Ada tiga hal yang akan kita bahas sehubungan dengan gerakan air laut ini yaitu arus laut,
gelombang laut, dan pasang surut air laut.
1.
Arus Laut
Arus laut atau sea current adalah gerakan massa air laut dari satu tempat ke tempatlain
baik secara vertikal maupun secara horizontal sehingga menuju keseimbangannya, atau gerakan
air yang sangat luas yang terjadi di seluruh lautan dunia. Arus juga merupakan gerakan mengalir
suatu massa air
yang
dikarenakan
tiupan
angin
atau
pergerakan gelombang panjang. Menurut Gross 1972, arus merupakan gerakan horizontal atau
vertikal dari massa air menuju kestabilan yang terjadi secara terus menerus. Gerakan yang
terjadi merupakan hasil resultan dari berbagai macam gaya yang bekerja pada permukaan,
kolom, dan dasar perairan. Hasil dari gerakan massa air adalah vector yang mempunyai besaran
kecepatan dan arah. Ada dua jenis gaya yang bekerja yaitu eksternal dan internal Gaya eksternal
antara lain adalah gradien densitas air laut, gradient tekanan mendatar dan gesekan lapisan air
(Gross,1990).
Faktor pembangkit arus permukaan disebabkan oleh adanya angin yang bertiup di
atasnya. Tenaga angin memberikan pengaruh terhadap arus permukaan (atas) sekitar 2% dari
kecepatan angin itu sendiri. Kecepatan arus ini akan berkurang sesuai dengan makin
bertambahnya kedalaman perairan sampai pada akhirnya angin tidak berpengaruh pada
kedalaman 200 meter (Bernawis,2000)
Oleh karena dibangkitkan angin, arah arus laut permukaan (atas) mengikuti arah angin
yang ada. Khususnya di Asia Tenggara karena arah angin musim sangat terlihat perubahannya
antara
musim
barat
dan
musim
timur
maka
juga
banyak
dipengaruhinya. Arus musim barat ditandai oleh adanya aliran air dari arah utara
melalui laut Cina bagian atas, laut Jawa, dan laut Flores. Adapun pada musim timur sebaliknya
mengalir dari arah selatan.
Selain angin, arus dipengaruhi oleh paling tidak tiga faktor, yaitu:
Bentuk Topografi dasar lautan dan pulau pulau yang ada di sekitarnya. Beberapa
sistem lautan utama di dunia dibatasi oleh massa daratan dari tiga sisi dan pula
oleh arus equatorial counter di sisi yang keempat. Batas batas ini menghasilkan
sistem aliran yang hampir tertutup dan cenderung membuat aliran mengarah
B. Berdasarkan Kedalaman
1. Arus permukaan : Terjadi pada beberapa ratus meter dari permukaan, bergerak dengan
arah horizontal dan dipengaruhi oleh pola sebaran angin.
2. Arus dalam : Terjadi jauh di dasar kolom perairan, arah pergerakannya tidak dipengaruhi
oleh pola sebaran angin dan mambawa massa air dari daerah kutub ke daerah ekuator.
C. Menurut letaknya arus dibedakan menjadi dua yaitu arus atas dan arus bawah. Arus atas
adalah arus yang bergerak di permukaan laut. Sedangkan arus bawah adalah arus yang
bergerak di bawah permukaan laut.
D. Menurut suhunya kita mengenal adanya arus panas dan arus dingin. Arus panas adalah arus
yang bila suhunya lebih panas dari daerah yang dilalui. Sedang kan arus dingin adalah arus
yang suhunya lebih dingin dari daerah yang dilaluinya.
Pond dan Pickard 1983 mengklasifikasikan gerakan massa air berdasarkan penyebabnya, terbagi
atas :
a. Gerakan dorongan angin
Angin adalah factor yang membangkitkan arus, arus yang ditimbulkan oleh angin
mempunyai kecepatan yang berbeda menurut kedalaman. Kecepatan arus yang dibangkitkan
oleh angin memiliki perubahan yang kecil seiring pertambahan kedalaman hingga tidak
berpengaruh sama sekali.
b. Gerakan termohalin
Perubahan densitas timbul karena adanya perubahan suhu dan salinitas antara 2 massa
air yang densitasnya tinggi akan tenggelam dan menyebar di bawah permukaan air sebagai arus
dalam dan sirkulasinya disebut arus termohalin.
c.Arus Pasang Surut
Arus yang disebabkan oleh gaya tarik menarik antara bumi dan benda benda angkasa.
