JOURNAL READING
Oleh :
Fadhilla Rusmaputeri (141611101008)
Sepma Viraticha (141611101084)
Grace Elissa Arianto (181611101001)
Nawang Lintang (181611101003)
Pembimbing :
drg. Ayu Mashartini Prihanti, Sp.PM
Praktikum Putaran I
Semester Ganjil Tahun Ajaran 2018/2019
A. Stadium 1 Asimptomatik
7. Dermatitis seboroik
7. TB limfadenopati
4. Kandidosis esophageal
5. TB Extraparu
6. Sarkoma kaposi
7. Retinitis CMV
9. Encefalopati HIV
1. Pada tubuh yang sehat ada keseimbangan antara replikasi EBV dengan
penghancuran EBV oleh sistem imun seperti limfosit-T sehingga tidak
menimbulkan gejala. Pada penderita AIDS, keseimbangan ini tidak
mungkin tercapai sehingga EBV berubah sifat dari organisme komensial
menjadi patogen. Hilangnya kemampuan sel T karena infeksi HIV,
menyebabkan kemampuan untuk menghadapi fase produktif dan siklus
kehidupan yang tidak terkendali (Axell dkk, 1996).
1. Lesi tidak sering timbul pada penderita HIV dibandingkan pada penderita
non-HIV ,
3. Pada ulser yang minor, karena rendahnya reaksi radang yang timbul
maka ciri lesi ulser yang dikelilingi oleh halo erithema tidak tampak
(Vaseliu dkk, 2010).
2.3.6 Sarkoma Kapossi
Dalam kasus HIV/AIDS, sarkoma kapossi adalah neoplasma/ umor sel
endotelial ganas yang hampir selalu terjadi pada penderita HIV positif.
Etiologinya diduga kuat adalah virus herpes-8 (HHV-8). Sarkoma kapossi erat
kaitannya dengan rendahnya limfosit CD4 yaitu kurang dari 200 sel/mm3.
Perubahan klinis dari makula datar menjadi nodular juga dikaitkan dengan makin
buruknya imunitas tubuh. Keganasan itu adalah tumor dari proliferasi vaskuler
yang terjadi pada kulit maupun jaringan mukosa. Lesi terjadi pada palatum,
tampak sebagai bercak berdarah/ungu pada tahap awal yang akan berubah
menjadi eksofitik.
Penyebabnya belum diketahui, namun diperkirakan berkaitan dengan CMV.
Sarkoma Kapossi ditandai oleh 3 tahap yaitu awalnya, keganasan merupakan
makula merah tanpa gejala, selanjutnya membesar menjadi plak merah, biru, atau
ungu. Lesi yang lanjut nampak sebagai nodula biru ungu, berlobus, berulserasi,
dan menyebabkan sakit. Perawatannya adalah paliatif dengan memakai radiasi
dan kemoterapi (Scully dkk, 2009; Langlais dkk, 2009; Neville dkk, 2003; Vaseliu
dkk, 2010).
BAB 3
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Manifestasi oral yang paling banyak terjadi pada anak yang terinfeksi HIV
adalah candidiasis oral, diikuti oleh perubahan seperti gingivitis, oral hairy
leukoplakia, Kaposi’s sarcoma, pembesaran parotid, herpes simplex. Candidiasis
oral dianggap sebagai penanda perkembangan penyakit. Pencegahan dan
pemeriksaan gigi dan mulut secara rutin juga diperlukan, untuk mempertahankan
kesehatan dan mencapai kualitas hidup pasien yang terinfeksi yang lebih baik.
Sebagai tambahan, HAART tampaknya dapat mengurangi prevalensi dari
munculnya lesi oral.
DAFTAR PUSTAKA
Azwa A, Barton SE. Aspects of herpes simplex virus: A clinical review. J Fam
Plann Reprod Health Care 2009;35(4):237-42.
Baeten JM, Strick LB, Lucchetti A, Whittington WL, Sanchez J, Coombs RW, et
al. Herpes simplex virus (HSV)-suppressive therapy decreases plasma and
genital HIV-1 levels in HSV-2/HIV-1 coinfected women: A randomized,
placebo-controlled, cross-over trial. J Infect Dis. 2008;198(12):1804-8.
Center for Disease Control and Prevention. 2009. Epidemiology of HIV Infection
Through. Available from:
http://www/cdc.gov/hiv/topics/surveillance/resources/slides/general/general.
pdf.
Daili, F., 2009. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
Kumar, V., A. K. Abbas, dan J. C. Aster. 2013. Robbins Basic Pathology. Ninth
Edition. Philadelphia: Elsevier Saunders. Hal: 20
Langlais RP, Miller CS, Nield-Gehrig JS. 2009. Colour Atlas of Common Oral
Disease. Fourth ed. Philadelphia: Lippincot Williams&Wilkins; p. 182-85.
Little JW, Falace DA, Miller CS, Rhodus NL. 2008. Dental Management of The
Medically Compromised Patient. Seventh ed. St. Louis, Missouri: Mosby; p.
280-301.
Neville BW, Damm DD, White DK. 2003. Color Atlas of Clinical Oral Pathology.
second ed. Hamilton, London: BC Decker Inc; p. 150-59.
Regezi JA, Sciubba JJ, Jordan RCK. 2008. Oral Phatology Clinical Pathologic
Correlation. fifth ed. St. Louis, Missouri: Saunders Elsevier; p. 80-81.
Regezi, J. dan Sciubba, J., 2008, Oral Pathology: Clinical Pathology Correlations,
WB. Saunders, USA
Thantawi, Amelia., Khairiati., Nova, Mela Meri., Marlisa, Sri., dan Bakar, Abu.
2014. Stomatitis Apthosa Rekuren (SAR) Minor Multiple PreMenstruasi.
Odonto Denta Journal. vol 1 (2).