Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

MATA KULIAH HIDROLOGI

DISUSUN OLEH KELOMPOK 3 :


● ERLINA (4062021004)
● GHINA ADILA UFAIRAH (4062021011)
● MIRA YANTI (4062021018)
● RAHMAD NUR CAHYO (4062021017)
● MUHAMMAD FIRZA (4062021026)
● INE AJENG ARIYANI (4062021029)

DOSEN PENGAMPU : SAIMA PUTRI R HARAHAP, S.Pd, M.Pd.

PRODI TEKNOLOGI REKAYASA KONSTRUKSI JALAN & JEMBATAN


JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI KETAPANG
TAHUN 2022
1. Penguapan
Penguapan adalah peristiwa berubahnya air dari bentuk cair menjadi gas.
Penguapan berperan penting dalam siklus air dan dipengaruhi oleh beberapa faktor.
1.1. Faktor yang mempengaruhi penguapan
Faktor-faktor yang mempengaruhi penguapan adalah :
 Suhu
 Radiasi matahari
 Kelembapan
 Luas permukaan air
 Tekanan udara
 Kecepatan aliran angin
1.1.1 Suhu
Faktor utama yang memengaruhi penguapan adalah temperatur atau
suhu. Air dalam bentuk cair dapat menguap menjadi gas karena adanya
panas. Makin tinggi suhunya, maka makin tinggi juga laju
penguapannya. Sebaliknya, makin rendah suhunya maka makin rendah
juga laju penguapannya.
1.1.2 Radiasi Matahari
Adapun, suhu dipermukaan bumi dipengaruhi oleh radiasi matahari.
Dilansir dari NASA Earth Observatory, radiasi matahari yang diterima
permukaan bumi bervariasi menurut waktu dan garis lintang. Radiasi
matahari maksimal terjadi di ekuator dan makin ke berkurang kea rah
kutub bumi. Artinya, bagan ekuator mendapat paling banyak, sehingga
suhunya cenderung lebih panas. Artinya, makin besar radiasi matahari
maka makin cepat juga penguapannya terjadi.
1.1.3 Kelembapan
Faktor selanjutnya yang memengaruhi penguapan adalah kelembapan.
Kelembapan adalah kadar uap air di udara. Makin tinggi kelembapan
udara, maka makin tinggi kadar airnya. Ketika kadar air udara tinggi,
udara cenderung jenuh karena terisi banyak uap air. Hal tersebut
membuat udara tidak bisa menampung lebih banyak uap air dan laju
penguapan menurun Artinya, makin tinggi kelembapan udara maka
makin sulit penguapan terjadi. Sebaliknya, makin rendah kelembapan
udara, maka makin tinggi laju penguapannya.
1.1.4 Luas permukaan air
Luas permukaan badan air juga memengaruhi penguapan. Badai air
yang luas memberikan banyak kontak dengan udara hangat yang
menguap air. Sehingga, makin luas permukaan badan air, maka makin
cepat juga penguapannya terjadi. Sebalinya, makin sempit luas badan
air, maka makin lambat penguapannya terjadi.
1.1.5 Tekanan Udara
Tekanan udara juga menjadi salah satu faktor yang memengaruhi
penguapan. Makin besar tekanan udara pada suatu badan air, maka
makin sulit penguapan terjadi. Dilansir dari National Geographic,
tekanan udara menekan badan air membuat air sulit naik ke atmosfer
sebagai uap air.
1.1.6 Kecepatan aliran air
Faktor yang memengaruhi penguapan adalah kecepatan aliran air.
Dilansir dari Sciencing, angin bertiup dapat menyapu partikel air di
udara dan mengurangi kelembapan sehingga udara tidak terlalu jenuh.
Hal tersebut menghasilkan ruang udara yang lebih besar untuk
menampung uap air. Artinya, makin cepat angin bertiup, maka makin
banyak pula penguapan yang dapat terjadi. Selain itu, aliran angin juga
memengaruhi tekanan udara yang juga memengaruhi penguapan.
Aliran udara yang cepat dapat mengurangi tekanan udara dan
mempercepat terjadinya penguapan.
1.2 Fisika Evaporasi
1.2.1 Panas laten
Perubahan suatu zat melepaskan atau menyerap suatu panas
laten/tersembunyi. Perubahan wujud tersebut dapat terjadi diluar suhu
normal (titik beku 0 C dan titik didih 100 C). Penguapan dapat terjadi
pada suhu dibawah titik didih, apabila tekanan udara lebih kecil
daripada tekanan atmosfer. Selama terjadinya penguapan, air menyerap
energi laten untuk melawan gaya tarik antar molekul hingga lepas dan
berubah menjadi uap air.
Panas penguapan laten tersebut diperlukan untuk penguapan yang
merupakan fungsi dari temperature
l v =597,3−0,564 T
l v = Kalor penguapan laten cal/gram
T = Temperatur ° C
1.2.2 Proses penguapan
Evaporasi merupakan tahapan penguapan permukaan tanah yang
terjadi di danau, sungai, laut, sawah, bendungan, dan waduk. Evaporasi
ini bertujuan untuk mengubah air berwujud cair menjadi air yang
berwujud gas sehingga memungkinkan naik ke atas atmosfer.
Semakin tinggi panas matahari, jumlah air yang menjadi uap air dan
naik ke atmosfer juga akan semakin besar. Evaporasi atau penguapan
merupakan sebagai sebuah proses pertukaran molekul air di permukaan
menjadi molekul uap air di atmosfer. Evaporasi juga merupakan
penguapan yang terjadi melalui peranan tanaman.
Proses evaporasi dibagi atas dua kejadian yang berkesinambungan,
adalah interface evaporation dan vertical vapor transfer.
o Interface evaporation merupakan transformasi air menjadi uap air
di permukaan.
o Vertical vapor transfer merupakan proses pemindahan lapisan
udara yang kenyang uap air dari proses interface evaporation.

