Anda di halaman 1dari 10

pH adalah derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman atau kebasahan

yang dimiliki oleh suatu larutan menyatakan aktivitas ion H+ yang terlarut (pelarut air)
Faktor yg mempengaruhi pH air
1. Karbon dioksida (CO2) – Reaktan penting pada fotosintesis tbhn hijau (fitoplankton) – Produk
terbesar dari respirasi makhluk hidup – Menyebabkan reaksi asam dalam air yang menghasilkan
ion hidrogen dan bicarbonat – CO2 + OH- H2CO3 H+ + HCO3
Pada fotosintesis, karbon dalam karbon dioksida diubah menjadi karbon organik dalam bentuk
gula sederhana dan melepaskan molekul O2 Sedangkan pada respirasi, gula (karbon organik)
dioksidasi menjadi CO2 dan H2O Pada malam hari respirasi terus berlangsung, sedangkan
fotosintesis berhenti, shg konsentrasi CO2 naik. Akibatnya pH siang hari naik mencapai puncak
dan turun pada malam hari. CO2 yang terdifusi ke dalam air sangat sedikit, karena konsentrasi
di atmosfer sangat kecil, meskipun demikian kelarutan CO2 dalam air cukup tinggi
2. Bicarbonat dan Alkalinitas – Bicarbonat mrpkn sumber utama alkalinitas di perairan, selain
OHdan CO3= – Air dengan Alkalinitas tinggi mempunyai fluktuasi pH harian lebih kecil (sbg
buffer).
3. Fitoplankton • Memanfaatkan CO2 untuk fotositesis • FS fitoplankton menurunkan kandungan
asam dalam air, shg meningkatkan nilai pH • Penggunaan CO2 pada proses FS akan menurunkan
konsentrasi bikarbonat (HCO3-) dan menaikkan konsentrasi CO3= sampai timbul endapan CaCO3
Konsentrasi CO2 yang tinggi akan menyebabkan CaCO3 larut dan membentuk HCO3 Hal ini
yang menjadi dasar dalam treatmen/perlakuan kapur untuk meningkat alkalinitas perlu adanya gas
CO2
Pasang-surut (pasut) merupakan salah satu gejala alam yang tampak nyata di laut, yakni suatu
gerakan vertikal (naik turunnya air laut secara teratur dan berulang-ulang) dari seluruh partikel
massa air laut dari permukaan sampai bagian terdalam dari dasar laut. Gerakan tersebut disebabkan
oleh pengaruh gravitasi (gaya tarik menarik) antara bumi dan bulan, bumi dan matahari, atau bumi
dengan bulan dan matahari
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pasang surut berdasarkan teori
kesetimbangan adalah rotasi bumi pada sumbunya, revolusi bulan terhadap matahari,
revolusi bumi terhadap matahari. berdasarkan teori dinamis adalah kedalaman dan
luas perairan, pengaruh rotasi bumi (gaya coriolis), dan gesekan dasar. Selain itu juga
terdapat beberapa faktor lokal yang dapat mempengaruhi pasut disuatu perairan
seperti, topografi dasar laut, lebar selat, bentuk teluk, dan sebagainya, sehingga
berbagai lokasi memiliki ciri pasang surut yang berlainan (Diposaptono 2007).
Gelombang adalah pergerakan naik dan turunnya air dengan arah tegak lurus
permukaan air laut yang membentuk kurva/ grafik sinusoidal. Salah satunya
gelombang laut yang disebabkan oleh angin, angin di atas lautan mentransfer
energinya ke perairan, menyebabkan riak-riak, alun/ bukit, dan berubah
menjadi apa yang kita sebut sebagai gelombang.

Gelombang dipengaruhi oleh banyak faktor :

 Angin (Kecepatan angin, Panjang/jarak hembusan angin, Waktu (lamanya) hembusan


angin)
 Geometri laut (topografi atau profil laut dan bentuk pantai)
 Gempa (apabila terjadi tsunami) – sangat kecil/minor

Kecepatan angin yang bertiup dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:

1)GradienBarometris
Perbedaan tekanan udara antara dua tempat akan menghasilkan angin. Semakin besar
perbedaan tekanan udara, maka angin yang bertiup pun akan semakin kencang atau kuat.
Sebagaimana yang dirumuskan dalam hukum Stevenson. Menurut Stevenson kekuatan angin
yang bertiup berbanding lurus dengan gradien barometernya. Semakin besar gradien
barometernya, semakin kuat angin yang bertiup. Gradien barometer adalah perbedaan tekanan
udara antara dua isobar pada tiap jarak lurus 15 meridian atau 111 km.

