Anda di halaman 1dari 20

JURNAL READING

Perbandingan antara larutan gelatin dan HES 130/0,4


untuk resusitasi cairan pada anak-anak dengan
dengue shock syndrome

Pembimbing:
dr. Hery Susanto, Sp.A

Oleh:
Dhila Dhalia Ulfah
03012074
ABSTRACT
Background

• DSS/ dengue shock syndrome dikarakteristikan dengan


gangguan hemostasis dan kebocoran vaskular yang berat,
dimana dapat menyebabkan kematian pada 1-5% dari seluruh
kasus.
• Pedoman penanganan WHO untuk resusitasi cairan di dalam
penanganan DSS masihlah bersifat empiris, bukan didasari oleh
Methods
bukti.
• Penelitian multisenter untuk membandingkan secara acak
larutan gelatin dengan larutan HES 130/0,4 untuk resusitasi
anak-anak penderita dengue shock syndrome (DSS).
• Secara acak menyertakan 25 anak penderita DSS untuk
mendapatkan cairan gelatin dan 25 orang anak untuk
mendapatkan HES 130/0,4.
Conclusions

• Peningkatan tekanan denyut nadi yang lebih cepat terjadi


pada pasien yang ditangani dengan HES 130/0,4 pada jam
ke- 8 dan jam ke-28 jam (P = 0,037 dan P = 0,048).
• Penurunan hematokrit pada pasien yang ditangani dengan
HES 130/0,4 lebih cepat jika dibandingkan dengan pasien
yang ditangani dengan gelatin pada terapi di jam ke-4 (P =
0,001).
• Satu orang pasien diketahui meninggal akibat manifestasi DSS
yang tidak biasa.
• Penurunan laju pernafasan didapatkan lebih cepat pada
pasien yang ditangani dengan HES 130/0,4 pada jam ke-4 jam
dan jam ke-8 terapi (P<0,05).
INTRODUCTION
Dengue shock syndrome (DSS) merupakan satu bentuk manifestasi dari demam
berdarah dengue (DHF).

Menurut rekomendasi dari WHO, resusitasi cairan yang digunakan dalam


penanganan DSS adalah kristaloid, yang kemudian diikuti oleh koloid. (1-3)

Koloid diketahui dapat menggantikan cairan yang hilang, dan juga diketahui
memiliki pengaruh onkotik, hal ini karena memiliki berat molekular yang lebih
berat jika dibandingkan dengan kristaloid.

Larutan gelatin dan HES seringkali digunakan untuk resusitasi cairan pada
penanganan syok hipovolemik.

Beberapa penelitian terbaru pun dilakukan untuk membandingkan dextran dengan


gelatin, dan juga HES 200/0,6 dengan dextran.
METHODS

EXLUSION PENATALAK-
SUBJEK INCLUSION
CRITERIA SANAAN SUBJEK MONITORING
PENELITIAN CRITERIA
PENELITIAN
SUBJEK PENELITIAN
Penelitian multisenter, studi acak pada anak-anak penderita DSS di unit penanganan intensif anak (PICU) dari bulan Desember
2011 sampai April 2012 di Rumah Sakit R.D. Kandou, Rumah Sakit Pancaran, dan Rumah Sakit Wolter Monginsidi di Manado.

KRITERIA INKLUSI KRITERIA EKSKLUSI


• Pasien yang didiagnosis menderita DSS dengan berdasarkan • Para pasien yang memiliki riwayat hipersensitivitas terhadap
pada kriteria WHO (1997) larutan gelatin atau HES 130/0,4
• Pasien dengan NS1 positif • Pernah diberikan resusitasi cairan dengan kristaloid dan/
• Pasien dengan imunoglobulin (Ig) anti-dengue M dan/ atau atau koloid sebelum masuk ke rumah sakit.
IgG
Para pasien dipilih secara acak untuk diberikan larutan gelatin atau HES 130/0,4.