1.2.3 Kelembapan Udara


Banyaknya uap air di udara dapat dinyatakan dalam beberapa cara
yaitu :
o Kelembapan mutlak > Berat uap air dalam 1 m3 udara lembab,
dinyatakan dalam gr/m3
o Kelembapan spesifik > Berat uap air dalam 1 kg udara lembap,
dinyatakan dalam gr/kg
o Kelembapan relative > Perbandingan tekanan uap air dan tekanan
uap air jenuh, dinyatakan dalam %
ed
r = . 100%
es
e d = tekanan uap air saat itu, dinyatakan dalam mmHg;mmbar;Pa
e s = tekanan uap air jenuh

Diatas permukaan air, tekanan uap jenuh e s tergantung pada suhu,


Dinyatakan dengan rumus ;

(
e s = 611.exp )
17,27 T
237,3+T
e s = tekanan uap jenuh (pa)
T = suhu (0C)
1.2.4 Radiasi (1)
Radiasi adalah suatu bentuk energi yang dipancarkan oleh setiap benda
yang mempunyai suhu diatas nol mutlak. Semua benda memancarkan
radiasi dengan berbagai lambeda yang mengikuti hukum Stefan
Boltzmann
Re = eσ T 4
Re = f luks radiasi (cal./cm¿/menit)
e = emisitifitas pancaran
T = suhu benda dalam kelvin
σ = konstanta Stefan Boltzmann (1,17 x 10−7 cal/cm¿2/ K 4
Panajng gelombang dari radiasi yang dipancarkan benda berbanding
Terbalik dengan suhu, pada hukum pergeseran wien.
2,9 x 10−3
λ=
T
Dimana λ adalah panjang gelombang (m) dan T adalah suhu (K)
Radiasi yang mengenai suatu permukaan akan dipantulkan akibat
albedo, sehingga radiasi diserap ;
Ra = Ri (1 – a)
Dimana Ra adalah radiasi diserap dan Ri adalah radiasi yang mengenai
Permukaan dan a adalah koefisien albedo.
1.2.5 Radiasi (2)
Radiasi gelombang panjang