Contoh soal:
Diketahui dua isobar X dan Y. Isobar X mempunyai tekanan udara 1.450 mb (milibar) dan
isobar Y mempunyai tekanan udara 1.150 mb. Jika jarak X dan Y adalah 600 km, berapakah
gradien barometernya?

Jawab:

Perbedaan tekanan X dan Y = 1.450 – 1.150 = 300 mb.

2) Relief Permukaan Bumi


 Relief yang tidak rata menjadi penghambat bagi aliran atau tiupan angin. . Di daerah
perbukitan aliran angin terhambat bukit-bukit, sehingga bertiup dengan kecepatan lebih
lambat dibanding di daerah dataran.

3) Ketinggian Tempat

 Tiupan angin ditempat yang tinggi lebih kencan daripada tiupan angin di tempat yang
rendah ? contohnya ketika kalian naik gedung bertingkat akan merasakan tiupan angin
yang kencang ketika pada puncak yang lebuh tinggi.

4) Letak Lintang
 Letak lintang berkaitan dengan posisi Matahari. Di daerah lintang rendah banyak
mendapatkan sinar Matahari, sehingga lebih panas dibandingkan di daerah lintang tinggi.
Dan sebaliknya, di daerah lintang tinggi lebih sedikit mendapatkan sinar Matahari sehingga
suhu udaranya pun lebih dingin dibanding daerah lintang rendah. Perbedaan panas ini
menimbulkan sistem angin utama di Bumi. Selain itu, atmosfer juga ikut berotasi dengan
Bumi. Molekul-molekul udara bergerak ke arah timur sesuai arah rotasi Bumi. Gerakan ini
disebut gerakan linier. Bentuk Bumi yang bulat menyebabkan kecepatan linier tertinggi di
daerah ekuator (letak lintang rendah) dan makin kecil ke arah kutub (letak lintang tinggi).

5) Panjang Siang dan Malam
 Bila dirasakan, kecepatan angin pada waktu siang dan malam berbeda. Angin bertiup lebih
cepat siang hari dibanding malam hari. Panjang siang dan malam pada beberapa daerah
tidak sama sehingga menyebabkan tekanan udara maksimum dan minimum berubah-ubah.
Akibatnya, arah aliran udara tidak tetap atau tidak menentu.

Faktor-faktor yang mempengaruhi arah pergerakan angin :


a. Perputaran Bumi.
Pada perbedaan tekanan udara yang konstan, gradien tekanan udara menyebabkan gerakan
udara yang lurus. Efek perputaran bumi menyebabkan pergerakan itu merupakan suatu
lengkungan (gaya coriolis) dan bila terjadi suatu gerakan lengkung maka timbulah kekutan atau
gaya centrifugal yang mencoba menarik keluar dari pusat lengkungan.
b. Pemanasan Daratan :
Sistem angin dipengaruhi oleh adanya benua-benua yang tingkat pemanasan
daratan berbeda-beda jika dibandingkan terhadap lautan. Akibat pemanasan ini menimbulkan
adanya depresi moonson, sedangkan dalam skala kecil menimbulkan angin laut dan angin darat.

