Oleh:
Dhifo Indratama
1808320036
Pembimbing
Dr. Edwin Anto Pakpahan, Sp.P
Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara
Kepaniteraan Klinik Senior SMF Ilmu PARU
RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam
2020
i
KATA PENGANTAR
Penulis
ii
DAFTAR ISI
ii
iii
1
1
3
3
5
5
12
14
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Abstrak
Latar Belakang : Genital tuberculosis ( tuberkulosis ) memiliki pengaruh negatif
pada fungsi reproduksi, dan tuberkulosis paru juga menyebabkan terganggunya
fungsi seksual.
Metode: Dari 55 pasien pria yang baru didiagnosis dengan tuberkulosis paru (40
paru dan 15 ekstrapulmoner: enam dengan limfadenitis tuberkulosis dan sembilan
dengan pleuritis tuberkulosis), 20 relawan sehat berperan sebagai kontrol. Semua
pasien dievaluasi: data klinis lengkap, pemeriksaan apus sputum, radiografi dada,
kadar testosteron serum, dan kuesioner Indeks Fungsi Ereksi Internasional (IIEF-
5).
Hasil: Dari kasus tuberkulosis yang diteliti, 78,1% memiliki disfungsi ereksi,
dengan prevalensi tuberkulosis paru yang lebih tinggi (67,2%) bila dibandingkan
dengan 10,9% pada tuberkulosis di luar paru. Mengenai pola radiografi, pasien
dengan konsolidasi / lesi kavitas memiliki prevalensi tertinggi (60%). Menurut
kuesioner IIEF, skor total pada kelompok paru secara signifikan lebih rendah
daripada pada kelompok ekstrapulmoner (10,8 ± 2,05 vs 20,2 ± 3,09) ( P= 0,000
*). Tingkat testosteron rata-rata menurun secara signifikan pada kasus
4
tuberkulosis paru. Penentuan kadar dahak basil tahan asam pada pasien dengan
tuberkulosis paru menunjukkan bahwa tingkat testosteron menurun secara
signifikan di antara pasien dengan dahak '3+' (> 10 basil / lapangan asam-cepat)
BTA (3,23 ± 2,88 ng / ml) bila dibandingkan dengan dahak negatif. Sebuah
korelasi signifikan ditemukan antara beban basiler dan skor total IIEF dan kadar
testosteron serum ( r = −0.323, P = 0.000 *).
Kesimpulan: tuberkulosis paru berdampak negatif pada fungsi seksual pria. Oleh
karena itu, masalah seksual harus menjadi perhatian selama penilaian dan evaluasi
pasien tuberkulosis.
5
BAB II
DESKRIPSI JURNAL
6
yang berkepanjangan, dan minum minimal empat obat anti-
tuberkulosis secara bersamaan mengakibatkan disfungsi seksual
dan infertilitas. Meskipun sistem genitourinari yang normal, pasien
dengan tuberkulosis paru cenderung mengalami penurunan pada
semua komponen tindakan sanggama, mulai dari keinginan seksual
hingga orgasme.
b. Bahan dan metode
Studi perbandingan ini termasuk 55 pasien yang didiagnosis
dengan tuberkulosis paru yang dirawat di klinik tuberkulosis Rumah Sakit
Universitas Assiut, Assiut, Mesir, antara Januari 2017 dan Desember
2017. Dua puluh sukarelawan sehat yang dipasangkan dengan usia yang
sama disajikan sebagai kelompok pembanding.
Semua peserta dalam kedua kelompok telah memberikan
persetujuan tertulis yang disetujui oleh komite etika medis dari Fakultas
Kedokteran, Universitas Assiut. Diagnosis tuberkulosis dikonfirmasi oleh
salah satu dari yang berikut: isolasi M. tuberculosisdari kultur sputum atau
sampel tubuh lainnya; Spesimen biopsi diambil dan menunjukkan
granuloma caseating dengan atau tanpa basil tahan asam (AFB).
Semua pasien diobati dengan kemoterapi harian jangka pendek
dengan obat anti- tuberkulosis lini pertama (isoniazid, rifampisin,
pirazinamid, dan etambutol selama 2 bulan, diikuti oleh isoniazid dan
rifampisin selama 4 bulan) sesuai dengan pedoman WHO.
c. Pengumpulan data
Semua pasien dievaluasi: data klinis lengkap, pemeriksaan apus
sputum, radiografi dada, kadar testosteron serum, dan kuesioner Indeks
Fungsi Ereksi Internasional (IIEF-5).