(
Ln = σT 4 (0,56 – 0,092√ e d) 0,1+ )
0,9 n
N
Radiasi gelombang pendek

(
Sn = So (1 – a) 0,29+
0,42 n
N )
Radiasi Netto
Rn = Sn – Ln

Ln = Radiasi gelombang Panjang (cal/cm^2/hari)


T = Suhu (K)
σ = Konstanta Stefan Boltzmann
ed = Tekanan uap air (mmHg)
N = Durasi maksimum penyinaran
n = Durasi penyinaran oleh campbell stokes
So = Radiasi matahari global harian diluar atmosfer
a = Koefisien albeda

1.3 Perkiraan Evaporasi


1.3.1 Evaporasi dengan panci evaporasi
Berfungsi sebagai pengukur (evaporasi) pada udara terbuka. Makin luas
permukaan panic, makin representative atau makin mendekati
penguapan yang sebenarnya terjadi pada permukaan danau, waduk,
sungai, dll.
Besar atau kecilnya penguapan yang terjadi tergantung dari penyinaran
matahari, angin, hujan, suhu, kelembapan, udara, dan awan. Oleh
karena itu selain membaca skala hook Gauge pengamat harus membaca
suhu pada thermometer apung (floating thermometer) yang berada
dalam panci dan membaca angka pada cup counter anemometer
(berfungsi untuk mengukur hembusan angin rata-rata selama 24 jam)
dengan ketinggian 50 cm yang berada dekat panci untuk mengukur
kecepatan angin horizontal.
Pengukuran nilai evaporasi menggunakan panic penguapam lebih cepat
dari penguapan dipermukaan air yang luas. Untuk itu pengukuran
evaporasi menggunakan panci harus dikalikan dengan suatu koefisien
untuk mendapatkan evaporasi dari waduk misalnya.
E L = K. E P
E L = evaporasi air badan air
E P = evaporasi dari panci
K = koefisien panci
1.3.2 Neraca air waduk
Neraca air waduk didasrakan pada kontinuitas yang merupakan
gabungan antara hubungan air masuk dan keluar serta air tampungan
waduk itu sendiri.
Ev = P + Q – O – I – Δ s
Dimana
Ev = evaporasi
P = presipitasi
Q = aliran masuk ke waduk
O = aliran yang keluar dari waduk
I = volume infiltrasi
Δ s = perubahan volume waduk

 Pengukuran presipitasi menggunakan alat penakar hujan disekitar


waduk,
 Pengukuran Q melalui debit gabungan dari anak sungai,
 Pengukuran O melalui pembukaan pintu air waduk,
 Pengukuran O melalui nilai rembesan bawah waduk menggunakan
teori aliran air tanah terlebih dahulu diukur permeabilitas tanah dan
monitoring elevasi muka air tanah dalam sumur yang berdekatan,
dan
 Pengukuran S melalui elevasi perubahan muka air waduk.

1.3.2 Metode Transfer Massa


A. Metode Dalton
Tahun 1802, John Dalton mengusulkan persamaan difusi untuk
pengukuran nilai eveaporasi sebanding perbedaan antara tekanan uap
jenuh dan tekanan uap karena kelembaban udara
E = C . f (u). (e s - e d )
E = Evaporasi
C = Koefesien
F(u) = Kecepatan angin ( m/s )
es = Tekanan uap jenuh ( mmHg )
ed = Tekanan uap udara ( mmHg )

B. Metode Seyhan
Merevisi metode Dalton dengan menambahkan koefesien baku dan
presisi kecepatan angin
E = 0,35 . (0,5 + 0,54 u2) . ( e s - e d )

U2 = Kecepatan angin di ketinggian 2 meter (m/s)