Suhu didefinisikan sebagai ukuran atau derajat panas dinginnya suatu benda atau
sistem. Pada hakikatnya suhu adalah ukuran energi kinetik rata-rata yang dimiliki oleh
molekulmolekul suatu benda. Dengan demikian suhu menggambarkan bagaimana gerakan
molekulmolekul benda.
Kemiringan lereng pantai merupakan bagian dari geomorfologi pantai dan menjadi indikator
dinamika pantai. Menurut Komar (1983) dan Kalay (2008) keberadaan kemiringan lereng pantai
sebagai penutup dasar perairan menggambarkan kestabilan garis pantai. Kemiringan pantai
berhubungan dengan dominansi dan sebaran sedimen. Perubahan geomorfologi pantai akibat
dinamika kemiringan lereng menyebabkan terjadinya abrasi maupun akresi pada pantai.
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kemiringan pantai, antara lain konfigurasi dasar
laut, karakter ombak, dan mekanisme interaksi kedua faktor tersebut. Berubahnya kemiringan dan
garis pantai sebagian besar disebabkan karena peristiwa erosi, pengendapan di pantai,
pembangunan sarana dan prasarana seperti pengembangan pelabuhan, serta akibat dari kenaikan
permukaan air laut.
Salinitas
Salinitas merupakan konsentrasi dari total ion yang terdapat di dalam perairan. Pengertian salinitas
air yang sangat mudah dipahami adalah jumlah kadar garam yang terdapat pada suatu perairan.
Hal ini dikarenakan salinitas air ini merupakan gambaran tentang padatan total didalam air setelah
semua karbonat dikonversi menjadi oksida, semua bromida dan iodida digantikan oleh khlorida
dan semua bahan organik telah dioksidasi. Satuan untuk pengukuran salinitas air adalah satuan
gram per kilogram (ppt) atau permil (‰). Nilai salinitas air untuk perairan tawar biasanya berkisar
antara 0–0,5 ppt, perairan payau biasanya berkisar antara 0,5–30 ppt (Salinitas air payau) dan
salinitas perairan laut lebih dari 30 ppt (Johnson, 2005: 16-17).
Faktor – faktor yang mempengaruhi salinitas 1. Penguapan, makin besar tingkat penguapan air
laut di suatu wilayah, maka salinitasnya tinggi dan sebaliknya pada daerah yang rendah tingkat
penguapan air lautnya, maka daerah itu rendah kadar garamnya. Penguapan bisa disebabkan oleh
panas dari sinar matahari atau oleh pergerakan angin. 2. Curah hujan, makin besar/banyak curah
hujan di suatu wilayah laut maka salinitas air laut itu akan rendah dan sebaliknya makin
sedikit/kecil curah hujan yang turun salinitas akan tinggi. 3. Banyak sedikitnya sungai yang
bermuara di laut tersebut, makin banyak sungai yang bermuara ke laut tersebut maka salinitas laut
tersebut akan rendah, dan sebaliknya makin sedikit sungai yang bermuara ke laut tersebut maka
salinitasnya akan tinggi.
DO atau kadar oksigen terlarut menyatakan kandungan oksigendi dalam air. Kemampuan air
dalam melarutkan oksigen sangattergantung pada suhu air, tekanan gas oksigen dan kemurnian
air.Dilihat dari jumlahnya, oksigen terlarut adalah satu jenis gasterlarut dalam air pada urutan
kedua setelah Nitrogen. Namun jikadilihat kepentingannya bagi kehidupan ikan dan udang,
Oksigenmenempati urutan paling atas. Oksigen yang sangat diperlukan udang untuk
pernafasannya harus dalam bentuk terlarut dalam air, karena udang tidak dapat memanfaatkan
Oksigen langsung dari udara.
Penyebaran oksigen dalam perairan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu suhu, angin, arus,
morfologi, masukan allochthonous dari sungai induk, dan respirasi (Cole dan Hannam 1990 in
Widyastuti 2004). Menurut Birowo et al (1975) in Simanjuntak (2000), penyebaran oksigen
terlarut dalam perairan dipengaruhi oleh suhu, salinitas (jika di laut), aktivitas biologi, arus, serta
proses percampuran yang dapat mengubah pengaruh-pengaruh dari kegiatan biologis melalui
gerakan massa air dan proses difusi. Sementara itu, O’Connor (1967) menggolongkan faktor-
faktor yang memengaruhi DO di sungai, salah satunya adalah karakteristik geofisik dari sungai
tersebut. Karakteristik geofisik yang dimaksud, diantaranya adalah suhu dan kecepatan arus
Untuk menjaga pH air tetap stabil pada kisaran 6,8 maka perlu suatu proses kimia yang dinyatakan
dalam alkalinitas. Alkalinitas adalah kemampuan pem-bufffer-an dari ion bikarbonat, ion karbonat
dan hidroksida dalam air. Ketiga ion tersebut di dalam air akan bereaksi dengan ion hidrogen
sehingga dapat menurunkan keasaman atau menaikkan pH. Alkalinitas merupakan besaran yang
menunjukkan kandungan ion bikarbonat (HCO3-) dan karbonat (CO3=) di dalam air

Parameter fisika dan kimia yang mempengaruhi alkalinitas :