Sampel darah vena diperoleh dari semua pasien untuk mengukur
kadar testosteron total. Tingkat testosteron diukur dengan immunoassay
enzim chemiluminescent menggunakan Immulite 1000. Statistik Paket
statistik untuk ilmu sosial (SPSS, versi 16; SPSS Inc., Chicago, Illinois,
2
USA) digunakan untuk analisis statistik. χ atau uji eksak Fisher
7
digunakan untuk menentukan signifikansi perbedaan dalam frekuensi
pengamatan dalam kelompok. Nilai P dianggap signifikan jika sama
dengan atau kurang dari 0,05.
8
BAB III
TELAAH JURNAL
3.1. Fokus penelitian
Fokus utama dalam jurnal ini yaitu untuk mengetahui pengaruh
penyakit tuberkulosis paru terhadap fungsi seksual pada laki – laki dan
untuk mengatasi prevalensi disfungsi ereksi.
3.3. Penulis
Doaa M. Magdya
Ahmed Metwally ,
Randa A. El Zohne
3.4. Judul
“Erectile dysfunction in pulmonary tuberculosis: is it a common
association?” Judul tersebut sudah cukup jelas dan tidak ambigu.
3.5. Abstrak
Abstrak adalah ringkasan singkat tentang isi dari artikel ilmiah,
tanpa penambahan tafsiran atau tanggapan penulis. Abstrak dalam jurnal
ini tidak tertulis yang mencakup masalah utama yang diteliti serta tujuan
dan hasil penelitian. abstrak dari jurnal ini sudah memaparkan isi jurnal
secara umum.
9
3.6. Masalah dan tujuan
Pada jurnal ini tidak dicantumkan poin khusus untuk rumusan
masalah, namun permasalahan atau arah dari penulisan sudah tampak
pada bagian abstrak maupun pendahuluan yaitu untuk mengetahui
pengaruh penyakit tuberkulosis paru terhadap fungsi seksual pada laki –
laki dan untuk mengatasi prevalensi disfungsi ereksi.
3.7. Hipotesa
Hipotesa pada penelitian ini adalah penyakit tuberkulosis paru
memiliki pengaruh besar terhadap disfungsi seksual.
10
2. Pemeriksaan sputum smear: mikroskop sputum dasar dari
AFB dilakukan dan kepadatan AFB dinilai sebagai 1, 2,
atau 3+ sesuai dengan protokol standar.
3. Radiografi dada: radiografi dada posterioanterior standar
diperoleh untuk semua pasien pada saat diagnosis
tuberkulosis. Interpretasi dari setiap film radiografi
dilakukan oleh dokter dada yang berpengalaman .
4. Indeks fungsi ereksi internasional (IIEF-5): lima pertanyaan
yang dilaporkan sendiri digunakan untuk mengevaluasi
fungsi ereksi. Skor maksimum adalah 25 poin, dan
klasifikasinya adalah sebagai berikut. 1–7: DE parah; 8–11:
DE sedang; 12-16: DE ringan sampai sedang; 17–21: DE
ringan; 22–25: tidak ada ED .
5. Testosteron total serum.
11
disfungsi) dan pasien dengan keganasan, penyakit ginjal, hati, atau
neurologis.
3.9. Metode
3.10. Hasil
12
Tabel 1 Karakteristik sosiodemografi dari subyek yang diteliti
Tabel 2 Prevalensi disfungsi ereksi dan kadar testosteron serum di antara pasien
dengan TUBERKULOSIS paru dan ekstrapulmone.
13
Menurut hasil kuesioner IIEF untuk menunjukkan fungsi ereksi,
penurunan yang signifikan diamati pada kasus tuberkulosis dibandingkan
dengan kelompok kontrol. Skor total skala IIEF pada kelompok paru
secara signifikan lebih rendah daripada kelompok ekstra pulmoner (10,8 ±
2,05 vs 20,2 ± 3,09), masing-masing ( P = 0,000 *) pada ( Tabel 2 ).
Mengenai pola radiografi lesi parenkim paru pada kasus
tuberkulosis, penelitian ini mengungkapkan bahwa prevalensi DE yang
lebih tinggi di antara pasien yang disajikan dengan lesi konsolidasi /
kavitasi (60%) ( Tabel 3 ).