Arus pasut ini merupakan arus yang gerakannya horizontal.
d. Turbulensi
Suatu gerakan yang terjadi pada lapisan batas air dan terjadi karena adanya gaya gesekan
antar lapisan.
e. Tsunami
Sering disebut sebagai gelombang seismic yang dihasilkan dari pergeseran dasar laut saat
terjadi gempa.
f. Gelombang lain :
Selain pergerakan arah arus mendatar, angin dapat menimbulkan arus air vertikal yang
dikenal dengan upwelling dan downwelling di daerah-daerah tertentu. Proses upwellingadalah
suatu proses massa air yang didorong ke atas dari kedalaman sekitar 100 sampai 200 meter.
Angin yang mendorong lapisan air permukaan mengakibatkan kekosongan di bagian atas,
akibatnya air yang berasal dari bawah menggantikan kekosongan yang berada di atas. Oleh
karena air yang dari kedalaman lapisan belum berhubungan dengan atmosfer, maka kandugan
oksigennya rendah dan suhunya lebih dingin dibandingkan dengan suhu air permukaan lainnya.
Walaupun sedikit oksigen, arus ini mengandung larutan nutrien seperti nitrat dan fosfat sehingga
cederung mengandung banyakfitoplankton. Fitoplankton merupakan bahan dasar rantai makanan
di lautan, dengan demikian di daerah upwelling umumnya kaya ikan.
Faktor Penyebab Terjadinya Arus
Terjadinya arus di lautan disebabkan oleh dua faktor utama, yaitu faktor internal dan
faktor eksternal. Faktor internal seperti perbedaan densitas air laut, gradien tekanan mendatar
dan gesekan lapisan air. Sedangkan faktor eksternal seperti gaya tarik matahari dan bulan yang
dipengaruhi oleh tahanan dasar laut dan gaya coriolis, perbedaan tekanan udara, gaya gravitasi,
gaya tektonik dan angin ( Gross, 1990). Menurut Bishop (1984), gaya-gaya utama yang
berperan dalam sirkulasi massa air adalah gaya gradien tekanan, gaya coriolis, gaya gravitasi,
gaya gesekan, dan gaya sentrifugal.
Ketika angin berhembus di laut, energi yang ditransfer dari angin ke batas permukaan,
sebagian energi ini digunakan dalam pembentukan gelombang gravitasi permukaan, yang
memberikan pergerakan air dari yang kecil ke arah perambatan gelombang sehingga
terbentuklah arus di laut. Semakin cepat kecepatan angin, semakin besar gaya gesekan yang
bekerja pada permukaan laut, dan semakin besar arus permukaan. Dalam proses gesekan antara
angin dengan permukaan laut dapat menghasilkan gerakan air yaitu pergerakan air laminar dan
pergerakan air turbulen (Supangat,2003).
Gaya Viskositas pada permukaan laut ditimbulkan karena adanya pergerakan angin pada
permukaan laut sehingga menyebabkan pertukaran massa air yang berdekatan secara periodik,
hal ini disebabkan karena perbedaan tekanan pada fluida. Gaya viskositas dapat dibedakan
menjadi dua gaya yaitu viskositas molecular dan viskositas eddy. Gesekan dalam pergerakan
fluida hasil dari transfer momentum diantara bagian-bagian yang berbeda dari fluida. Dalam
pergerakan fluida dalam aliran laminer, transfer momentum terjadi hasil transfer antara batas
yang berdekatan yang disebut viskositas molekular. Di permukaan laut, gerakan air tidak pernah
laminer, tetapi turbulen sehingga kelompok-kelompok air, bukan molekul individu, ditukar
antara satu bagian fluida ke yang lain. Gesekan internal yang dihasilkan lebih besar dari pada
yang disebabkan oleh pertukaran molekul individu dan disebut viskositas eddy.
Gaya Coriolis mempengaruhi aliran massa air, dimana gaya ini akan membelokan arah
angin dari arah yang lurus. Gaya ini timbul sebagai akibat dari perputaran bumi pada porosnya.