Di awal penelitian, pencatatan data demografi para pasien/ subjek penelitian, riwayat kesehatan (durasi demam, manifestasi pendarahan, muntah, dan nyeri perut), temuan-temuan pemeriksaan
fisik (tekanan darah, tekanan denyut, denyut nadi, pernafasan, dan suhu tubuh), serta temuan-temuan hasil pemeriksaan laboratorium (hematokrit, hitung platelet, Uji IgM dan IgG dengan Uji
Rapid Strip dan/ atau Uji NS1).

Pasien diberikan Ringer Asetat 20 mL/kg BW (berat badan) segera (maksimum 30 menit setelah
tiba di rumah sakit) sampai pasien tidak mengalami syok. Prosedur diulang satu kali lagi jika pasien
masih mengalami syok.

Setelah tekanan nadi mencapai ≥30 mm Hg, kami melakukan pemeriksaan fisik ulang
(tekanan darah, tekanan denyut, denyut nadi, pernafasan, dan suhu tubuh) serta
pemeriksaan-pemeriksaan laboratorium (hematokrit) sebelum memulai memberikan larutan
koloid.

Kemudian, tiap subjek diberikan larutan gelatin 20 mL/kg BW/ jam atau HES 130/0,4 selama 1 jam,
yang diikuti dengan larutan RA 10 mL/kg BW/ jam sampai subjek menjadi stabil, maksimal 24 jam.
Menggunakan uji T atau uji Mann-Whitney.

Normalitas data pada awalnya dinilai/ di-assessment dengan uji Kolmogorov-Smirnov.


MONITORING
• Pemeriksaan umum (tekanan darah sistolik dan diastolik,
tekanan nadi, denyut nadi, pernafasan, suhu tubuh,
hematokrit, diuresis, hitung platelet, dan volume cairan
total, serta lamanya waktu rawat pasien di rumah sakit)
pada kelompok pasien penderita DSS yang diberikan
gelatin dengan kelompok pasien penderita DSS yang
diberikan larutan HES 130/0,4
• Tekanan darah, tekanan nadi, denyut nadi, pernafasan,
suhu tubuh, dan diuresis dimonitor setiap jam selama
minimal 24 jam sampai keadaan umum pasien stabil.
• Hematokrit kapiler diukur setiap empat jam setelah entri
RESULTS Total subjek 51 orang direkrut dan semuanya mendapatkan larutan yang
ditentukan.

Satu subjek pun 50 subjek

25 orang mendapatkan larutan


gelatin
dikeluarkan dari penelitian karena mengalami komplikasi
(ensefalopati dengue, edema paru, dan perdarahan masif).

25 nya diberikan larutan HES


130/0,4.
kurva tekanan nadi rata-rata pada kelompok gelatin dan HES 130 / 0.4
selama pemberian cairan
kurva hematokrit rata-rata pada kelompok gelatin dan HES 130 / 0.4 selama
pemberian cairan
DISCUSSION

Hasil dari perbandingan efektifitas dari larutan gelatin


dan larutan HES 130/0.4 pada anak dengan DSS
didapatkan bahwa
• Pada kelompok pasien yang diberikan HES 130/0,4
• Terjadi peningkatan denyut nadi secara cepat
• Terdapat satu pasien pada kelompok HES 130/0,4
yang mengalami perdarahan dalam bentuk melena
• Reaksi anafilaktik HES rendah, dengan tingkat
CONCLUSSION
Larutan HES 130/0,4 lebih baik untuk penggantian volume
dibandingkan dengan gelatin, dan juga larutan HES 130/0,4
aman digunakan di dalam resusitasi cairan pada anak-anak
dengan DSS.

Tingkat efektifitas HES 130/0,4 lebih baik jika dibandingkan


dengan gelatin pada penanganan pasien anak-anak dengan DSS,
khususnya dalam hal pemulihan untuk mencapai kondisi volume
normal intravaskular dan hematokrit yang lebih rendah.