Tabel 3 Prevalensi disfungsi ereksi sesuai dengan pola radiografi lesi parenkim paru pada
pasien dengan tuberkulosis.
14
basiler dan skor total IIEF ( r = .30,343, P = 0,000 *). Korelasi lebih lanjut
ditemukan antara kadar basiler dan kadar testosteron serum ( r = −0.323, P
= 0.000 *).
3.11. Diskusi
Masalah pengaruh tuberkulosis paru pada fungsi seksual pasien
laki-laki telah dibahas dalam penelitian dan bahwa sebagian besar
literatur dikhususkan untuk membahas tuberkulosis urogenital dan efek
sampingnya pada reproduksi dan infertilitas. Seksualitas dan fungsi
seksual adalah titik diskusi antara pasien pria dengan tuberkulosis paru.
Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari
pengaruh tuberkulosis paru pada fungsi seksual pria dan hormon seks.
Penelitian ini menunjukkan bahwa 78,1% dari kasus tuberkulosis
yang diteliti memiliki disfungsi ereksi, dan bahwa pasien dengan
tuberkulosis paru memiliki prevalensi disfungsi ereksi yang lebih tinggi
bila dibandingkan dengan extrapulmonary. Demikian pula, pada
penelitian retrospektif untuk mengevaluasi fungsi seksual pada 98 pasien
pria tuberkulosis paru menemukan bahwa 14,3% pasien memiliki
gangguan ejakulasi .
Dan juga, penelitian ini mengamati tingkat testosteron yang lebih
rendah dan skor total IIEF pada pasien dengan tuberkulosis paru.
Penelitian ini sesuai dengan penelitian Kulchavenya et al. yang
mempelajari 105 pasien yang baru didiagnosis dengan tuberkulosis paru
62 adalah tuberkulosis paru infiltratif, sedangkan 43 dari mereka adalah
tuberkulosis paru kavernosa. Para penulis juga melaporkan bahwa skor
total IIEF secara signifikan lebih rendah pada kelompok tuberkulosis
paru infiltratif bila dibandingkan dengan kelompok tuberkulosis paru
kavernosa dengan nilai (skor 24,7 vs 37,2), masing-masing ( P<0,0001).
Pasien dengan tipe tuberkulosis paru infiltratif memiliki prevalensi
disfungsi seksual yang lebih tinggi dari pada pasien dengan lesi kecil.
15
Mereka mendalilkan bahwa, terlepas dari sistem urogenital yang
normal, tuberkulosis paru dapat mengakibatkan gangguan pada semua
dimensi tindakan sanggama, mulai dari hasrat seksual hingga orgasme.
Selain itu, kemoterapi obat anti-tuberkulosis memiliki peran terhadap
penurunan fungsi seksual. Terlepas dari teknik molekuler baru-baru ini
dalam mikobakteriologi, mikroskop smear masih merupakan metode
yang banyak digunakan untuk mengukur beban bakteri pada awalnya.
Penelitian ini memeriksa Diagnosis tuberkulosis memiliki hubungan
antara tingkat testosteron dan skor IIEF total dan tingkat BTA AFB.
Dilaporkan melaporkan bahwa ada hubungan terbalik antara peningkatan
nilai BTA AFB dan tingkat testosteron dan skor total. Menurut penelitian
Kulchavenya et al. Juga menunjukkan korelasi yang kuat antara skor
total dan keracunan.
Salah satu keterbatasan penelitian ini adalah jumlah kecil
populasi pasien tuberkulosis yang diperiksa dalam penelitian ini. Para
penulis menantikan arah masa depan untuk mempelajari efek pengobatan
pada disfungsi ereksi terhadap pasien tuberkulosis.
16
BAB IV
ANALISA PICO
17
BAB V
KESIMPULAN
Tuberkulosis paru memiliki pengaruh negatif pada fungsi seksual pria dan
juga pada fungsi reproduksi. Dengan demikian, dokter harus mengingatkan dan
mengedukasi kepada pasien bahwa dalam menjalani pengobatan tuberkulosis
membutuhkan evaluasi komprehensif, dan juga berpengaru negatif terhadap
kehidupan seksual. Penelitian ini perlu dilanjutkan untuk mempelajari efek
pengobatan disfungsi ereksi pada pasien yang menjalani pengobatan tuberkulosis.
18
DAFTAR PUSTAKA
19
20