Gaya Coriolis ini yang membelokan arus dibagian bumi utara kekanan dan dibagian bumi selatan
kearah kiri. Pada saat kecepatan arus berkurang, maka tingkat perubahan arus yang disebabkan
gaya Coriolis akan meningkat. Hasilnya akan dihasilkan sedikit pembelokan dari arah arus yang
relaif cepat di lapisan permukaan dan arah pembelokanya menjadi lebih besar pada
aliran arus yang kecepatanya makin lambat dan mempunyai kedalaman makin bertambah besar.
Akibatnya akan timbul suatu aliran arusdimana makin dalam suatu perairan maka arus yang
terjadi pada lapisan-lapisan perairan akan dibelokkan arahnya. Hubungan ini dikenal sebagai
Spiral Ekman, Arah arusmenyimpang 450 dari arah angin dan sudut penyimpangan. bertambah
dengan bertambahnya kedalaman (Supangat, 2003).
terstratifikasi oleh faktor lain, seperti kandungan nutrien yang semakin meningkat seiring
pertambahan kedalaman. Dengan demikian adanya gerakan massa air vertikal akan
menimbulkan efek yang signifikan terhadap kandungan nutrien pada lapisan kedalaman tertentu.
Setidaknya ada lima tipe upwelling yaitu coastal upwelling, large-scale wind-driven
upwelling in the ocean interior, upwelling associated with eddies, topographically-associated
upwelling, and broad-diffusive upwelling in the ocean interior.
Coastal Upwelling
Coastal upwelling adalah tipe yang paling banyak memiliki hubungan dengan aktivitas
manusia dan memberikan banyak pengaruh terhadapa produktivitas perikanan di dunia, seperti
ikan pelagis kecil (sardines, anchovies, dll.). Laut dalam kaya akan nutrien termasuk nitrate and
phosphate, yang merupakan hasil dari dekomposisi materi organik (dead/detrital plankton) dari
permukaan laut.
Ketika
sampai
ke
permukaan,
nutrien
tersebut
digunakan
oleh fitoplankton,
beserta CO2terlarut dan dan energi cahaya matahari untuk menghasilkan bahan organik melalui
proses fotosintesis. Daerah Upwelling memiliki produktivitas yang tinggi dibanding dengan
wilayah lainnya. Hal ini berkaitan dengan rantai makanan, karena fitoplanktonberada pada level
dasar pada rantai makanan di laut. Daearah dari upwelling antara lain pantai Peru,
Chile, Laut arab, western South Africa, eastern New Zealand, southeastern Brazil dan pantai
California.
Adapun rantai makanan di laut adalah sebagai berikut :
Phytoplankton -> Zooplankton -> Predatory zooplankton -> Filter feeders -> Predatory fish
Karena ini menjadi sebuah rantai makanan, ini berarti bahwa setiap spesies adalah spesies
kunci dalam zona upwelling. Bagian kunci dari oseanografi fisika yang menimbulkan coastal
upwelling adalah efek Coriolis yang didorong oleh wind-driven yang derung diarahkan ke
sebelah kanan di belahan bumi utara dan ke arah kiri di belahan bumi selatan.
Equatorial Upwelling
Fenomena yang sama terjadi di ekuator. Apapun lokasinya ini merupakan hasil dari
divergensi, massa air yang nutrien terangkat dari lapisan bawah dan hasilnya ditandai oleh fakta
bahwa pada daerah ekuator di pasifik memiliki konsentrasi fitoplankton yang tinggi.
Southern Ocean Upwelling
Upwelling dalam skala besar juga terjadi di Southern Ocean. Di sana, dipengaruhi angin
yang kuat dari barat dan timur yang bertiup mengelilingi Antarctika, yang mengakibatkan
perubahan yang signifikan terhadap aliran massa air yang menuju ke utara. Sebenarnya tipe ini
masih termasuk ke dalam coastal upwelling. Ketika tidak ada daratan antara Amerika Selatan
dengan Semenanjung Antartika, sejummah massa air terangkat dari lapisan dalam. Dalam
banyak pengamatan dan sintesis model numerik, upwelling samudra bagian Selatan merupakan
sarana utama untuk mengaduk material lapisan dalam ke permukaan.Beberapa model
sirkulasi laut menunjukkan bahwa dalam skala luas upwelling terjadi di daerah tropis, karena
didorong tekanan air mengalir berkumpul ke arah lintang rendah dimana terdifusi dengan lapisan
hangat dari permukaan.