C. Metode Herbeck
Herbeck melakukan studi terhadap nilai evaporasi 20 waduk berbeda
ukuran dan didapat persamaan nya;
0,0291
E = Nq.u. ( e s−e d ¿ dimana Nq =
As .0,05

E = Evaporasi (cm/hari)
As = Luas permukaan badan air
U = Kecepatan angin (m/s)
es = Tekanan uap jenuh (mmbar)
ed = Tekanan uap udra (mmbar)

D. Metode Chow
Chow (1988) mengusulkan persamaan evaporasi miliknya sebagai
berikut
0,102u 2
E = B. (e s−e d ¿ dimana B=
{ ( )}
¿
Z2
Z0
2

E = Evaporasi (mm/hari)
U2 = Kecepatan angin ketinggian z=2 meter (m/s)
es =Telanan uap jenuh (Pa)
ed = Tekanan uap udara (Pa)
Z0 = Tinggi penghalang sekitar (m)
E. Metode Penmaan
Penmaan mengusulkan pengukuran nilai evaporasi yang dikenal
sebagai metode penmaan, dimana evaporasi menggunakan parameter
tekanan uap dan kecepatan angin sebagai faktor utama nya.

E = 0,35. (e s−e d ¿ . ( 1+u


100 )
2
dimana Ed = Es × r
E = Evaporasi (mm/hari)
U2 = Kecepatan angin 2 meter (m/s)
es = Tekanan uap jenuh (mmHg)
ed = Tekanan uap udara (mmHg)
r = Kelembapan Relatif

1.3.3 Metode Neraca Energi


Radiasi netto yang digunakan untuk evaporasi adalah radiasi matahari
yang diserap oleh permukaan bumi dikurangi dengan rad
iasi bumi yang keluar atmosfer. Karena terdapat hubungan antara
energi dan evaporasi melalui kalor laten, maka dapat dinyatakan
sebuah persamaan untuk evaporasi
En = ( )
Rn
ρw .l v
En = Evaporasi (cm/hari)
Rn = Radiasi netto
ρw = Rapat massa air (gr/cm3)
lv = Kalor laten evaporasi (cal/gr)

