasi 6 : daratan, lautan dan vegetasi Lautan/air lebih mudah mengalami Evaporasi : berhubungan dengan kemampuan permukaan dalam menyerap

luas Status Air

: luas, laju Evaporasi lebih tinggi

: kecerahan dan salinitas Jernih lebih mudah mengalami Evaporasi dibanding keruh Tawar lebih mudah mengalami Evaporasi dibanding asin

2.3.2

Radiasi matahari Sebagian radiasi gelombang pendek ( shortwave radiation )

matahari akan diubah menjadi energi panas di didalam tanaman, air dan tanah. Energi panas tersebut akan menghangatkan udara di sekitarnya. Panas yang dipakai untuk menghangatkan partikel partikel berbagai material di udara tanpa mengubah bentuk partikel dinamakan panas tampak ( sensible heat ). Sebagian energi matahari diubah menjadi tenaga mekanik. Tenaga mekanik ini akan menyebabkan perputaran udara dan uap di atas permukaan tanah. Hal ini menyebabkan udara di atas permukaan tanah jenuh, sehingga mempertahankan tekanan uap air yang tinggi pada permukaan bidang evaporasi. Semakin tinggi energi radiasi matahari maka semakin tinggi evaporasinya. 2.3.3 Suhu Udara Makin tinggi suhu udara di atas permukaan bidang pengupan, makin mudah terjadi perubahan bentuk dari zat cair menjadi zat gas. Dengan demikian, laju evapotranspirasi menjadi lebih besar di daerah tropic daripada daerah beriklim sedang. Perbedaan laju evapotranspirasi yang sama juga dijumpai di daerah tropic pada musim kering dan musim basah. 2.3.4 Kecepatan Udara Ketika pengupan berlangsung, udara di atas permukaan bidang penguapan secara bertahap menjadi lembab, sampai pada tahap ketika udara menjadi jenuh dan tidak mampu menampung uap air lagi. sebagai
tenaga penggerak/peminda uap air yg telah diuapkan ke tempat lain. Maka

jika kecepatan angin tinggi, perpindahan uap air juga tinggi, sehingga evaporasi juga tinggi.
7

2.3.5 Tekanan Uap Air di udara Kapasitas kadar air dalam udara secara langsung dipengaruhi oleh tinggi rendahnya suhu di tempat tersebut. Beasarnya kadar air dalam udara di suatu tempat tersebut. Proses evaporasi tergantung pada deficit tekanan uap jenuh air, Dvp,( saturated vapour pressure deficit ) di udara atau jumlah uap air yang dapat diserap oleh udara sebelum udara tersebut menjadi jenuh. Sehingga, evaporasi lebih banyak di daerah pedalaman karena kondisi udara cenderung lebih kering daripada di daerah pantai yang lembab karena penguapan dari permukaan air laut. jika tekanan uap air di udara turun, selisih /gradient tekanan uap di udara dengan di permukaan evaporasi kecil, sehingga evaporasi rendah.

2.3.6

Kelembaban relatif (RH) Parameter iklim ini memegang peranan karena udara memiliki

kemampuan untuk menyerap air sesuai kondisinya termasuk temperatur udara dan tekanan udara atmosfir. RH besar dan ea besar, sehing selisih tekanan uap di udara dengan di permukaan evaporasi kecil, maka proses pengaliran uap dari permukaan evaporasi ke udara di atasnya lambat yang mengakibatkan evaporasi rendah. 2.4 Keragaman laju evaporasi di Indonesia Laju evaporasi suatu wilayah berkaitan erat dengan IRM yang diterima. Semakin tinggi IRM yang diterima maka semakin tinggi laju evaporasi dengan asumsi tersedia cukup air untuk diuapkan. Radiasi aktual yang diterima di permukaan bumi dipengaruhi oleh keadaan sebaran dan ketebalan awan. Di Indonesia, radiasi aktual yang diterima permukaan lebih kecil selama musim hujan dibandingkan dengan musim kemarau (penutupan awan lebih intensif selama musim hujan). Laju evaporasi di dataran rendah lebih besar daripada di dataran tinggi. Rendahnya laju evaporasi di dataran tinggi disebabkan karena penutupan awan yang lebih intensif.

Laju evaporasi di Indonesia dan tropis lainnya : 100 200 mm per bulan. Fakta menjadi dasar pemilahan bulan menjadi bulan basah, lembab atau kering. Bulan basah apabila curah hujan lebih besar dari laju evaporasi. Pada bulan ini curah hujan lebih besar dari 100mm dalam 1 bulan. Jumlah curah hujan melampaui penguapan. Bulan basah terjadi surplus air pada tanah sehingga tanaman tidak akan mengalami kekurangan air. Bulan kering apabila curah hujan lebih kecil dari laju evaporasi. Bulan ini curah hujannya kurang dari 60mm dalam 1 bulan. Penguapan banyak berasal dari dalam tanah daripada curah hujan. Diantara bulan basah dan bulan kering disebut bulan lembab. Bulan lembab tidak masuk dalam hitungan. Curah hujan dan penguapannya relatif seimbang. Asumsi untuk penguapan/evaporasi(E) adalah 2mm perhari. BB(Bulan Basah) CH > 100mm ; CH > E BK (Bulan Kering) CH < 60mm ; CH < E BL (Bulan Lembab) 60 < CH < 100mm