1. pH (penambahan bahan bersifat asam atau basa)
Pengaruh pH :
Nilai pH dibawah 7,4 merupakan zone korosi / acidosis yang dapat merugikan ikan/udang karena
terjadi acidosis (seperti fenomena shoft shell syndrome pada udang). Nilai pH 7,4 – 7,7 merupakan
pH ideal untuk alkalinitas 100 ppm sebagai CaCO3. Nilai pH di atas 7,7 merupakan zone karbonat
/ kalsifikasi dimana nilai alkalinitas akan jatuh dan terbentuk presipitasi CaCO3.
2. CO2
Pengaruh CO2 :
• CO2 melarutkan CaCO3 :
CO2 + H2O + CaCO3 ↔ Ca2+ + 2 HCO3-
CaCO3 ↔ Ca2+ + CO32-
• CO2 membentuk asam lemah H2CO3 yang dapat terdisosiasi dengan melepaskan 1 H+ hingga
2 H+ yang dapat menurunkan pH dan membawa sistem ke zone korosi/ acidosis jika jumlah CO2
terlarut dalam air tinggi.
• Dalam jumlah yang cukup, CO2 dapat menurunkan pH sehingga berpengaruh terhadap
alkalinitas.
3. Aerasi / pengadukan
Pengaruh aerasi :
Aerasi tambahan pada sistem air laut/payau yang terdapat banyak CO2 baik berasal dari sedimen,
aktifitas oksidasi bakteri organotroph, respirasi plankton dan biota budidaya (ikan/udang)
akan menyebabkan pH naik tanpa merubah nilai alkalinitas dengan mekanisme pelepasan ekses
CO2 ke atmosfir dan menggantikannya dengan lebih banyak gas nitrogen dan oksigen terlarut
dalam air.
4. Kesadahan (Ca dan Mg)
Pengaruh kesadahan (Ca dan Mg) :
Kalsium (Ca2+) dalam konsentrasi tinggi akan menurunkan alkalinitas air laut/payau dengan jalan
melangsungkan proses kalsifikasi :
OH- + HCO3- -----> CO32- + H2O
Ca2+ + CO32- -----> CaCO3 (solid) ↓
Terlihat pada persamaan reaksi di atas, bahwa kalsifikasi akan mengakibatkan efek ganda berupa
turunnya alkalinitas (HCO3-) dan kesadahan (Ca2+). Magnesium menghambat proses kalsifikasi
yang dilangsungkan oleh kalsium dengan proses pengikatan OH- menjadi Mg(OH)2 pada pH > 9.
5. Tekanan gas / udara dan temperatur
Pengaruh suhu dan tekanan gas/udara :
Mekanisme fisis yang sama berlangsung dengan menaikkan temperatur yang akan mengurangi
tekanan gas CO2 (pCO2)dalam air, hingga kelarutannya berkurang.