Tropical cyclone upwelling
Upwelling juga bisa disebabkan oleh tropical cyclone yang melanda suatu wilayah laut,
biasanya apabila bertiup dengan kecepatannya kurang dari 5 mph (8 km/h).
Artificial Upwelling
Upwelling tipe jenis ini dihasilkan oleh perangkat yang menggunakan energi
gelombanglaut atau konversi energi panas laut untuk memompa air ke permukaan. Perangkat
seperti telah dilakukan untuk memproduksi plankto.
Non-oceanic upwelling
Upwellings juga terjadi di lingkungan lainnya, seperti danau, magma dalam mantel bumi.
Biasanya akibat dari konveksi.
Spiral Ekman
Ekman spiral merujuk ke struktur arus atau angin di dekat garis batas horisontal yang
arah alirannya berputar dan bergerak menjauh. Istilah Ekman Spiral ini berasal dari seorang
ilmuwan kelautan Swedia yang bernama Vagn Walfrid Ekman. Defleksi dari aruspermukaan
pertama kali ditemukan oleh ilmuwan oseanografi Norwegia yang bernama Fridtjof Nansen
ketika berlangsungnya ekspedisi Fram (1893-1896).Efek dari Ekman Spiral ini adalah
akibat efek Coriolis yang menyebabkan benda dipaksa bergerak ke kanan pada belahan bumi
utara dan ke arah kiri pada belahan bumi selatan. Dengan demikian ketika angin berhembus pada
permukaan laut di belahan bumi utara, aruspermukaan bergerak kearah kanan dari arah angiin.
Diagram yang di sebelah kanan menunjukkan gaya yang terkait dengan Ekman spiral.
Gaya yang bekerja di atas permukaan yang diberi warna merah (sebagai akibat adanya hembusan
angin di permukaan air), gaya Coriolis (di sudut kanan dari gaya yang bekerja di atas permukaan
air) berwarna kuning, dan resultan perpindahan (arus) berwarna merah jambu, yang kemudian
menjadi memberikan pengaruh pada lapisan di bawahnya, dan secara gradual membentuk spiral
secara bertahap searah jarum jam dengan gerakan ke arah bawah.
Manfaat Arus
-Perikanan
Gerakan air laut berpengaruh pada gerakan plankton (fitoplankton). Tempat-tempatyang banyak
planktonnya biasanya di situ banyak berkumpul ikan. Oleh karena itu bagi para nelayan,
informasi tentang gerakan air laut dapat dimanfaatkan untuk mendetek si tempat-tempat
berkumpulnya berbagai jenis ikan.
-Pariwisata
Olahraga
selancar,
dayung,
diving,
lomba
perahu
layar
dan
lain-lain
yang
banyakmemperhitungkan faktor gerakan air laut sangat diminati oleh para wisatawan.Olahraga
selancar angin misal nya, memerlukan tempat yang gelombangnya besar.
-Pertanian Laut
Informasi tentang gerakan air laut sangat diperlukan bagi para petani yang bergerak di bidang
pertanian laut. Sebagai contoh para petani yang melakukan usaha di bidangpertanian laut (seperti
budidaya rumput laut, budidaya kerang, mutiara dan lainlain),kalau tidak memperhitungkan
gerakan air laut, maka hasil pertaniannya akan hanyut terbawa oleh air laut sehingga mengalami
gagal panen.
- Pelayaran
Informasi
tentang
gerakan
air
laut
sangat
diperlukan
dalam
bidang
pelayaran
terutama kapal/perahu yang menggunakan layar. Kapal besar sekalipun pada prinsipnya
dalam perjalanan pelayarannya tidak mau berbenturan dengan ombak maupun arus sehingga
informasi tentang gerakan air laut sangat diperlukan.
- Energi (pembangkit tenaga listrik)
Belanda dan Perancis merupakan contoh negara yang telah memanfaatkan gerakan air laut
sebagai sumber energi (yaitu sebagai pembangkit tenaga listrik). Sedangkan di Indonesia hal ini
masih dalam tahap uji coba. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) bekerja sama
dengan pemerintah Belanda kini sedang melakukan uji coba membangun proyek pembangkit
tenaga listrik dengan memanfaatkan gerakan air laut di selat Bali.
2. Gelombang Laut
Gelombang laut atau ombak merupakan gerakan air laut yang paling umum dan mudah
kita amati. Helmholts menerangkan prinsip dasar terjadinya gelombang laut sebagai berikut:
Jika ada dua massa benda yang berbeda kerapatannya (densitasnya) bergesekan satu sama lain,
maka pada bidang geraknya akan terbentuk gelombang.