2.5 Istilah Istilah dalam Evaporasi 1. EVAPORASI AKTUAL : proses evaporasi yang berlangsung pada kondisi alami, yang terjadi pada suatu permukaan dalam waktu tertentu, laju evaporasi lingkungan. 2. EVAPORASI POTENSIAL : proses evaporasi, yang terjadi pada permukaan Yang berkecukupan air, tidak ada faktor penghambat (kemampuan suatu permukaan dalam menguapkan air secara maksimal ) 3. TRANSPIRASI AKTUAL : proses transpirasi (terlepasnya air dari jaringan tanaman) pada tanaman yang tumbuh pada kondisi permukaan tertentu dan waktu tertentu 4. TRANSPIRASI POTENSIAL : Proses kehilangan air dari jaringan tanaman pada tanaman yang tidak pernah kekurangan air. tergantung kondisi permukaan dan

5. EVAPOTRANSPIRASI (ET.) = Gabungan antara proses Evaporasi dan Transpirasi (proses kehilangan air dari jaringan tanaman dan dari permukaan tanah dimana tanaman tersebut tumbuh) 6. EVAPORASI TRANSPIRASI AKTUAL : ET yang terjadi pada tanaman yang tumbuh diatas tanah tertentu dan dalam waktu yg tertentu pula 7. EVAROPASI TRANSPIRASI POTENSIAL : oleh PENMAN didefinisikan sebagai : proses evaporasi transpirasi yang terjadi pada tanaman hijau, mempunyai ketinggian pendek dan seragam, menutup permukaan tanah dengan sempurna dan tidak pernah kekurangan air selama hidupnya.

2.6 Hubungan evaporasi dengan perikanan 2.6.1 Dampak Evaporasi Evaporasi memiliki peranan penting dalam siklus hidrologi dan pendistribusian air secara merata di seluruh permukaan bumi, namun juga tidak menutup kemungkinan evaporasi akan mengakibatkan dampak yang mungkin saja merugikan, diantaranya: 1. Meningkatnya kadar pH Air yang terkena sinar matahari atau mengalami evaporasi akan mengalami penurunan pH. Karena dalam air terkandung banyak unsur-unsur yang mengendap ketika terjadi evaporasi 2. Terjadi kekeringan Dampak terjadinya evaporasi yang berlebihan mengakibatkan sumber mata air mengering, sehingga persediaan air menghilang. 3. Meningkatkan salinitas Pada area laut atau tambak air payau, evaporasi berdampak pada meningkatnya salinitas. Selain itu pengeringan tambak dengan di uap kan secara total bertujuan pula mempertahankan salinitas dasanitasi dari tambak itu sendiri 2.6.2 Dampak Evaporasi di Bidang Perikanan 10

Perubahan iklim antara lain variabilitas presipitasi dan evaporasi tahunan mempunyai dampak negatif yang signifikan terhadap keseimbangan air dan kualitas air danau galian tambang. Danau kecil dan relatif dangkal seperti danau galian tambang yang diteliti sangat sensitif terhadap variabilitas iklim. Kenaikan curah hujan dan evaporasi dapat meningkatkan atau menurunkan air di permukaan danau. Dampak langsung perubahan iklim adalah kenaikan suhu air danau, kandungan nutrien, beban bahan orgnik yang dapat menyebabkan eutrofikasi dan kehilangan kandungan oksigen terlarut di lapisan dalam hipolimnion danau. Kenaikan kandungan senyawa toksik seperti logam berbahaya juga tidak dapat dihindari. Meningkatnya presipitasi juga dapat memperlambat peningkatan pH air danau galian tambang yang asam dikarenakan pH air hujan yang rendah. Salah satu bentuk relevasi dari evaporasi dalam dunia perikanan secara nyata adalah pada BUDIDAYA UDANG-UDANGAN seperti udang windu, udang galah, dan lain-lain. Adapun proses evaporasi di lakukan pasca panen yang bertujuan untuk menghilangkan atau memusnahkan mikroba-mikroba yang dapat menghambat pertumbuhan benih yang akan di tebar nantinya. Selain itu pengeringan tambak dengan di uap kan secara total bertujuan pula mempertahankan salinitas dasanitasi dari tambak itu sendiri

2.7

Metode Penghitungan Evaporasi Ada dua cara untuk menghitung besarnya evaporasi yang terjadi, yaitu dengan cara langsung dan menggunakan rumus empiris. Untuk lebih jelasnya akan di uraikan di bawah ini: 2.7.1 Cara Langsung