B. Parameter biologi yang mempengaruhi alkalinitas :


1. Fotosintesis
Pengaruh fotosintesis :
Fotosintesis mengambil CO2 dari badan air berupa gas CO2 terlarut (available) dan mengubahnya
menjadi sel plankton dan cairan sel berupa karbohidrat, lemak dan protein beserta pelepasan
oksigen di siang hari saat terdapat cukup cahaya matahari.
Pelepasan gas O2 lebih lanjut dapat mendesak kelarutan gas CO2 untuk terdifusi ke udara keluar
dari badan air. Ini menjelaskan bagaimana proses fotosintesi dapat menyebabkan fluktuasi pH
harian yang lebar. Untuk antisipasi pembatasan fluktuasi yang terlalu lebar perlu penambahan
available CO2 dan HCO3- yang cukup pada kisaran pH ideal (7,5 – 8,0).
Yang menarik dari aktifitas plankton yang mempengaruhi alkalinitas adalah saat plankton
mensintesis protein di dalam selnya. Ketika memanfaatkan ion ammonium sebagai sumber
nitrogen (N) plankton akan mengkonsumsi alkalinitas hingga alkalinitas turun. Namun jika
menggunakan ion nitrat sebagai sumber nitrogennya, plankton berkontribusi menaikkan
alkalinitas.
2. Aktifitas bakteri kimia (chemothroph bacteria)
Pengaruh aktifita bakteri kimia :
Bakteri kimia (chemothroph) yang paling kuat dalam dalam menurunkan alkalinitas adalah
bakteri Nitrifikasi karena memproduksi asam kuat berupa HNO2 dan HNO3 dan berperan serta
pula dalam menurunkan pH.
Pada pemupukan air kolam dengan pupuk ammonium, terjadi triple impact penurunan alkalinitas
dari air kolam dimana pupuk tersebut menstimulasi pertumbuhbiakan bakteri Nitosomonas dan
Nitrobacter yang akan menurunkan alkalinitas. Plankton juga mengkonsumsi sebagian pupuk
ammonium dan menurunkan alkalinitas air kolam ditambah reaksi hidrolisis pupuk ammonium
yang juga melepaskan asam (H+) yang otomatis menurunkan pH dan alkalinitas.
3. Aktifitas organisme pembentuk cangkang kalsium karbonat
Pengaruh organisme pembentuk cangkang/CaCO3 :
OH- + HCO3- -----> CO32- + H2O
Ca2+ + CO32- -----> CaCO3 (solid) ↓
Gologan organisme pembentuk cangkang kasium karbonat mengkombinasi kesadahan (Ca) dan
alkalinitas (HCO3-) untuk berpresipitasi membentuk hablur halus CaCO3 yang dibinder dengan
silikat dan Borat dari air kolam membentuk cangkang yang keras.
Organisme terlibat diantaranya bernacle (tritip), siput (trisipan), kerang hijau, koral dan dari
golongan bakteri seperti bakteri fotosintesis dan golongan viral (virus white spot).
Kondisi yang mendukung adalah pH yang tidak ideal (seperti diterangkan terdahulu) dan
ketidakseimbangan kesadahan (Ca dan Mg sebagai CaCO3) terhadap alkalinitas (HCO3- dan CO32-
sebagai CaCO3) rasio kesadahan sebagai CaCO3 : alkalinitas sebagai CaCO3 = 1 : 1 ke atas (> 1)
mendorong terjadinya kalsifikasi jika pH tidak terletak pada nilai yang proporsional terhadap
alkalinitas.
4. Penambahan bahan kimia yang bersifat asam/basa
Pengaruh penambahan bahan kimia :
CaCO3 menaikkan nilai alkalinitas (HCO3-) dan menurunkan nilai CO2 menaikkan sedikit nilai pH
:
Pelarutan oleh CO2 :
CO2 + H2O + CaCO3 ↔ Ca2+ + 2 HCO3-
Pelarutan biasa :
CaCO3 ↔ Ca2+ + CO32-
CO32- + H2O ↔ HCO3- + OH-
Ca(OH)2 menurunkan nilai alkalinitas (HCO3-) sementara sebelum kemudian naik kembali setelah
bertransformasi kembali menjadi ion bikarbonat , menurunkan drastis nilai CO2 dan menaikkan
pH, serta menurunkan kesadahan Mg. Penambahan Ca(OH)2 yang berlebihan mendorong
terbentuknya kalsifikasi di air kolam.
(NH4)2SO4 menurunkan nilai pH dan alkalinitas :
(NH4)2SO4 + 4 O2 -----> 2 HNO3 + H2SO4 + 2 H2O
Bakteri organothroph menghasilkan banyak gas CO2 saat mengoksidasi bahan organik, otomatis
menaikkan available CO2 untuk konsumsi plankton dan menaikkan alkalinitas.
Namun pada saat membentuk bacterial loop (bioflokulasi) mengkonsumsi Ca dalam jumlah
banyak untuk koagulasi polihidroksialkanoat bagi pembentukan bioflok, otomatis menurunkan
kesadahan (Ca) dan mendorong ketidaksetimbangan rasio kesadahan terhadap alkalinitas yang
dapat mendorong kalsifikasi.

Pada periode larva, ikan mengalami dua fase perkembangan, yaitu prolarva dan pasca larva. Ciri-
ciri prolarva adalah masih adanya kuning telur, tubuh transparan dengan beberapa pigmen
yang belum diketahui fungsinya, serta adanya sirip dada dan sirip ekor walaupun bentuknya belum
sempurna. Mulut dan rahang belum berkembang dan ususnya masih merupakan tabung
halus, pada saat tersebut makanan didapatkan dari kuning telur yang belum habis terserap.
Biasanya larva ikan yang baru menetas berada dalam keadaan terbalik karena kuning telurnya
masih mengandung minyak. Gerakan larva hanya terjadi sewaktu-waktu dengan menggerakan
ekornya ke kiri dan ke kanan. Larva yang baru ditetasi memiliki panjang total 1,21 hingga 1,65
mm dengan rata-rata 1,49 mm. Rata-rata panjang kantong kuning telur 0,86 mm. Pigmentasi awal
tidak seragam, mata, saluran pencernaan, kloaka dan sirip kaudal transparant. Tiga hari setelah
menetas, sebagian besar kuning telur diserap dan butir minyak berkurang hingga ukuran yang tidak
signifikan. Pada tahap ini, mulut terbuka dan rahang mulai bergerak saat larva mulai makan.