Gelombang terjadi karena beberapa sebab, antara lain:
Karena angin. Gelombang terjadi karena adanya gesekan angin di permukaan, oleh
karena itu arah gelombang sesuai dengan arah angin.
Karena menabrak pantai. Gelombang yang sampai ke pantai akan terjadi hempasan dan
pecah. Air yang pecah itu akan terjadi arus balik dan membentuk gelombang, oleh karena
Dapat dikatakan arus merupakan derasnya aliran air laut, baik aliran naik turun (vertikal)
maupun aliran mendatar (horizontal). Sedangkan gelombang merupakan gerakan naik turunnya
air laut. Tititk tertinggi pada gerakan naik disebut puncak gelombang sedangkan titik terrendah
pada gerakan menurun disebut lembah gelombang.
c. Pasang Surut (Ocean Tide)
Pasang naik dan pasang surut merupakan bentuk gerakan air laut yang terjadi karena
pengaruh gaya tarik bulan dan matahari terhadap bumi. Hal ini didasarkan pada hukum Newton
yang berbunyi:
Dua benda akan terjadi saling tarik menarik dengan kekuatan yang berbanding
terbalik dengan pangkat dua jaraknya. Berdasarkan hukum tersebut berarti makin besar/jauh
jaraknya makin kecil daya tariknya. Karena jarak dari bumi ke matahari lebih jauh dari pada ke
jarak bulan, maka pasang surut permukaan air laut lebih banyak dipengaruhi oleh bulan.
Ada dua macam pasang surut.
1) Pasang Purnama, ialah peristiwa terjadinya pasang naik dan pasang surut tertinggi (besar).
Pasang besar terjadi pada tanggal 1 (berdasarkan kalender bulan) dan pada tanggal 14 (saat bulan
purnama). Pada kedua tanggal tersebut posisi Bumi Bulan Matahari berada satu garis
(konjungsi) sehingga kekuatan gaya tarik bulan dan matahari berkumpul menjadi satu menarik
permukaan bumi. Permukaan bumi yang menghadap ke bulan mengalami pasang naik besar.
Sedangkan permukaan bumi yang tidak menghadap ke bulan mengalami pasang surut besar.
2) Pasang Perbani, ialah peristiwa terjadinya pasang naik dan psang surut terendah (kecil).
Pasang kecil terjadi pada tanggal 7 dan 21 kalender bulan. Pada kedua tanggal tersebut posisi M
a t a h a r i B u l a n B u m i membentuk sudut 90. Gaya tarik Bulan dan Matahari terhadap
Bumi berlawanan arah sehingga kekuatannya menjadi berkurang (saling melemahkan) dan
terjadilah pasang terendah (rendah).Terjadinya peristiwa pasang surut permukaan air laut sangat
bermanfaat bagi kehidupan manusia, antara lain: untuk kepentingan penelitian, usaha
pertambakan, kepentingan militer misalnya untuk mengatur pendaratan pasukan katak, sumber
energi listrik, usaha pertanian lahan pasang surut.
Pasang Surut
1. Definisi Pasang Surut
Menurut Pariwono (1989), fenomena pasang surut diartikan sebagai naik turunnya
mukalaut secara berkala akibat adanya gaya tarik benda-benda angkasa terutama matahari dan
bulan terhadap massa air di bumi. Sedangkan menurut Dronkers (1964) pasang
surutlaut merupakan suatu fenomena pergerakan naik turunnya permukaan air laut secara berkala
yang diakibatkan oleh kombinasi gaya gravitasi dan gaya tarik menarik dari benda-benda
astronomi terutama oleh matahari, bumi dan bulan. Pengaruh benda angkasa lainnya dapat
diabaikan karena jaraknya lebih jauh atau ukurannya lebih kecil.
Pasang surut yang terjadi di bumi ada tiga jenis yaitu: pasang surut atmosfer (atmospheric
tide), pasang surut laut (oceanic tide) dan pasang surut bumi padat (tide of the solid earth).