Yang di maksud penghitungan dengan cara langsung adalah penggunaan alat pengukuran evaporasi untuk menentukan hasil. Secara umum ada dua alat yang di gunakan, panic evaporator dan piche evaporimeter. a. Panci evaporimeter Pada panci evaporimator terdapat beberapa alat yang menjadi komponen pengukuran, yaitu:

11

Bejana atau panic tempat air Thermometer apung untuk mengukur suhu air Hook gauge stell well untuk mengukur tinggi air dalam panic Cup counter anemometer untuk mengukur kecepatan angin rata-rata di permukaan air

Prinsip kerja panci evaporator adalah pengamatan dilaksanakan setiap jam yang sama setiap harinya. Selisih tinggi air sekarang dengan tinggi air kemarin merupakan jumlah air yang hilang karena menguap dengan kondisi : suhu air rata-rata seperti yang ditunjukan thermometer apung, kecepatan angin rata-rata di permukaan air seperti yang ditunjukan Cup Counter Anemometer. Makin luas permukaan panci, makin representatif atau makin mendekati penguapan yang sebenarnya terjadi pada permukaan danau, waduk, sungai dan lain-lainnya b. Piche evaporator Seperti panci penguapan terbuka, alat ini digunakan sebagai pengukur penguapan secara relatif. Maksudnya, alat ini tidak dapat mengukur secara langsung evaporasi ataupun evapotranspirasi yang sesungguhnya terjadi. Hasil pembacaannya sangat tergantung terhadap angin, iklim dan debu. Pada prinsipnya Piche evaporimeter terdiri dari:

Pipa gelas yang panjangnya + 20 Cm dan garis tengahnya + 1,5 Cm. Pada pipa gelas terdapat skala, yang menyatakan volume air dalam Cm3 atau persepuluhnya. Ujung bawah pipa gelas terbuka dan ujung atasnya tertutup dan dilenghkapi dengan tempat menggantungkan alat tersebut.

Piringan kertas filter berbentuk bulat. Kertas ini berpori-pori banyak sehingga mudah menyerap air. Kertas filter dipasang pada mulut pipa terbuka.

12

Penjepit logam, yang berbentuk lengkungan seperti lembaran per. Per ujung yang melekat disekeliling pipa dan ujung lainnya berbentuk sama dengan diameter pipa.

2.7.2

Rumus Empiris
Berdasarkan konsep neraca air, laju evaporasi dapat

dihitung berdasarkan jumlah air yg diterima dikurangi dengan jumlah air yg hilang. Secara sederhana ET dapat dihitung dengan rumus :
ET = (P + I) (Pc + dW + RO) Keterangan: P I = presipitasi (curah hujan) = irigasi

Pc = Percolasi dW = perubahan kandungan air tanah Ro = run off (limpasan )

13

14

3 KESIMPULAN
Evaporasi Adalah proses pertukaran melalui molekul air di atmosfer atau peristiwa berubahnya air atau es menjadi uap di udara.

Syarat terjadinya evaporasi adalah harus adanya:


1. 2. 3.

Energy Difusi Turbulensi Factor-faktor yang mempengaruhi evaporasi adalah:

1. Kondisi permukaan 2. Kondisi lingkungan, meliputi: radiasi matahari, suhu, angin,RH, tekanan uap air di udara, Keragaman laju evaporasi di Indonesia di pengaruhi oleh Laju evaporasi suatu wilayah berkaitan erat dengan IRM yang diterima. Laju evaporasi di Indonesia terbagi atas bulan basah dan bulan kering.

Istilah istilah yang di gunakan dalam evaporasi adalah; a. Evaporasi actual b. Evaporasi potensial c. Transpirasi actual d. Tranpirasi potensial e. Evapotranspirasi f. Evapotranspirasi actual g. Evapotranspirasi potensial Evapotranspirasi adalah Gabungan antara proses Evaporasi dan Transpirasi dimana transpirasi adalah proses kehilangan air dari jaringan tanaman dan dari permukaan tanah dimana tanaman tersebut tumbuh

15

Salah satu manfaat pengukuran evaporasi di bidang perikanan adalah untuk membunuh mikroba-mikroba pada saat pasca panen. Metode pengukuran evaporasi di bedakan menjadi dua, yaitu: a. Cara langsung : dengan menggunakan panci evaporasi atau piche evaporimeter b. Rumus empiris

16

DAFTAR PUSTAKA

Anonim.2008.alat-alat klimatologi konvensional.[online]. http://www.klimatologibanjarbaru.com/artikel/2008/12/alat-alatklimatologi-konvensional/ , diakses tanggal 9 april 2013 Anonim.2011.Analisis Evaporasi.[online]. http://ariellacla.wordpress.com/2011/04/04/analisis-evaporasi/, diakses tanggal 9 april 2013 Budiarti. 2012. Hasil Observasi Alat-Alat Meteorologi di BMKG Juanda. [online]. http://doraemonlady.blogspot.com/2012/06/hasilobservasi-alat-alat-meteorologi.html, diakses tanggal 9 april 2013

17

Anda mungkin juga menyukai