1.4 Evapotranspirasi
1.4.1 Pengertian Evapotranspirasi
Evapotranspirasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah
penguapan air melalui evaporasi langsung dan transpirasi melalui daun
tumbuh-tumbuhan secara bersama; konversi air menjadi uap melalui
permukaan tanah dan tanaman. Demikian, Evapotranspirasi adalah
gabungan evaporasi dan transpirasi tumbuhan yang hidup dipermukaan
bumi.
Evaporasi merupakan pergerakan air ke uara dari berbagai sumber
seperti tanah, atap, dan badan air. Sementara transpirasi merupakan
pergerakan air di dalam tumbuhan yang hilang melalui stomata akibat
diuapkan oleh daun. Evapotranspirasi adalah bagian terpenting dalam
siklus air.
Siklus air ini berperan dalam mengembalikan air menuju atmosfer,
sehingga siklus air berulang secara konstan. Proses ini juga penting
dalam perhitungan air, terutama untuk tanaman. Evapotranspirasi
sendiri terbagi menjadi dua proses, yaitu proses evaporasi dan juga
proses transpirasi. Kedua ini memiliki proses terjadi yang berbeda-
beda.
1.4.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Evapotranspirasi
FAO Menyebutkan laju kehilangan air dari permukaan bumi oleh
proses evapotranspirasi ditentukan 3 faktor utama di antaranya,
1. Karakteristik Tanaman
Karakteristik tanaman seperti perbedaan jenis vegetasi
memengaruhi jumlah evapotranspirasi secara signifikan. Didalam
tanaman air ditranspirasikan melalui daun yang mengalir dari akar.
Tumbuhan yang akarnya menancap dalam ke bawah tanah
mentranspirasikan air lebih banyak.
Tanaman kecil seperti semak umumnya mentranspirasikan air lebih
sedikit dari tanaman berkayu karena semak akarnya tidak sedalam
tanaman kayu. Juga daun tanaman semak tidak mencapai tinggi
seperti tanaman kayu. Tanaman konifer meski memiliki daun yang
tidak lebar, dapat memiliki nilai transpirasi yang lebih tinggi dari
tanaman berdaun lebar, terutama di periode dormansi dan awal
musim semi.
2. Ketersediaan Air tanah
Tanah merupakan reservior utama untuk air pada daerah tangkapan
air. Tingkat kelembaban tanah meningkat ketika curah hujan yang
cukup untuk melebihi kehilangan evapotranspirasi dan drainase ke
sungai dan air tanah. Ketersediaan air tanah umumnya habis selama
musim kemarau ketika tingkat evapotranspirasinya tinggi.
3. Parameter Meteorologi
Parameter meteorologi yang berperan dalam proses
evapotranspirasi diantaranya,
a. Radiasi matahari
Sebagai sumber energi yang memanaskan air, tanah dan
tanaman. Panas tersebut akan menguapkan air secara langsung
sebagai proses evaporasi. Pada tanaman, saat daun menerima
radiasi, suhu akan naik dan stomata daun akan terbuka. Ketika
stomats terbuka, kehilangan air dari daun berlangsung.
b. Angin
Berperan secara mekanis mengangkat air dari permukaan bumi
dan juga dari permukaan daun pada tanaman kemudian
terdistribusi ke udara.
c. Kelembaban udara
Semakin rendah kelembaban maka udara akan semakin besar
menampung uap air yang berasal dari permukaan air dan
tanaman.
d. Suhu
Tingkat transpirasi naik ketika suhu naik, terutama selama
musim tanam, ketika udara lebih hangat karena sinar matahari
yang lebih kuat dan massa udara yang lebih hangat. Suhu yang
lebih tinggi menyebabkan sel-sel tumbuhan yang mengontrol
bukaan (stomata) tempat air dilepaskan ke atmosfer untuk
membuka, sedangkan suhu yang lebih dingin menyebabkan
bukaan menutup.

1.4.3 Jenis Evapotranspirasi


Evapotranspirasi dapat dibedakan menjadi dua di antaranya,
1. Evapotranspirasi Potensial (Etp)
Evapotranspirasi potensial (Etp) adalah evapotranspirasi yang
mungkin terjadi pada suatu permukaan tanah dengan kondisi
tutupan vegetasi tertentu. Etp terjadi ketika air tanah tidak terbatas
dan tanaman berada dalam tahap pertumbuhan aktif dengan
penutup tingkat penuh. Tingkat Etp untuk jenis tanaman tertentu
biasanya bergantung pada kondisi neteorologi di wilayah tersebut.
Umumnya, evapotranspirasi potensial ini dihitung oleh stasiun
cuaca dan dijadikan evapotranspirasi referensi (Eto) untuk wilayah
tersebut dan sekitarnya. Selain itu, ada pula evapotranspirasi
tanaman standar (Etc) dan evapotranspirasi tanaman yang telah
disesuaikan (Etc adj).
2. Evapotranspirasi Aktual (Eta)
Evapotranspirasi aktual atau disebut sebagai penggunaan air
konsumsi merupakan jumlah air yang sesungguhnya hilang dalam
proses evapotranspirasi. Jika terdapat jumlah air yang sangat
banyak di tanah tersebut, maka angka evapotranspirasi aktual akan
mendekati evapotranspirasi potensial atau bahkan memiliki nilai
yang sama.
Eta ini dipengaruhi oleh faktor-faktor yang mempengaruhi tanaman
dan faktor fisik yang ada di wilayah tersebut.
Nurul Utami, S. (2022, Juli 18). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penguapan.
Kompas.com. 11 September 2022 melalui
https://www.kompas.com/skola/read/2022/07/18/120000469/faktor-faktor-yang-
memengaruhi-penguapan?page=all#page2

Anda mungkin juga menyukai