Pasang surut laut merupakan hasil dari gaya tarik gravitasi dan efek sentrifugal. Efek
sentrifugal adalah dorongan ke arah luar pusat rotasi. Gravitasi bervariasi secara langsung
dengan massa tetapi berbanding terbalik terhadap jarak. Meskipun ukuran bulan lebih kecil dari
matahari, gaya tarik gravitasi bulan dua kali lebih besar daripada gaya tarik matahari dalam
membangkitkan pasang surut laut karena jarak bulan lebih dekat daripada jarak matahari ke
bumi. Gaya tarik gravitasi menarik air laut ke arah bulan dan matahari dan menghasilkan dua
tonjolan (bulge) pasang surut gravitasional dilaut. Lintang dari tonjolan pasang surut ditentukan
oleh deklinasi, sudut antara sumbu rotasi bumi dan bidang orbital bulan dan matahari.
Rotasi bumi menyebabkan semua benda yang bergerak di permukaan bumi akan berubah
arah (Coriolis Effect). Di belahan bumi utara benda membelok ke kanan, sedangkan di belahan
bumi selatan benda membelok ke kiri. Pengaruh ini tidak terjadi di equator, tetapi semakin
meningkat sejalan dengan garis lintang dan mencapai maksimum pada kedua kutub. Besarnya
juga bervariasi tergantung pada kecepatan pergerakan benda tersebut.
Menurut Mac Millan (1966) berkaitan dengan dengan fenomeana pasut, gaya Coriolis
mempengaruhi arus pasut. Faktor gesekan dasar dapat mengurangi tunggang pasut dan
menyebabkan keterlambatan fase (Phase lag) serta mengakibatkan persamaan gelombang pasut
menjadi non linier semakin dangkal perairan maka semaikin besar pengaruh gesekannya.
3. Faktor Penyebab Terjadinya Pasang Surut
Faktor-faktor
yang
menyebabkan
terjadinya
pasang
surut
berdasarkan
teori
kesetimbangan adalah rotasi bumi pada sumbunya, revolusi bulan terhadap matahari, revolusi
bumi terhadap matahari. Sedangkan berdasarkan teori dinamis adalah kedalaman dan luas
perairan, pengaruh rotasi bumi (gaya coriolis), dan gesekan dasar. Selain itu juga terdapat
beberapa faktor lokal yang dapat mempengaruhi pasut disuatu perairan seperti, topogafi
dasar laut, lebar selat, bentuk teluk, dan sebagainya, sehingga berbagai lokasi memiliki ciri
pasang surut yang berlainan (Wyrtki, 1961).
Pasang surut laut merupakan hasil dari gaya tarik gravitasi dan efek sentrifugal. Efek
sentrifugal adalah dorongan ke arah luar pusat rotasi. Gravitasi bervariasi secara langsung
dengan massa tetapi berbanding terbalik terhadap jarak. Meskipun ukuran bulan lebih kecil dari
matahari, gaya tarik gravitasi bulan dua kali lebih besar daripada gaya tarik matahari dalam
membangkitkan pasang surut laut karena jarak bulan lebih dekat daripada jarak matahari ke
bumi. Gaya tarik gravitasi menarik air laut ke arah bulan dan matahari dan menghasilkan dua
tonjolan (bulge) pasang surut gravitasional dilaut. Lintang dari tonjolan pasang surut ditentukan
oleh deklinasi, yaitu sudut antara sumbu rotasi bumi dan bidang orbital bulan dan matahari
(Priyana,1994).
Bulan dan matahari keduanya memberikan gaya gravitasi tarikan terhadap bumi yang
besarnya tergantung kepada besarnya masa benda yang saling tarik menarik tersebut.Bulan
memberikan gaya tarik (gravitasi) yang lebih besar dibanding matahari. Hal ini disebabkan
karena walaupun masa bulan lebih kecil dari matahari, tetapi posisinya lebih dekat ke bumi.
Gaya-gaya ini mengakibatkan air laut, yang menyusun 71% permukaan bumi, menggelembung
pada sumbu yang menghadap ke bulan. Pasang surut terbentuk karena rotasi bumi yang berada
di bawah muka air yang menggelembung ini, yang mengakibatkan kenaikan dan penurunan
permukaan laut di wilayah pesisir secara periodik. Gaya tarik gravitasi matahari juga memiliki
efek yang sama namun dengan derajat yang lebih kecil. Daerah-daerah pesisir mengalami dua
kali pasang dan dua kali surut selama periode sedikit di atas 24 jam (Priyana,1994)
4. Tipe Pasang Surut
Perairan laut memberikan respon yang berbeda terhadap gaya pembangkit pasang
surut,sehingga terjadi tipe pasut yang berlainan di sepanjang pesisir. Menurut Dronkers (1964),
ada tiga tipe pasut yang dapat diketahui, yaitu :
i) Pasang surut diurnal. Yaitu bila dalam sehari terjadi satu satu kali pasang dan satu kali
surut. Biasanya terjadi di laut sekitar katulistiwa.