Ada beberapa tahapan dalam siklus ikan yang harus di lalui seperti

1. Telur

Pada tahapan pertama yaitu telur akan sangat tergantung pada suhu dari perairan dimana telur itu
berada.Pada ikan yang termasuk mendiami air yang bersuhu hangat, maka telur akan lebih cepat
menetas. Namun, pada ikan yang menetap di air yang bersuhu dingin telur akan lebih lambat
menetas. Selain itu pembuahan pada telur biasanya dilakukan di luar tubuh dari indukan tersebut.
Pada saat proses pembuahan, biasanya betina akan meletakkan telur-telur mereka di media
tertentu. kemudian setelah itu pejantan akan menyemprotkan sperma mereka pada kumpulan
telur-telur tersebut.

2. Larva
Siklus hidup ikan selanjutnya adalah Larva, atau
ketika telur telah menetas. Ada satu hal yang bisa dikatakan cukup unik adalah, pada larva ikan
kita akan menemukan kantung kuning telur pada bagian perut. Keberadaan kantung kuning telur
tersebut merupakan sumber makanan yang sangat penting bagi larva. Selama kantung kuning
telur itu masih ada, maka ikan akan menyerap segala nutrisi dari kantung tersebut. Biasanya
kantung ini akan bertahan selama beberapa hari, sebelum kemudian akan hilang.

Untuk memahami kondisi dari larva ini sendiri juga haru ikut serta dalam memahami mengenai
perbedaan hewan berdarah panas dan dingin. Hal ini karena pengetahuan tersebut akan
memudahkan kita untuk lebih paham dan lebih mengerti.

3. Ikan Muda

Pada siklus ini, ikan mulai memiliki bentuk yang mirip dengan ikan yang lebih dewasa. Selain
itu bisa dikatakan kadang fase ikan muda ini adalah tanda di mulainya proses metamorfosis pada
ikan. Pada ikan muda kita sudah menemukan berbagai macam jenis organ yang bisa kita
temukan pada ikan dewasa. Meskipun ada beberapa organ yang belum mengalami
perkembangan secara penuh. Pada proses metamorfosis dari larva menuju ikan muda bisa
dikatakan merupakan proses yang sangat berbahaya. Pada tahapan ini kemungkinan untuk
timbulnya kematian sangat besar. Maka kadang jumlah larva yang berhasil untuk berubah
menjadi ikan muda tidak terlalu banyak.

4. Ikan Dewasa

Pada ikan yang telah dewasa, maka struktur tubuh yang dimilikinya jauh lebih kuat. Selain itu
banyak sekali organ yang bisa dikatakan mulai matang dan dapat berfungsi sempurna. Salah satu
ciri yang dimiliki ikan dewasa adalah kemampuannya untuk melakukan proses reproduksi.

faktor-faktor yang mempengaruhi kehidupan larva misalnya dalam faktor fisika air yang
mencantum mengenai kekeruhan air, arus, begitu juga dengan kimia air misalnya kualitas air dan
begitu juga dengan faktor biologi dan fisiologi ikan itu sediri, hal ini biasanya menyangkut dengan
populasi dan ekjosistem serta habitat ikan dalam lingkungannya.( Djuhanda, T. 1981
kehidupan larva ikan dipengaruhi oleh dua faktor yakni faktor dalam dan faktor luar. Faktor dalam
umumnya adalah faktor keturunan antara lain sex dan umur. Faktor luar meliputi kualitas air (pH,
DO, suhu, amonia, dan salinitas) serta parasit dan penyakit (Effendi 1997)

General Chemistry, The Essential Concepts, 6th Edition. By Raymond Chang and Jason Overb
SUPRIADI, I. H. 2001. Dinamika Estuaria Tropik. Oseana XXVI (4): 1-11
Tarigan (2005), dengan judul Analisa Refraksi Gelombang Pada Pantai

Kalay, D. E. 2008. Perubahan Garis Pantai Sepanjang Pantai Teluk Indramayu. Tesis. Institut
Pertanian Bogor.
Komar P. D, 1983. Beach Proses And Erosion – An Introduction. CRC Hanbook Of Coastal
Procesess and Erosion. CRC Press, Inc. Boca Raton, Florida.
Itang Hidayat dalam Dinamika Alkalinitas pada Kolam Budidaya Air Laut / Payau.
Djuhanda, T. 1981.Dunia Ikan. Bagian I. Kehidupan Ikan Dalam Ekosistem Perairan di Indonesia.
20 hal.

Anda mungkin juga menyukai