Cairan HES 130/0,4 diketahui tidak menyebabkan efek samping


apapun, seperti contohnya reaksi alergi, pendarahan, atau
kelebihan cairan.
REFERENCES
1. WHO. Dengue haemorrhagic fever, treatment, treatment, prevention and control. 2
nd ed. Geneva : WHO;1997.

2. Halstead SB.Epidemiology of dengue haemorrhagic fever. In : Gubler DJ, Kuno G, e


ditors. Dengue and dengue heamorrhagic fever. England : CAB Int; 1997. P 23-44.
3. Rampengan TH. Demam berdarah dengue. In: Rampengan TH, Laurens IR, editors.
Penyakit infeksi tropik pada anak.
4. Setiati TE. Pengelolaan syok pada demam berdarah dengue. In : Sutaryo, Pudjo H
W, Mulatsih S, editors. Tatalaksana syok dan perdarahan pada DBD. Yogyakarta : M
edika FK UGM; 2004. p. 75-85.
5. Sumarmo. Demam berdarah dengue pada anak [dissertation]. Jakarta: UI press; 19
83; p.20-5.
6. Dung NM, Day NP, Tam DT, Loan HT, Chau HT, Minh LN, et al. Fluid replacement in
dengue shock syndrome: a randomized, double-blind comparison of four intraven
ous fluid regimens. Clin Infect Dis. 1999 ; 29: 787-94.
7. Ngo NT, Cao J, Kneen R, Ngyuyen VM, Ngyuyen TQ, et al. Acute management of d
engue shock syndrome: a randomized double-blind comparison of four intravenou
s fluid regimens in the first hour. Clin Infect Dis.2001; 32 : 204-13.
9. Barclay L, Lie D. Ringer’s lactate maybe quivalent to colloid for maderate dengue shock sy
ndrome in children. N Engl J Med. 2005 ; 363: 577-89.
10. Wills BA, Nguyen MD, Ha TL, Dong TH, Tran TN, Le TT, et al. Compraison of three fluid so
lutions for resuscitation in dengue shock syndrome. N Engl J Med. 2005; 353 : 877-89
11. Prasetyo RV, Aziz AL, Soegijanto S. Comparison of efficacy and safety of hydroxyethyl star
ch 130/0.4 and Ringer’s lactate in children with grade III dengue hemorrhagic fever. Pedia
tri Indones. 2009; 49 :103
12. Pudjiadi A. Koloid dan Kristaloid. In : Trihono P, Purnawati S, Syarif DR, editors. Hot topics
in pediatrics II. Jakarta : PUBLISHER. 2002; p. 121-133.
13. Beards SC, Watt T, Edwards JP, Nughtingale P, Farragher EB. Comparison of the hemodyna
mic and oxygen transport responses to modified fluid gelatin and hetastarch in critically il
l patients: a prospective, randomized trial. Crit Care Med. 1994;22:600-5.
14. Sumpelmann R, Kretz FJ, Luntzer R, Barincini S, Osterkorn D, et al. Hydroxyethyl starch 130
/0.42/6:1 for perioperative plasma volume replacement in children: preliminary results of
a European prospective multicenter observation postauthorization safety study (PASS). Pe
adiatr Anaesth. 2008;18:929-33.
15. Laxenaire M, Verra MD, Jalac SL. The use of colloids and crystalloids in pediatrix dengue s
hock : a systematic review and meta-analysis. Intensice Care Med. 2010;39:14-25.
16. Boldt J, Preibe HJ. Intravascular volume replacement therapy with synthetic colloids : is th
ere an influence on renal function? Anesth Analg. 2003;96:376-82.
17. Molyneux EM, Maitland K. Intravenpus fluids getting the balance rifht. N Engl J Med.2005;
353:941-4.
18. Sumpelmabb R, Witt L, Brutt M, Osterkorn D, Koppert W, Osthaus WA. Changes in acid-b
ase, electrolyte and hemoglobin concentrations during infusion of hydroxyethyl starch 13
0/0.42/6:1 in normal saline or in balanced electrolyte solution in children. Paediatr Anaest
h. 2010:20:100-4

Anda mungkin juga menyukai