ii) pasang surut semi diurnal. Yaitu bila dalam sehari terjadi dua kali pasang dan dua
kali surut yang hampir sama tingginya.
iii) pasang surut campuran. Yaitu gabungan dari tipe 1 dan tipe 2, bila bulan melintasi
khatulistiwa (deklinasi kecil), pasutnya bertipe semi diurnal, dan jika deklinasi bulan
mendekati maksimum, terbentuk pasut diurnal.
Menurut Wyrtki (1961), pasang surut di Indonesia dibagi menjadi 4 yaitu :
Merupakan pasut yang terjadi dua kali pasang dan dua kali surut yang tingginya hampir
sama dalam satu hari, ini terdapat di Selat Malaka hingga Laut Andaman.
3.Pasang surut campuran condong harian tunggal (Mixed Tide, Prevailing Diurnal)
Merupakan pasut yang tiap harinya terjadi satu kali pasang dan satu kali surut tetapi
terkadang dengan dua kali pasang dan dua kali surut yang sangat berbeda dalam tinggi dan
waktu, ini terdapat di Pantai Selatan Kalimantan dan Pantai Utara Jawa Barat.
4.Pasang surut campuran condong harian ganda (Mixed Tide, Prevailing Semi Diurnal)
Merupakan pasut yang terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dalam sehari tetapi
terkadang terjadi satu kali pasang dan satu kali surut dengan memiliki tinggi dan waktu yang
berbeda, ini terdapat di Pantai Selatan Jawa dan Indonesia Bagian Timur
5. Arus Pasut
Gerakan air vertikal yang berhubungan dengan naik dan turunnya pasang surut, diiringi
oleh gerakan air horizontal yang disebut dengan arus pasang surut. Permukaan air lautsenantiasa
berubah-ubah setiap saat karena gerakan pasut, keadaan ini juga terjadi pada tempat-tempat
sempit seperti teluk dan selat, sehingga menimbulkan aru spasut (Tidal current).
Gerakan arus pasut dari laut lepas yang merambat ke perairan pantai akan mengalami
perubahan, faktor yang mempengaruhinya antara lain adalah berkurangnya kedalaman (Mihardja
et,. al 1994). Menurut King (1962), arus yang terjadi di laut teluk dan laguna adalah akibat massa
air mengalir dari permukaan yang lebih tinggi ke permukaan yang lebih rendah yang disebabkan
oleh pasut. Arus pasang surut adalah arus yang cukup dominan pada perairan teluk yang
memiliki karakteristik pasang (Flood) dan surut atau ebb. Pada waktu gelombang pasut
merambat memasuki perairan dangkal, seperti muara sungai atau teluk, maka badan air kawasan
ini akan bereaksi terhadap aksi dari perairan lepas.
Pada daerah-daerah di mana arus pasang surut cukup kuat, tarikan gesekan pada
dasarlaut menghasilkan
dan
resultan
turbulensi
menyebabkan
bercampurnya lapisan air bawah secara vertikal. Pada daerah lain, di mana arus pasang surut
lebih lemah, pencampuran sedikit terjadi, dengan demikian stratifikasi (lapisan-lapisan air
dengan kepadatan berbeda) dapat terjadi. Perbatasan antar daerah-daerah kontras dari perairan
yang bercampur dan terstratifikasi seringkali secara jelas didefinisikan, sehingga terdapat
perbedaan
lateral
yang
ditandai
dalam
kepadatan
air
pada
setiap
sisi
batas.
2.Tide gauge.
Merupakan perangkat untuk mengukur perubahan muka laut secara mekanik dan otomatis. Alat
ini memiliki sensor yang dapat mengukur ketinggian permukaan air lautyang kemudian direkam
ke dalam komputer. Tide gauge terdiri dari dua jenis yaitu :
Prinsip kerja pressure tide gauge hampir sama dengan floating tide gauge, namun perubahan
naik-turunnya air laut direkam melalui perubahan tekanan pada dasar lautyang dihubungkan
dengan alat pencatat (recording unit). Alat ini dipasang sedemikian rupa sehingga selalu berada
di bawah permukaan air laut tersurut, namun alat ini jarang sekali dipakai untuk pengamatan
pasang surut.
3.Satelit.
Sistem satelit altimetri berkembang sejak tahun 1975 saat diluncurkannya sistem satelitGeos
3. Pada saat ini secara umum sistem satelit altimetri mempunyai tiga objektif ilmiah jangka
panjang yaitu mengamati sirkulasi lautan global, memantau volume dari lempengan es kutub,
dan mengamati perubahan muka laut rata-rata (MSL) global. Prinsip Dasar Satelit Altimetri
adalah satelit altimetri dilengkapi dengan pemancar pulsa radar (transmiter), penerima pulsa
radar yang sensitif (receiver), serta jam berakurasi tinggi. Pada sistem ini, altimeter radar yang
dibawa
pulsa-pulsa
gelombang
elektromagnetik
(radar)
kepermukaan laut. Pulsa-pulsa tersebut dipantulkan balik oleh permukaan laut dan diterima
kembali oleh satelit.
Prinsip penentuan perubahan kedudukan muka laut dengan teknik altimetri yaitu pada
dasarnya satelit altimetri bertugas mengukur jarak vertikal dari satelit ke permukaanlaut. Karena
tinggi satelit di atas permukaan ellipsoid referensi diketahui maka tinggi muka laut (Sea Surface
Height atau SSH) saat pengukuran dapat ditentukan sebagai selisih antara tinggi satelit dengan
jarak vertikal. Variasi muka laut periode pendek harus dihilangkan sehingga fenomena kenaikan
muka laut dapat terlihat melalui analisis deret waktu (time series analysis). Analisis deret waktu
dilakukan karena kita akan melihat variasi temporal periode panjang dan fenomena sekularnya
7. Pasang Surut di Perairan Indonesia
Indonesia merupakan negara kepulauan yang dikelilingi oleh dua lautan yaitu Samudera
Indonesia dan Samudera Pasifik serta posisinya yang berada di garis katulistiwa sehingga kondisi
pasang surut, angin, gelombang, dan arus laut cukup besar. Hasil pengukuran tinggi pasang surut
di wilayah laut Indonesia menunjukkan beberapa wilayah lepas lautpesisir daerah Indonesia
memiliki pasang surut cukup tinggi. Gambar 15 memperlihatkan peta pasang surut wilayah
lautan Indonesia. Dari gambar tersebut tampak beberapa wilayah lepas laut pesisir Indonesia
yang memiliki pasang surut cukup tinggi antara lain wilayah laut di timur Riau, laut dan muara
sungai antara Sumatera Selatan dan Bangka,laut dan selat di sekitar pulau Madura, pesisir
Kalimantan Timur, dan muara sungai di selatan pulau Papua (muara sungai Digul) (Sumotarto,
2003).
Keadaan pasang surut di perairan Nusantara ditentukan oleh penjalaran pasang surut dari
Samudra Pasifik dan Hindia serta morfologi pantai dan batimeri perairan yang kompleks dimana
terdapat banyak selat, palung dan laut yang dangkal dan laut dalam. Keadaan perairan tersebut
membentuk pola pasang surut yang beragam. Di Selat Malaka pasang surut setengah harian
(semidiurnal) mendominasi tipe pasut di daerah tersebut. Berdasarkan pengamatan pasang surut
di Kabil, Pulau Batam diperoleh bilangan Formzhal sebesar 0,69 sehingga pasang surut di Pulau
Batam dan Selat Malaka pada umumnya adalah pasut bertipe campuran dengan tipe ganda yang
menonjol. Pasang surut harian (diurnal) terdapat di Selat Karimata dan Laut Jawa. Berdasarkan
pengamatan pasut di Tanjung Priok diperoleh bilangan Formzhal sebesar 3,80. Jadi tipe pasut di
Teluk Jakarta dan laut Jawa pada umumnya adalah pasut bertipe tunggal. Tunggang pasang surut
di perairan Indonesia bervariasi antara 1 sampai dengan 6 meter. Di Laut Jawa umumnya
tunggang pasang surut antara 1 1,5 m kecuali di Selat madura yang mencapai 3
meter. Tunggang pasang surut 6 meter di jumpai di Papua (Diposaptono, 2007).